This is a valid Atom 1.0 feed.
This feed is valid, but interoperability with the widest range of feed readers could be improved by implementing the following recommendations.
... r.com/styles/atom.css" type="text/css"?><feed xmlns='http://www.w3.org/2 ...
^
... r.com/styles/atom.css" type="text/css"?><feed xmlns='http://www.w3.org/2 ...
^
... eds/6259914404666123426/posts/default'/><link rel='alternate' type='text ...
^
line 1, column 0: (6 occurrences) [help]
<?xml version='1.0' encoding='UTF-8'?><?xml-stylesheet href="http://www.blog ...
line 346, column 0: (5 occurrences) [help]
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsE ...
<?xml version='1.0' encoding='UTF-8'?><?xml-stylesheet href="http://www.blogger.com/styles/atom.css" type="text/css"?><feed xmlns='http://www.w3.org/2005/Atom' xmlns:openSearch='http://a9.com/-/spec/opensearchrss/1.0/' xmlns:blogger='http://schemas.google.com/blogger/2008' xmlns:georss='http://www.georss.org/georss' xmlns:gd="http://schemas.google.com/g/2005" xmlns:thr='http://purl.org/syndication/thread/1.0'><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426</id><updated>2024-11-06T09:51:02.129+07:00</updated><category term="makalah"/><category term="laporan praktek"/><category term="seputar kompi"/><category term="ebook"/><category term="Be Health"/><category term="seputar pertanian"/><category term="seputar peternakan"/><category term="android"/><category term="artikel"/><category term="teknik mesin"/><title type='text'>go green</title><subtitle type='html'>Coretan dan Celotehan</subtitle><link rel='http://schemas.google.com/g/2005#feed' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/posts/default'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/'/><link rel='hub' href='http://pubsubhubbub.appspot.com/'/><link rel='next' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default?start-index=26&max-results=25'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><generator version='7.00' uri='http://www.blogger.com'>Blogger</generator><openSearch:totalResults>57</openSearch:totalResults><openSearch:startIndex>1</openSearch:startIndex><openSearch:itemsPerPage>25</openSearch:itemsPerPage><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-143416838896058465</id><published>2013-11-20T23:28:00.000+07:00</published><updated>2013-11-20T23:28:04.996+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>MAKALAH KESUBURAN TANAH “TANAH ULTISOL”</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center">
<b>BAB I </b> </div>
<div align="center">
<b>PENDAHULUAN</b> </div>
<div align="justify">
<b>1.1.</b><b> LATAR BELAKANG MASALAH</b> </div>
<div align="justify">
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Ultisol. Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak menghadapi kendala, tetapi untuk tanaman pangan umumnya terkendala oleh sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah. </div>
<div align="justify">
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo <i>et al. </i>2004). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam. Di antara grup Ultisol, Hapludults mempunyai sebaran terluas. Hal ini karena persyaratan klasifikasinya hanya didasarkan pada nilai kejenuhan basa yaitu &lt; 35% dan adanya horizon argilik, tanpa ada syarat tambahan lainnya. </div>
<div align="justify">
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Sri Adiningsih dan Mulyadi 1993). Di Indonesia, Ultisol umumnya belum tertangani dengan baik. Dalam skala besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik. </div>
<div align="justify">
<b>1.2.</b><b> TUJUAN</b> </div>
<div align="justify">
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu melatih para mahasiswa agroteknologi smester III dalam pembuatan Skripsi di masa yang akan dating, karena dengan begitu, para mahasiswa sekalian supaya tidak sulit lagi pada waktunya nanti, di makalah ini saya membahas tentang apa itu Tanah Ultisol, Tujuannya agar kita dapat mengetahui apa itu Tanah Ultisolol, cara pengaplikasiannya seperti apa, pengelolaannya bagaimana, kandungannya apa saja, dan baik digunakan untuk apa saja. Saya harap para mahasiswa dapat memahami dari makalah yang saya buat ini. </div>
<div align="center">
<b>BAB II</b> </div>
<div align="center">
<b>PEMBAHASAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>2.1. TEKNOLOGI PENGELOLAAN ULTISOL</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH ratarata &lt; 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organic rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik. Penerapan teknologi tersebut dapat meningkatkan hasil tanaman jagung (Tabel 4). </div>
<div align="justify">
<b>2.1.1. Pengapuran</b> </div>
<div align="justify">
Untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dilakukanpengapuran. Reaksi tanah masam dengan kejenuhan Al tinggi sudah menjadi merek dari tanah ini. Kemasaman tanah berhubungan erat dengan kejenuhan Al, seperti yang dilaporkan oleh Abruna <i>etal. </i>(1975), % kejenuhan Al = 516,10−163,97 kemasaman tanah + 12,70 (kemasaman tanah) 2 dengan r = 0,90. Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan mineral mudah lapuk. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi dapat dinetralisir dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara takaran kapur dengan Al dan kejenuhan Al (Sri Adiningsih dan Prihatini 1986). Pengapuran efektif mereduksi kemaaman (Wade <i>et al. </i>1986), dan pemberian kapur setara dengan l x Aldd dapat menurunkan kejenuhan Al dari 87% menjadi &lt; 20% (Sri Adiningsih dan Prihatini 1986). Pada tanaman kedelai, pemberian kapur hingga kedalaman 30 cm dapat memberikan hasil tertinggi, tetapi residu kapur tidak mempengaruhi tinggi tanaman jagung yang ditanam setelah kedelai, dan hanya berpengaruh pada bobot tongkol basah (Suriadikarta <i>et al.</i> 1987a; 1987b). Pemberian kapur dapat mengatasi masalah kemasaman tanah dan juga menjamin tanaman dapat bertahan hidup dan berproduksi bila terjadi kekeringan (Amien <i>et al. </i>1990). Takaran kapur didasarkan pada Aldd atau persentase kejenuhan Al, karena setiap jenis tanaman khususnya tanaman pangan mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kejenuhan Al (Tabel 5). Makin besar persentase kejenuhan Al dalam tanah, makin banyak kapur yang harus diberikan ke dalam tanah untuk mencapai pH agak netral sampai netral. Pengapuran tampaknya dapat mengatasi masalah kejenuhan Al dan kemasaman pada tanah Ultisol. Namun di beberapa daerah seperti di Kalimantan dan Sumatera, ketersediaan kapur relative terbatas, dan bila tersedia harganya belum tentu terjangkau oleh petani. Pengapuran sebaiknya hanya dilakukan bila pH tanah di bawah 5 karena pada pH di atas 5,50, respons Al rendah karena sudah mengendap menjadi Al (OH)3. </div>
<div align="justify">
<b>2.1.2. Pemupukan Fosfat dan Kalium</b> </div>
<div align="justify">
Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol, karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe. Ultisol pada umumnya memberikan respons yang baik terhadap pemupukan fosfat. Penggunaan pupuk P dari TSP lebih efisien dibanding P alam (Hakim dan Sediyarsa 1986), namun pengaruh takaran P terhadap hasil tidak nyata. Pemberian P 200−250 ppm P2O5 pada tanah Ultisol dari Lampung dan Banten dapat menghasilkan bahan kering 3−4 kali lebih tinggi dari perlakuan tanpa fosfat (Sediyarsa <i>et al.</i> 1986). Di samping itu pengaruh residu pemupukan P masih terlihat walaupun hasil tanaman lebih rendah dari pertanaman sebelumnya (Sugiyono <i>et al.</i> 1986). Respons tanaman jagung terhadap pemupukan P dan N pada tanah Typic Paleudults sangat tinggi karena status kesuburan Typic Paleudults sangat rendah. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa takaran pupuk P dan N untuk pertanaman jagung kedua lebih kecil dari pertanaman pertama (Soepartini dan Sholeh 1986). Residu pupuk P pada tanah Ultisol memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Suriadikarta dan Widjaja-Adhi 1986), bahkan residu P sebesar 3 x 60 kg P/ha dapat menaikkan ketersediaan P dalam tanah dari 3,30 menjadi 10,10 ppm P2O5. Pupuk K dalam bentuk KCl diberikan dengan takaran 100−130 kg KCl/ha. </div>
<div align="justify">
<b>2.1.3. Bahan Organik</b> </div>
<div align="justify">
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci (Subowo <i>et al.</i> 1990). </div>
<div align="justify">
Pengelolaan bahan organik dengan penanaman <i>Mucuna </i>sp. selama 3 bulan dan pengembalian serasah + pupuk kandang 10 t/ha pada guludan dapat meningkatkan pori tanah, dan pori air tersedia, serta menurunkan kepadatan tanah (Erfandi <i>et al. </i>2001). Pada Ultisol dari Sitiung, pemberian bahan organik berupa kotoran sapi, jerami, dan <i>Flemingia</i> <i>congesta </i>dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan kapasitas tukar kation serta menghalangi serapan P dan Mg dalam tanah (Nursyamsi <i>et al</i>. 1997). Pengelolaan tanah dan bahan organic berupa sisa tanaman jagung, <i>F. congesta</i>, dan <i>Mucuna </i>sp. sebagai mulsa sangat efektif mencegah erosi serta mengurangi konsentrasi sedimen dan aliran permukaan (Kurnia <i>et al. </i>2000). Pemberian berbagai jenis dan takaran pupuk kandang (sapi, ayam, dan kambing) dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yaitu menurunkan bobot isi serta meningkatkan porositas tanah dan laju permeabilitas (Adimihardja <i>et al.</i> 2000). Penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman atau hasil penanaman seperti <i>Mucuna </i>sp. dan <i>F. congesta </i>dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti pori air tersedia, indeks stabilitas agregat, dan kepadatan tanah. Pemberian bahan organik baik dari sisasisa tanaman maupun yang sengaja ditanam tidak menimbulkan masalah bagi petani, tetapi pemberian pupuk kandang dengan takaran hingga 10 t/ha akan sangat sulit diterapkan oleh petani. Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui pertanaman lorong (<i>alley cropping</i>). Selain pangkasan tanaman dapat menjadi sumber bahan organik tanah, cara ini juga dapat mengendalikan erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman <i>Flemingia</i> sp. dapat meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation serta menurunkan kejenuhan Al (Hafif <i>et al. </i>1993; Irianto <i>et</i> <i>al. </i>1993; Suhardjo <i>et al. </i>1997). Penerapan pola tanam tumpang gilir di produksi dengan pemberian mulsa setiap panen pada tanah Ultisol dapat menekan erosi pada lereng 15% hingga di bawah nilai erosi yang dapat diabaikan (Barus <i>et al.</i> 1986). Pada lereng sekitar 4%, penggunaan mulsa untuk mencegah erosi cukup baik asalkan diikuti pengelolaan tanah yang baik pula (Suwardjo <i>et al. </i>1987). </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>2.2. KOMPOSISI MINERAL</b> </div>
<div align="justify">
Susunan mineral primer yang dominan pada Ultisol dengan bahan induk yang berbeda disajikan pada Tabel 3. Kuarsa yang dominan terdapat pada Ultisol yang terbentuk dari tufa berkapur dan dari batuan granit (Pedon 3, Typic Haplohumults dan Pedon 1, Typic Kandiudults). Pada Ultisol yang berkembang dari batuan tufa masam ( Pedon 2, Typic Paleudults), kuarsa dan opak mendominasi susunan mineral pasir, sedangkan pada Ultisol dari bahan volkan intermedier (Pedon 4, Typic Paleudults), opak merupakan mineral yang dominan pada fraksi pasir. Yatno <i>et al</i>. (2000) menyatakan Ultisol dari batuan liat dan pasir didominasi oleh mineral kuarsa. Kandungan mineral mudah lapuk (<i>weatherable mineral</i>) seperti orthoklas,= biotit, epidot, gelas volkan olivin, sanidin amfibol, augit, dan hiperstin pada tanah Ultisol umumnya rendah bahkan sering tidak ada (Subardja 1986; Suharta dan Prasetyo 1986; Prasetyo <i>et al. </i>1998; Prasetyo <i>et al. </i>2005)<i>. </i>Dengan demikian Ultisol tergolong tanah yang miskin akan unsur hara. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan induk tanah Ultisol menentukan komposisi mineralnya. Pada tanah yang berbahan induk batuan masam, mineral primer didominasi oleh kuarsa, sedangkan pada tanah dari bahan volkan didominasi oleh opak. Tufa masam merupakan jenis batuan sedimen masam dari bahan volkan sehingga komposisi mineral primernya didominasi oleh campuran opak dan kuarsa. Komposisi mineral liat Ultisol didominasi oleh kaolinit (Suharta dan Prasetyo 1986; Setyawan 1997; Prasetyo <i>et al</i>. 2001; Alkusuma dan Badayos 2003; Prasetyo <i>et</i> <i>al</i>. 2005). Gambar 1 memperlihatkan komposisi mineral liat dari Ultisol berbahan induk batuan granit. Pada gambar tersebut kaolinit ditunjukkan oleh puncak difraksi 7, 18A, dan 3,56A. Mineral liat lainnya adalah vermikulit dengan puncak difraksi 14,2A dan gibsit dengan puncak difraksi 4,83A. Puncak difraksi 11A pada perlakuan pemanasan K+ hingga 550°C menunjukkan adanya <i>interlayer </i>hidroksi Al. Ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pencucian basa-basa yang intensif dan umumnya dijumpai pada lingkungan dengan drainase baik. Kondisi tersebut sangat menunjang untuk pembentukan mineral kaolinit. Namun, dominasi kaolinit tersebut tidak mempunyai kontribusi yang nyata pada sifat kimia tanah, karena kapasitas tukar kation kaolinit sangat rendah, berkisar 1,20−12,50 cmol/kg liat (Briendly <i>et al.</i> 1986; Prasetyo dan Gilkes 1997). Mineral liat lainnya yang sering dijumpai adalah haloisit dan gibsit (Subagyo <i>et al. </i>1986). Adanya mineral smektit pada tanah Ultisol pernah dilaporkan oleh Subagyo <i>et al. </i>(1986) pada Ultisol dari batuan gamping di daerah Tuban, Jawa Timur dan oleh Prasetyo <i>et al</i>. (2000) pada Ultisol dari bahan tufa berkapur di daerah Pametikarata, Sumba Timur. Smektit merupakan jenis mineral 2:1 yang kehadirannya dalam tanah akan sangat menentukan sifat fisik dan kimia tanah. Pembentukan mineral ini memerlukan lingkungan dengan pH netral dan terjadi akumulasi basa-basa dan silika. Pada kedua jenis tanah Ultisol tersebut, smektit berasal dari bahan induk tanah (<i>inherited</i>) yang terbentuk melalui proses geologi (<i>geogenic</i>)<i>, </i>bukan melalui proses pembentukan tanah (<i>pedogenic</i>)<i>.</i> Smektit pada Ultisol umumnya sedang dalam proses pelapukan, yang dicirikan oleh tingginya Al dapat ditukar dan nilai kapasitas tukar kation yang rendah. </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>2.3. CIRI MORFOLOGI</b> </div>
<div align="justify">
Pada umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi lama menurut Soepraptohardjo (1961), Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan <i>hue </i>dari 10YR hingga 10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo <i>et al. </i>1986; Suharta dan Prasetyo 1986; Rachim <i>et al. </i>1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Alkusuma 2000; Isa <i>et al. </i>2004; Prasetyo <i>et al. </i>2005). Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan Hajek 1989; Schwertmann dan Taylor 1989). Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Subardja 1986; Subagyo <i>et al.</i> 1987; Isa <i>et al. </i>2004; Prasetyo <i>et al. </i>2005). Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Rachim <i>et al. </i>1997; Isa <i>et al. </i>2004; Prasetyo <i>et al. </i>2005). Komposisi mineral pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol. Bahan induk yang didominasi mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan granit dan batu pasir, cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk yang kaya akan mineral mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu kapur cenderung menghasilkan tanah dengan tekstur yang halus. Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam <i>Soil</i> <i>Taxonomy </i>(Soil Survey Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik (Soekardi <i>et al. </i>1993). </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>2.4. SIFAT KIMIA</b> </div>
<div align="justify">
Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa &lt; 35%, karena batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol menurut <i>Soil</i> <i>Taxonomy</i>. Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation &lt; 16 cmol/kg liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik. Reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali tanah Ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH 6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol/kg, 6,11−13,68 cmol/kg, dan 6,10−6,80 cmol/kg, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (&gt;17 cmol/kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa tanah Ultisol dari bahan volkan, tufa berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi (Prasetyo <i>et al</i>. 2000; Prasetyo <i>et al</i>. 2005; Tabel 2) Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisol dari bahan sedimen dan granit (&gt; 60%), dan nilai yang rendah pada tanah Ultisol dari bahan volkan andesitik dan gamping (0%). Ultisol dari bahan tufa mempunyai kejenuhan Al yang rendah pada lapisan atas (5−8%), tetapi tinggi pada lapisan bawah (37−78%). Tampaknya kejenuhan Al pada tanah Ultisol berhubungan erat dengan pH tanah. </div>
<div align="justify">
Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik. Peningkatan fraksi liat yang membentuk horizon argilik pada tanah Ultisol cukup merugikan karena horizon ini akan menghalangi aliran air secara vertikal, sebaliknya aliran horizontal meningkat sehingga memperbesar daya erosivitas. Pembentukan horizon argilik merupakan proses alami yang sulit dicegah, namun erosi yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi dampaknya. Masalah Al umumnya terjadi pada tanah Ultisol dari bahan sedimen. Bahan sedimen merupakan hasil dari proses pelapukan (<i>weathering</i>) dan pencucian (<i>leaching</i>)<i>, </i>baik pelapukan dari bahan volkan, batuan beku, batuan metamorf maupun campuran dari berbagai jenis batuan sehingga mineral penyusunnya sangat bergantung pada asal bahan yang melapuk. Oleh karena itu, tanah Ultisol dari bahan sedimen sudah mengalami dua kali pelapukan, yang pertama pada waktu pembentukan batuan sedimen dan yang kedua pada wak-tu pembentukan tanah. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa kandungan Al pada batuan sedimen sudah sangat tinggi. Kondisi ini akan berbeda bila tanah Ultisol terbentuk dari bahan volkan dan batuan beku. Pada tanah tersebut Al hanya berasal dari pelapukan batuan bahan induknya. Kondisi ini juga masih dipengaruhi oleh pH. Pada bahan induk yang bersifat basa, pelepasan Al tidak sebanyak pada batuan masam, karena pH tanah yang tinggi dapat mengurangi kelarutan hidroksida Al. Ultisol dari bahan sedimen mempunyai kesuburan alami yang lebih rendah daripada Ultisol dari bahan volkan atau batu kapur, karena bahan sedimen sudah merupakan hasil perombakan bahan lain sehingga kandungan unsur haranya pun rendah. Ultisol dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur yang berkembang dari batuan sedimen batu pasir dan batu liat mempunyai nilai kapasitas tukar kation tanah 3−18 cmol(+)/kg, kejenuhan basa 3− 9%, kejenuhan Al 33−95%, dan pH 3,70−5 (Prasetyo dan Suharta 2000; Yatno <i>et al.</i> 2000; Prasetyo <i>et al. </i>2001). Sementara itu tanah Ultisol dari bahan volkan mempunyai nilai kapasitas tukar kation 13,80− 25,49 cmol(+)/kg tanah, kejenuhan basa 4− 35%, kandungan Al 0−16%, dan pH tanah 4,60−5,70 (Subagyo <i>et al. </i>1987; Prasetyo <i>et al. </i>2005). </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="center">
<b>BAB III</b> </div>
<div align="center">
<b>KESIMPULAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>3.1. KESIMPULAN</b> </div>
<div align="justify">
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, Pada umumnya Ultisol mempunyai penampang tanah yang dalam, sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Kecuali Ultisol yang mempunyai horizon kandik, semua tanah. Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation sedang hingga tinggi (&gt; 16 cmol/kg) sehingga sangat menunjang dalam pemupukan. Penampang tanah yang dalam dengan kapasitas tukar kation sedang hingga tinggi menjadikan tanah Ultisol dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman. Namun demikian, faktor iklim dan relief perlu diperhatikan. </div>
<div align="justify">
Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian adalah kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi seperti pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan bahan organik. </div>
<div align="justify">
Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman pangan lebih banyak menghadapi kendala dibandingkan dengan untuk tanaman perkebunan. Oleh karena itu, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan kelapa sawit, karet, dan hutan tanaman industri, terutama di Sumatera dan Kalimantan. </div>
<div align="justify">
Masalah dalam penerapan hasil-hasil penelitian pengelolaan tanah Ultisol oleh petani adalah rendahnya pengetahuan dan sumber pembiayaan mereka, terutama untuk pengadaan pupuk P, kapur, dan pupuk kandang. Untuk memacu penerapan hasil-hasil penelitian dapat memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian yang ada. Perlu dilakukan penelitian mengenai potensi aplikasi hasil-hasil penelitian oleh petani untuk memantau tingkat adopsi teknologi yang dihasilkan oleh petani. </div>
<div align="center">
<b>BAB IV</b> </div>
<div align="center">
<b>PENUTUP</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>4.1. PENUTUP</b> </div>
<div align="justify">
Pada pembuatan makalah ini, saya sebagai penulis meminta maaf atas segala kekurangan dari makalah ini, karena saya masih dalam tahap belajar, saya mengharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian supaya saya bisa memperbaiki kekurangan saya dalam pembuatan makalah ini, mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya. </div>
<div align="justify">
Wassalamualaikum wr. Wb … </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="center">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Aini Indrasari dan Abdul Syukur, Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan Unsur Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan Jagung Pada Ultisol Yang Dikapur, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol 6 (2) (2006) p: 116-123. </div>
<div align="justify">
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta, Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia, <i>Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006.</i> </div>
<div align="justify">
Fajar Isminarni, Sri Wedhastri, Jaka Widada, Benito Heru Purwanto, Penambatan Nitrogen Dan Penghasilan Indol Asam Asetat Oleh Isolat-Isolat Azotobacter Pada Ph Rendah Dan Aluminium Tinggi, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2007) p: 23-30. </div>
<div align="justify">
Emanoel Gomes de Moura1*; Kátia Pereira Coelho1; Idelfonso Colares de Freitas1; Alanadas Chagas Ferreira Aguiar2, Chemical And Physical Fertility Indicators Of A Weakly-Structured Ultisol After Liming And Mulching, Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.), v.66, n.6, p.800-805, November/December 2009. </div>
<div align="justify">
Ibrahaim M. Al-Kiki*, Moafaq A. Al-Atalla* &amp; Abdulrahman H. Al-Zubaydi*, Long Term Strength and Durability of Clayey Soil Stabilized With Lime, Eng. &amp; Tech. Journal, Vol.29, No.4, 2011. </div>
<div align="justify">
Mbah Charles Ndubuisi, Nkpaji Deborah , Response of Maize (Zea mays L) to Different Rates of wood-ash Application in acid Ultisol in Southeast Nigeria, Journal of American Science 2010;6(1):53-57.</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
</div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/143416838896058465/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/11/makalah-kesuburan-tanah-tanah-ultisol.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/143416838896058465'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/143416838896058465'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/11/makalah-kesuburan-tanah-tanah-ultisol.html' title='MAKALAH KESUBURAN TANAH “TANAH ULTISOL”'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2662444009954794723</id><published>2013-10-08T15:50:00.001+07:00</published><updated>2013-10-08T15:50:14.356+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="seputar pertanian"/><title type='text'>Rempah-Rempah dan Obat</title><content type='html'><p align="justify"><b>1. </b><b>Rempah-Rempah</b> <p align="justify">Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang mempunyai aroma atau rasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil dalam sebagai pengawet atau penambah rasa dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang digunakan untuk tujuan yang hampir sama, seperti tanaman obat, sayuran beraroma, dan kering. <p align="justify">Rempah biasanya dikeringkan untuk mengawetkannya dan harus ditempatkan dalam wadah yang kedap udara serta jauh dari cahaya. Dalam kondisi kering dan utuh, rempah-rempah bisa bertahan selama satu tahun. Sedangkan yang telah dihaluskan dalam bentuk bubuk, hanya bisa bertahan sampai beberapa bulan. <p align="justify"><b>2. </b><b>Obat </b> <p align="justify">Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. <p align="justify"><b>Sejarah Rempah di Indonesia dan Dunia</b> <p align="justify">Sejarah di Indoneisia bisa diawali dari prolog mengenai kehidupan orang Indonesia tempo dulu. Dahulu, orang memasak hanya dengan memanggang langsung hasil buruannya. Lama-kelamaan orang berkreasi dengan menambahkan aneka bumbu dan rempah ke dalam masakan. Temyata penggunaan bumbu dan rempah ini sangat digemari. Aneka masakan menjadi lebih awet, nikmat, dan penampilannya semakin menarik. Itulah sebabnya orang rela mengorbankan apa saja, termasuk nyawanya, untuk mendapatkan rempah-rempah ini. <p align="justify">Pada Abad Pertengahan, harga setengah kilogram jahe sama dengan seekor kambing, setengah kilogram pala sama dengan tiga kambing. Konon, sekarung merica dihargai sama dengan nyawa satu orang. Entah sumber dari mana. <p align="justify">Rempah-rempah dikenal dan digunakan oleh bangsa-bangsa Cina, Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno. Di mana pun rempah-rempah amat berharga. Tumbuhan ini hanya hidup di sejumlah kecil daerah, seperti di Maluku atau yang disebut juga sebagai kepulauan rempah-rempah dan setiap orang menginginkannya. Disini rempah-rempah digunakan untuk mengawetkan makanan, untuk mencegah rasa makanan menjadi tak sedap, atau untuk obat. <p align="justify">Propinsi Maluku merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang terletakdi bagian timur. Prpopinsi ini dikenal di seluruh dunia sebagai kepulauan rempah-rempah. Pada masa lampau, Karena rempah-rempah yang dimilikinya, membuat banyak bangsa-bangsa datang bahkan sampai menjajah karena ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di daerah tersebut. Dan demikian tadi sejenak Sejarah Rempah-Rempah di Indonesia. <p align="justify">Rempah-rempah atau biasa disebut bumbu-bumbu sudah dikenal digunakan berabad-abad oleh umat manusia dengan berbagai macam-macam bentuk, tanaman-tanaman yang dikeringkan untuk diambil aromanya, bibit-bibitnya, bunga-bunga ,daun-daun , wortel- wortel, atau bahkan dari batang/kulit (kulit luar) dari pohon tertentu. <p align="justify">Penggunaan bumbu-bumbu sudah digunakan berabad-abad oleh orang-orang Sumeria (orang-orang mesir disekitar sungai Efrat dan Tigris), sejarah memperlihatkan bahwa mereka menggunakan bumbu-bumbu dalam bentuk ramuan untuk obat-obatan sejak 5000 tahun yang lalu. <p align="justify">Berdasarkan sejarah menunjukkan bahwa tanam-tanaman (bumbu-bumbu) digunakan sejak awal tahun 1000 B.C oleh orang-orang Mesir untuk memberantas penyakit yang menjalar. <p align="justify">Bahkan dalam "Alkitab Perjanjian Lama" budidaya penggunaan tumbuh-tumbuhan /bumbu-bumbu sudah lama, berabad-abad disebutkan dan digunakan,seperti vetch, jintan, gandum,barley, dan rye. <p align="justify">Orang-orang Indian suku "Ayurveda" menggunakan rempah-rempah sebagai obat-obatan, seperti kunyit, diperkirakan awal tahun 1900 SM. Dalam kitab orang-orang Indian (Ayurveda) yang dihubungkan dengan "Sushuruta pada abad ke 6 SM , mereka menggunakan lebih dari 700 jenis resep tanaman obat, 64 jenis resep dari sumber-sumber mineral, 57 jenis resep dari sumber hewan, semua digambarkan. <p align="justify">Sejarah di Asia sudan dimulai, pada saat China yang sudah mencatat bukti catatan kuno bahwa cara pemecahan utama secara alami (bumbu-bumbu) adalah penggunaan ramuan (bumbu-bumbu/rempah-rempah), dan ini sudah digunakan sejak tahun 2700 S.M. Dalam sebuah catatan pertama sejarah dikatakan penggunaan bumbu-bumbu alami ini digunakan pada masa "Dinasti Han", ada lebih dari 365 tanaman (herbs) digunakan dalam daftar catatan tersebut. Dan kemudian generasi ini kemudian mengembangkan dan menggunakan campuran canggih tanaman-tanaman ini sebagai bumbu-bumbu dan bahkan sebagai solusi untuk setiap penyakit yang timbul. <p align="justify">Pedagang-pedagang dari Arab, pada mulanya menjualnya ke negara-negara eropa yang mereka ambil dari negara-negara Asia. Namun karena permintaan yang banyak dari negara-negara eropa dan harga bumbu-bumbu yang tidak terjangkau karena mahalnya seperti emas dan hampir tidak terjangkau, dan juga pada abad ke-14 dikarenakan hal Turkie yang merupakan bagian terpenting di daerah"Timur Tengah" ditaklukkan. Maka Arab harus membayar tinggi karena mereka datang kesana. <p align="justify">Maka pada tahun 1498 Vasco da Gama yang pertama-tama berlayar dari Eropa menuju ke Afrika dan singgah di Asia. Pada tahun 1602 dia mendirikan VOC. Pada tahun itu VOC memulai kekuasaannya. <p align="justify">Rempah-rempah khususnya "Pala" telah digunakan sejak abad ke-16 di dapur Eropa. Pada saat itu, Portugis yang memulai dalam perdangan "Pala" ini. <p align="justify">Sejak kedatangan VOC di Maluku, Belanda mencoba penduduk Banda dengan paksaan untuk menjual semua "Fuli "dan " Pala "hanya ke pada VOC , dengan harga yang lebih rendah dari pesaing mereka "Inggris". Kemudian VOC mengirimkan pria-pria berlapis baja ke pulau yang tenang itu untuk mengadakan eksekusi terhadap penduduk dengan membakar dan meratakan pulau itu. <p align="justify">Sebelumnya penduduk Banda telah berjanji dibawah ancaman VOC untuk menjual rempah-rempah ini ke VOC, namum mereka tidak memenuhi janji ini yang merugikan penduduk Banda. Akhirnya pada tahun 1621 Jan Pieterszoon Coen tiba di kepulauan Banda pada tanggal 10 Maart, pada serangan yang keduanya, kemudian melakuan expedisinya yang terkenal " Expirtatie" yaitu expedisi yang menentang aturan VOC yang melarang penjualan "pala" ke Portugis dan Inggris. Siapa yang menduduki Kepulauan Banda, dia yang memiliki hak monopoli. Banyak penduduk yang melarikan diri kepegunungan dan akhirnya tertangkap dan akhirnya dikirim ke "Batavia" sebagai tenaga paksa. Dan banyak korban-korban yang berjatuhan dengan mengerikan . <p align="justify">Menurut laporan yang dicatat mengenai hal ini, saat JP.Coen berkuasa dan dia melanggar aturan VOC, ada sekitar 2500 korban jiwa dari penduduk, yang berjatuhan,disebabkan oleh kelaparan dan perlawanan terhadap VOC. Selama J.P. Coen melakukan semua ekspedisinya, dia mengadakan pembataian massal secara rahasia terhadap seluruh penduduk pulau itu, agar rahasia penemuannya dari "tanaman pala" terjaga aman. <p align="justify">Kepulauan Banda pada saat itu adalah satu-satunya tempat di dunia (khususnya di Indonesia) sebagai pusat tempat pencarian rempah-rempah. Banda pada saat itu mulai di monopoli. <p align="justify">Belakangan VOC berusaha monopoli dalam perdagangan rempah-rempah. Dengan hasil rempah-rempah seperti cengkeh, pala cukup berhasil hanya tumbuh di Maluku, Sulawesi. Dengan lada jauh lebih sulit didapat, karena mengangkat tempat yang terlalu banyak. Belanda kemudian membentuk sebuah pos perdagangan penting di Batavia Jawa Barat. Dan daerah ini digunakan sebagai basis kekuatan VOC untuk perdagangan. <p align="justify">Cara lain untuk menegakkan monopoli adalah wisata hongi. VOC berusaha menghancurkan semua pulau-pulau yang tidak bekerja sama, kecuali Amboina, karena mereka memiliki pohon-pohon cengkeh. Hal itu VOC lakukan untuk lebih mudah rempah-rempah bisa dikendalikan oleh VOC.</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2662444009954794723/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/10/rempah-rempah-dan-obat.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2662444009954794723'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2662444009954794723'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/10/rempah-rempah-dan-obat.html' title='Rempah-Rempah dan Obat'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-149758480959782845</id><published>2013-09-13T19:58:00.001+07:00</published><updated>2013-09-13T20:29:20.199+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="android"/><title type='text'>Tutorial Root Xperia ARC S Versi 4.1.B.0.587</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
android tanpa root??? kayaknya kurang srek deh karena tanpa root kita hanya menikmati teknologi dari gadget android tersebut dengan batasan tertentu tanpa membenamkan akses super user yang berguna untuk memodifikasi sistem agar bisa sesuka hati menggunakan HH kita..,.,<br />
langsung saja pada topik ya. Cara root Sony Ericsson Xperia ARC S dengan ROM ICS resmi yaitu rom Versi 4.1.B.0.587 yang tentunya versi ICS ini jika dibandingkan dengan versi ICS yang sebelumnya tentu yang ini lebih smooth, lag sedikit, dan masih banyak lagi deh. Lebih kerasa jika di coba saja sendiri hehe<br />
Alat dan bahan :<br />
<ul>
<li>Yang paling utama ya smartphone nya sesuai judul yaitu Xperia Arc s Lt18i. HH udah unlock bootloader ya. jangan lupa </li>
<li>flashtool terbaru, versi 0.8/up, kalo ane pake versi 0.9 bisa sedot <a href="http://www.4shared.com/file/ByOxNqzM/flashtool-0980-windows.html" target="_blank">DISINI</a> </li>
<li>firmware XPERIA arc s ics 587 sedot <a href="https://hotfile.com/dl/167361348/43349db/LT18i_4.1.B.0.587_(1254-2716).ftf.html" target="_blank">DISINI</a> atau <a href="http://www.mediafire.com/?rhr59r4o6oarnfx" target="_blank">DISINI</a>. dan untuk XPERIA arc <a href="http://www.4shared.com/rar/ZCCuuRuB/LT15i_41B0587_Generic_Global_W.html" target="_blank">DISINI</a> </li>
<li>Kernel Xperia Arc S Lt18i_4.1.A.0.562_Kernel.ftf sedot <a href="http://www.4shared.com/file/EhXpXUc2/Lt18i_41A0562_Kernel.html" target="_blank">DISINI</a> </li>
<li>Xperia 2011 ICS Easy Rooting toolkit (v1.0) by DooMLord <a href="http://www.4shared.com/zip/LKfnjJx8/DooMLoRD_v1_Xperia-2011-ICS-RO.html" target="_blank">DISINI</a></li>
</ul>
<br />
<strong>UPGRADE ICS KE 587</strong><br />
<ul>
<li>Simpan file firmware ics 587 yang telah agan download di C/Flashtool/firmwares </li>
<li>Buka flashtool. Status HH tercolok ke kompi dan yang pasti HH sudah root (USB debugging+Unkwon Souce di Centang). caranya Menu\Settings\Developer Options\Development , ceklis “USB DEBUGGING”</li>
</ul>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgekc7rvnhCmBAJTavNCc3rfuMQVOWeUJdVw3o4cNIcdr7NOIdHDfRuEKRSuYXfxACAAbaniXl07FRhWSjgKqYyHqFXi77gjn13tR28Tp5IttktW5hlLVj38SNQLUJznTIGZ_YCn1XMJzY/s1600-h/F1%25255B7%25255D.jpg"><img alt="F1" border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT5eM-tA1TUghMwnGvN-bxg_o7qIGNckTrpWel11eM57eh7nTzcq67loIWLB5ttMES-fJaSbGDYeChN_Sp4YnuXx1eh_Qo8u21IG05CpegAjzYd0ndFlGDuQagckq2XTyPL3fEgDj-gn0/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="F1" width="438" /></a><br />
<ul>
<li>Kemudian klik gambar petir di pojok kiri atas untuk proses flashing firmware, dan pilih flashmode, klik OK</li>
</ul>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC5lxlC2MbEK16YYvsYheKuh2Sia_-IF0loEjrIhoig0Zk3XO9gssdI1wttdfOZXQq2hFhv_mg-wdnVS2s9gfN8CMwuAYE1aQEhuTPD7aWtoxOuwW9KMn0fDFroCAAnT3DQ0y4oFBU-lA/s1600-h/F2%25255B4%25255D.jpg"><img alt="F2" border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqI_7GecsnVxRzZ84xbNzZCIjtjuqQSj_ErOJKnXt9kvNR45Rg8UfD8ZIuJo_rduiB7YDl4c1I8KyDrpyInkwbZ7OBnwuA2mcPLhKzVePG0R4JqSJ6V3lr7Un-FvK88yTCak8ChteKm1s/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="F2" width="224" /></a> <br />
<ul>
<li>Selanjutnya setelah muncul firmware selection pilih firmware yang telah tadi agan simpan di C/Flashtool/firmwares</li>
</ul>
&nbsp;<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-3tA3LjULuZOiIbEgo5zZkwkpWvY4L2gGtf-bS48EytHY2dt98TCCldzwP_vFR2lOem4TBtVIO_9kkwYIUm2tWamD5sxMfxOx7NJTcGj3JskT199WZi4llfDlXZh4nOFPfc-3lzRcvns/s1600-h/F3%25255B6%25255D.jpg"><img alt="F3" border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dkm-ZATRaQiO2FZ_hXMtf8CiaGRqYyp3IPTl7hg4Zv1snOhv1n0of7Q1cMI_dl4IkCg8StER6b6K_upQw2hFlA9WtrkpwJphY3PtvEOr2XtlKX8JmsH_SWQJcypLGKE5HovUq9ymZGU/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="F3" width="417" /></a> <br />
<ul>
<li>Kemudian akan muncul jendela flashtool seperti ini</li>
</ul>
&nbsp;<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnuRauENw4oRU7aJ-JI58BNBwa70qfbZyC7uFbgpLahck4HpZwsR3ZVVhwhCJLQuVPcTe4HL-8EdGKOxL_uvfm_m4UtWTKIKYVr7R6B-JwH-IPBRShAItUGfW_rgIxeDhFvE2adgE9wwU/s1600-h/2013-06-06_223448%25255B5%25255D.png"><img alt="2013-06-06_223448" border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUy04NjDWm4bb1dNJ7QeeySki1zH72h_apP3WGJ2-27PvKWBlbrBos-rzjyqi5u_KTg0t-apjVikLfbU7xPZMBD6VN7gnchLi4b4H6aCvHXm7n5GOXQ0LUL1MxM3MOBcrVe_WJu9cqBvw/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="2013-06-06_223448" width="430" /></a> <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6Yn1AgCRJuAKod2OIYEUKec6pm2D0MJ9hOaNIJ6pvcVKjc_wD5-eW19hkhj7N_ffvlZGXwr-5OLWA0YpZLxNPQqt48kKScx2YS6YDFaqyf3Lf8eXyWJgIJ407qqd61e8o8-IQWFevwlo/s1600-h/F4%25255B5%25255D.jpg"><img alt="F4" border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsWU02-F-bPT9MTI7Ax6zXiAZaFqiXWHOiZ5PGTIYbZFP4y_5BI-R39Ef4-u2V3XkS8X9RYT2jpy0fFe5jfw_lwONCqV5YmKPUIofQdGlqPVvJsWiIz6Q9Xg8DzUYzYqSSPilcgCNbI-A/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="F4" width="429" /></a><br />
<ul>
<li>Lakukan seperti yang diminta yaitu cabut kabel usb dari HH, matikan HH, tekan dan tahantombol back di HH Xperia Arc S, kemudian clokkan kembali kabel data ke HH </li>
<li>Tunggu proses flashing berjalan sampai ada keterangan “Flashing finished”. itu artinya, firmware pada ARC S agan telah selesai di flash. matikan program flashtool.</li>
</ul>
<blockquote>
&nbsp;<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcnuiynE3mLif2cWKhmTVCYtiiQFXPbyuzZ56QBtkfDy1dLwh6WeFReBkO5BLeJcUBtmCY5UMD_8Mp5uZLvfCeGU2Yh7gVPZlJRqeUTM3hoiJiJ0IWpdWhbJW-BfjrUGNDgZPjeZADzvc/s1600-h/F6%25255B4%25255D.jpg"><img alt="F6" border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivdm_2QryPKKg41aXVEvJqw8hY5Rj2iImti68201xq4lOgngmeyaETxdDX1fEeaTa61rZhFfRazX1cJFPVT8iMG6i9bitsaSqK40Y67Tz8hLdIBv0KZL6zRfgOE44f8HxU_w3Q32QxKU8/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="F6" width="429" /></a>&nbsp; <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuNInZK5P0XwCAMntuhniCCEZnP5AZH7XpGhIzsSn716lMwrBxMMCMRLmFwVDvGz3LnHOXHW4RFTaR9QYsBcJkCh2qVfBtbMeHTgYEM02IuQ45DeVYD0r482E0X5CiBhTm1L_82YBGdeI/s1600-h/FINISH%25255B4%25255D.jpg"><img alt="FINISH" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGfXNSrRgSbqFo0HfvT5aL9aWbw6JZGm74bMz7dkc_DC-6yMDhGOk9BdHuOgLV7ctkoVe9noZ8s25mwX_4W1LYP8SdMcnOfozkWvc2wc6F3-zwmKneF6bdYfUZmr-QddXmuIAlbWTjUeo/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="FINISH" width="423" /></a>&nbsp;</blockquote>
<br />
<div align="justify">
<b>FLASH KERNEL </b></div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Simpan file kernel di C:\flashtool\firmwares. Pada folder firmwares disarankan untuk menghapus file yang lain agar dapat menghindari kesalahan sewaktu memilih file kernel.</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Colokan HH ke kompi. Proses flash kernel sama dengan proses flash firmware,</div>
</li>
</ul>
<ul>
<li> <div align="justify">
Klik lagi tanda petir, pilih flashmode, klik OK, dan pilih kernel yang telah disimpan di C:\flashtool\firmwares, kemudian centang “no final verification”</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA8xa7EZEQyubcbeQ833trpwAqD48ky3tGGiYQE4_SynxrML_BdcCF21Gr6XJVD5F3kOsfmq14xyHFxud_MeTCQloBt9dlAjIWiwfYfoua-yj1tI_fxhrGoR4XyTOF7NtvixhjQs2QhNQ/s1600-h/FLASH%252520KERNEL%2525202%25255B4%25255D.jpg"><img alt="FLASH KERNEL 2" border="0" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXmsPynPgS0HByszKACbCu4AyRVNlkbe36u5xNT5h_FrG-diMrMNQfOgJ-X8JLtf43VK9X9eF62OIP8bI14t6ClfNSyC5KYkkiktnTQn5uet41riBOtaL4p63FMAFqPaoE8Untpl2Xmqo/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="FLASH KERNEL 2" width="437" /></a> </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Kemudian muncul kembali jendela flashtool seperti pada proses flash firmware. lakukan kembali seperti yang diminta.</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg31xXffQQRGGOMnKcn5Svk2SIHUu9NjLMELN9pBdorBHoGjJVWp9QKnf9x6o6LSEh8wFv1knkqkj1-v3P3dybjMIP7VgSxZh1q3CIAY9UsbvP24IYfKmu9O2G-IerKaiLAZkUgD_yBvok/s1600-h/2013-06-06_223448%25255B8%25255D.png"><img alt="2013-06-06_223448" border="0" height="254" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3kK-i8Xbik_MwI3nsLxP3FgmTj94hTx-mDSLqoVw-GHgJIGEFyGSif4ugUGbAuVUezDGYWyu_QzLWE9beVz3_D7okQ7P4pMweMaQPf5p3_G6AXYcxULfLUr6vqEXNWCFaAvvU0FmxQQ8/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="2013-06-06_223448" width="437" /></a></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Tunggu kembali sampai proses selesai<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0P2VFztp7zTkOczg7XGTRfQHjWCZ2aeuhqBSkP2RFt3yL-emlUgyKdlS5oJZezBahCyUOwtjP9Hr_TQCeYyE8WEIoWfsJDSol1uBcw4Yf3dTRlzy-J7r_XvBhyfPYe80_H5T0j_-k08/s1600/FLASH+KERNEL4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV0P2VFztp7zTkOczg7XGTRfQHjWCZ2aeuhqBSkP2RFt3yL-emlUgyKdlS5oJZezBahCyUOwtjP9Hr_TQCeYyE8WEIoWfsJDSol1uBcw4Yf3dTRlzy-J7r_XvBhyfPYe80_H5T0j_-k08/s400/FLASH+KERNEL4.jpg" width="400" /></a></div>
<br /></div>
</li>
<li> <div align="justify">
Restart HH</div>
</li>
</ul>
&nbsp; <br />
<strong>ROOT XPERIA ARC S</strong><br />
<ul>
<li>Ekstrak file Xperia 2011 ICS Easy Rooting toolkit (v1.0) by DooMLord ke C:\DooMLoRD_v1_Xperia-2011-ICS-ROOT-emu-busybox-su </li>
<li>Jalankan file “runme.bat” dan hidupkan kembali ponsel anda.<br />perhatikan syarat untuk ngeroot :</li>
</ul>
<ol> <ol>
<li>Install adb driver untuk android <a href="http://adbdriver.com/downloads/" target="_blank">DISINI</a> </li>
<li>Perbolehkan “USB DEBUGGING”. </li>
<li>Perbolehkan “UNKNOWN SOURCES” . caranya Menu\Settings\Security , ceklis “UNKNOWN SOURCES” </li>
<li>Disarankan untuk setting “screen timeout” selamat 10 menit </li>
<li>Colok kabel USB cable ke ponsel ARC S dan sambunkan ke komputer </li>
<li>Abaikan (skip) “PC Companion Software” yang muncul pada layar ponsel</li>
</ol>
</ol>
<ul>
<li>Tekan enter dan biarkan proses berjalan. ponsel akan restart beberapa kali sampai ada keterangan “ALL DONE , press any key to continue”. itu artinya XPERIA ARC S sudah berhasil di root.</li>
</ul>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiGmI8_KasyW3sZrJCRnTIcpCDmXX-wnROHBxhD8Nun7fu_15o79TEZh7THyQjWgxo1pN5iCCg3EoPmShRrl50p3D5Kh1BAYzP9YqoP-WjApbsiybwbvQZbSndm4Dhln1Yef1lNjAGH0Q/s1600-h/R%25255B6%25255D.jpg"><img alt="R" border="0" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW9120q5Q1AX9mqIWcE3KpUMTG1ib97NvxWtaNP-s0ANErt422fgJcNbeJeu-WH3wHxfRPYdI6NjJmF8zlNCXZ8DBWru4rJX0r9yMlVDMRy6HUSDUfRXjdd9Bal440rF7nYpFg_FUTuMg/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="R" width="429" /></a>&nbsp; <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMjzZ6EtIX3w0U3ybWJw-wJ91ZSCrDjs9udqJdkdNtsoTc8PC0uTIXZfoS4ugUQcAOSfDi2pSmn7wOwwbnzuvDEPHN67gfUXBvWZonvtrYUT_DMSCi58O4tHbb6G_9E7VDEa-xx5E6YNM/s1600-h/R3%25255B6%25255D.jpg"><img alt="R3" border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizEYrX75b3oEL-PUMGvYAH3KywM_5qLZgwqex_9v6sTkDtQJSLl6oENowPLyRFf3zhyphenhyphengGeJ6z3Mw0kJF-SjJ1aWPndCagpytF7-xJDWMlFbWa1ShpgRAymmPJdoAAhFdPLFZXpIN_pQuE/?imgmax=800" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="R3" width="423" /></a></div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/149758480959782845/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/09/tutorial-root-xperia-arc-s-versi-41b0587.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/149758480959782845'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/149758480959782845'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/09/tutorial-root-xperia-arc-s-versi-41b0587.html' title='Tutorial Root Xperia ARC S Versi 4.1.B.0.587'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT5eM-tA1TUghMwnGvN-bxg_o7qIGNckTrpWel11eM57eh7nTzcq67loIWLB5ttMES-fJaSbGDYeChN_Sp4YnuXx1eh_Qo8u21IG05CpegAjzYd0ndFlGDuQagckq2XTyPL3fEgDj-gn0/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-171189830863125764</id><published>2013-07-02T21:40:00.001+07:00</published><updated>2013-07-02T21:40:03.320+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Be Health"/><title type='text'>SELADA, sayuran daun yang penuh manfaat</title><content type='html'><p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbmziC-K5JuXC_PiFlzKWVdnGNduU1ZvmFn-tG9LA6IfCClY68GinrLkGmNeomoS2EGsuqPn9ZaFYH9ayasm4Y6jOC7CLLe2WTiRKgqY4m_UDvKq5hPln6RFn7Z67UCtEiPpnN04Uv9ek/s1600-h/sk%25255B3%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="sk" border="0" alt="sk" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhelj9ww2beEZdaO0fl9yhYEpX5yFGQsAoZ0vXb3xwFXsGeb21_QC3VYhXHa2rlQOmceXaWGE6gCrbTIcPfZoaJmOK-WMls9cn-VBS8S6EHHwevxLiYP8f91wOt7l2eqMXs799yyAkqwEA/?imgmax=800" width="180" height="240"></a> </p> <p align="justify">selada keriting</p> <p align="justify">Karena kalorinya yang terkandung dalam selada rendah, maka sayuran daun ini sangat disarankan bagi yang ingin menurunkan berat badan. <p align="justify">Selada (<i>lactuca sativa</i>), tumbuh sebagai sayuran daun, salah satu tanaman salad yang paling halus di dunia ini. Selada dianggap sebagai raja dari tanaman salad. Tanaman tahunan atau dua tahunan beriklim sedang ini dari keluarga <i>Asteraceae</i>. Sayuran ini biasanya dikonsumsi dingin dan mentah, dalam salad, hamburger, taco, dan beberapa hidangan lainnya. kalau saya enaknya makan barengan sambal, jadi sayuran ini sangat pas juga sebagai lalab. juga untuk mempertahankan gizi, vitamin dan mineral yang tinggi, saya sarankan dimakan mentah <p align="justify">Pada dasarnya ada beberapa jenis selada, yaitu <i>butterhead</i> (Boston), selada cina, <i>crisphead</i> (Iceberg), <i>looseleaf</i>,<i>Romaine</i>, dan <i>Summer Crisp</i> (Batavia). Semuanya digunakan untuk satu tujuan, yaitu membuat salad. Selada menawarkan penggunanya sejumlah manfaat kesehatan dan gizi, seperti dikutip dari <i>Lifemojo</i>. <p><b>Nilai gizi selada</b> <p align="justify">Selada merupakan sumber yang baik bagi klorofil dan vitamin K. Kaya garam mineral dengan unsur-unsur alkali yang sangat mendominasi. Hal ini yang membantu menjaga darah tetap bersih, pikiran dan tubuh dalam keadaan sehat. <p align="justify">Selada berdaun kaya akan lutein dan beta-karoten. Juga memasok vitamin C dan K, kalsium, serat, folat, dan zat besi. Vitamin K berfungsi membantu pembekuan darah. Nutrisi lainnya adalah vitamin A dan B6, asam folat likopen, kalium, dan <i>zeaxanthin</i>. Selada mengandung alkaloid yang bertanggung jawab untuk efek terapeutik. <p align="justify">Meskipun semua varietas selada memiliki kalori rendah, namun setiap jenis selada memiliki kandungan gizi yang berbeda. Selada sebagai sumber kolin. Selada Romain adalah jenis selada yang paling padat nutrisi dari semua varietas dan merupakan sumber vitamin A, B<sub>1</sub>, B<sub>2</sub> dan C, asam folat, mangan dan kromium. Selada merah mendapat warna merah dari pigmen yang disebut antosianin. Pigmen ini berfungsi sebagai antioksidan, menghilangkan radikal bebas yang merusak sel. Beberapa peneliti menemukan berbagai selada merah mengandung flavonoid, yang merupakan antioksidan kuat. <p><b>Manfaat kesehatan dari selada</b> <ul> <li> <div align="justify"><b>Menjaga berat badan. </b>Selada sangat baik untuk pelaku diet karena sangat rendah kalori, rata-rata hanya 1- - 50 per porsi. Selada juga kaya air, memungkinkan tubuh untuk terhidrasi. Selada juga mengandung serat, yang membantu pencernaan dan memberi rasa kenyang lebih lama.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Melawan penyakit.</b> Selada mengandung beta-karoten yang merupakan pejuang melawan penyakit. Penyakit tertentu seperti katarak, stroke, penyakit jantung, dan kanker dapat dilawan dengan makan selada.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Mencegah kanker.</b> Menurut <i>American Cancer Institute</i> dan <i>American Cancer Society</i>, makanan yang kaya vitamin A dan C dapat membantu mencegah kanker tertentu. Selada mengandung kedua vitamin tersebut.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Membantu penderita sembelit.</b> Selada mengandung serat makanan yang dapta membantu usus bergerak lebih mudah sehingga membantu pencernaan. Selada juga terbukti mengobati gangguan asam lambung, arthritis, katarak, masalah peredaran darah, dan kolitis.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Membantu dalam pemulihan jaringan.</b> Selada tinggi akan kandungan magnesium. Elemen ini memiliki peran penting dalam pemulihan jaringan, saraf, otak, dan otot. Juga berkontribusi memperpendek waktu pemulihan. Makan selada bisa mempercepat bangkitnya kembali otot-otot lelah, jaringan, dan saraf.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Meredakan sakit kepala.</b> Jus daun selada bila dicampur dengan minyak mawar, lalu ditempelkan pada dahi, dapat membantu meredakan sakit kepala sehingga dapat menjamin tidur nyenyak.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Mencegah cacat lahir. </b>Selada kaya akan asam folat, yang dikenal membantu mencegah cacat lahir pada tahap awal kehamilan. Juga mencegah anemia.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Melawan insomnia.</b> Mengonsumsi selada membantu melawan insomnia karena mengandung zat yang menginduksi tidur yang disebut <i>lactucarium</i>. Ini adalah zat candu ringan yang ada pada hampir semua jenis selada.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Meningkatkan kesehatan hati.</b> Selada juga diyakini berkontribusi terhadap kesehatan hati.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Merawat rambut rontok.</b> Campuran jus selada dan jus bayam dikatakan baik bagi mereka yang terganggu oleh masalah rambut rontok.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Menenangkan gairah seksual.</b> Para peneliti di Universitas California menunjukkan serangkaian percobaan yang hasilnya selada memiliki efek menenangkan pada gairah seksual, yang berpengaruh kuat pada peningkatan tingkat kesuburan. Meskipun temuan ini tampak kontroversial, selada sering disarankan untuk membantu pria yang menderita ejakulasi dini.</div></li> <li> <div align="justify"><b>Menyediakan nutrisi selama kehamilan dan menyusui.</b> Asam folat dalam selada membantu mencegah anemia megaloblastik&nbsp; selama kehamilan. Ini ditunjukkan dalam serangkaian percobaan pada ibu yang rajin mengonsumsi selada bebas dari anemia gizi. Makan selada juga memiliki pengaruh besar atas sekresi hormon progesteron. Makan selada dengan bayam, asparagus, kacang polong, dan kembang kol meningkatkan asam folat atau vitamin B dari menu makanan. Sekitar 300 – 500 mcg vitamin ini diperlukan selama trimester terakhir kehamilan. Kekurangan vitamin ini menyebabkan anemia megaloblastik.</div></li></ul> <p align="justify">Kadang-kadang kita cenderung mengabaikan nilai gizi makanan lengkap dan memanjakan diri pada sesuatu yang memenuhi selera kita. Maka, teruslah mencari makanan seperti selada yang akan menambah “kesenangan” pada indera kita dan jelas bermanfaat bagi kesehatan kita secara keseluruhan. <p align="justify">&nbsp; <p>sumber : intisari</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/171189830863125764/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/07/selada-sayuran-daun-yang-penuh-manfaat.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/171189830863125764'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/171189830863125764'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/07/selada-sayuran-daun-yang-penuh-manfaat.html' title='SELADA, sayuran daun yang penuh manfaat'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhelj9ww2beEZdaO0fl9yhYEpX5yFGQsAoZ0vXb3xwFXsGeb21_QC3VYhXHa2rlQOmceXaWGE6gCrbTIcPfZoaJmOK-WMls9cn-VBS8S6EHHwevxLiYP8f91wOt7l2eqMXs799yyAkqwEA/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-733283973198217396</id><published>2013-06-04T21:56:00.001+07:00</published><updated>2013-06-04T21:56:48.338+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="seputar kompi"/><title type='text'>download aplikasi “keyboard test portable” buat cek keyboard laptop maupun pc</title><content type='html'><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0rJaWYqZ5hDg1rcdtSmdY7t8fp-IPdj8bLr7G_HkdoyaYJEclJnPth-PWIk4CtToQAAHyOmjPoerX-lLrxkc9vmGcW_bliV7UPZa_ncUm6e7tPaYfqVUMKIy3Qu_LSZ1oWQgTDPQDPIg/s1600-h/DSC_0623%25255B3%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; margin-left: 0px; border-top: 0px; margin-right: 0px; border-right: 0px" title="DSC_0623" border="0" alt="DSC_0623" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgownVJPNjPmpL-DRBtOwBUwwaBNeUCq5S7Ve7coNw50IYiAHcatkNywMUmb4QJgndL321UBasNmd_Ka28_HJ5b2B5gHy7DPkHoqwk8kOt95_-wzwADybvthjeZtJLGcoEZQZgAw0tMwq4/?imgmax=800" width="299" height="225"></a> <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">&nbsp; <p align="justify">Selamat malam sobat blogger. Kali ini saya akan memposting tentang aplikasi yang berguna banget buat mengecek keyboard pc kita maupun keyboard laptop yang rusak atau tidak berjalan seperti biasanya. tujuan dari postingan ini teringat saat teman saya yang tidak bisa ngetik saat banyaknya tugas, keyboardnya tiba-tiba rusak dan terus merembet ke tombol yang laen. yang akhirnya harus merelakan mengeluarkan dana tambahan buat beli keyboard external hehe.,., kok malah curhat ya.. keyboard rusak bisa terjadi karena tombolnya yang sudah tidak berfungsi atau tidak kedetect oleh pc maupun laptop, kotor, de el el. ciri-ciri keyboard rusak misalnya :&nbsp; <ol> <li> <div align="justify">Terdengar buni beep saat pc maupun laptop dinyalakan</div></li> <li> <div align="justify">Tidak kedetect/tidak compitable dengan pc</div></li> <li> <div align="justify">Sering error pada pencetan keyboard saat kita menekannya.</div></li> <li> <div align="justify">bahkan tidak berfungsi sama sekali saat digunakan</div></li></ol> <p align="justify">sesuai namanya “keyboard test portable”, aplikasi ini hanya tinggal di extract saja tanpa perlu menginstall nya. silahkan bagi yang membutuhkanyya langsung saja sedot <a href="http://www.ziddu.com/download/22282332/heryantos.blogspot.comKeyboardTestPortable.rar.html" target="_blank">DISINI</a> <p align="justify">dan ini contoh tampilannya <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg4eU7bnccFewZHC4JkitQEpD89llFOfwL-1F4BqGDRgFU3u0GgT_oAj8AwQkGoaNMilVWHky-svajDlkbdrIhz_bylyhxtOluoYHo8Ta8KhB3_x4ZLT7dsXTfcT5JIYGh8Gxeklt_cvE/s1600-h/MICROSOFT%252520KEYBOARD%252520TEST%25255B3%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="MICROSOFT KEYBOARD TEST" border="0" alt="MICROSOFT KEYBOARD TEST" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinj3dE2IVsL6XkkIvUMEzv-BRE2xJ4WgrUDahUGB_98jvivr18HnBbYAWrfoWOHFcZ_WluCUGXp0Nyu-Ml-yxL08kK3RmWvWdYTg_sBIKu31WZS744BE_laG7WOFeyrCkVoXl_gut54W4/?imgmax=800" width="292" height="232"></a> <p align="justify">jika tombol keyboardnya berjalan sempurna, maka semua tombol akan ter arsir menjadi warna hijau dan pada saat menekan tombol, warnanya merah. <p align="justify">untuk lebih jelasnya silahkan coba saja sendiri hehe.,. oya, aplikasi ini juga cocok buat test keyboard external<br>terimakasih </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/733283973198217396/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/06/download-aplikasi-keyboard-test.html#comment-form' title='2 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/733283973198217396'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/733283973198217396'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/06/download-aplikasi-keyboard-test.html' title='download aplikasi “keyboard test portable” buat cek keyboard laptop maupun pc'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgownVJPNjPmpL-DRBtOwBUwwaBNeUCq5S7Ve7coNw50IYiAHcatkNywMUmb4QJgndL321UBasNmd_Ka28_HJ5b2B5gHy7DPkHoqwk8kOt95_-wzwADybvthjeZtJLGcoEZQZgAw0tMwq4/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-5503281059224128192</id><published>2013-04-27T01:17:00.001+07:00</published><updated>2013-04-27T01:17:43.044+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>makalah phpt jagung</title><content type='html'><p align="center"><b>BAB I</b> <p align="center"><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">1.1 Latar Belakang <p align="justify">Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur. <p align="justify">Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk tahun 2009, Deptan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan. <p align="justify">Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung. <p align="justify">PHT merupakan konsep sekaligus strategi penanggulangan hama dengan pendekatan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. lni berarti bahwa pengendalian hama harus terkait dengan pengelolaan ekosistem secara keseluruhan. Pengelolaan ekosistem dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh sehat sehingga memiliki ketahanan ekologis yang tinggi terhadap hama. Untuk itu, petani harus melakukan pemantauan lapang secara rutin. Dengan demikian, perkembangan populasi dan faktor-faktor penghambat lainnya dapat diatasi/diantisipasi dan faktor-faktor pendukung dapat dikembangkan. Apabila dengan pengelolaan ekosistem tersebut masih terjadi peningkatan populasi dan serangan hama, langkah selanjutnya adalah tindakan pengendalian. <p align="justify">Sasaran PHT adalah: 1) produktivitas pertanian mantap tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi hama dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pada tingkatan yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua taktik atau metode pengendalian hama. Taktik PHT, terutama adalah : <p align="justify">1. Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami. <p align="justify">2. Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi perikehidupan hama serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati. Beberapa teknik bercocok tanam, antara lain: a) penanaman varietas tahan, b) penanaman benih sehat, c) pergiliran tanaman dan pergiliran varietas, d) sanitasi, e) penetapan masa tanam, f) tanam serempak dan pengaturan saat tanam, g) penanaman tanaman perangkap/penolak, h) pengaturan jarak tanam, i) penanaman tumpang sari, j) pengelolaan tanah dan air, dan k) pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan setempat. <p align="justify">3. Pengendalian fisik dan mekanis yang bertujuan untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal, serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama. <p align="justify">4. Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi hama pada tingkat keseimbangannya. Selektivitas pestisida didasarkan atas sifat fiosiologis, ekologis, dan cara aplikasi. Penggunaan pestisida diputuskan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan. <p align="justify">1.2 Tujuan <p align="justify">a) Mengetahui Organisme Pengganggu Tanaman dan musuh alami pada tanaman jagung <p align="justify">b) Mengetahui cara pembuatan pestisida nabati untuk hama tanaman jagung <p align="center"><b>BAB II</b> <p align="center"><b>TINJAUAN PUSTAKA</b> <p align="justify">2.1 <b>Komoditas Jagung</b> <p align="justify">Jagung (<i>Zea mays</i> L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain <b>gandum</b> dan <b>padi</b>. Sebagai sumber <b>karbohidrat utama</b> di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di <b>Madura</b>dan <b>Nusa Tenggara</b>) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai <b>pakan</b> ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan <b>pentosa</b>, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan <b>furfural</b>. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. <p align="justify">Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian <b>filogenetik</b>menunjukkan bahwa jagung (<i>Zea mays</i> ssp. <i>mays</i>) merupakan keturunan langsung dari <b>teosinte</b> (<i>Zea mays</i> ssp. <i>parviglumis</i>). Dalam proses <b>domestikasinya</b>, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama <i>Zea mays</i> ssp. <i>mexicana</i>. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua <b>spesies</b> dalam <b>genus</b> <i>Zea</i>, kecuali <i>Zea mays</i> ssp. <i>mays</i>. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar. <p align="justify">Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Dalam taksonominya jagung termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub famili Panicoideae, genus<i>Zea,</i> dan spesies <i>Zea mays </i>L, (Muhadjir, 1988). <p align="justify">Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan. "Sekolah Lapangan" tersebut, seperti sekolah pada umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem evaluasi belajar dan dilengkapi dengan sertifikat kelulusan. Pada SLPHT tidak ada istilah murid dan guru, tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam proses belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan PHT sendiri. SLPHT diikuti oleh 20 - 25 petani peserta yang belajar PHT bersama dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat belajar utama SLPHT adalah lahan pertanian. Berikut adalah ciri-ciri SLPHT :<br>- Petani dan pemandu adalah warga belajar yang saling menghormati<br>- Perencanaan bersama oleh kelompok petani peserta<br>- Keputusan ditetapkan secara bersama oleh anggota kelompok petani peserta<br>- Cara belajar melalui pengalaman/pendekatan pendidikan orang dewasa<br>- Peserta melakukan sendiri, mengalami sendiri dan menentukan sendiri<br>- Materi belajar dan praktek terpadu dilapangan<br>- Lahan belajar adalah lahan usaha tani (agroekosistem)<br>- Belajar secara utuh selama satu siklus perkembangan tanaman<br>- Kurikulum yang rinci dan terpadu<br>- Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah diperoleh dari lapangan<br>- Demokratis, kebersamaan, keselarasan, partisipatif, dan tanggung jawab<br>Program SLPHT mempunyai tujuan umum agar petani peserta dan pemandu lapangan dapat memasyarakatkan PHT, sehingga SLPHT yang pada mulanya bersifat lokal, akan terus hidup dan berkembang, dengan dukungan petugas POPT, penyuluh dan aparat pemerintahan setempat. Pemahaman dan penerapan PHT yang semakin meluas diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian, serta dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan agroekosistem dan kenyamanan lingkungan hidup.<br>Kegiatan SLPHT juga mempunyai tujuan khusus bagi para pihak yang berperan serta:<br>1. SLPHT untuk petugas POPT dan Penyuluh<br>2. SLPHT untuk PETANI dan MASYARAKAT DESA<br>Prinsip-prinsip PHT dalam SLPHT<br>Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bukan hanya sebuah pesan ataupun paket kegiatan, tetapi lebih mendalam lagi. PHT adalah sebuah cara untuk mengelola pertumbuhan tanaman sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Ada 4 (empat) prinsip manajemen yang mendasari PHT. Keempatnya bersifat luwes dapat digunakan di mana saja, disesuaikan dengan daerah dan lahan setempat. Keempat prinsip tersebut adalah :<br><b>1. Budidaya Tanaman Sehat</b><br>- Memilih bibit yang sehat dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.<br>- Mengelola kecukupan pengairan dan pemupukan yang berimbang.<br>- Mengelola gulma secara rasional<br><b>2.Pelestarian Musuh Alami</b><br>- Menemukan, mengenali dan mengamati musuh-musuh alami (teman petani/mitra tani) di lahan.<br>- Memelihara keseimbangan lingkungan lahan-lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang. Jangan gunakan Pestisida yang membunuh musuh alami.<br><b>3. Pengamatan Berkala</b><br>- Mengamati secara berkala kondisi tanaman, air, cuaca, organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan musuh alami.<br>- Menganalisis keadaan dan membuat keputusan dengan membandingkan potensi kehilangan hasil dengan ongkos pengelolaan.<br><b>4. Petani Ahli PHT</b><br>- Petani menguasai teknologi PHT dan mampu menerapkan prinsipPHT serta bertanggung-jawab terhadap lahannya sendiri.</p> <p align="center"><br><b>III. BAHAN DAN METODE</b></p> <p align="justify">3.1 Tempat dan waktu <p align="justify">Kelompok budaya tani ds. Pasir biru kec.rancakalong kab. Sumedang. Hari senin tanggal 15 Oktober dan hari jum’at tanggal 2 November. <p align="justify">3.2 Metode <p align="justify">Wawancara dengan Bp. Engkos koswara ( Penyuluh Ds. Pasir Biru kec. Rancakalong kab. Sumedang ) serta dengan Bp. Didi ( Petani tanaman jagung Ds. Pasir Biru kec. Rancakalong kab. Sumedang ) <p align="justify">3.3 Alat dan Bahan <p align="justify">A. Buku tulis <p align="justify">b. ballpoint <p align="justify">c. flashdisk <p align="justify">d. kamera <p align="center"><b>IV. HASIL DAN PEMBAHASAN</b> <p align="justify"><b>4.1 </b><b>Organisme Pengganggu Tanaman Penting pada Jagung</b> <p align="justify"><b>A. Bulai</b> <p align="justify"><b>Gejala. </b>Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil. <p align="justify"><b>Penyebab. </b>Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan<i>Peronosclerospora maydis</i><b> </b>dan <i>Peronosclerospora philippinensis </i>yang luas sebarannya, sedangkan <i>Peronosclerospora</i><b> </b><i>sorghii </i>hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu<b> </b>Malang Jawa Timur. <p align="justify"><b>Cara pengendalian. </b>Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang<b>. </b>Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai<b> </b>satu bulan. Melakukan penanaman jagung secara serempak<b>.</b>Melakukan eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai<b>. </b>Serta<b> </b>Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan<b> </b>dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih. <p align="justify"><b>B. </b><b>Hawar daun</b> <p align="justify"><b>Gejala. </b>Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak<b> </b>semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut<b> </b>hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak<b> </b>muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi<b> </b>berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak<b> </b>menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk<b> </b>miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.<b> </b>Penyebab penyakit hawar daun adalah : <i>Helminthosporium turcicum</i> <p align="justify"><b>Cara pengendalian. </b>Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5<b>. </b>Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun<b>. </b>Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate. <p align="justify"><b>C. </b><b>Karat</b> <p align="justify"><b>Gejala. </b>Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada<b> </b>permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora<b> </b>yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam<b> </b>menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat<b> </b>dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada<b> </b>musim penghujan atau musim kemarau.<b> </b>Penyebab penyakit karat adalah <i>Puccinia polysora</i> <p align="justify"><b>Cara pengendalian. </b>Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10<b>. </b>Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma<b>.</b>Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil. <p align="justify"><b>D. </b><b><i>Ostrinia furnacalis</i></b> <p align="justify">Penggerek batang, <i>Ostrinia furnacalis </i>Guenee, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva <i>O. furnacalis </i>serta umur tanaman saat terserang. Telur <i>O. Furnacalis </i>diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3−4 hari. Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3−7 hari. Stadium pupa berlangsung 7−9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2−7 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 27−46 hari dengan rata-rata 37,50 hari. <p align="justify">Musuh alami <i>O. furnacalis </i>yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur <i>Trichogramma evanescens </i>dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur <i>O. furnacalis </i>yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56−89,80%. Larva <i>O. furnacalis </i>yang terparasit Ichneumonidae, Braconidae, dan Tachinidae berkisar antara 1−6%. Parasitoid telur lebih efektif menekan populasi <i>O</i>. <i>Furnacalis </i>dibanding parasitoid larva. Jenis-jenis predator telur dan larva <i>O</i>. <i>furnacalis </i>adalah Cocopet <i>(Proreus</i>sp.<i>, Euborellia </i>sp.) dan laba-laba <i>(Lycosa </i>sp.<i>, Chrysopa </i>sp<i>., </i>dan <i>Orius tristicolor),</i>sedangkan patogen yang efektif menekan populasi <i>O</i>. <i>furnacalis </i>adalah<i>Metarhizium anisopliae </i>dan <i>Beauveria bassiana. </i>Keefektifan kedua jenis cendawan tersebut bergantung pada konsentrasi konidia dan stadium perkembangan larva<i>O. furnacalis; </i>makin muda stadium larva makin tinggi tingkat mortalitasnya (Wakman 2005) <p align="justify"><b>E. </b><b><i>Rhopalisiphum maidis</i></b> <p align="justify">Tanaman yang menjadi inang utama bagi kutu daun ini sebenarnya adalah jagung. Akan tetapi kutu ini memiliki inang alternative mulai dari tanaman padi sampai pada tanaman hutan seperti Acacia sp. Kutu ini menginfeksi semua bagian tanaman, akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit (Mau dan Kessing, 1992). Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan oleh sifat perkembangbiakkannya yang parthenogenesis. Perkembangbiakan secara parthenogenesis memungkinkan suatu spesies untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan (Kalshoven, 1981). Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan. Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Kalshoven, 1981). Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning kehijauan sampai berwarna hijau gelap (Kalshoven, 1981). <p align="justify">Populasi kutu ini dapat dikontrol dengan kehadiran Aphelinus maidis. A. maidis akan memparasit kutu ini pada fase nympha. Selain itu, terdapat juga organisme predator seperti Allograpta sp. dan beberapa jenis kumbang (Kalshoven, 1981). <p align="justify"><b>F. </b><b><i>Cnaphalocrosis medinalis</i></b> <p align="justify">Hama putih palsu jarang menjadi hama utama padi. Serangannya menjadi berarti bila kerusakan pada daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai &gt; 50%. Tanda-tanda Serangan berupa kerusakan akibat serangan larva hama putih palsu terlihat dengan adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama ini berkisar 30-60 hari. Tanda pertama adanya infestasi hama putih palsu adalah kehadiran ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga. Untuk mengendalikan hama putih palsu perlu dilakukan upayakan pemeliharaan tanaman sebaik mungkin agar pertanaman tumbuh secara baik, sehat, dan seragam. Penggunakan insektisida (bila diperlukan) berbahan aktiffipronil atau karbofuran. <p align="justify"><b>2.3 </b><b>Musuh Alami</b> <p align="justify"><b>A. Famili Coccinellidae</b> <p align="justify">Musuh alami merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT), sehingga penelitian pemanfaatan musuh alami (predator, parasitoid dan patogen) sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengendalian hama tanaman yangn berwawasan lingkungan. Menurut Kalshoven (1981) musuh alami ini termasuk kumbang buas dari famili Coccinellidae dan ordo Coleoptera, imago berwarna merah dengan becak hitam melintang pada bagian elitra. Predator tersebut panjangnya 5-6 mm, tersebar luas di daerah tropik. Larva mencapai panjang 8 mm, berwarna hitam kecoklatan dengan garis kuning melintang di bagian abdomen dan terdapat empat baris setae. Imago tertarik cahaya matahari dan sering mengunjungi bunga yang sedang mekar. Perkembangan dari telur sampai dewasa mencapai 18-24 hari. Di Jawa predator tersebut ditemukan pada tanaman pertanian yang banyak aphisnya, sangat rakus terhadap mangsanya dan bila tidak menemukan mangsa mereka kadang-kadang mengkonsumsi polen. <p align="justify">Predasi, dalam arti luas merupakan cara hidup binatang dan dalam arti khusus merupakan pola hidup serangga pemangsa termasuk <i>Menochilus sexmaculatus</i>. Beberapa keberhasilan pengendalian hayati hama tanaman pertanian adalah melalui pemanfaatan predator. Menurut Holling (1961), terdapat lima komponen hubungan antara predator dan mangsa yaitu : <p align="justify">1. Kepadatan mangsa <p align="justify">2. Kepadatan predator <p align="justify">3. Keadaan lingkungan, seperti adanya makanan alternatif <p align="justify">4. Sifat mangsa, misalnya mekanisme mempertahankan diri dari serangan pemangsa <p align="justify">5. Sifat predator, misalnya cara menyerang mangsa. <p align="justify">Penggunaan predator sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan ekonomis. Keamanan dari pemanfaatan predator merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat spesifik (khusus) terhadap mangsa tertentu. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh pada fuktuasi populasi mangsa tanpa adanya campur tangan manusia. Sekali predator mapan di suatu tempat maka untuk jangka lama mereka secara alami mengendalikan populasi mangsanya. <p align="justify">Kelemahan kecil pemanfaatan predator adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman. Pengendalian hayati menggunakan predator membutuhkan penelitian yang kompleks dan melibatkan kaitan antara pemangsa, mangsa (hama) dan tanaman inang dari mangsa. <p align="justify"><b>B. Famili Syrphidae</b> <p align="justify">Umum disebut <i>Hover fly</i> karena kemampuannya melakukan <i>hovering</i>. Syrphidae termasuk famili yang besar. Tercatat terdapat 870 spesies di Amerika Utara, 250 spesies di Eropa kepulauan Inggris, 300 spesies di Eropa daratan dan mungkin lebih banyak lagi di Asia termasuk Indonesia. Anggota Syrphidae hidup pada berbagai habitat dengan beragam peran sebagai saprofag, mikofag, herbivore, dan predator. Subfamili yang anggotanya sebagian besar menjadi predator terutama kutu daun adalah Subfamili Syrphinae. Beberapa contoh spesies yang telah dikenal sebagai predator di agroekosistem adalah: <i>Episyrphus balteatus, Syrphus corrolae, </i>dan<i> Ischidion scutellaris.</i> <p align="justify">4.2 PEMBUATAN PESTISIDA NABATI <p align="justify">1. Untuk mengendalikan hama ulat dan kutu-kutuan <p align="justify">A. Alat dan bahan <p align="justify">1) Daun sirsak 4 genggam <p align="justify">2) Sereh wangi 1 ikat <p align="justify">3) Sabun deterjen 20 gr <p align="justify">4) Air 5 L <p align="justify">5) Kain saringan <p align="justify">6) Ember <p align="justify">7) Tumbukan <p align="justify">B. Cara pembuatan <p align="justify">1) Daun sirsak dan sereh wangi di tumbuk hingga halus <p align="justify">2) Campurkan dengan sabun deterjen dan air <p align="justify">3) Diperam selama 2 hari 2 malam <p align="justify">4) Disaring menggunakan kain <p align="justify">5) Siap di aplikasikan <p align="justify">2. Untuk mengendalikan hama wereng <p align="justify">A. Alat dan bahan <p align="justify">1) Daun nimba 2 genggam <p align="justify">2) Daun comrang 1 genggam <p align="justify">3) Sabun deterjen 20 gr <p align="justify">4) Air 5 L <p align="justify">5) Kain saringan <p align="justify">6) Ember <p align="justify">7) Tumbukan <p align="justify">B. Cara pembuatan <p align="justify">1) Daun nimba dan daun comrang di tumbuk hingga halus <p align="justify">2) Campurkan dengan sabun deterjen dan air <p align="justify">3) Diperam selama 2 hari 2 malam <p align="justify">4) Disaring menggunakan kain <p align="justify">5) Siap di aplikasikan <p align="justify">Hama tanaman jagung yang dikendalikan dengan kedua pestisida ini, dalam jangka waktu 1 minggu itu dapat kembali menyerang tanaman jangung, sehingga dengan begitu penggunaan dari kedua pestisida nabati ini dilakukan dalam waktu satu minggu satu kali. Pestisida nabati ini tidak membunuh melainkan hanya mengendalikan hama sehingga hama yang dikendalikan akan kembali lagi tetapi dalam jangka waktu yang agak lama. Adapun dalam konsep PHT disebutkan bahwa pestisida nabati itu tidak membunuh hama tetapi mengendalikan hama, populasi hama berkurang, tanaman sehat bebas residu, lingkungan aman tidak tercemar. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>V. SIMPULAN DAN SARAN </b> <p align="justify">Penerapan SL-PHT di desa Pasir Biru kec. Rancakalong kab. Sumedang sudah cukup baik yaitu dengan tidak menggunakan pestisida kimia atau sintetik untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung tetapi menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan sehingga tidak merusak keseimbangan alam. <p align="justify">Keuntungan penggunaan pestisida nabati adalah: <p align="justify">1. Hemat biaya <p align="justify">2. Tanaman sehat bebas residu <p align="justify">3. Tidak membunuh musuh alami <p align="justify">4. Ramah lingkungan <p align="justify">5. Alat dan bahannya mudah didapat <p align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA</b> <p align="justify">Holling, C. S., 1961. Principles of Insect Predation. <i>Ann. Rev. Entomol</i>. 6 : 163-182. <p align="justify">Kalshoven LGE. 1981. The pest of crop in Indonesia. Revised and translated by Van der Lann PA. Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.731p. <p align="justify">Muhadjir, F. 1998. Karakteristik Tanaman Jagung dalam Subandi, M. Syam, A. Wijiono. Jagung. Hal : 33-38. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. <p align="justify">Wakman, Burhanudin. 2005. Pengelolaan Hama dan Penyakit Jagung. [jurnal <i>on-line</i>]. <u>http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf </u>[15 November 2010] <p align="justify">Willson, H.R. 1990. Soybean Pest Management. The OHIO&nbsp; STATE University Extension. 5 p. </p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/5503281059224128192/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-phpt-jagung.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/5503281059224128192'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/5503281059224128192'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-phpt-jagung.html' title='makalah phpt jagung'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-1394245112060072100</id><published>2013-04-27T01:10:00.001+07:00</published><updated>2013-04-27T01:10:07.041+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>PERUBAHAN EKOSISTEM PADA LAHAN PERTANIAN</title><content type='html'><p align="center"> <p align="center"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b></p><b>KATA PENGANTAR</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah <i>” Peubahan Ekosistem Pada Lahan Pertanian”</i> <p align="justify">Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah karena telah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penyusun juga meminta maaf kepada para pembaca apabila dalam penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan. Penyusun telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia penulis pun menyadari akan keterbatasan pemikiran maupun kehilafan dan kesalahan yang tanpa disadari. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. <p align="right">Bandung, Desember 2012 <p align="right">Penyusun <p align="center"><b>BAB I </b> <p align="center"><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b>I.1. Latar Belakang</b> <p align="justify">Ekosistem adalah suatu unit fungsional dari berbagai ukuran yang tersusun dari bagian komponen dan sistem secara keseluruhan berfungsi berdasarkan suatu urutan kegiatan yang menyangkut energi dan pemindahan energi. Dengan beberapa perkecualian, sumber energi azali adalah matahari. Energi matahari ditangkap oleh komponen ototrofik yaitu tumbuh-tumbuhan hijau. Energi yang tertangkap disimpan dalam ikatan kimia zat organik tanaman, yang merupakan tanaman yang mendorong&nbsp; terus berjalannya komponen heterotrofik sistem tersebut. Organisme heterotrofik meliputi semua bentuk – bentuk kehidupan yang lain. <p align="justify">Ekosistem pula merupakan kesatuan yang menyeluruh dan saling mempengaruhi yang membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi antara komponen-komponen biotik dan nonbiotik yang saling mempengaruhi. Ekosistem dalam ekologi tidak hanya melibatkan suatu sistem antara tingkah laku (behavior) dari faktor-faktor biotik dan non biotik, tetapi melibatkan berbagai sistem dalam aliran energi dan siklus materi (Begon <i>et al.</i>, 2006). <p align="justify">Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya. <p align="justify">Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: tikus memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam. <p align="justify">Ekosistem dibagi menjadi Ekosistem Alami (<i>Natural Ecosystem</i>) dan Ekosistem Buatan (<i>Man madeecosystem</i>). Ekosistem alami merupakan ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa ada campur tangan manusia. Contoh ekosistem alami antara lain : Ekosistem Hutan Tropis, Danau, Mangrove, dan Savana. Ekosistem buatan merupakan ekosistem yang terbentuk dari hasil rekayasa manusia untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat (Resosoedarmo, 1985). <p align="justify"><b>I.2. Tujuan</b> <p align="justify">Tujuan dibuat malakalah ini kami susun mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: <p align="justify">1. Apa yang terjadi terhadap perubahan ekosistem pada areal pertanian? <p align="justify">2. Mengapa terjadi perubahan ekosistem pada areal pertanian? <p align="justify">3. Bagaimana dampak dan cara mengatasi perubahan ekosistem pada areal pertanian? <p align="justify"><b>I.3. Rumusan Masalah</b> <p align="justify">Kehidupan yang ada di muka bumi ini sebenarnya merupakan satu sistem ekologis. Sebagai suatu sistem, semua komponen penyusunnya seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan akan saling memengaruhi komponen yang lainnya. Yang dimaksud system ekologis adalah berfungsinya perpindahan energi dan daur biogeokimia pada suatu ekosistem. Berpindahnya energi disertai dengan perpindahan zat dari air, tanah, dan udara ke organisme, lalu kembali ke air, tanah dan udara lagi. Lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan sistem ekologi tersebut dinamakan lingkungan yang seimbang. Keseimbangan lingkungan yang dimaksud dapat terjadi jika faktor biotik dalam rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan berada dalam komposisi seimbang. Kondisi lingkungan semacam itu yang akan menjamin terbentuknya ekosistem yang sehat. <p align="justify">Keseimbangan ekosistem tidaklah statis, artinya komponen penyusun ekosistem dapat mengalami kenaikan maupun penurunan jumlah populasi, namun dalam komposisi yang proporsional. Ekosistem seimbang didukung oleh banyak alternatif lintasan yang dapat dilalui zat untuk terjadinya daur materi dan perpindahan energi. Semakin banyak variasi jenis tumbuhan, herbivora, karnivora dan mikroba maka semakin banyak lintasan zat. Hal tersebut menyebabkan ekosistem tersebut semakin mantap keseimbangannya. <p align="justify">Jika satu jenis tumbuhan berkurang, masih tersedia jenis tumbuhan lain sebagai produsen yang menjadi sumber makanan bagi herbivora. Demikian pula, bila hewan herbivora tertentu jumlahnya berkurang masih ada jenis herbivora lainnya yang dapat dimakan oleh hewan karnivora. Seterusnya, bila ada jenis karnivora tertentu yang punah masih ada karnivora lain yang meneruskan perpindahan energi dan zat dalam komunitas tersebut. Sebaliknya, bila komunitas hanya beberapa jenis organisme yang terbatas akan menjadi kurang stabil. <p align="justify">Bila ada satu atau dua jenis organisme mengalami kepunahan tidak akan ada alternatif jalur yang dapat dilalui oleh zat dan energi, sehingga bila ada perubahan lingkungan maka akan ada yang mengalami kepunahan atau bahkan ada pertumbuhan populasi (booming populasi) yang tidak seimbang. Keseimbangan lingkungan akan stabil dan akan tetap terjaga apabila jumlah individu produsen lebih besar daripada jumlah konsumen I, demikian juga jumlah konsumen I harus lebih besar dari jumlah konsumen II, dan seterusnya jumlah konsumen II harus lebih besar dari jumlah konsumen III. Apabila faktor biotik dan abiotik mengalami perubahan maka keseimbangan lingkungan menjadi terganggu, misalnya akibat penggundulan hutan, bencana alam adan perburuan liar. <p align="center"><b>BAB II</b> <p align="center"><b>PEMBAHASAN</b> <p align="justify"><b>2.1. Lahan pertanian yang mengalami degradasi</b> <p align="justify">Tekanan pada ekosistem tanah di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan kepadatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk di Indonesia diproyeksikan pada tahun 2020 akan mencapai 262 juta jiwa, sehingga sector pertanian dipacu meningkatkan produksi dan produktivitas berbagai komoditi pertanian (pangan, holtikulutura, perkebunan, dan lain-lainnya) baik melalui program intensifikasi maupun ekstentifikasi. <p align="justify">Degradasi lahan ditandai oleh penurunan atau kehilangan produktivitas lahan, baik secara fisik, kimia, dan biologi maupun ekonomi. Degradasi lahan diakibatkan oleh kesalahan dalam pengelolaan dan penggunaan lahan. Pengelolaan dan penggunaan lahan meliputi pembukaan lahan (<i>land clearing</i>), penebangan hutan (<i>deforestation</i>), konversi untuk nonpertanian, dan irigasi. Kesalahan dalam pengelolaan dan penggunaan lahan akan menimbulkan polusi, erosi, kehilangan unsur hara, pemasaman, penggaraman (<i>salinization</i>), sodifikasi dan alkalinasi (<i>sodification and alkalinization</i>), pemadatan (<i>compaction</i>), hilangnya bahan organik, penurunan permukaan, kerusakan struktur tanah, penggurunan (<i>desertification</i>), dan kehilangan vegetasi alami dalam jangka panjang (Agus 2002). <p align="justify">Memburuknya kondisi lahan menyebabkan masyarakat yang tinggal di kawasan yang mengalami degradasi menghadapi berbagai ancaman seperti kekurangan sumber air, kelaparan, dan munculnya berbagai penyakit. Selain itu, degradasi lahan secara global akan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati dan menaikkan suhu permukaan bumi. Pada tahun 1992, Departemen Pertanian mencatat lebih dari 18 juta ha lahan di Indonesia telah terdegradasi, meliputi 7,50 juta ha lahan potensial kritis, 6 juta ha lahan semikritis, dan 4,90 juta ha lahan kritis. Sementara itu Departemen Kehutanan mencatat 13,20 juta ha lahan yang terdegradasi, 5,90 juta ha terdapat di dalam kawasan hutan dan 7,30 juta ha di luar kawasan hutan. Badan Pusat Statistik (2002) bahkan mencatat luas lahan yang terdegradasi mencapai 38,60 juta ha. <p align="justify">Perbedaan data ini terjadi karena criteria yang digunakan untuk mendelineasi lahan tidak sama antara ketiga institusi tersebut. Selain itu, penelitian Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan IRRI menyimpulkan bahwa banyak lahan sawah intensif terutama di Jawa mengalami degradasi kesuburan (kimiawi) terutama penurunan kandungan Corganik, atau kadang disebut sebagai lahan sakit (<i>soil sickness</i>). Hal ini merupakan tantangan dalam menetapkan kriteria baku lahan terdegradasi sehingga dapat digunakan secara nasional dan perbedaan data yang mencolok dapat dihindarkan. <p align="justify"><b>2.2 Perubahan Terhadap Lahan Pertanian</b> <p align="justify">Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS). <p align="justify">Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan dimusim kemarau. <p align="justify">Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional. Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam. Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah. <br>Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah. <br>Penanaman varietas padi unggul secara mono cultur tanpa adanya pergiliran tanaman, akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.</p> <p align="justify">Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.<b></b> <p align="justify"><b>2.3 Mengembalikannya Ekosistem Pada lahan Pertanian</b> <p align="justify">Dalam praktek budidaya pertanian sendiri sering akan menimbulkan dampak pada degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan dampak pada sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan pertanian. Diantara kedua faktor, faktor manusialah yang berpotensi berdampak positip atau negatip pada lahan, tergantung cara menjalankan pertaniannya. Apabila dalam menjalankan pertaniannya benar maka akan berdampak positip, namun apabila cara menjalankan pertaniannya salah maka akan berdampak negatif. Kegiatan menjalankan pertanian atau cara budidaya pertanian yang menimbulkan dampak antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk dan insektisida) serta sistem budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan. <p align="justify">Konsep pertanian berkelanjutan untuk mengembalikan ke ekosistem alami haruslah menjamin kualitas lahan kita tetap produktif dengan menerapkan upaya konservasi dan rehabilitasi terhadap degradasi. Kebijakan pembangunan pertanian dewasa ini lebih banyak terfokus kepada usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomi jangka pendek dan mengabaikan multifungsi yang berorientasi pada keuntungan jangka panjang dan keberlanjutan (sustainabilitas) system usaha tani. Pertanian berkelanjutan, suatu bentuk yang memang harus dikembangkan jika kita ingin menjadi pewaris yang baik yang tidak semata memikirkan kebutuhan sendiri tetapi berpandangan visioner ke depan. Pembangunan pertanian berkelanjutan menyiratkan perlunya pemenuhan kebutuhan (aspek ekonomi), keadilan antar generasi (aspek sosial) dan pelestarian daya dukung lingkungan/lahan (aspek lingkungan). <p align="justify">Sehingga harus ada keselarasan antara pemenuhan kebutuhan dan pelestarian sumberdaya lahannya. Pembangunan pertanian yang dilaksanakan masa lalu belumlah sepenuhnya menggunakan tiga aspek pembangunan yang berkelanjutan secara seimbang, sehingga masih banyak keluarga yang tergolong miskin, dan terjadi degradasi lahan sehingga mengganggu keberlanjutan pembangunan ekonomi dan sosial. <p align="justify">Berbagai praktek explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahannya hendaklah dihindari. Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai dengan upaya konservasi yang benar-benar. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlajutan pengusahaan lahan, dapat dilakukan upaya strategis dalam menghindari degradasi lahan melaui: (1) Penerapan pola usaha tani konservasi seperti agroforestry, tumpang sari, dan pertanian terpadu; (2) Penerapan pola pertanian organik ramah lingkungan dalam menjaga kesuburan tanah; dan (3) Penerapan konsep pengendalian hama terpadu merupakan usaha-usaha yang harus kita lakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha pertanian kita dan jika kita ingin menjadi pewaris yang baik. <p align="justify">Membawa atau merubah ekosistem buatan ke ekosistem alami membutuhkan proses yang lama karena melibatkan sifat dan mental dari petani yang bersangkutan. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan tenaga- tenaga akademis sebagai mediator atau fasilitator dan motifator dan didukung dengan konsep pertanian terintegrasi. <p align="justify">Sejalan dengan perubahan yang telah dilakukan untuk mengembalikan lahan pertanian berbasis organic untuk melestarikan salah satu pembentuk ekosisitem alami yaitu biotok khususnya musuh alami. Selain itu untuk mengembalikan tanah yang sudah dicemari oleh kimia aktif yang residunya dapat merusak tanah sekaligus makhluk hidup dalam tanah. Pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang menggunakan pestisida (Ton, 1991). <p align="justify">Walaupun demikian abiotik sangat berpengaruh terhadap perubahan ekosistem salah satu yang sangat berpangaruh yaitu ikilim yang sangat tidak tentu yang menyebabkan terjadinya kurang seimbangnya pada lahan pertanian. Salah satu contohnya yaitu hewan dan tumbuhan dapat bermigrasi untuk beradaptasi terhadap kenaikan temperatur akibat perubahan iklim, kecepatan migrasi jenis berbeda-beda sehingga di habitat yang baru terjadi perubahan komunitas hewan dan tumbuhan. Pada umumnya kecepatan migrasi jenis tumbuhan lebih rendah daripada kecepatan migrasi hewan. Dalam kasus ini bila tumbuhan tersebut merupakan makanan utama jenis hewan yang bermigrasi maka hewan tersebut di habitat yang baru kurang atau tidak mendapat makanan utama. Akibatnya akan berpengaruh terhadap kehidupanny a dan bila hewan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan jenis makanan yang tersedia di habitat y ang baru, populasinya akan terhambat bahkan akhirnya dapat punah. <p align="justify">Kita tidak sadar bahwa organisme pada lahan pertanian sebagian besar adalah musuh alami bagi hama, namun karena pemakian pestida itulah keanekaragaman musuh alami punah pada lahan pertanian. Salah satu cara untuk meningkatkan musuh alami tersebut dengan menggunakan pengendalian musuh alami dan dihilangkannya penggunaan pestisida kimia dan beralih ke pestisida hayati atau organic. <p align="center"><b>BAB III</b> <p align="center"><b>KESIMPULAN</b> <p align="justify">Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan yang telah merujuk dari pertanyaan yang telah di ungkapkan: <p align="justify">1. Perubahan yang terjadi sangatlah menghawatirkan hilangnya organisme lain menyebabkan tidak seimbangnya beberapa musuh alami untuk hama pada areal pertanian. <p align="justify">2. Terjadinya perubahan ekosistem pada areal pertanian secara tidak langsung disengaja oleh para petani yang mempunyai areal lahan tersebut, dengan menggunakan bahan kimia aktif untuk meningkatkan kualias dan kuantitas hasil yang diperoleh. Mereka tidak sadar akan tidak seimbangnya antara biotic dan abiotik tersebut sangat mempengaruhi hasil yang lebih baik. Selain itu terjadinya ekosistem diakibatkan Karena alam itu sendiri. <p align="justify">3. Dampak yang terasa yaitu hilangnya organisme yang lain akibat perubahan ekosistem alami ke ekosistem buatan, pada dasarnya pertnanian mengubah ekosistem dari alami kebuatan akan tetapi manusia bisa mengembalikan ekosistem tersebut namun secara perlahan dan membutuhkan waktu yang lama. <p align="justify"><b></b> <p align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">- E. Kang. 2006. Vegetation and carbon sequestration and their relation to water resources in an inland river basin of Northwest China. <p align="justify">- Hosam E. A. F. Bayoumi Hamuda, István Patkó. 2010. Relationship between Environmental Impacts and Modern Agriculture. Rejtő Sándor Faculty of Light Industry and Environmental Protection Engineering, Óbuda University. <p align="justify">- Jeriels Matatula. Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Penerapan Teknologi Agroforestry Sistem Silvopatoral Di Desa Oebila Kecamatan Fatlue Kabupaten Kupang. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. <p align="justify">- Prof Dr Ir Soemarno MS, pslp-ppsub. 2010. Ekosistem Sawah. <p align="justify">- Stewart Locki and David carpenter. Agriculture, Biodiversity and market Livelohoods and Agroecology In Comparatif Perspektif. London, Wasington DC. <p align="justify">- Steven F. Railsback, Matthew D. Johnson. 2011. Ecological Modelling, Pattern-oriented modeling of bird foraging and pest control in coffee farms. Department of Wildlife, Humboldt State University, Arcata. USA. <p align="justify">- Titus Tri Wibowo, 1990, Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem, Genewa.</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/1394245112060072100/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/perubahan-ekosistem-pada-lahan-pertanian.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/1394245112060072100'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/1394245112060072100'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/perubahan-ekosistem-pada-lahan-pertanian.html' title='PERUBAHAN EKOSISTEM PADA LAHAN PERTANIAN'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-8856758324868248990</id><published>2013-04-19T21:17:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T21:17:45.791+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>MAKALAH PENGENDALIAN HAMA TERPADU (Hama dan Musuh Alami Tanaman Teh)</title><content type='html'><p align="center"><strong>MAKALAH</strong> <p align="center"><strong>PENGENDALIAN HAMA TERPADU</strong> <p align="center"><strong>(Hama dan Musuh Alami Tanaman Teh)</strong> <p align="center">Disusun Oleh : <p align="center"><b>RIFAN RELIANDO</b> <p align="center"><b>1210706008</b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_e30BWKSg14YVv95zBHSs0YRssk16hWXmjBwDiI3zTfYLoTit_KJmsfYU4eOs3x6ATdZsF3pa9E13g9N3VSpUztoJqmphjYS2XkfQOHrumuOpScCvAV7sZQXl8QzR5d-XU180iDKL_WM/s1600-h/clip_image002%25255B4%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image002" border="0" alt="clip_image002" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdmO8lPriMytf9CSr9UOXUwEk3BSZZow25RnS8UbZLxGh6ouD21BpCluPGVI1nYT_um_39Zgayx1mjBXuZE7icJNxY-iu7srZR3yW8ciNT5nFcj-dyM-kWoiJiaax7g9R_XubgAXduk4/?imgmax=800" width="240" height="222"></a></p><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b></b> <p align="center"><b>JURUSAN AGROTEKNOLOGI</b> <p align="center"><b>FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI</b> <p align="center"><b>UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI</b> <p align="center"><b>BANDUNG</b> <p align="center"><b>2012</b> <p align="center"><strong></strong>&nbsp; <p align="justify"><b></b> <p align="center">KATA PENGANTAR <p align="justify">Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Dialah yang telah menganugerahkan Al-Quran sebagai <i>hudan lin naas</i> (petunjuk bagi seluruh manusia) dan <i>rahmatan lil ‘aalamin</i> (rahmat bagi segenap alam). Dialah yang Maha Mengetahui makna dan maksud kandungan Al-Quran. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Utusan dan manusia pilihan-Nya. Dialah penyampai, pengamal, dan penafsir pertama Al-Quran. <p align="justify">Dengan pertolongan dan hidayah-Nya lah, makalah Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman teh ini dapat diselesaikan, dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh semuanya khususnya penulis, sebagai tugas mata kuliah Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. <p align="justify">Penulis berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini. <p align="right">Bandung, Desember 2012 <p align="right">Penulis <p align="right">&nbsp; <h3 align="center">BAB I</h3> <h3 align="center">PENDAHULUAN</h3> <h4 align="justify">1.1 Latar Belakang</h4> <h4 align="justify">Taksonomi Teh </h4> <p align="justify">Kingdom : <i>Plantae</i> <p align="justify">Division : <i>Spermatophyta</i> <p align="justify">Sub divisio : <i>Angiospermae</i> <p align="justify">Kelas : <i>Dichotyledoneae</i> <p align="justify">Ordo : <i>Trantroemiaccae</i> <p align="justify">Family : <i>Theaceae</i> <p align="justify">Genus : <i>Camellia </i> <p align="justify">Spesies : <i>Camellia sinensis </i>(L) (Fitri, 2009) <p align="justify">Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (<i>Camellia sinensis (L.) O. Kuntze</i>) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. <p align="justify">Pada tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga. Tidak semua jenis serangga tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di antaranya justru merupakan serangga berguna, misalnya penyerbuk dan musuh alami (parasitoid dan predatcr). Ada juga jenis serangga berstatus tidak jelas karena hanya berasosiasi saja di pertanaman. <p align="justify">Ada ratusan jenis serangga berstatus hama pada tanaman perkebunan. Kehadiran serangga tersebut tidak selalu merugikan, sehingga tidak diperlukan pengendalian. Meskipun demikian, pertumbuhan populasinya harus diwaspadai agar tidak terjadi lonjakan yang mengarah ke eksplosi. Tidak terjadinya gangguan hama pada pertanaman karena populasinya terkendali secara alami, baik oleh faktor abiotis, misalnya iklim yang tidak mendukung, maupun oleh faktor biotis, misalnya tidak tersedianya sumber pakan dan berlimpahnya populasi musuh alami. <p align="justify">Di antara serangga-serangga hama, ada yang dikelompokkan sebagai hama utama karena memiliki potensi biotik (daya reproduksi, daya makan atau daya rusak, dan daya adaptasi) yang tinggi. Hama tersebut selalu mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif tinggi sepanjang tahun, bahkan sering dilaporkan mengalami eksplosi, apabila kondisi lingkungan mendukung. Untuk mengendalikannya, petani pada umumnya menggunakan pestisida (kimiawi) yang diaplikasikan secara terjadual dengan frekuensi tinggi, tanpa memperhatikan keadaan populasi di lapang. Penggunaan insektisida menjadi berlebihan sehingga seringkali tidak mengenai sasaran, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap pendapatan petani, maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama. Cara tersebut dilakukan karena belum tersedia cara pengendalian lain yang efektif dan tidak berdampak negatif di tingkat petani. <p align="justify">Mengingat dampak negatif penggunaan pestisida, pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan tentang sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaannya dengan menciptakan dan menerapkan teknologi pengendalian hama yang berwawasan lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan musuh alami. Di dalam makalah ini dikemukakan beberapa jenis hama utama tanaman teh, kopi dan kelapa, dan cara pengendaliannya dengan memanfaatkan musuh alami berdasarkan pola pelaksanaan SLPHT. <h4 align="justify">1.2 Tujuan</h4> <p align="justify">Tujuan kegiatan pembuatan makalah ini yaitu: <p align="justify">a. Sebagai tugas mata kuliah Pengendalian Hama Penyakit Terpadu <p align="justify">b. Mencari informasi tentang Hama yang menyerang tanaman teh sekaligus pengendaliannya. <h3 align="center">BAB II</h3> <h3 align="center">PEMBAHASAN</h3> <h4 align="justify">2.1 Konsep dan Pengertian PHT</h4> <p align="justify">PHT merupakan konsep sekaligus strategi penanggulangan hama dengan pendekatan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Ini berarti bahwa pengendalian hama harus terkait dengan pengelolaan ekosistem secara keseluruhan. Pengelolaan ekosistem dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh sehat sehingga memiliki ketahanan ekologis yang tinggi terhadap hama. Untuk itu, petani harus melakukan pemantauan lapang secara rutin. Dengan demikian, perkembangan populasi dan faktor-faktor penghambat lainnya dapat diatasi/diantisipasi dan faktor-faktor pendukung dapat dikembangkan. Apabila dengan pengelolaan ekosistem tersebut masih terjadi peningkatan populasi dan serangan hama, langkah selanjutnya adalah tindakan pengendalian. <p align="justify">Sasaran PHT adalah: <ul> <li> <div align="justify">Produktivitas pertanian mantap tinggi</div> <li> <div align="justify">Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat</div> <li> <div align="justify">Populasi hama dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pada tingkatan yang secara ekonomis tidak merugikan</div> <li> <div align="justify">Pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida.</div></li></ul> <p align="justify">Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua taktik atau metode pengendalian hama. Taktik PHT adalah: <p align="justify">· Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami <p align="justify">· Pengelolaan ekosisem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi perikehidupan hama serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati <p align="justify">· Pengendalian fisik dan mekanis yang bertujuan untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktivitas fisiologis&nbsp; hama yang normal, serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama <p align="justify">· Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi hama pada tingkat keseimbangannya. Selektivitas pestisida didasarkan atas sifat fisiologis, ekologis, dan cara aplikasi. Penggunaan pestisida diputuskan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan direkomendasikan. Ada empat prinsip yang harus dilaksanakan dalam penerapan PHT, yaitu pembudidayaan tanaman sehat, pelestarian musuh alami, pemantauan secara rutin, dan pengambiian keputusan pengendalian oleh petani. <p align="justify">&nbsp; <h4 align="justify">2.2 Pengertian Musuh Alami</h4> <p align="justify">Di dalam ekosistem pertanian terdapat kelompok makhluk hidup yang tergolong predator, parasitoid, dan patogen. Ketiga kelompok yang disebut musuh alami tersebut mampu mengendalikan populasi hama. Tanpa bekerjanya musuh alami, hama akan memperbanyak diri dengan cepat sehingga dapat merusak tanaman. <p align="justify">Predator merupakan kelompok musuh alami yang sepanjang hidupnya memakan mangsanya. Predator memiliki bentuk tubuh yang relatif besar sehingga mudah dilihat. Contoh predator penting adalah tungau <i>Amblyseius deleoni</i> yang memangsa tungau jingga, <i>Brevipalpus phoenicis</i> pada teh. <p align="justify">Parasitoid memiliki inang yang spesifik berukuran relatif kecil, sehingga sulit dilihat. Umumnya, parasitoid hanya memerlukan seekor serangga inang. Parasitoid meletakkan telurnya secara berkelompok atau individual di dalam atau di sebelah luar tubuh inangnya. Bila sebutir telur parasitoid menetas dan berkembang menjadi dewasa, maka inangnya akan segera mati. Parasitoid dapat menyerang telur, larva, nimfa, pupa atau imago inang. <p align="justify"><b>2.3 Hama Tanaman Teh</b> <p align="justify">· <i>Helopeltis</i><i> </i><i>antonii</i> <p align="justify">Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC. <p align="justify">· Ulat jengkal (<i>Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria</i>) <p align="justify">Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L. <p align="justify">· Ulat penggulung daun (<i>Homona</i><i> </i><i>aoffearia</i>) <p align="justify">Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC. <p align="justify">· Ulat penggulung pucuk (<i>Cydia</i><i> </i><i>leucostoma</i>) <p align="justify">Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S. <p align="justify">· Ulat api (<i>Setora nitens,</i><i> </i><i>Parasa lepida,</i><i> </i><i>Thosea</i>) <p align="justify">Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L. <p align="justify">· Tungau jingga (<i>Brevipalpus</i><i> </i><i>phoenicis</i>) <p align="justify">Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC. <h4 align="justify">2.4 Musuh Alami Pada Tanaman Teh</h4> <ul> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4Hrz2KNjqvGw5uVv6QG7NM7ePhLM7y5OCqLI6ImuS9JVdOHJFCGgWmIRb_hCRTy-Dom8A_eDxNF4Ew8qBoPIZbZicl28v1h691I_tRZKipjR7yRaRnOgHeFyWGxs3OUN6IuphQRFXtwg/s1600-h/clip_image004%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image004" border="0" hspace="12" alt="clip_image004" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj09wlxgwiFTLq1vaAeG7h7NNV6PdvI3pWFMFIgUSfvoTy5yY31nL8IAInW8EyaMm2EK_Q88aul_Lrowu_s2zDaLlPEjuGZQFKKHqmR7_YTxJnUP-WsKwzFo5RAEw2fD9groeNySKRbZms/?imgmax=800" width="167" height="107"></a>Laba-laba tidak termasuk golongan serangga. Semua serangga mempunyai 6 kaki, tetapi laba-laba berkaki 8. Semua laba-laba adalah sahabat petani karena memakan hama. Bila terdapat banyak laba-laba di kebun petani, hama lebih mudah terkendali. Laba-laba tidak mengalami metamorfosa. Setelah telur menetas, keluarlah laba-laba kecil, dan berganti kulit beberapa kali. Laba-laba kecil bentuknya sama dengan laba-laba dewasa.</div> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6MSC_nfZgYrPgwK241sUR2K2a3Y2yRr2Dw1JyjDd7ZGEM6fcG9cXnvYNndNviJa8QTuy8XWKxb9Ji3-ZB7nWAXWRLIAH1X9mXUXP-LWLT8494iXkN4JT_oqhyS7g6QFBlQXLrW4Za-m4/s1600-h/clip_image006%25255B25%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image006" border="0" hspace="12" alt="clip_image006" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDv0puBJYWUGQh3hyEmy7WeuMNjokD9V3fVQVraXW2D0Np_BNyaedP0m_86LCN_IUzeni7f8LlJnr1pDJJ4T5rq-aLkzRQaSzyyn7pUkCzyPPC92lUMQ02NoGuzafPL_EzkwRMH3hvfWY/?imgmax=800" width="171" height="111"></a>Sebagian jenis tungau adalah predator. Tungau tersebut mampu mengendalikan beberapa jenis hama dalam agroekosistem teh dan tanaman lain. Tungau predator memangsa tungau lain, trips, dan kutu putih. Dia menyerang mangsanya, menusuk badannya, lalu mengisap bagian dalamnya. Satu tungau dapat memakan 1 sampai 5 nimfa trips per hari.</div></li></ul> <h4 align="justify"></h4> <ul> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY9X9ucU1lngNnOdngDxAPMDklrhgUCo0rXoZf2-Wss4JSMSGr2STuyzDewVQhEUf_0s50_7DQmxBLpnZG3kV0Nv3G7LbDJAT1V9BAl9cVKnufG5Vc_7SVS9vxEf6rZMtszvDdsgKaNBo/s1600-h/clip_image008%25255B8%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image008" border="0" hspace="12" alt="clip_image008" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdiqMoUdeBGLZaFwKODmzBN9RTzGo-7BQGVoFDu4-LATJ3BoDUqpI3UojIDkmGB5PAgBLmhwy2cuxfZToMQ3ZYqO4EiWsft2BflGvOTuaJdDGaRtzt4IxMPSjJTr0MIr8vhCqn3DuOipQ/?imgmax=800" width="163" height="130"></a>Ada beribu-ribu macam semut di dunia ini. Semut memiliki pengaruh atas lingkungannya dengan banyak cara. Sebagian bermanfaat untuk manusia dan sebagian tidak. Semut di Indonesia pada umumnya tidak merusak tanaman budidaya. Di kebun teh, semut merupakan musuh alami karena menyerang ulat dan beberapa macam hama lain, contohnya <i>Helopeltis</i>.</div></li></ul> <ul> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgetSo3RHGZ3TdSoOIEtA5dudq2bOzeW3DXLbvbulxFWK-HDVX3GAmNkBfqkSvDBbQwJUhH9Ip1-HkVf1hSOXMkwsW4iCY5iFeSIgq8GrRgUegho_JfLLTun3tDcnVZHHKIS6h63qGTeNA/s1600-h/clip_image010%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image010" border="0" hspace="12" alt="clip_image010" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYm-2nrcW4NwAI2AQqITX8yybJySvV4_2Qi9kDB20HZ2m5bPuwvCc0kfWh8EDd6SivkspjvyRvGT7vgYUJeNJEjoN6IkZ7KdLeI8znawA8THJ3ujBsCAleMDQatQPjRe4pW_NRVZFh9EE/?imgmax=800" width="167" height="137"></a>Tawon ini sudah dikenal umum. Ada bermacam-macam dengan panjang sekitar 1 cm sampai 4 cm. Tawon ini membuat sarang dari kertas atau tanah untuk memelihara anaknya. Sengatannya menyakitkan. Tawon ini efektif untuk memburu banyak jenis ulat termasuk ulat jengkal. Ia mampu menangkap ulat besar. Macam-macam serangga lain juga dimakan oleh tawon ini. Selain serangga, dia juga makan sari madu dari bunga.</div> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBRfSfsIKiqZODm2hVyvyepujMMwDKjAU0Z26cEtyU3uAeSRp3EAOM533jHHHgNXdVe5r3mHcxSj2OiYea1qXKcTYoR2lr5CuE1cewb4xOI0wCwX3Kxi9AjS3c5PREDYQolOeVpfQvhKE/s1600-h/clip_image012%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image012" border="0" hspace="12" alt="clip_image012" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOZQxB_lEVY81gSDhLBCJbEpiQSRrBEmiWcwo8tK1Acu8dDGvuXCDc62zSGNTW8qqpZ1iIb8crAhAqNHUhprGVt4emw5Vk-Zp-45qAQ1z_2yCuusTzaGH35Yv5YjzKbHVmD5Ul99ieaqg/?imgmax=800" width="151" height="99"></a>Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk hama-hama teh seperti <i>Helopeltis</i>. Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya.</div></li></ul> <ul> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAIOLz7bKXcN3opPnnHJotl-iEPRv7-9nuktE1UEdloYlPSzMfzXiNJHXs8TBmIM3wx9ZWmAZNtxNQqpV1mN-g8_nTunwdsdKC0f_w-2Sm5hdKwoaVqyXDW8XCmq8M80eeg1eubxn_AGk/s1600-h/clip_image014%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image014" border="0" hspace="12" alt="clip_image014" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB1Ah6mgC3JmwpE7PuLTQM3aYuoHdATXwkge_b7bZJaEtWBKylrXS-5MuEWJEXXSNhqVCwqqFumkYOl2zpUUeN9G18rtZ5CnLE541zj782o1Nty79Wk_FjOdgEK6hfq0RbwwzFXECOvvE/?imgmax=800" width="167" height="128"></a>Pada umumnya, jangkrik dan belalang antena panjang predator suka memakan telur atau serangga lain seperti ulat atau kutu. Memang tidak semua jangkrik dan belalang antena panjang adalah predator. Kebanyakan jenis belalang antena panjang memakan tanaman. Dalam golongan jangkrik ada banyak yang bertindak sebagai pengurai.</div></li></ul> <ul> <li> <div align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijK_BxwMxPuJsVByhXSpvXEJdjFjIqDk8BTkY5bOwfu2yxDpBxMuf3_VpLPrrZv1sUBBcwghPBM_AA4DMjp43jWgGgt-tOWmvWYj8XUY9Co-cZhFyAO72RraRk_u6dfSXbK0H55H_-fh4/s1600-h/clip_image016%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image016" border="0" hspace="12" alt="clip_image016" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj29oEcfj4oOVobFr91gTrhS7Z8U_kjvKb1Kkuznt5ZmRxBbT55osmMnnfAVLMnJfQ61_5BHzOLi0fC0gTGUqNaXfj2PrFVNvY2JGOE3Xh8ejytPQfiBGmIaFUx8jVaBjj284EeZbyUF4A/?imgmax=800" width="167" height="137"></a>Lalat ini dianggap sebagai predator yang memangsa serangga kecil. Kakinya panjang sekali dan warnanya hijau kilat yang cemerlang. Ia dapat berlari dengan cepat. Lalat ini dapat ditemukan di kebun teh dan senang sekali hinggap di atas daun di bawah cahaya matahari. Lalat ini adalah makhluk siang hari. Larva lalat menari adalah pemangsa kutu daun dan serangga kecil lain yang efektif.</div></li></ul> <p align="justify">Masalah hama biasanya timbul karena hasil kerja kombinasi unsur-unsur lingkungan yang sesuai, baik biotik (tanaman atau makanan) maupun abiotik (iklim, cuaca, dan tanah), serta campur tangan manusia yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan populasi hama. Oleh karena itu, pemantauan ekosistem pertanaman yang intensif secara rutin oleh petani merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan. <p align="justify">Kegiatan pemantauan populasi hama ditujukan untuk menentukan apakah populasi hama tersebut telah melampaui tingkat kerusakan ekonomis. Hal tersebut dimaksudkan agar populasi hama tidak terlambat dikendalikan. Dalam kegiatan tersebut tingkat populasi hama tidak ditentukan dengan menghitung banyaknya individu hama secara keseluruhan di lapang, tetapi dengan menduga populasi hama berdasarkan teknik penarikan contoh. <p align="justify">Pemantauan populasi pada pertanaman dianjurkan seminggu sekali, mulai awal pertumbuhan tanaman hingga menjelang panen. Banyaknya individu hama di lapang dihitung dengan unit contoh berupa tanaman tunggal atau sejumlah tanaman per unit area. Dalam hal ini perlu diingat bahwa unit contoh kecil yang berjumlah banyak memberikan data lebih dipercaya daripada unit contoh besar yang berjumlah sedikit. Kegiatan pemantauan juga dilakukan terhadap jenis dan populasi musuh alami, dan keadaan tanaman. <p align="justify">Metode pemantauan umumnya dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : <p align="justify">· Acak menggunakan tabel nomor acak pada beberapa unit habitat <p align="justify">· Acak berstrata, yaitu dengan membagi lahan menjadi beberapa strata yang tidak tumpang-tindih kemudian banyaknya unit contoh dibagi secara proporsional untuk tiap stratum dan ditempatkan secara acak <p align="justify">· Acak diagonal, yaitu dengan mengambil contoh secara acak pada bidang diagonal lahan <p align="justify">· Sistematik, yaitu dengan mengambil contoh pada selang ruang atau waktu tertentu. Pemilihan terhadap metode pemantauan umumnya didasarkan atas ketentuan yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan dan biaya penarikan contoh. <p align="justify">&nbsp; <h4 align="justify">2.5 Pengambilan Keputusan Pengendalian</h4> <p align="justify">Petani sebagai pengambil keputusan di lahannya sendiri hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara tepat sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Contoh pengambilan keputusan pengendalian hama berdasarkan hasil pemantauan ekosistem adalah sebagai berikut: <p align="justify">1. Apabila ada bagian tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit, maka bagian tanaman terserang dipangkas dan dimusnahkan dengan jalan dibakar. <p align="justify">2. Apabila ditemukan kelompok telur, segera dilakukan pengumpulan dan memeliharanya. Parasitoid telur yang muncul dibiarkan lepas ke pertanaman. Pengumpulan kelompok telur dilakukan setelah terlihat penerbangan imago, dengan selang waktu paling lambat 4 hari sekaii, sehingga telur belum sempat menetas. <p align="justify">3. Dilakukan pengumpulan dan mematikan individu hama yang ditemukan di pertanaman. <p align="justify">4. Apabila ditemukan liang-liang aktif tikus dan tanda-tanda keberadaan populasi tikus di lahan maka dilakukan gropyokan, sanitasi lingkungan, pemasangan bubu perangkap tikus, dan pengumpanan beracun menggunakan rodentisida antikoagulan. <p align="justify">5. Apabila populasi hama melampaui ambang kendali dan populasi musuh alami relatif berlimpah, maka jangan dilakukan pengendalian. Tetapi apabila populasi musuh alami relatif sedikit, maka dilakukan pengendalian dengan insekisida efektif.</p><b> <p align="justify"><br></p></b> <p align="center"><b>BAB III</b> <p align="center"><b>KESIMPULAN</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: <p align="justify">1. Ekosistem perkebunan yang pada umumnya relatif stabil merupakan faktor menguntungkan bagi pemanfaatan musuh alami. Kestabilan ekosistem ini selayaknya dipertahankan melalui pengeloaan yang bijaksana. <p align="justify">2. Musuh alami berperan penting dalam ekosistem perkebunan karena dapat mengendalikan dan mengatur populasi hama. Keberadaannya dalam ekosistem perlu dilestarikan melalui usaha konservasi dan peningkatan efektivitas musuh alami. <p align="justify">3. Penerapan konsep PHT pada tanaman perkebunan terbukti efektif terutama dengan pemanfaatan musuh alami.</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/8856758324868248990/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-pengendalian-hama-terpadu-hama.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8856758324868248990'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8856758324868248990'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-pengendalian-hama-terpadu-hama.html' title='MAKALAH PENGENDALIAN HAMA TERPADU (Hama dan Musuh Alami Tanaman Teh)'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdmO8lPriMytf9CSr9UOXUwEk3BSZZow25RnS8UbZLxGh6ouD21BpCluPGVI1nYT_um_39Zgayx1mjBXuZE7icJNxY-iu7srZR3yW8ciNT5nFcj-dyM-kWoiJiaax7g9R_XubgAXduk4/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-7824125706992203491</id><published>2013-04-19T17:55:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T17:56:15.015+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="seputar pertanian"/><title type='text'>Meramu Pupuk Hidroponik</title><content type='html'><p align="justify">Suksesnya berhidroponik banyak tergantung pada ramuan hara atau nutrisi yang diberikan ke tanaman. Ramuan pupuk yang baik dapat menghasilkan sayuran segar, tegap, berpenampilan menarik, berkadar gizi tinggi, beraroma harum, bercita rasa tinggi, serta berharga jual yang relatif mahal. <p align="justify">Keterampilan meramu pupuk hidroponik dapat disesuaikan dengan pemberian hara pada tanaman yang dibudidayakan, meramu sendiri pupuk yang akan diberikan pada tanaman yang dibudidayakan maka komposisi pupuk dapat disesuaikan. <p align="justify">Ramuan pupuk hidroponik sayuran ini dibagi dua yaitu untuk sayuran daun dan sayuran batang. Tanaman sayuran daun yang biasa dihidroponik antara lain: bayam, caisin, pakcoy, kangkung dan sebagainya, rasio nitrat/amonium (NO<sub>3</sub>- : NH<sub>4</sub>+) adalah 6 atau 6 per satu, artinya 6 (enam) Nitrat, dan 1 (satu) Amonium, sedangkan N total adalah 250 ppm. Dengan demikian konsentrasi Nitrat adalah 6/7 x 250 ppm atau 214 ppm dan Amonium 36 ppm. Jadi rasio antar hara&nbsp; NO<sub>3</sub>: NH<sub>4</sub> adalah 214 : 36. <p align="justify">Ada beberapa alasan mengapa penggunaan rasio amoniumnya relatif lebih besar yaitu amonium akan membuat sel-sel raksasa sehingga tanaman akan tumbuh cepat dan ukurannya besar. Daun yang terbentuk berukuran lebar dan evapotranspirasinya besar sehingga daya serap air dan hara meningkat, hanya saja daun yang berukuran besar akan peka terhadap penguapan dan sayuran mudah layu. Pertumbuhan vegetatif yang terpacu akan menghasilkan banyak daun dengan ukuran lebar, sehingga penampilan sayuran daun akan menarik. Pemberian nitrat dalam jumlah yang besar untuk menciptakan sel yang kompak, sehingga tanaman berdiri tegap, daya tahan tinggi terhadap serangan penyakit cendawan, banyak nitrat juga akan menimbulkan citra rasa yang baik. <p align="justify">Rasio Pospor dan Nitrogen (P : N) untuk sayuran daun 0,25 sedangkan P sebesar 0,25 x 250 ppm atau sama dengan 62 ppm. Dengan demikian ratio antara P : N adalah 62 :250. Mengapa penetapan rasio 0,25 pada tanaman sayuran yaitu 0,25 sudah cukup tinggi? karena P tidak banyak dibutuhkan dibandingkan unsur lainnya, karena sayuran daun tidak untuk menghasilkan bunga. Rasio 0,25 cukup merangsang pembentukan akar sehingga effisien, penyerapan hara menjadi optimal. Rasio 0,25 sudah cukup untuk kegiatan fotosintesa, pembentukan karbohidrat dan protein. Rasio tersebut juga memperkuat dinding sel sehingga mempunyai ketahanan terhadap serangan penyakit cendawan. <p align="justify">Rasio K : N (Kalium per Nitrogen), untuk tanaman sayuran daun adalah 1,2 atau konsentrasi K 1,2 x 250 ppm = 300 ppm. Dengan demikian rasio antara K : N untuk tanaman sayuran adalah 300 : 250. Dengan K yang besar ini akan membantu proses fotosintesa dan mengatur tranportasi karbohidrat kebagian-bagian tanaman yang memerlukannya sehingga terdapat pertumbuhan yang merata, juga dengan konsentrasi K yang cukup membuat penampilan warna daun merata pada seluruh helainya, penampilan sayur menjadi segar, tegar dan menarik. <p align="justify"> Rasio Ca : N (Calsium : Nitrogen), untuk produksi tanaman sayuran daun adalah sebesar 0,7 sehingga konsentrasi Ca menjadi 0,7 x 250 ppm = 175 ppm, dengan demikian rasio antar hara Ca : N adalah sebesar 175 : 250. Ada beberapa alasan menetapkan rasio Ca : N untuk tanaman sayuran daun sebesar 0,7 yaitu : daun akan terbentuk dengan baik, daun tidak bergelombang atau kriting karena berpengaruh pada pembelahan dan elongasi atau perpanjangan sel.&nbsp; Sayuran menjadi renyah, walaupun ditanam pada saat banyak terjadi mendung, karena Ca memperkuat dinding sel. Ternyata sayuran mempunyai daya tahan yang cukup baik di supermaket. <p align="justify">Rasio Mg : N (Mangan per Nitrogen) yaitu sebesar 0,25 atau 0,25 x 250 ppm = 62 ppm. Dengan demikian rasionya adalah sebesar 62 : 250. Alasan menetapkan angka 0,25 adalah warna daun hijau berkilau, karena Mg merupakan inti dari kloropil, tanaman tetap kuat tahan terhadap serangan cendawan. <p align="justify">Rasio S : N (Sulplur per Nitrogen) yaitu untuk sayuran daun 110 ppm sehingga S : N&nbsp; adalah 110 : 250 = 0,44 atau dibulatkan o,4. Alasan rasio terbut adalah dengan konsentrasi S cukup tinggi maka protein yang terbentuk cukup banyak, sehingga pertumbuhan tanaman cukup pesat. Sayuran akan memberikan aroma saat dimasak, karena unsur S merupakan inti dari minyak asiri yang memberi aroma, tingginya S(Sulplur) akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit cendawan. <p align="justify">Ramuan pupuk untuk sayuran batang dan daun, perhitungan rasio antar hara adalah sebagai berikut : Rasio Nitrat : Amonium yaitu 9 : 1 artinya sembilan nitrat dan satu Amonium, sementara N totalnya yaitu 250 ppm, dengan demikian konsentrasi nitrat adalah 9/10 x 250 ppm = 225 ppm. <p align="justify">Rasio P : N (Pospat per Nitrogen) adalah 0,3, sehingga konsentarasi P 0,3x 250 ppm = 75 ppm, dengan demikian ratio antara P : N yaitu 75 : 250. Konsentrasi K : N (Kalium : Nitrogen) 1,4, sehingga konsentrasi K sebesar 1,4 x 250 ppm= 350 ppm, dengan demimkian rasio antara K : N adalah 350 : 250. <p align="justify">Rasio Ca :N (Calsium : Nitrogen) yaitu 0,7 x 250 ppm = 175 ppm, dengan demikian, ratio antara Ca : N sebesar 175 : 250, hal ini cukup memberikan kerenyahan bagi tumbuhan tersebut. Rasio Mg : N (Mangan : Nitrogen) sebesar 0,25 sehingga konsentrasi Mg untuk pemupukan tanaman sayuran batang dan daun sebesar 0,25 x 250 ppm = 62 ppm, dengan demikian, rasio antar hara Mg : N sebesar 62 : 250. Sedangkan rasio S : N (Sulplur : Nitrogen) dari perhitungan akhir didapatkan konsentrasi S untuk produksi sayuran daun dan batang yaitu 125 ppm, sehingga rasio S : N adalah 125 : 250=0,5. <p align="justify">Apabila dalam pembuatan ramuan pupuk hidroponik ini banyak menemukan kendala, terlebih dahulu harus banyak mengetahui kegunaan masing-masing pupuk kimia yang berkaitan dengan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sebenarnya ramuan pupuk hidroponik sudah banyak yang telah jadi dan dijual di pasaran, kita tinggal mengencerkannya saja. Tidak ada salahnya kalau kita coba membuat sendiri, mungkin hasilnya lebih baik dan dari segi ekonomis bisa lebih murah. <p align="justify">Oleh : <b>Ir. Muharja, MP.</b> <p align="justify">Sumber : bbpp-lembang.info</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/7824125706992203491/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/meramu-pupuk-hidroponik.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7824125706992203491'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7824125706992203491'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/meramu-pupuk-hidroponik.html' title='Meramu Pupuk Hidroponik'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-8243783292321547511</id><published>2013-04-19T17:05:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T17:05:16.267+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Be Health"/><title type='text'>Dibalik rasa pahitnya sayuran pare, ternyata menyimpan manfaat yang manis</title><content type='html'><p align="justify">Sayuran pare atau paria (<i>Momordica charantia</i>). Orang Inggris menyebutnya <i>bitter melon</i> karena rasanya yang pahit. Sayuran merambat dari keluarga <i>Cucurbitaceae</i> ini banyak ditanam di pekarangan rumah atau di persawahan sebagai selingan padi. Tanaman ini tumbuh merambat dengan sulur berbentuk spiral, bercabang banyak, berbau tidak sedap dengan daun tunggal bertangkai dan letaknya berselang-seling. Buahnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal berbentuk jantung dan berwarna hijau tua. Buah pare memiliki rasa yang pahit oleh karenanya sangat sedikit orang yang suka untuk mengkonsumsi buah pare&nbsp; ini. Selain di Indonesia, tanaman pare juga banyak dijumpai di wilayah lain Asia Tenggara, Cina, Afrika, Karibia, India, Nepal dan bagian lain dari anak benua India. <p align="justify">Masyarakat Indonesia biasanya memasak buah pare dengan ditumis atau direbus (misalnya sebagai campuran pengisi siomay) dan olahan lainnya.&nbsp; Di tangan ahlinya, buah pare dapat menjadi berbagai makanan lezat bercitarasa pahit yang khas. Dibalik rasa yang pahit ternyata menyimpan manfaat yang luar biasa bagi kesehatan kita. <p align="justify"><b>Berikut ini beberapa manfaat untuk kesehatan dari buah pare</b> <ul> <li> <div align="justify">Pare telah digunakan oleh masyarakat Asia dan penduduk asli Amerika untuk waktu yang lama sebagai obat diabetes, untuk mencegah campak, malaria, hepatitis, menyingkirkan cacing dan parasit, sebagai obat kuat (afrodisiak), serta sebagai obat anti inflamasi untuk penyembuhan luka dan bisul. Di Jamaika, daun pare diolah menjadi teh, yang membantu mengurangi masalah pencernaan dan sembelit. Di Filipina, daun pare sering digunakan untuk mengobati batuk pada anak-anak.</div></li> <li> <div align="justify">Buahnya yang mengandung Albiminoid,karbohidrat dan zat warna Daunnya mengandung zat pahit, minyak lemak, asam dammar, protein, besi, kalsium, fosfor, vitamin A, B1 dan C yang terkandung dalam buah pare, bermanfaat untuk menjaga kecantikan kulit. Yaitu menjaga kerusakan kulit yang diakibatkan oleh sengatan utra violet. Ini berarti buah pare dapat mencegah munculnya noda hitam dan kerutan pada wajah. Sementara akarnya mengandung asam momordial dan asam aleonolat. Sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial.</div></li> <li> <div align="justify">Buah pare mengandung setidaknya tiga senyawa bioaktif yang berbeda: charantin, peptida mirip insulin dan alkaloid, yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tingkat gula darah dalam tubuh. Sebuah penelitian oleh Institut Jawaharlal Nehru, India, telah membuktikan bahwa buah pare meningkatkan sensitivitas insulin. Mengkonsumsi 100 mg buah pare menghasilkan efek sebanding dengan 2,5 mg obat anti-diabetes <i>glibenclamide</i>. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah ketiga senyawa tersebut bekerja simultan atau apakah senyawa yang satu lebih efektif daripada yang lain.</div></li> <li> <div align="justify">Tes laboratorium menunjukkan bahwa senyawa-senyawa dalam pare mungkin efektif untuk mengobati infeksi HIV. Dalam sebuah uji klinis awal, ekstrak pare menunjukkan beberapa manfaat pada orang yang terinfeksi HIV (Zhang, 1992). Pare juga berpotensi menjadi immunomodulator. Sebuah uji klinis lain menemukan bukti terbatas bahwa pare dapat meningkatkan fungsi sel-sel kekebalan pada penderita kanker, tetapi hal ini perlu diverifikasi dan dikuatkan penelitian lain. Jika terbukti benar, ini adalah cara lain pare bisa membantu penderita HIV/AIDS. Tak berlebihan kiranya,jika para ahli di dunia medis optimis dalam 10 tahun kedepan, bakal ditemukan obat untuk memerangi HIV-AIDS.</div></li></ul> <ul> <li> <div align="justify">Buah pare dapat menjadi penangkal sel kanker. Hal ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian di Jepang. Dalam penelitian tersebut, digunakan beberapa tikus yang diinjeksi sel kanker kemudian diinjeksi dengan ekstrak buah pare. Setelah mereka mengamati perkembangan sel kanker dalam tubuh tikus tersebut, hasilnya menampakkan bahwa sel kanker yang di injeksi berhenti berkembang.&nbsp; Hasil penelitian tersebut menunjukkan manfaat buah pare sebagai penangkal sel kanker. Manfaat ini dapat diperoleh karena pare mengandung zat lesichin yang dapat meningkatkan kekebalan untuk menangkal perkembangan sel kanker. Tidak hanya itu, buah pare juga memiliki kandungan beberapa zat yang dapat mencegah sel kanker. Sehingga bagi Anda yang bukan penderita kanker dapat mengonsumsi buah pare untuk mencegah serangan kanker.</div></li></ul> <ul> <li> <div align="justify">Bagian pare yang memiliki kashiat antara lain: Pare yang masih muda digunakan sebagai obat diabetes, gangguan pencernaaan, obat malaria, penyakit kuning dan bronkhitis. Daun pare juga tidak kalah penting dengan buahnya. Beberapa manfaat daun pare, diantaranya dapat menyembuhkan batuk, menurunkan panas, mematikan cacing kremi, mengobati bisul, dan bermanfaat juga untuk membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan. Selain buah dan daunnya, bagian pare yang juga bermanfaat untuk mengobati penyakit, adalah akarnya. Akar pare berkasiat untuk mengobati disentri amuba dan wasir. Biji pare sendiri, merupakan atioksidan yang cukup kuat yang dapat menghambat pembentukan sel kanker dan mencegah penuaan dini. </div></li></ul> <p align="justify">&nbsp;</p> <p align="justify">Sumber : majalahkesehatan.com, semuaitubermanfaat</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/8243783292321547511/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/dibalik-rasa-pahitnya-sayuran-pare.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8243783292321547511'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8243783292321547511'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/dibalik-rasa-pahitnya-sayuran-pare.html' title='Dibalik rasa pahitnya sayuran pare, ternyata menyimpan manfaat yang manis'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2228353987552630180</id><published>2013-04-19T16:18:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T16:18:34.003+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="seputar peternakan"/><title type='text'>Proses Terbentuknya Telur</title><content type='html'><p align="justify">Pembentukan telur yang normal, memerlukan waktu berkisar antara 25-26 jam, terdiri atas berbagai tahapan sebagai berikut: <ol> <li> <div align="justify"><b>Tahap I: Ovarium</b></div></li></ol> <p align="justify">Terbentuknya telur dimulai dengan terbentuknyakuning telur didalam ovarium. Sel telur yang dihasilkan didalam ovarium ini jumlahnya mencapai ribuan dalam berbagai ukuran, diantaranya 4 buah besar dan 1 buah paling besar. Sel telur yang paling besar berwarna keputihan, disebut folikel. Folikel sebagai sel telur yang sudah dewassa tersebut kemudian dilepas secara berurutan. <ol start="2"> <li> <div align="justify"><b>Tahap II: Infundibulum</b></div></li></ol> <p align="justify">Kuning telur yang dilepaskan ovarium tersebut diterima oleh infundibulum. Didalam infundibulum, kuning telur tinggal selama 15 menit saja, tanpa adanya penambahan unsur lain. <ol start="3"> <li> <div align="justify"><b>Tahap III: Magnum</b></div></li></ol> <p align="justify">Pada saat kuning telur berada didalam magnum, terjadi penambahan unsur lain, berupa putih telur yang terdiri atas 88% air dan 11% protein. Didalam magnum, kuning telur tinggal selama 3 jam. <ol start="4"> <li> <div align="justify"><b>Tahap IV: Isthmus </b></div></li></ol> <p align="justify">Didalam Isthmus, telur dibungkus 2 buah selaput tipis. Telur tinggal didalam isthmus selama kurang lebih 1,25 jam. <ol start="5"> <li> <div align="justify"><b>Tahap V: Uterus</b></div></li></ol> <p align="justify">Telur yang tinggal didalam uterus selama 20-21 jam. Didalam uterus inilah telur disempurnakan, hingga mendapat cairan putih yang tipis melalui membran secara difusi dan terbungkus oleh bahan keras yang disebut kerabang. <ol start="6"> <li> <div align="justify"><b>Tahap VI: Kloaka</b></div></li></ol> <p align="justify">Telur yang sudah sempurna, dikeluarkan melalui kloaka. Rongga udara telur terbentuk diluar tubuh ayam, yakni 1-2 jam setelah telur tersebut dikeluarkan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan temperatur. <p align="justify">Sistem adalah serangkaian komponen komponen yang saling berinteraksi untuk menghasilkan suatu tujuan tertentu. Jika kita bisa meluangkan sedikit waktu untuk berpikir, dari uraian diatas bisa kita mengambil hikmah bahwa betapa hal yang sangat sederhana disekitar kita tersebut sebenarnya merupakan sebuah sistem yang maha sempurna dari karya sang maha pencipta. Sungguh tak ada artinya kemampuan dan keahlian yang kita miliki jika dibadingkan sebuah karya yang maha sempurna tersebut. <p align="justify">Sumber : centralunggas </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2228353987552630180/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/proses-terbentuknya-telur.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2228353987552630180'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2228353987552630180'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/proses-terbentuknya-telur.html' title='Proses Terbentuknya Telur'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-3124930924818884117</id><published>2013-04-19T15:50:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T17:07:29.102+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>MAKALAH BUDIDAYA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz )</title><content type='html'><p align="center"><b>BAB I</b> <p align="center"><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b>1.1 Latar Belakang</b> <p align="justify">Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan di mana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang.<b></b> <p align="justify">Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan. <p align="justify">Oleh karena itu kami sebagai mahasiswa agroteknologi perlu ikut serta berperan dalam pembangunan di sektor pertanian salah satunya dengan cara melakukan pembudidayaan ubi kayu . <p align="justify"><b>1.2 Tujuan </b> <p align="justify">Adapun tujuan dalam pembuatan proposal ini adalah agar memahami cara budidaya tanaman pangan terutama tanaman ubi kayu . <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="center"><b>BAB II</b> <p align="center"><b>PEMBAHASAN</b> <p align="justify"><b>2.1 Aspek Budidaya ubi kayu</b> <p align="justify">Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. <p align="justify">Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:<br>Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan<br>Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji<br>Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup<br>Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua<br>Ordo : Euphorbiales<br>Famili : Euphorbiaceae<br>Genus : Manihot<br>Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculentaCrantz sin.</p> <p align="justify">Varietas-varietas ketela pohon unggul yang akan ditanam pada lahan kami seluas 4x4 m<sup>2 </sup>ini adalah varietas biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4. Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia diJawaTengah dan Jawa Timur. <p align="justify"><b>2.1.1 Syarat Tumbuh </b> <p align="justify">Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10<sup>o</sup>C. Jika suhunya dibawah 10<sup>0</sup>C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.<b></b> <p align="justify">Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol. <p align="justify">Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu. <p align="justify">Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh optimal. <p align="justify"><b>2.1.2 Pedoman Budidaya Ubi Kayu</b> <p align="justify"><b>2.1.2.1 Perbanyakan Tanaman</b> <p align="justify">Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang dianjurkan sebagai berikut :<b></b> <p align="justify">- stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu <p align="justify">- Panjang 15-20 cm <p align="justify">- Diameter 2-3 cm <p align="justify">- Tanpa Penyimpanan <p align="justify"><b>2.1.2.2 Pengolahan Tanah</b> <p align="justify">Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi. <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtEZthLiC0qkLMNryLOXnWfIuZuhbLP2bzeVneFhdYy1oOn_Xzh6MtsZdN937h01ii61JzC6NobWjzs0lLPmdqccDgdJ9tdkgPMmBQn2-MwWqf3uLlWtqdFAhWtHc1DT2GNRg2zjd5l3o/s1600-h/clip_image002%25255B5%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image002" border="0" alt="clip_image002" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6CqM4o1cRkES9_HVnt8Is7jfhnitQHScqwboB5AAnuCNnIv05-ISMDWXbvdp8KmDV_xQn0GObaaw6lkL5XGpBDqqoYIk91QU-s96pW-LxgM0EDoQkMQLFCTJxmwiLQPdrxtQJvNe58Do/?imgmax=800" width="273" height="206"></a></p> <p align="justify"><b>2.1.2.3 Cara tanam</b> <p align="justify">Jika dimaksudkan untuk diambil umbinya, penanaman setek dilakukan secara vertikal berjarak 50 cm antar setek. Namun, jika dimaksudkan untuk diambil daunnya, setek dapat ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari setiap buku. Anjuran cara tanam sebagai berikut : <p align="justify">- Pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata <p align="justify">- Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 45<sup>0</sup> dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Jangan terbalik, pemotongan ujung stek meruncing, membantu agar stek tidak ditanam terbalik. <p align="justify">- Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini akan menjamin kelancaran sirkulasi O<sub>2</sub> dan CO<sub>2</sub> serta meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan ditranslokasikan ke tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara maksimal pula. <p align="justify"><b>2.1.2.4 Penanaman dan Penyulaman</b> <p align="justify"><b></b>Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada praktek penanaman lahan kami kali ini , stek ditanam pada bulan September ini. <p align="justify">Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1-3 minggu. Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulam akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman sekitarnya. Sediakan bibit khusus untuk sulam yang ditanam di pinggir atau tepi kebun. <p align="justify"><b>2.1.2.5 Pengendalian gulma</b> <p align="justify">Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Berikut adalah waktu yang tepat untuk pengendalian gulma yaitu : <p align="justify">- Tiga bulan pertama, hal ini disebabkan pertumbuhan gulma yang lebat, karena tanah di antara tanaman belum tertutup sempurna oleh kanopi <p align="justify">- Di saat panen, dengan tujuan menurunkan kesulitan panen, sehingga kehilangan hasil dapat dicegah dan mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada musim tanam berikutnya. <p align="justify"><b>2.1.2.6 Pemupukan</b> <p align="justify">Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hara terbawa panenuntuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 Kg N, 2,24 P<sub>2</sub>O<sub>5</sub>, dan 9,32 Kg K<sub>2</sub>O/ha/musim atau pada tingkat hasil 30 ton/ha sebesar 147,6 Kg N, 47,4 Kg P<sub>2</sub>O<sub>5</sub>, dan 179,4 Kg K<sub>2</sub>O/ha/musim. Hara tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara, Sehingga kesuburan hara menurun dan produksi dan produksi ubi kayu akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu : <p align="justify">- Pupuk Organik : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam <p align="justify">- Urea : 150 – 200 Kg/ha <p align="justify">- SP36 : 100 Kg/ha <p align="justify">- KCl : 100 – 150 Kg/ha <p align="justify">Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, berikan pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat. <p align="justify"><b>2.1.2.6 Pengairan dan Penyiraman</b> <p align="justify">Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung . <p align="justify"><b>2.1.2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit</b> <p align="justify">Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (<i>Xanthomonas campestris pv. manihotis</i>) dan hawar daun (<i>Cassava Bacterial Blight/</i>CBB). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90% untuk varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua penyakit ini. <p align="justify">Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (<i>Tetranychus urticae</i>). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53%, tergantung umur tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca. Serangan tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95%. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah. <p align="justify">Untuk pengendalian tungau merah sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang. <p align="justify"><b>2.1.2.8 Panen</b> <p align="justify">Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar : <ul> <li> <div align="justify">Buanglah batang – batang ubi kayu terlebih dahulu.</div> <li> <div align="justify">Tinggalkan pangkal batang &shy;<u>+</u> 10 cm untuk memudahkan pencabutan</div> <li> <div align="justify">Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.</div> <li> <div align="justify">Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian angkatlah perlahan – lahan ke atas.</div></li></ul> <p align="justify"><b></b> <p align="center"><b>BAB III<br>KESIMPULAN</b></p> <p align="justify">Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya cairan berwarna biru gelap yang bersifat racun bagi manusia.<b></b> <p align="justify">Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi ubikayu serta pendapatan petani, penerapan teknologi ubikayu ditingkat lapang perlu diterapkan dengan tepat dengan menerapkan paket teknologi yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah (spesifik lokasi). Dengan melakukan budi daya ubi kayu langsung di lapangan mahasiswa akan mengetahuia berbagai masalah serta cara menyelesaikannya . <p align="justify"><b></b> <p align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA</b> <p align="justify">Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.<b></b> <p align="justify">Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.<b></b> <p align="justify">Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.<br>Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS<b></b></p> <p align="justify">http://indoagrow.wordpress.com/2012/02/10/budidaya-ubi-kayu/ <p align="justify"><a href="http://epetani.deptan.go.id/budidaya/teknologi-budidaya-ubikayu-1499">http://epetani.deptan.go.id/budidaya/teknologi-budidaya-ubikayu-1499</a> Diakses pada tanggal 12 september 2012</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/3124930924818884117/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-budidaya-ubi-kayu-manihot.html#comment-form' title='2 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/3124930924818884117'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/3124930924818884117'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/makalah-budidaya-ubi-kayu-manihot.html' title='MAKALAH BUDIDAYA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz )'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6CqM4o1cRkES9_HVnt8Is7jfhnitQHScqwboB5AAnuCNnIv05-ISMDWXbvdp8KmDV_xQn0GObaaw6lkL5XGpBDqqoYIk91QU-s96pW-LxgM0EDoQkMQLFCTJxmwiLQPdrxtQJvNe58Do/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-7488341433803295535</id><published>2013-04-19T12:33:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T12:34:41.290+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Be Health"/><title type='text'>Jangan Lupa ya kawan, beberapa Minuman Untuk Kesehatan Jantung Kita</title><content type='html'><p align="justify">Ternyata dari faktor genetik seseorang dapat mempengaruhi risiko mengidap penyakit jantung. Tetapi kabar baiknya, penyakit ini sebagian besar dapat dicegah. Kita mungkin pernah mendengar nasihat bijak yang mengatakan, untuk menjaga jantung tetap sehat, maka harus mengkonsumsi makanan begizi dan teratur berolahraga. <p align="justify">Namun bukan cuma perubahan gaya hidup yang dapat lakukan untuk menekan resiko sakit jantung. Apa yang Anda minum juga bisa membuat perbedaan. Berikut ini adalah beberapa jenis minuman yang disarankan yang dapat membantu menjaga kesehatan jantung : <p align="justify"><b>1. Kopi<br></b><br>Mungkin hal ini sepintas terdengar aneh. Tapi tahukah Anda bahwa kopi memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi ketimbang kakao atau teh? Mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang tepat dapat menghambat peradangan dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.<br>Sebuah studi jangka panjang dan berskala besar, di mana melibatkan lebih dari 83.000 perempuan menunjukkan bahwa minum 2 cangkir kopi setiap hari dapat memangkas risiko terkena stroke 20 persen lebih rendah ketimbang mereka yang sedikit minum kopi atau tidak sama sekali.</p> <p align="justify">Saran : Meminum antara 2 hingga 4 cangkir kopi per hari termasuk kategori moderat. Tetapi jika Anda mengalami insomnia, gelisah dan kelelahan, cukup minum satu gelas saja. <p align="justify"><b>2. Jus delima<br></b><br>Belakangan ini reputasi jus buah delima semakin melonjak dan memikat para peneliti gizi. Betapa tidak, para pakar dari University of California menemukan bahwa, kapasitas antioksidan jus delima tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang anggur merah dan teh hijau. Bahkan penelitian awal menunjukkan, konsumsi rutin jus buah delima dapat menurunkan kolesterol, mengurangi plak arteri (faktor risiko untuk penyakit jantung), dan meningkatkan aliran darah ke jantung.</p> <p align="justify">Saran: Jika memungkinkan, hindari tambahan pemanis saat membuat jus delima. <p align="justify"><b>3. Anggur merah (<i>red wine</i>)<br></b><br>Anggur merah mengandung banyak senyawa yang dapat melindungi kesehatan jantung, termasuk di antaranya resveratrol. Resveratrol memiliki sifat antioksidan yang dapat melindungi pembuluh darah di jantung serta membantu mencegah pembentukan penggumpalan darah. Beberapa bukti juga menunjukkan, konsumsi anggur merah dalam jumlah yang moderat dapat meningkatkan HDL (kolesterol baik).</p> <p align="justify">Saran: Untuk perempuan, dianjurkan tidak lebih dari 1,5 gelas perhari. Sedangkan untuk pria, tidak lebih dari 2 gelas. <p align="justify"><b>4. Teh hitam<br></b><br>Teh hitam dihasilkan melalui proses fermentasi setelah daun dipanen lalu dikeringkan. Pengolahan ini mengubah komposisi kimia dari daun, sehingga menghasilkan beberapa antioksidan kuat yang membantu mendukung kesehatan jantung. Teh hitam telah terbukti mengurangi risiko stroke, mengurangi LDL (kolesterol jahat), memperbaiki fungsi pembuluh darah, dan meningkatkan aliran darah dalam arteri koroner.</p> <p align="justify">Saran : Semakin lama Anda mencelupkan teh, maka semakin besar manfaat fitokimia yang diperoleh. Oleh karena itu, menyajikan teh dengan air panas akan jauh lebih baik sekaligus menjaga kandungan antioksidan tetap terjaga. Minum beberapa cangkir teh hitam setiap hari dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. <p align="justify"><b>5. Teh hijau<br></b><br>Seperti teh hitam, teh hijau mengandung banyak antioksidan yang baik untuk jantung. Perbedaan utamanya adalah bahwa teh hijau tidak difermentasi. Sebuah studi tahun 2004 menunjukkan bahwa minum teh hijau dalam jumlah yang banyak dapat mencegah resiko penyakit arteri koroner. Ada banyak penelitian yang menghubungkan konsumsi teh hijau dengan kolesterol rendah, pencegahan pembekuan darah dan stroke.</p> <p align="justify">Saran: Minum 1-3 cangkir teh hijau sehari. <p align="justify"><b>6. Air</b> <p align="justify">Dehidrasi dapat berkontribusi pada beberapa faktor risiko untuk penyakit jantung koroner, termasuk darah kental. Ketika Anda sedang mengalami dehidrasi, darah akan menjadi lebih kental. Kondisi ini membuat hati Anda mengeluarkan lebih banyak energi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Bahkan, dehidrasi kronis dapat menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi). <p align="justify">Saran: Banyak ahli merekomendasikan setidaknya dalam sehari seseorang harus minum 8-10 gelas air (untuk dewasa). Tetapi rekomendasi jumlah yang harus diminum tidak bisa berlaku pada setiap orang dan setiap kondisi. Yang pasti, jangan biarkan tubuh Anda sampai mengalami dehidrasi. Anda juga dapat menambahkan jus atau air perasan lemon ke dalam air hangat untuk menambahkan cita rasa sekaligus memeroleh manfaat peluruhan dan antioksidan. <p align="justify">Sumber : http://www.caring.com</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/7488341433803295535/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/jangan-lupa-ya-kawan-beberapa-minuman.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7488341433803295535'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7488341433803295535'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/jangan-lupa-ya-kawan-beberapa-minuman.html' title='Jangan Lupa ya kawan, beberapa Minuman Untuk Kesehatan Jantung Kita'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2918854604337252666</id><published>2013-04-19T12:24:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T12:24:12.888+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Be Health"/><title type='text'>HATI-HATI !!!!!! Polusi Udara Ternyata Memicu Serangan Jantung</title><content type='html'><p align="justify">Kemacetan di jalan bukan hanya bisa menimbulkan stres tapi juga berbahaya untuk jantung. Menurut penelitian menghirup asap yang mengandung polutan dalam jangka waktu lama bisa memicu serangan jantung. Owwwwwwwww.,. NO !! <p align="justify">Dalam riset yang dipublikasi dalam British Medical Journal, para ahli menemukan paparan partikel polutan dan nitrogen dioksida yang dikeluarkan kendaraan berbahaya bagi kesehatan jantung, meski risikonya terbilang kecil hanya 1,3 persen. <p align="justify">Kendati begitu paparan dua pertikel tersebut dalam waktu lama ke dalam paru bisa memicu serangan jantung sekitar enam jam setelah seseorang menghirup polutan itu. Para ahli menyebut kondisi ini sebagai efek "panen" polusi. <p align="justify">Krishnan Bhaskaran dan timnya dari London School of Hygiene and Tropical Medicine melakukan pengujian pada 79.288 kasus serangan jantung yang terjadi di 15 daerah pinggiran England dan Wales antara tahun 2003-2006. Kemudian para peneliti mengukur besarnya polusi di area tersebut pada saat pasien mengalami serangan jantung. Data yang dipakai berasal dari National Air Quality Archive Inggris. <p align="justify">Para peneliti juga mengukur level karbon monoksida, sulfur dioksida dan ozon, selain juga partikel polutan lain yang disebut PM10 dan nitrogen dioksida. <p align="justify">"Kami memperkirakan berada di lingkungan yang level polutan PM10 dan NO2 cukup tinggi bisa memicu serangan jantung enam jam kemudian," kata peneliti. <p align="justify">Profesor Jeremy Pearson dari British Heart Foundation menjelaskan, polusi udara bisa menyebabkan darah mengental sehingga lebih mudah tersumbat dan beresiko tinggi serangan jantung. <p align="justify">"Saran saya pada pasien yang sudah didiagnosis sakit jantung sebaiknya menghindari berada di luar ruangan yang berpolusi udara dalam waktu lama," katanya. <p align="justify">Penelitian di Inggris juga menyimpulkan polusi udara menyebabkan 29.000 kematian prematur setiap tahunnya. <p align="justify">Nah, bagi teman-teman khususnya yang berada di daerah kota besar kayak di Bandung, musti hati-hati sama asap kendaraan. Soalnya kemacetan sudah ga bisa dihindari lagi, antisipasi kalobawa motor jangan lupa pake masker ya sobb <p align="justify">Sumber : Guardian</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2918854604337252666/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/hati-hati-polusi-udara-ternyata-memicu.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2918854604337252666'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2918854604337252666'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/hati-hati-polusi-udara-ternyata-memicu.html' title='HATI-HATI !!!!!! Polusi Udara Ternyata Memicu Serangan Jantung'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2939024554985245696</id><published>2013-04-18T23:32:00.001+07:00</published><updated>2013-04-19T00:06:31.540+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="laporan praktek"/><title type='text'>laporan pengoperasian traktor tangan</title><content type='html'><p align="center"><b>BAB I</b> <p align="center"><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b>1.1 Latar Belakang </b> <p align="justify">Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Salah satu alat yang umum dan paling sering digunakan adalah Traktor. Traktor merupakan sebuah alat bermesin yang memiliki kemampuan untuk mengolah tanah. Fungsi traktor sekrang telah mengantikan fungsi tenaga hewan seperti sapi dan kerbau dalam pengolahan tanah. Walaupun telah dikenal luas namun perlu kiranya kita membahas tentang perlunya mengenal mesin traktor tangan. Mesin traktor tangan ini telah digerkan dengan tenaga mesin, namun pengoperasiannya menggunakan tangan. Pengenalan yang baik atas mesin traktor tangan ini, dapat mempercepat proses modernisasi pertanian. <p align="justify">Traktor Tangan merupakan salah satu sumber tenaga dalam bidang pertanian. Traktor dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk kegiatan pertanian mulai dari pengolahan tanah pertama, pengolahan tanah kedua, penanaman, penyiangan, pemupukan dan alat transportasi. Cara yang sering dilakukan dalam mengolah tanah dengan menggunakan traktor roda dua ini ialah dengan cara sistem bajak yaitu memasangkan alat bajak ( implemen )dibelakang traktor ini <p align="justify">Traktor roda dua ini mempunyai efesiensi yang tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupkan mesin serba guna karena dapat berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk alat – alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan ( trailer) dan lain lain. <p align="justify">Sebuah traktor tidak dapat digunakan untuk mengolah tanah apabila tidak dipasang implemen (alat tambahan). Fungsi traktordalam mengolah tanah hanya sebagai sumber tenaga. Implemen tidak terpasang secara permanen pada traktor, hal ini disengaja supaya traktor dapat dipasangkan dengan berbagai jenis implemen sesuai kebutuhan dalam pengoperasiannya. <p align="justify">1.2 <b>Tujuan</b> <p align="justify">Adapun tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mampu mengoperasikan traktor tangan dengan berbagai jenis implement traktor untuk pengolahan tanah, mengetahui bagaimana cara mengemudikan traktor roda dua, mengenal lebih jauh bagaimana sistem penggunnaannya dilapangan, serta mengukur hasil dari pengoperasian traktor tangan. <p align="center"><b>BAB II</b> <p align="center"><b>DASAR TEORI</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Warga Negara indonesia yang menengah kebawah berprofesi sebagai petani, tetapi sangat disayangkan setelah hampir 35 tahun masa pembangunan berjalan bidang pertanian seakan akan masih bergerak pada tempatnya berbagai cara untuk meningkatkan hasil pertanian telah dilakukan oleh pemerintah diantranya mengimport Peralatan modern ke Indonesia supaya dapat digunakan, dan herannya timbul permasalahan lain yaitu bagaimana cara menggunakan peralatan tersebut. Sama – sama kita ketahui bahwa hampir 85 % petani yang ada di Indonesia tidak mengenal&nbsp; yang namanya peraltan modern yang canggih, mereka hanya mengenal cangkul dan Kerbau. <p align="justify">Teknologi pertanian merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia. Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan, pemungutan hasil dari flora dan fauna, peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan pengamanan serta pemasaran hasil. <p align="justify">Teknologi&nbsp; pertanian merupakan pendekatan engineering secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan transformasi sumberdaya alam secara efisien dan efektif untuk pemanfaatannya oleh manusia. Dengan demikian dalam sistematika keilmuan, bidang teknik pertanian tetap bertumpu pada bidang ilmu teknik untuk memcahkan berbagai permasalahan di bidang pertanian. <p align="justify">Jika kita membandingkan keuntungan yang dihasilkan peralatan tradisional yang dipakai petani dengan Peralatan modern atau yang biasa disebut Alsintan, maka sangat lah jauh berbeda, kita ketahui sama sama bahwa Peralatan tradisional membutuhkan kinerja yang lebih besar, disamping itu juga membutuhkan waktu yang lebih lama. <p align="justify">Berbagai macam peralatan yang&nbsp; telah ada di Indonesia diantaranya Combine, Handtraktor, Trasher, ITGM dan sebagainya, telah beroprasi secara optimal tetapi itu berdasarkan statistic pemerintah. Tetapi jika kita menelaah kembali apa yang sebenarnya terjadi dilapangan tentunya sangat berbeda, banyak para petani menggudangkan bantuan peralatan modern di KUD setempat dan lebih memilih peralatan tradisional lantaran tidak mengerti bagaimana cara mengoperasikan alsintan tersebut. <p align="justify">Handtraktor merupakan peralatan yang digunakan oleh manusia, system yang bekerja yaitu dorongan dibutuhkan oleh handtraktor tersebut, dan tentunya menggunakan manusia. Handtraktor berfungsi untuk mengolah tanah, mempunyai efesiensi yang tinggi karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Motor Penggerak pada Traktor Roda dua ini merupakan motor penggerak serba guna karena dapat berfungsi sebagai motor penggerak untuk alat – alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain lain. <p align="center"><b>BAB III</b> <p align="center"><b>ALAT DAN PROSEDUR KERJA</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>1. </b><b>ALAT DAN BAHAN</b> <p align="justify"><b>A. </b><b>ALAT</b> <p align="justify">a) Traktor Tangan <p align="justify">b) Implemen Traktot (Bajak Singkal, Gelebeg, dan Garu) <p align="justify"><b>B. </b><b>BAHAN: </b>Solar<b></b> <p align="justify"><b>2. </b><b>PROSEDUR KERJA</b> <p align="justify"><b>A. </b><b>Menghidupkan Traktor Tangan</b> <p align="justify">1. Sebelum Menghidupkan mesin traktor lakukan pengecekan terhadap komponen berikut: <p align="justify">a. Cek Tanki bahan bakar dan air radiator, pastikan bahan bakar terisi dan air radiator terisi penuh sesuai batas rekomendasi. <p align="justify">b. Pastikan V-belt dalam posisi kendur/ tidak bekerja (tidak meneruskan tenaga/ putaran). Tuas kopling utama tidak ditarik/ dalam posisi OFF. <p align="justify">c. Cek Tekanan angin pada ban karet. <p align="justify">2. Sebelum menghidupkan traktor pastikan posisi traktor ditempat yang datar. <p align="justify">3. Tarik Tuas Gas sedikit sampai melewati batas “STOP” Jangan terlalu dalam/ penuh. <p align="justify">4. Hidupkan Mesin dengan Engkol. Mula-mula Engkol dipasang kemudian sambil menarik alat penurun kompresi (dekompresi level) engkol diputar beberapa kali secara bertahap dari perlahan hingga cepat kemudian tuas engkol dilepas bersamaan dengan tuas dekompresi. Perhatian: dalam melepaskan tuas engkol dari poros engkol tuas tetap dipegang erat. <p align="justify">5. Atur kembali tuas gas agar mendapat putaran mesin/ Rpm yang ideal (tidak terlalu kencang tetapi tidak terlalu lemah karena mesin akan mati kembali). <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>B. </b><b>Menjalankan Traktor</b> <p align="justify">1. Setelah mesin hidup kemudian tarik batang penahan bagian depan “standar” selanjutnya tarik tuas kopling utama. <p align="justify">2. Atur Stang Kemudi agar arah traktor lurus. Stang kemudi dipegang sdengan tangan lentur tidak kaku. <p align="justify">3. Pindahkan traktor dari garasi/ lab ke Lapangan. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>C. </b><b>Memasang Implemen Pengolahan Tanah</b> <p align="justify">1. Setelah Mencapai Lapangan, matikan mesin traktor kemudian ganti ban traktor dengan roda besi. <p align="justify">2. Pasang Implemen pengolahan tanah (bajak pengolahan tanah pertama dan garu untuk pengolahan tanah kedua) <p align="justify"><b>D. </b><b>Pengolahan Tanah</b> <p align="justify">1. Setelah semua peralatan terpasang, hidupkan kembali mesin traktor. <p align="justify">2. Tarik Tuas persneling utama arahkan traktor agar lurus sesuai dengan areal lahan. Kemudian atur Gas agar memperoleh Tenaga/ Traksi yang cukup untuk pengolahan tanah. <p align="justify">3. Untuk membelokkan Traktor tarik tuas pembelok yang berada dibawah stang kemudi. Untuk belok kiri maka tuas pembelok kiri yang ditarik sedangkan untuk belok ke kanan, maka tuas pembelok kanan yang ditarik. Apabila tuas pembelok ditarik bersamaan traktor akan berhenti bergerak. (tidak disarankan untuk menghentikan traktor hanya untuk darurat) <p align="justify">4. Untuk mengganti implemen matikan dulu mesin traktor kemudian ganti implemen sesuai kebutuhan. <p align="center"><b>BAB IV</b> <p align="center"><b>HASIL DAN PEMBAHASAN</b> <p align="justify"><b>1. </b><b>HASIL</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Tabel Hasil Pengukuran</p> <p align="justify"> <table border="1" cellspacing="0" cellpadding="0"> <tbody> <tr> <td valign="top" width="48"> <p>Baris</p></td> <td valign="top" width="112"> <p>Pengukuran ke</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>Kedalaman Hasil Bajak (cm)</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>Lebar Hasil Bajak (cm)</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48"> <p>1</p></td> <td valign="top" width="112"> <p>1</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>8 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>10 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>2</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>10 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>24 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>3</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>8,5 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>20 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>Rata-rata</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>8,83 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>18cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112">&nbsp;</td> <td valign="top" width="208">&nbsp;</td> <td valign="top" width="227">&nbsp;</td></tr> <tr> <td valign="top" width="48"> <p>2</p></td> <td valign="top" width="112"> <p>1</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>7 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>20 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>2</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>10 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>27 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>3</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>10 cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>25 cm</p></td></tr> <tr> <td valign="top" width="48">&nbsp;</td> <td valign="top" width="112"> <p>Rata- rata</p></td> <td valign="top" width="208"> <p>9cm</p></td> <td valign="top" width="227"> <p>24 m</p></td></tr></tbody></table></p> <p align="justify"><b>2. </b><b>PEMBAHASAN</b> <p align="justify"><b></b>Dalam praktikum kali ini, kami menggunakan traktor tangan merk quick G1000 BOXER single speed dengan menggunakan mesin diesel <p align="justify"><b>A. </b><b>Cara Menghidupkan Traktor</b> <ul> <li> <div align="justify">Ø Sebelum menjalankan traktor, periksalah minyak pelumas, bahan bakar, kekencangan baut, tegangan V-Belt, dan kelengkapan lainnya untuk memastikan traktor dapat beroperasi dengan baik.</div></li> <li> <div align="justify">Pastikan V-Belt dalam posisi kendor (tidak meneruskan tenaga/ putaran),kemudian hidupkan diesel dengan memutar Engkol Starter yang tersedia.</div></li> <li> <div align="justify">Dalam Menghidupkan traktor, Seharusnya semua Komponen Pada Traktor tersebut dapat berfungsi dengan baik.<b> </b>traktor yang menggunakan motor diesel dihidupkan dengan engkol. Mula – mula engkol dipasang pada poros engkol (crank Shaft). Setelah gas dibesarkan sedikit. Engkol diputar beberapa kali sampai putarannya cukup untuk menghidupkan motor. Sewaktu pemutaran, jangan lupa menarik alat penghilang kompresi (dekompresi level). Jika tidak akan dapat memutar engkol motor.</div></li> <li> <div align="justify">Orang yang menghidupkan Traktor tersebut, harus sangat paham dan kenal mengenai Traktor tersebut.</div></li> <li> <div align="justify">Dalam menghidupkan traktor tangan diperlukan tenaga yang kuat dalam memutarkan Engkol, Karena Traktor tersebut bermesin Diesel yang tekanannya berat.<b></b></div></li></ul> <p align="justify"><b>B. </b><b>Menjalankan Traktor</b> <ul> <li> <div align="justify">Ø Dalam Menjalankan Traktor, Seseorang Harus Tahu Bagian-bagian kendali Traktor.</div></li> <li> <div align="justify">Setelah Diesel dihidupkan dan gas sudah diatur sedemikian rupa, traktor dapat dijalankan dengan mengubah posisi Tension Handle ke posisi jalan (ditarik kebelakang). Jika diperlukan, pengatur gas dapat diatur kembali untuk memperoleh putaran yang sesuai</div></li> <li> <div align="justify">Setelah motor dihidupkan, kemudian periksalah apakah gigi / porsneling sudah netral dan kopling, jika tidak mungkin saja dapat menimbulkan kecelakaan. Disamping itu pada traktor terdapat alat yang dapat mengatur kecepatan rendah atau tinggi. Alat ini digunakan untuk menambah atau mengurangi kecepatan lajunya traktor dan juga untuk putaran garu/ cangkul putar.</div></li> <li> <div align="justify">Traktor dapat dibelokkan dengan cara menarik Clutch Handle. Tariklah Clutch Handle Kiri jika ingin berbelok ke kiri, dan sebaliknya, tariklah Clutch HandleKanan jika ingin berbelok ke kanan. Traktor berbelok dengan cara menghentikan putaran salah satu roda.</div></li> <li> <div align="justify">Saat traktor berbelok, salah satu roda traktor berfungsi sebagai pusat belokan dan roda yang lain tetap berjalan sehingga traktor seolah-olah berputar dengan roda yang diam sebagai pusat putaran.</div></li> <li> <div align="justify">Saat traktor berbelok, pastikan posisi operator berada diluar radius stang, karena stang akan berayun ke samping mengikuti putaran pembelokan traktor. Ayunan ke samping ini akan membahayakan operator jika operator berada dalam radius stang.</div></li> <li> <div align="justify">Untuk menghentikan traktor, lepaskan Tension Handle sampai pada posisi paling depan (posisi stop/berhenti).Traktor juga akan berhenti sementara saat Clutch Handle Kanan dan Kiri ditarik bersama-sama. Prosedur yang terakhir ini adalah prosedur untuk situasi khusus (dapat dilakukan namun tidak disarankan). Harap diingat juga bahwa saat melepaskan tarikan Clutch Handle harus bersama-sama. Jika pelepasan tarikan tidak bersama-sama maka traktor akan berbelok tidak terkendali.</div></li></ul> <p align="justify"><b>C. </b><b>Memasang Implemen Pengolahan Tanah</b> <ul> <li> <div align="justify">Dalam memasang Implemen Pengolahan Tanah, traktor harus dalam keadaan berhenti, bahkan kondisi Motor pengerak, dalam keadaan mati guna menjaga keamanan dan keselamatan pada saat memasang implemen pengolahan tanah pada traktor tangan.</div></li> <li> <div align="justify">Dalam memasang Implemen Pengolahan Tanah, terlebih dahulu sesuaikan ketinggian stang agar dapat dioperasikan dengan baik sesuai dengan keinginan operator.</div></li> <li> <div align="justify">Cara mengatur ketinggian dengan cara menggeser Hitch. Hitch dapat dipasang pada Gear Box dengan 2 posisi. Pasanglah baut pada posisi atas untuk memperoleh kondisi stang lebih tinggi dan posisi bawah untuk memperoleh kondisi stang lebih rendah.</div></li> <li> <div align="justify">Pemasangan Plow Head dapat digeser ke atas maupun ke bawah untuk memperoleh ketinggian stang yang berbeda.</div></li> <li> <div align="justify">Membalik Plow Head. Plow Head dapat dipasang terbalik atas-bawah untuk memperoleh ketinggian stang yang berbeda. Pasanglah Plow Head dengan kepala di atas untuk memperoleh stang tinggi dan pasang Plow Head dengan kepala di bawah.</div></li> <li> <div align="justify">Setelah hitch dan Plow Head disesuaikan, implemen tanah dapat dipasangkan dengan baik sesuai dengan keinginan operator.<b></b></div></li></ul> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>D. </b><b>Pengolahan Tanah</b> <p align="justify">Untuk melakukan pengolahan lahan, digunakan alat-alat (implement) sbb : <p align="justify">1. Luku (Single Plow) <p align="justify">Luku digunakan untuk membongkar dan membalik tanah pada proses penyiapan lahan. Luku dipasang dengan menghubungkan Plow Head dengan Hitch menggunakan Hitch Pin. Pasanglah luku pada lubang Hitch tepi kanan, namun jika dikehendaki, dapat dipasang pada lubang tengah atau tepi kiri. Kedudukan Luku dan Frame harus diusahakan dalam posisi horisontal agar pelumasan / pendinginan diesel tidak terganggu dan operasional traktor menjadi stabil. Aturlah ulir pengatur yang tersedia untuk memperoleh kedalaman <p align="justify">2. Gelebeg (Puddler) <p align="justify">Gelebeg digunakan untuk memecah bongkahan tanah. Pada tanah yang berlumpur / lembek, proses pengolahan tanah bisa langsung dengan gelebeg. tanpa harus diluku terlebih dahulu. Pasanglah gelebeg pada lubang pen tengah, lubang yang lain sebagai cadangan. <p align="justify">3. Garu (Leveler) <p align="justify">Garu digunakan untuk meratakan permukaan tanah sebagai proses terakhir (finishing) pengerjaan tanah. Pasang garu pada lubang pen tengah dan aturlah kemiringan garu menggunakan baut penyetel yang tersedia untuk memperoleh kemiringan yang sesuai dengan kondisi tanah yang sedang diolah. <p align="justify">4. Bajak Parabola (Disc Plow) <p align="justify">Disc Plow berfungsi seperti bajak. Dengan menggunakan Disc Plow, akan diperoleh hasil pembajakan 2x lebih lebar jika dibandingkan dengan hasil bajak biasa (Single Plow). Dengan demikian, pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat. Aturlah kedalaman pembajakan dengan ulir pengatur yang tersedia. <p align="justify">Dalam pengoperasian traktor kelompok kami mengalami beberapa kendala seperti kurangnya pengetahuan kelompok kami dalam mengoperasikan traktor tangan karena sebagian anggota mungkin baru pertama kalinya mengoperasikan traktor tangan sehingga terjadi kesalahan dalam melakukan pengolahan tanah dan hasil pengolahan yang didapat tidak merata. Selain itu, lahan yang kami gunakan sangat sempit sehingga kurang leluasa nya dalam pengoperasian traktor tangan guna menghindari kecelakaan kerja. <p align="center"><b>BAB V</b> <p align="center"><b>KESIMPULAN</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Pengoperasian Traktor bertujuan untuk mempermudah dalam melakukakan pekerjaan pada pertanian dalam urusan membajak/ mengolah lahan. Dalam Mengoperasikan Traktor, Orang tersebut harus memliki Keterampilan Khusus dan megenal karakter dari Traktor tersebut. Selain untuk membantu dalam Membajak, Traktor Roda dua ini merupakan motor penggerak serba guna karena dapat berfungsi sebagai motor penggerak untuk alat – alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain lain. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA</b> <p align="justify">- Kusno Hadiutomo. 2012. Mekanisasi Pertanian. Bogor: IPB Press<b></b> <p align="justify">- Karya Hidup sentosa, CV. 2012. Petunjuk Teknis traktor Quick G-1000 Boxer. Yogyakarta <p align="justify">- Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan. BPFE : Yogyakarta. <p align="justify">LAMPIRAN : <p align="justify">sebagian photo di RPM <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAacpBoIfmgdHfwAbRjjDrg4nVCCMhyPB5uQNruKDvOYqOdtkZmy7TOicz6_NXkX3EAl_r5zaKt5XHkfRTkidQdhnmZbmHdGrQHizx-jmfWhQDnE6ABdD04S23k9cy-cntuDZY1VFv8IQ/s1600-h/100_4274%25255B4%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="100_4274" border="0" alt="100_4274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDfz8vW77cVo0uAaB-8YZqVARZOv9T35LSbaB4SxkOOvz9eBTKM7AkJIG11-HSaqVFj-pvo-sNSz6qkzSo-fdmdY5aDzjA6S9Q1BcghsCBumcNTWsPcChpkHkzJwyYVPy-ETlMN-90yM/?imgmax=800" width="259" height="197"></a> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuPaH3aDpxoOocpiZM4VKux8ZrxL8JEIOwj0EQ-xdQSS8V4plj2mua-ZjGMLB-BAYT0xKmVp3dmWvAbcwzqnM5F2PaKrV7-i6XkkoxTXYRJ_SEYx7fbxM51ZI2F5Ez1Y1wejNOhE-P_G8/s1600-h/100_4281%25255B3%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="100_4281" border="0" alt="100_4281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQOFElaZI2CkSY7KTjUTLyBHnm-K-qYhzLZ8v5KBbF3pAhB3KXCoQpVQZ6mVfkY-Rcm4f1V-0d1fwpGUymc_X7JTtyct7c1ZvrITWga1J9t7zC4XbaQ-osXEOHdjH6B-JVTy0cJCt6j_Q/?imgmax=800" width="259" height="196"></a></p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2939024554985245696/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-pengoperasian-traktor-tangan.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2939024554985245696'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2939024554985245696'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-pengoperasian-traktor-tangan.html' title='laporan pengoperasian traktor tangan'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUDfz8vW77cVo0uAaB-8YZqVARZOv9T35LSbaB4SxkOOvz9eBTKM7AkJIG11-HSaqVFj-pvo-sNSz6qkzSo-fdmdY5aDzjA6S9Q1BcghsCBumcNTWsPcChpkHkzJwyYVPy-ETlMN-90yM/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-8572870815336998048</id><published>2013-04-09T23:49:00.001+07:00</published><updated>2013-04-10T00:00:49.610+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="laporan praktek"/><title type='text'>LAPORAN EKOLOGI TANAMAN “Suksesi”</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
&nbsp; </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>A. </b><b>PENDAHULUAN</b> </div>
<div align="justify">
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain. </div>
<div align="justify">
Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : </div>
<div align="justify">
(a) nudation; </div>
<div align="justify">
(b) migrasi; </div>
<div align="justify">
(c) excesis; </div>
<div align="justify">
(d) kompetisi; </div>
<div align="justify">
(e) reaksi; </div>
<div align="justify">
(f) final stabilisasi, klimaks. </div>
<div align="justify">
Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi. </div>
<div align="justify">
Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu (Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal, terbentuk habitat baru. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas atau ekosistem alami terganggu baik secara alami atau buatan dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. </div>
<div align="justify">
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh. </div>
<div align="justify">
Paham polyklimaks mempunyai anggapan bahwa tidak hanya faktor iklim saja, seperti sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan presipitasi, yang dapat menimbulkan suatu klimaks. Penganut paham ini sebaliknya berpendapat bahwa ada faktor lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya klimaks, yaitu edafis dan biotis. Faktor edafis timbul karena pengaruh tanah seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah. Sedangkan biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia atau hewan, misalnya padang rumput dan sabana tropika. </div>
<div align="justify">
Suksesi merupakan adanya modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau <i>ekosistem klimaks </i>atau telah tercapai keadaan seimbang <i>(homeostatis).</i> Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>B. </b><b>TEORI PENGANTAR</b> </div>
<div align="justify">
Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis </div>
<div align="justify">
Vegetasi terbentuk dari kehadiran bersama-sama sejumlah individu tumbuhan yang kemudian saling melakukan interaksi yang pada akhirnya individu-individu tersebut memodifikasi atau mempengaruhi habitat atau tempat tumbuhnya. </div>
<div align="justify">
Suatu vegetasi akan terbentuk dari suatu daerah yang awalnya tidak tumbuh apapun atau dari lahan yang dimusnahkan dan propagandanya terkubur terlalu dalam atau disebabkan oleh kerusakan secara alami maupun buatan. Sehingga alam telah menyiapkan serangkaian tahapan yang akan memulihkan kerusakan vegetasi yang terjadi akibat gangguan tersebut, dan proses perbaikan tersebut memerlukan waktu yang cukup lama, sampai kerusakan yang terjadi secara perlahan-lahan mengalami pemulihan sedikit demi sedikit, sampai terciptanya suatu keadaan vegetasi seperti sebelum terjadi kerusakan, dan proses pemulihan tersebut dikenal dengan istilah suksesi </div>
<div align="justify">
Suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya. Suksesi dapat dibagi menjadi 2 yaitu : Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat sekali, sehingga komunitas awal menjadi hilang atau rusak total, menyebabkan di tempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan akhirnya terjadilah habitat baru. Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan proses suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa. </div>
<div align="justify">
<b>C. </b><b>TUJUAN PRAKTIKUM </b> </div>
<div align="justify">
Tujuan praktikum adalah mempelajari vegetasi tumbuhan bawah sebelum dan sesudah suksesi, mengetahui kurun waktu yang dibutuhkan dalam proses suksesi dan mengetahui tahapan suksesi. </div>
<div align="justify">
<b>D. </b><b>ALAT DAN BAHAN</b> </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Meteran</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Patok</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Tali rafia</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Sekop/cangkul</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Alat tulis</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>E. </b><b>PROSEDUR PELAKSANAAN</b> </div>
<div align="justify">
Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya : </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Penentuan daerah yang dianggap revresentatif untuk diamati pada areal lahan yang ada dari setiap kelompok.</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Melakukan daerah pemilihan yang menunjukkan vegetasi tumbuhan bawah</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Buatlah plot yang berukuran 1m x 1m untuk setiap kelompoknya</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Melakukan identifikasi berbagai jenis tumbuhan bawah yang ada pada plot tersebut, dan hitung jumlah individu spesiesnya.</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Bersihkan tumbuhan yang ada dalam plot sampai perkiraan tidak ada lagi tumbuhan yang tertinggal dengan skop, cangkul</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Biarkan plot tersebut sampai satu minggu setelah dibersihkan</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Kemudian amati apa yang terjadi dan catat jenis tumbuhan bawah yang mulai nampak dan tumbuh di dalam plot tersebut</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Lakukan pengamatan secara terus-menerus setiap minggu sampai 2 bulan</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Catat jenis tumbuhan apa saja yang ada</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b>F. </b><b>HASIL PENGAMATAN</b> </div>
<div align="justify">
Tabel hasil pengamatan suksesi tumbuhan :</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody>
<tr> <td valign="top" width="262"><b>Jenis/nama</b><b> </b><b>gulma</b><b> </b><b>pada minggu 1</b><b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>Jumlah</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Badotan<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>2</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Alang-alang<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>3</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">cacalincingan<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>2</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Putri malu<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>7</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Carulang<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>5</b></td></tr>
</tbody></table>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody>
<tr> <td valign="top" width="262"><b>Jenis/nama</b><b> </b><b>gulma</b><b> </b><b>pada minggu 2</b><b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>jumlah</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Badotan<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>6</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Teki<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>15</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">kirinyuh<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>2</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Alang-alang<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>7</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">cacalincingan<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>6</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Goletrak beuti<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>3</b></td></tr>
<tr> <td valign="top" width="262">Putri malu<b></b></td> <td valign="top" width="142"><b>17</b></td></tr>
</tbody></table>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>G. </b><b>PEMBAHASAN</b> </div>
<div align="justify">
Pada praktikum kali ini yang berjudul suksesi tumbuhan yang dilakukan di Lapangan melakukan pengamatan tentang perubahan populasi tanaman yang lahannya sudah dibersihkan terlebih dahulu, apakah ada perubahan dari lahan tersebut dan tanaman apa saja yang tumbuh. Dalam pelaksanaan praktikum ini dibuat petak seluas 2 x 2 m2 kemudian dibuat lagi petakan-petakan kecil dengan ukuran 1 x 1 m2. Setelah dibuat petakan-petakan tersebut diamati apakah ada perubahan yang terjadi, tanaman apa saja yang tumbuh, banyak tanaman yang tumbuh, dan jenis-jenis tanaman yang tumbuh. Pengamatan ini dilakukan setelah 1 minggu lahan tersebut dibersihkan dan dibuat petakan-petakan sampai minggu kedua. </div>
<div align="justify">
Setelah dilakukan pengamatan ternyata ada perubahan yang terjadi. Banyak tanaman yang tumbuh dan tanaman tersebut bervariasi. Tanaman yang paling banyak tumbuh yaitu teki dan putri malu, walaupun tanaman ini tumbuhnya tidak terlalu besar namun teki dan putri malu sangat mudah tumbuh di jenis tanah apapun sehingga lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain. </div>
<div align="justify">
Ada perbedaan dari tiap minggu dilakukannya pengamatan. Pada minggu pertama hanya terlihat sedikit tanaman yang tumbuh, tapi pada minggu kedua sudah banyak jenis tanaman yang tumbuh, salah satu yang mendominasi adalah putri malu. Setiap minggu tanaman ini mengalami pertumbuhan yang relatif cepat dibanding dengan tanaman yang lain seperti belimbing tanah dan alang-alang. </div>
<div align="justify">
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung </div>
<div align="justify">
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan cenderung diatur oleh aturan sendiri. </div>
<div align="justify">
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna ( tahap sebelum klimaks yang sebenarnya ), baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau penghambat di hilangkan. </div>
<div align="justify">
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu. </div>
<div align="justify">
Dalam pembentukan klimaks terjadi 2 perbedaan pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polylimaks. Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks, yaitu formasi atau vegetasi klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan berpengaruh. </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>H. </b><b>KESIMPULAN</b> </div>
<div align="justify">
Setelah dilakukan praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh yang lain</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Tumbuhan yang pertama tumbuh adalah rumput teki dan putri malu</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Perubahan yang terjadi pada lahan di lapangan sangat jelas</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Setiap minggu selalu tejadi perubahan pada lahan garapan yaitu bertambah banyak tanaman yang tumbuh</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Tumbuhan yang paling subur tumbuhnya adalah putri malu</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Terjadi 2 perbedaan pendapat mengenai pembentukan klimaks</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
- Monoklimaks </div>
<div align="justify">
- Polyklimaks </div>
<div align="justify">
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks.</div>
<div align="justify">
LAMPIRAN :</div>
<div align="justify">
sebagian foto di lapangan</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9L52sGG-8Sz6f89PQGY-UtnQFmO6_mpX0eToaSUJnUxCoL6IplSI-xijXv_FQ3jnDLYdeuvwkGHerbPAoj0GAjk508IabK2PdHN3z6aoMyhlTgp5tDUUxL4paw2DPuH2KtkHe1_lPB4/s1600/22032012257.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9L52sGG-8Sz6f89PQGY-UtnQFmO6_mpX0eToaSUJnUxCoL6IplSI-xijXv_FQ3jnDLYdeuvwkGHerbPAoj0GAjk508IabK2PdHN3z6aoMyhlTgp5tDUUxL4paw2DPuH2KtkHe1_lPB4/s320/22032012257.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhli7hfa554VhX6SNBqRzMvtkvDeQYnmhh_taCJ7vJLRc91kY3DnJFg7UfyfHgu7ycldGrRKkbVr7G5H8BmlqPao_CHoOiSNEcQFzgUVFBC7O2HyRu4YC0Rwger7pNt85vV28gHBzCE_YY/s1600/22032012260.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhli7hfa554VhX6SNBqRzMvtkvDeQYnmhh_taCJ7vJLRc91kY3DnJFg7UfyfHgu7ycldGrRKkbVr7G5H8BmlqPao_CHoOiSNEcQFzgUVFBC7O2HyRu4YC0Rwger7pNt85vV28gHBzCE_YY/s320/22032012260.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/8572870815336998048/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-ekologi-tanaman-suksesi.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8572870815336998048'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8572870815336998048'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-ekologi-tanaman-suksesi.html' title='LAPORAN EKOLOGI TANAMAN “Suksesi”'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN9L52sGG-8Sz6f89PQGY-UtnQFmO6_mpX0eToaSUJnUxCoL6IplSI-xijXv_FQ3jnDLYdeuvwkGHerbPAoj0GAjk508IabK2PdHN3z6aoMyhlTgp5tDUUxL4paw2DPuH2KtkHe1_lPB4/s72-c/22032012257.jpg" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-7367956431217233321</id><published>2013-04-09T23:05:00.001+07:00</published><updated>2013-04-09T23:14:17.472+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="laporan praktek"/><title type='text'>LAPORAN DASAR AGRONOMI “Vertikultur”</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
<b>A. </b><b>PENDAHULUAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Vertikultur adalah budidaya tanaman secara vertical. Wadah untuk berdirinya tanaman berupa pipa PVC, bambu betung, atau bahan lain disusun secara bertingkat dengan syarat tanaman tidak saling menghalangi, sehingga jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak. Teknologi ini bertujuan untuk mengatasi permasalan lahan sempit melalui cara pemanfaatan ruang secara maksimal untuk budidaya tanaman. </div>
<div align="justify">
Vertikultur merupakan teknologi sederhana yang dapat dikembangkan pada skala rumah tangga. Untuk keperluan bisnis rancang bangun dapat dilengkapi dengan sistem pengairan yang diatur dan bersiklus. </div>
<div align="justify">
Banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan secara vertikultur, tetapi yang cocok dan umum digunakan adalah tanaman semusim baik itu tanaman sayuran daun maupun tanaman sayuran buah, tanaman hias, dan tanaman obat. Dalam pemilihan jenis tanaman yang perlu mendapat perhatian adalah sistem perakarannya. Tanaman berakar serabut lebih mudah ditanam dengan cara vertikultur karena tidak memerlukan ruang terlalu luas. </div>
<div align="justify">
<b>B. </b><b>TUJUAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
1. Mendesain sistem vertikultur </div>
<div align="justify">
2. Mengetahui pertumbuhan tanaman pada sistem vertikultur </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>C. </b><b>DASAR TEORI</b> </div>
<div align="justify">
Stroberi merupakan tanaman buah<b> </b>berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu <i>Fragaria chiloensis </i>L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu <i>F. vesca </i>L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. </div>
<div align="justify">
Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (<i>compote) </i>stroberi. </div>
<div align="justify">
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi. </div>
<div align="justify">
SYARAT PERTUMBUHAN </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Iklim</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600- 700 mm/tahun. </div>
<div align="justify">
2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya. </div>
<div align="justify">
3. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 derajat C. </div>
<div align="justify">
4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%. </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Media Tanam</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
1. Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik. </div>
<div align="justify">
2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4-7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5–7,0. </div>
<div align="justify">
3. Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsur hara selalu tersedia. </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Ketinggian Tempat</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl. </div>
<div align="justify">
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. </div>
<div align="justify">
Banyak sedikitnya tanaman yang akan kita budidayakan bergantung pada model wadah yang kita gunakan.Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah. </div>
<div align="justify">
Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias. </div>
<div align="justify">
<b>D. </b><b>ALAT DAN BAHAN</b> </div>
<div align="justify">
1. Pipa PVC atau bambu betung berukuran 4 inci </div>
<div align="justify">
2. Gergaji </div>
<div align="justify">
3. Bor listrik </div>
<div align="justify">
4. Tali injuk </div>
<div align="justify">
5. Bibit tanaman stoberi </div>
<div align="justify">
6. Media (tanah, pasir, dan pupuk kandang) </div>
<div align="justify">
7. Penggaris dan caliper </div>
<div align="justify">
8. Ember, gayung, dan sprayer </div>
<div align="justify">
<b>E. </b><b>CARA KERJA</b> </div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Siapkan sistem vertikultur dari bahan pipa PVC</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Siapkan media tanam </div>
</li>
<li> <div align="justify">
Pindahkan bibit stroberi dari praktikum perbanyakan vegetatif</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Lakukan pemeliharaan</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Lakukan pemupukan sesuai dengan perlakuan ketika pembibitan</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Lakukan pengamatan </div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Dan Amati </div>
<div align="justify">
<b>F. </b><b>HASIL DAN PEMBAHASAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Hasil pengamatan pada tanaman vertikultur stroberi :</div>
<div align="justify">
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Tanaman stroberi</td> <td valign="bottom" width="159">A4-1</td> <td valign="bottom" width="159">A4-2</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Minggu ke-1</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 11 cm</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 11,5 cm</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159"></td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 5 rumpun</td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 5 rumpun</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Minggu ke-2</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 13 cm</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 12,5 cm</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159"></td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 5 rumpun</td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 5 rumpun</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Minggu ke-3</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 16 cm</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 15 cm</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159"></td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 6 rumpun</td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 6 rumpun</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Minggu ke-4</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 15 cm</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi = 16 cm</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159"></td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 4 rumpun</td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 6 rumpun</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159">Minggu ke-5</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi =15 cm</td> <td valign="bottom" width="159">Tinggi =15 cm</td></tr>
<tr> <td valign="bottom" width="159"></td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 4 rumpun</td> <td valign="bottom" width="159">Jumlah Daun = 5 rumpun</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="justify">
Pembahasan : </div>
<div align="justify">
Pada praktikum ini yang telah dilakukan ialah vertikultur pada tanaman stroberi. Pada tabel diatas melakukan penelitian selama lima minggu dengan pengecekan satu minggu sekali tiap kelompoknya. Penelitian tersebut menghasilkan pemanfaatan lahan sempit dan sistem vertikultur pada tanaman stroberi yang bisa dibilang cukup bagus. Mengapa dibilang bagus, karena pada setiap minggunya tanaman stroberi mengalami peningkatan. </div>
<div align="justify">
Vertikultur adalah cara pertanian baik indoor maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas yang dirancang sedemikian rupa sehingga berposisi vertical atau bertingkat.&nbsp; Ini merupakan konsep penghijauan yang diintroduksikan di perkotaan yang mulai gersang dan pengap. Memanfaatkan sedikit lahan dalam sistemini tidak jauh berbeda dengan menanam pohon seperti di kebun, sawah atau dalam polibag sekalipun. </div>
<div align="justify">
Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal. Namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Dengan strukturvertikal, akan memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>G. </b><b>KESIMPULAN</b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
Dapat dikatakan bahwa budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah. </div>
<div align="justify">
Vertikultur adalah cara pertanian baik indoor maupun outdoor. </div>
<div align="justify">
Vertikultur ialah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. </div>
<div align="justify">
Vertikultur jug aide yang akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. </div>
<div align="justify">
Stroberi merupakan tanaman buah<b> </b>berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. </div>
<div align="justify">
Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit. </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b></b> </div>
<div align="justify">
<b>H. </b><b>DAFTAR PUSTAKA</b> </div>
<div align="justify">
<a href="http://denaya-09.blogspot.com/">http://denaya-09.blogspot.com/</a> </div>
<div align="justify">
Dr. Livy Winata Gunawan, Ir. Stroberi. 1996. Penebar Swadaya. Jakarta2 </div>
<div align="justify">
Salisbury B Frank &amp;cleon W R. 1995. Fisiologi tumbuhan jilid 2. ITB, Bandung</div>
<div align="justify">
LAMPIRAN</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Foto vertikultur sederhana di RPM UIN SGD Bandung</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixNLIsU_OdnLI5nSrlEenXdk6Xqdp8UwgLE5Ib0QoJ1p92njPVK1EB5ZEBVked6YA7oxZPlmZ_f6VZzUCm-dw4CP_s1TvaTuj_X58OiUYL-o5B3Wk1UCwaMpK5HGheRVp2TVrEK2v931s/s1600/02042012376.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixNLIsU_OdnLI5nSrlEenXdk6Xqdp8UwgLE5Ib0QoJ1p92njPVK1EB5ZEBVked6YA7oxZPlmZ_f6VZzUCm-dw4CP_s1TvaTuj_X58OiUYL-o5B3Wk1UCwaMpK5HGheRVp2TVrEK2v931s/s320/02042012376.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3ftjODq9dqZ0ZPP8BLjqPQXfwlFD2ILkAVIAu72UTP3-9Tn27vKUEhFt3qQdzP9bH9VKFtpXM5TfMaplJ-peEVVmvrnY_tgbqz7mnCSIoFuyetnhD1OnUVWDQF1FdJpXeYzNaykLE0F8/s1600/02042012375.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3ftjODq9dqZ0ZPP8BLjqPQXfwlFD2ILkAVIAu72UTP3-9Tn27vKUEhFt3qQdzP9bH9VKFtpXM5TfMaplJ-peEVVmvrnY_tgbqz7mnCSIoFuyetnhD1OnUVWDQF1FdJpXeYzNaykLE0F8/s320/02042012375.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/7367956431217233321/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-dasar-agronomi-vertikultur.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7367956431217233321'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7367956431217233321'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/laporan-dasar-agronomi-vertikultur.html' title='LAPORAN DASAR AGRONOMI “Vertikultur”'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixNLIsU_OdnLI5nSrlEenXdk6Xqdp8UwgLE5Ib0QoJ1p92njPVK1EB5ZEBVked6YA7oxZPlmZ_f6VZzUCm-dw4CP_s1TvaTuj_X58OiUYL-o5B3Wk1UCwaMpK5HGheRVp2TVrEK2v931s/s72-c/02042012376.jpg" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-4814020582064635063</id><published>2013-04-09T02:53:00.001+07:00</published><updated>2013-04-09T02:53:20.176+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="teknik mesin"/><title type='text'>Kode Standar Mesin CNC</title><content type='html'><p align="justify">Mesin CNC hanya dapat membaca kode standar yang telah disepakati oleh industri yang membuat mesin CNC. Dengan kode standar tersebut, pabrik mesin CNC dapat menggunakan PC sebagai input yang diproduksi sendiri atau yang direkomendasikan. Kode standar pada mesin CNC yaitu : <p align="justify"><b>a. Mesin Bubut </b> <p align="justify">1) Fungsi G <p align="justify">G00 : Gerakan cepat <p align="justify">G01 : Interpolasi linear <p align="justify">G02/G03 : Interpolari melingkar <p align="justify">G04 : Waktu tinggal diam. <p align="justify">G21 : Blok kosong <p align="justify">G24 : Penetapan radius pada pemrograman harga absolut <p align="justify">G25/M17: Teknik sub program <p align="justify">G27 : Perintah melompat <p align="justify">2) Pemotongan ulir <p align="justify">G33 Pemotongan ulir dengan kisar tetap sama <p align="justify">G64 Motor asutan tak berarus <p align="justify">G65 Pelayanan kaset <p align="justify">G66 Pelayanan antar aparat RS 232 <p align="justify">G73 Siklus pemboran dengan pemutusan tatal <p align="justify">G78 Siklus penguliran <p align="justify">G81 Siklus pemboran <p align="justify">G82 Siklus pemboran dengan tinggal diam. <p align="justify">G83 Siklus pemboran dengan penarikan <p align="justify">G84 Siklus pembubutan memanjang <p align="justify">G85 Siklus pereameran <p align="justify">G86 Siklus pengaluran <p align="justify">G88 Siklus pembubutan melintang <p align="justify">G89 Siklus pereameran dengan tinggal diam. <p align="justify">G90 Pemrograman harga absolut <p align="justify">G91 Pemrograman harga inkremental <p align="justify">G92 Pencatat penetapan <p align="justify">G94 Penetapan kecepatan asutan <p align="justify">G95 Penetapan ukuran asutan <p align="justify">G110 Alur permukaan <p align="justify">G111 Alur luar <p align="justify">G112 Alur dalam <p align="justify">G113 Ulir luar <p align="justify">G114 Ulir dalam <p align="justify">G115 Permukaan kasar <p align="justify">G116 Putaran kasar <p align="justify">3) Fungsi M <p align="justify">M00 Berhenti terprogram <p align="justify">M03 Sumbu utama searah jarum jam <p align="justify">M05 Sumbu utama berhenti <p align="justify">M06 Penghitungan panjang pahat, <p align="justify">penggantian pahat <p align="justify">M08 Titik tolak pengatur <p align="justify">M09 Titik tolak pengatur <p align="justify">Ml 7 Perintah melompat kembali <p align="justify">M22 Titik tolak pengatur <p align="justify">M23 Titik tolak pengatur <p align="justify">M26 Titik tolak pengatur <p align="justify">M30 Program berakhir <p align="justify">M99 Parameter lingkaran <p align="justify">M98 Kompensasi kelonggaran / kocak Otomatis <p align="justify"><b>b. Mesin Frais </b> <p align="justify">1) Fungsi G <p align="justify">G00 Gerakan cepat <p align="justify">G01 Interpolasi lurus <p align="justify">G02 Interpolasi melingkar searah jarum Jam <p align="justify">G03 Interpolasi melingkar berlawanan arah jarum jam <p align="justify">G04 Lamanya tinggal diam. <p align="justify">G21 Blok kosong <p align="justify">G25 Memanggil sub program <p align="justify">G27 Instruksi melompat <p align="justify">G40 Kompensasi radius pisau hapus <p align="justify">G45 Penambahan radius pisau <p align="justify">G46 Pengurangan radius pisau <p align="justify">G47 Penambahan radius pisau 2 kali <p align="justify">G48 Pengurangan radius pisau 2 kali <p align="justify">G64 Motor asutan tanpa arus (Fungsi penyetelan) <p align="justify">G65 Pelavanan pita magnet (Fungsi penyetelan) <p align="justify">G66 Pelaksanaan antar aparat dengan RS 232 <p align="justify">G72 Siklus pengefraisan kantong <p align="justify">G73 Siklus pemutusan fatal <p align="justify">G74 Siklus penguliran (jalan kiri) <p align="justify">G81 Siklus pemboran tetap <p align="justify">G82 Siklus pemboran tetap dengan tinj diam <p align="justify">G83 Siklus pemboran tetap dengan pembuangan tatal <p align="justify">G84 Siklus penguliran <p align="justify">G85 Siklus mereamer tetap <p align="justify">G89 Siklus mereamer tetap dengan tinggal diam. <p align="justify">G90 Pemrograman nilai absolut <p align="justify">G91 Pemrograman nilai inkremental <p align="justify">G92 Penggeseran titik referensi <p align="justify">2) Fungsi M <p align="justify">M00 Diam <p align="justify">M03 Spindel frais hidup.searah jarum jam <p align="justify">M05 Spindel frais mati <p align="justify">M06 Penggeseran alat, radius pisau frais masuk <p align="justify">M17 Kembali ke program pokok <p align="justify">M08 <p align="justify">M09 <p align="justify">M20 Hubungan keluar <p align="justify">M21 <p align="justify">M22 <p align="justify">M23 <p align="justify">M26 Hubungan keluar- impuls <p align="justify">M30 Program berakhir <p align="justify">M98 Kompensasi kocak / kelonggaran otomatis <p align="justify">M99 Parameter dari interpolasi melingkar (dalam hubungan dengan G02/303) <p align="justify"><b>c. Tanda Alarm </b> <p align="justify">A00 Salah kode G/M <p align="justify">A01 Salah radius/M99 <p align="justify">A02 Salah nilai Z <p align="justify">A03 Salah nilai F <p align="justify">A04 Salah nilai Z <p align="justify">A05 Tidak ada kode M30 <p align="justify">A06 Tidak ada kode M03 <p align="justify">A07 Tidak ada arti <p align="justify">A08 Pita habis pada penyimpanan ke kaset <p align="justify">A09 Program tidak ditemukan <p align="justify">A10 Pita kaset dalam pengamanan <p align="justify">A11 Salah pemuatan <p align="justify">A12 Salah pengecekan <p align="justify">A13 Penyetelan inchi/mm dengan memori program penuh <p align="justify">A14 Salah posisi kepala frais / penambahan jalan dengan LOAD ┴ / M atau ┤ / M <p align="justify">A15 Salah nilai Y. <p align="justify">A16 Tidak ada nilai radius pisau frais <p align="justify">A17 Salah sub program <p align="justify">A18 Jalannya kompensasi radius pisau frais lebih kecil dari nol</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/4814020582064635063/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/kode-standar-mesin-cnc.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/4814020582064635063'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/4814020582064635063'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/kode-standar-mesin-cnc.html' title='Kode Standar Mesin CNC'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-5205060450112325770</id><published>2013-04-04T20:05:00.001+07:00</published><updated>2013-04-04T20:05:14.026+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)</title><content type='html'><p align="center"><b>BAB I</b> <p align="center"><b>&nbsp;</b><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>1.1. </b><b>Latar Belakang</b><b></b> <p align="justify"><i>Spodoptera litura </i>(Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan hama ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman kedelai. <i>Spodoptera litura </i>merupakan hama yang bersifat polifagus yang juga menyerang tanaman tembakau, kapas, kubis, dan kacang hijau. Serangan <i>Spodoptera litura </i>dapat menimbulkan kerusakan sebesar 20-40% pada tanaman kedelai sedangkan pada komoditi kubis serangan ulat grayak dapat menyebabkan penurunan produksi lebih kurang 70%. <p align="justify">Ulat grayak bersifat polifag atau dapat menyerang berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan. Hama ini tersebar luas di daerah dengan iklim panas dan lembap dari subtropis sampai daerah tropis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (1993), serangan ulat grayak di Indonesia mencapai 4.149 ha dengan intensitas serangan sekitar 17,80%. Serangan tersebut menurun pada tahun 1994 menjadi 3.616 ha, dengan intensitas serangan 14,40% (Badan Pusat Statistik 1994). <p align="justify">Luas serangan ulat grayak berkembang dari tahun ke tahun. Kerusakan dan kehilangan hasil akibat serangan ulat grayak ditentukan oleh populasi hama, fase perkembangan serangga, fase pertumbuhan tanaman, dan varietas tanaman. Serangan pada varietas rentan menyebabkan kerugian yang sangat signifikan. </p> <p align="justify">Pengendalian <i>Spodoptera litura</i> dapat dilakukan dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian secara terpadu merupakan langkah pengendalian dengan mengikutsertakan beberapa komponen pengendalian, termasuk komponen biologi yaitu predator, parasitoid dan patogen serta pemanfaatan Pestisida Nabati. Pemanfaatan Pestisida nabati untuk mengatasi serangan <i>Spodoptera litura</i> merupakan alternatif pengendalian selain penggunaan insektisida kimia. Penggunaan pestisida sintetis yang berlebihan dan tidak tepat telah menyebabkan dampak negatif baik terhadap serangga dan juga terhadap lingkungan, misalnya timbulnya resistensi hama, resurgensi hama, punahnya musuh-musuh alami dan serangga berguna lainnya serta kontaminasi pada lingkungan seperti pada tanah, air dan produk yang dihasilkan. Hal ini tentu saja akan merugikan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha-usaha untuk menghindari dampak tersebut, saat ini sudah banyak dilakukan usaha secara global untuk mencari pestisida baru yang lebih aman dan ramah lingkungan. Sejalan dengan perundang-undangan yang ada, dimana sistem Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dilakukan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).</p> <p align="justify"><b>1.2. </b><b>Rumusan Masalah</b> <p align="justify">1. Bagaimana siklus hidup ulat grayak (<i>Spodoptera litura</i>) ? <p align="justify">2. Bagaimana kerusakan yang disebabkan ulat grayak (<i>Spodoptera litura</i>) ? <p align="justify">3. Bagaimana pengendalian ulat grayak (<i>Spodoptera litura</i>) ? <p align="justify"><b>1.3. </b><b>Tujuan</b> <p align="justify">1. Mengetahui siklus hidup ulat grayak (Spodoptera litura). <p align="justify">2. Mengetahui kerusakan yang disebabkan ulat grayak (Spodoptera litura). <p align="justify">3. Mengetahui pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura). <p align="center"><b>BAB II</b></p> <p align="center"><b>HASIL DAN PEMBAHASAN</b></p> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.1. </b><b>Tinjauan Umum Ulat Grayak (<i>Spodoptera litura</i>)</b> <p align="justify"><b>2.1.1. </b><b>Klasifikasi <i>Spodoptera litura </i></b> <p align="justify">Menurut Kalshoven (1981) S. <i>litura </i>dapat diklasifikasikan sebagai berikut : <p align="justify">Kerajaan : Animalia <p align="justify">Phylum : Arthropoda <p align="justify">Kelas : Insekta <p align="justify">Bangsa : Lepidoptera <p align="justify">Suku : Noctuidae <p align="justify">Marga : Spodoptera <p align="justify">Jenis : <i>Spodoptera litura </i>(F.) <p align="justify"><b>2.1.2. </b><b>Perilaku dan Fisiologi</b> <p align="justify">Menurut Pracaya (2005)<i> Spodoptera litura</i> F. disebut ulat grayak karena ulat ini dalam jumlah yang sangat besar sampai ribuan menyerang dan memakan tanaman pada waktu malam hari sehingga tanaman akan habis dalam waktu yang singkat. Pada waktu pagi hari petani melihat tanaman yang telah rusak, sedangkan hamanya sudah tidak ada, bersembunyi di dalam tanah. Ulat grayak termasuk dalam keluarga Noctuidae, yang berasal dari bahasa Latin<i> noctua</i> yang artinya burung hantu. <p align="justify"><i>Spodoptera litura</i> F. merupakan hama perusak daun yang bersifat<i> polifag </i>(mempunyai kisaran inang yang luas). Tanaman inangnya antara lain jagung, tomat, kapas, tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak, kedelai, kentang, kubis, dan bunga matahari (Holloway, 1989).</p> <p align="justify">Ulat Grayak merupakan hewan<i> nocturnal</i>, aktif pada malam hari untuk mencari makanan dan perilaku kawin. Selama siang hari mereka akan bersembunyi di balik daun. Sifat perilaku serangga herbivora yang penting dalam kaitannya dengan interaksi serangga dan tanaman adalah tentang bagaimana langkah-langkah serangga dalam memberikan tanggapan (<i>respons</i>) terhadap rangsangan (stimulus) dari tanaman sehingga serangga herbivora datang dan memakan tanaman tersebut (Untung, 1993).</p> <p align="justify">Ada dua cara yang dilakukan serangga dalam memilih dan menentukan makanan yang dibutuhkannya. Pertama melalui isyarat kemoreseptor yang terdapat pada maksila dan yang kedua adalah respon metabolik. Jika seekor serangga mengkonsumsi makanan yang kekurangan nutrisi maka akan dirasakan oleh organ perasa internal, dalam keadaan tersebut serangga akan bergerak atau mencari sumber makanan yang lain yang memberi pengaruh positif (Waldbaeur &amp; Friedman, dalam Kamal, 1999). <p align="justify">Menurut Schmutterer (1990, dalam Melanie<i> et al</i>., 2002) aktifitas makan (<i>antifeedant</i>) serangga dapat terhenti disebabkan pengaruh zat kimia tertentu yang menstimulasi kemoreseptor kemudian dilanjutkan pada sistem saraf pusat serangga. Pada proses selanjutnya pengaruh zat dapat merusak jaringan tertentu yaitu organ pencernaan, kelenjar penghasil enzim atau jaringan saraf serangga. Sistem pencernaan larva menyesuaikan diri dengan kelangkaan makanan. Jika makanan langka, sistem pencernaan mereka menahan dan memproses nutrisi secara efisien. Ketika makanan melimpah, makanan cepat habis, tidak efisien dan larva mengkonsumsi lebih banyak makanan daripada kebutuhan hidup yang diperlukan (Ellis, 2004). Menurut Sastrodiharjo (1979) penyerapan makanan terjadi pada saluran bagian tengah (<i>midgut</i>) karena memiliki struktur yang tidak memiliki lapisan kutikula, sedangkan pada saluran bagian depan (<i>foregut</i>) dan saluran akhir (<i>hindgut</i>) dilapisi oleh kutikula. <p align="justify"><b>2.1.3. </b><b>Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Larva <i>S. Litura</i> </b> <p align="justify"><i>Spodoptera litura </i>hidup dalam kisaran inang yang luas dan bersifat polifagus. Karena itu hama ini dapat menimbulkan kerusakan serius. Menurut Sudarmo (1993) kerusakan yang ditimbulkan pada stadium larva berupa kerusakan pada daun tanaman inang sehingga daun menjadi berlubang-lubang. Larva instar 1 dan 2 memakan seluruh permukaan daun, kecuali epidermis permukaan atas tulang daun. Larva instar 3-5 makan seluruh bagian helai daun muda tetapi tidak makan tulang daun yang tua. <p align="justify"><b>2.1.4. </b><b>Daur hidup S. <i>litura</i> </b> <p align="justify">Hama ini termasuk ke dalam jenis serangga yang mengalami metamorphosis sempurna yang terdiri dari empat stadia hidup yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Perkembangan telur sampai ngengat/imago relatif pendek (Kalshoven, 1981). <p align="justify"><b>a. </b><b>Telur </b> <p align="justify">Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadangkadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25-500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang. Bentuk telur bervariasi. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina, berwarna kuning keemasan (Jauharlina, 1999). Diameter telur 0,3 mm sedangkan lama stadia telur berkisarn antara 3-4 hari (Kalshoven, 1981). <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9O3achfI_e-2gYsv_lmJmjLK3i-8nHO-3BRFsw2RjdtndBSvdtzl3S50pd15UAokTfeM7GvqkLpVhh8H7ND3F0pq4YQ0DRdnyYb0Dyvmp8wzygeWeo-4A_VWjtVzHqjCbTAV3hEoaRNM/s1600-h/clip_image004%25255B4%25255D.gif"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image004" border="0" alt="clip_image004" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtdVHx2tcNLTCEp_dd4zeYLkPH1RKc_2koSMOSLe9UP8c_yVDs3oEJYYrZNVnShiD0g63QT3W4JzruKMQd8SpYkkZ4EzOWRFejU1w-M9h5UZxMSk6laJ1s6WVBmTAatQ_dyrYwtJrTrY0/?imgmax=800" width="212" height="145"></a></p> <p align="center"><b>Gambar 1. Telur <i>S. Litura</i></b> <p align="justify"><b>b. </b><b>Larva</b> <p align="justify">Larva <i>S. litura</i> yang baru keluar memiliki panjang tubuh 2 mm. Ciri khas larva <i>S. litura </i>adalah terdapat 2 buah bintik hitam berbentuk bulan sabit pada tiap ruas abdomen terutama ruas ke-4 dan ke-10 yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang badan (Arifin, 1992). Lama stadium larva 18-33 hari (Kalshoven, 1981). Sebelum telur menetas, larva yang baru keluar dari telur tidak segera meninggalkan kelompoknya tetapi tetap berkelompok (Indrayani, et, al 1990). Pada stadium larva terdiri dari enam instar dan berlangsung selama 13-17 hari dengan rerata 14 hari. <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKg0UGfObmZ4lsZc_Ol5Yox3OzrtbxKRKVR6oX0FTYrmVrrJUBz_P6Tv2bry6I4YhfE7esDiDu8Y_RBVtnYMWIZWtFCy6RZCyjUJZ81Sk8rjCrO8Z1WS8a8QjonIb2sz50Baiat_Fl75w/s1600-h/clip_image006%25255B3%25255D.gif"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image006" border="0" alt="clip_image006" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZfNonr8YOiup8qlqdLwnXotpHVhIkVE01QBIdB4NObxX0wyZefcy8lpgWGodjL2LL21lgstL4X7QMAUM8v30dlXj1J9KDBamxBn12A6ZLz24bj3DTQbdS8_ozgcncmH_lrPo2Acxv6A/?imgmax=800" width="240" height="64"></a></p> <p align="center"><b>Gambar 2. Larva <i>S. Litura</i></b> <p align="justify"><b><i></i></b> <p align="justify"><b>c. </b><b>Pupa</b> <p align="justify">Menjelang masa prepupa, larva membentuk jalinan benang untuk melindungi diri dari pada masa pupa. Masa prepupa merupakan stadium larva berhenti makan dan tidak aktif bergerak yang dicirikan dengan pemendekan tubuh larva. Panjang prepupa 1,4-1,9 cm dengan rerata 1,68 cm dan lebarnya 3,5-4 mm dengan rerata 3,7 mm. Masa prepupa berkisar antara 1-2 hari (Mardiningsih, 1993). Pupa <i>S.litura</i> berwarna merah gelap dengan panjang 15-20 mm dan bentuknya meruncing ke ujung dan tumpul pada bagian kepala (Mardiningsih dan Barriyah, 1995). Pupa terbentuk di dalam rongga-rongga tanah di dekat permukaan tanah (Arifin, 1992). Masa pupa di dalam tanah berlangsung 12-16 hari (Indrayani, et al, 1990). <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmKbflb8p-3-dNLM67LEwRdIO5LPHjGhPgShVC5LIB3PZNC3Foj9FNucJ-5BuZULzfjanr98UkArhqaSxj0P4JVfWOJTF_RYanwo4IxZaA02koBw64HhQVoMA0FQMGEzZA3Uf33B_wM9s/s1600-h/clip_image008%25255B3%25255D.gif"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image008" border="0" alt="clip_image008" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDn0jqi5wEpNSE4EqfN9xAvncdMPjYHCLkGv9V6JrfrOwHk7Vx_SV4pZywWZY1uQBZxrLxtBQI7hVZn7Sg9WVlzX4k9MZbem1jXIWiDBMqGGTz2HJ3JwcxE8IcEVdQ1jYB0GneccQplN0/?imgmax=800" width="244" height="113"></a></p> <p align="center"><b>Gambar 3. Pupa S. Litura</b> <p align="justify"><b>d. </b><b>Imago</b> <p align="justify">Imago (ngengat) muncul pada sore hari dan malam hari. Pada pagi hari, serangga jantan biasanya terbang di atas tanaman, sedangkan serangga betina diam pada tanaman sambil melepaskan feromon. Perkembangan dari telur sampai imago berlangsung selama ± 35 hari. Faktor density dependent (bertautan padat) yaitu faktor penghambat laju populasi hama ini adalah sifatnya yang kanibal. Sedangkan populasi telur dan larva instar muda dapat tertekan oleh curah hujan yang tinggi, kelembaban yang tinggi yang mana membuat larva mudah terserang jamur. Musim kering dapat berpengaruh pada tanah dalam menghambat perkembangan pupa ( Kalshoven, 1981). <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih5OtoCR01sA23knBv9SxRfXHtKQYSCShnkboiwlnZpVyL2Lx-AYivhSUgwzHNPJ3jbJ9IJjsJInDTV36O3pLpoBBYYKIoMIvYxPk207tGYxdgkGjySMSe7JGD96cX01fAWeZOyaSl73k/s1600-h/clip_image010%25255B4%25255D.gif"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image010" border="0" alt="clip_image010" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy-6tzrk345kbeb0AKukUuBunl6MgoICAPLg2yMIVtxsd4shyphenhyphenmhnvAna1YwWGxklt1XjCL8VSEcxvNGBk4_Qz4aXmpu2PAi-any86KIjJGHJrCox12SO_Uirnut_ySX_kO5On_7PpFNUM/?imgmax=800" width="240" height="82"></a></p> <p align="center"><b>Gambar 4. Imago/Ngengat <i>S. litura</i></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.2. </b><b>Pengendalian <i>Spodoptera litura</i></b> <p align="justify">Untuk mengatasi ulat grayak agak sulit karena seringkali serangan terjadi secara mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat grayak diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik, teknik pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman. Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar mereka akan bersembunyi di dalam tanah. Selain itu, menggenangi lahan pertanaman, terutama pada stadia vegetatif akhir dan pengisian polong untuk mematikan ulat grayak yang berdiam diri di dalam tanah pada siang hari (Pracaya, 2005; Arifin &amp; Koswanudin, 2011). <p align="justify">Selain dengan pengendalian secara mekanis, untuk mengendalikan dan mengurangi populasi ulat grayak yaitu dengan cara biologi. Pengendalian secara biologi terhadap hama ulat grayak yaitu dengan menggunakan<i> Borrelinavirus litura</i> dan bakteri<i> Bacillus thuringiensis</i> (Pracaya, 2005). <p align="justify">Ulat grayak memiliki berbagai jenis musuh alami antara lain kelompok patogen (nuclear-polyhedrosis virus,<i> Metarhizium anisopliae</i>), parasitoid (telur,<i> Telenomus spodopterae</i> Dodd., larva,<i> Apanteles</i> spp., pupa,<i> Brachimeria</i> spp.), dan predator larva (<i>Paederus fuscipes</i>,<i> Lycosa pseudoannulata</i>,<i> Selenopsis gemminata</i>) (Mardiningsih &amp; Baringbing, 1997). Pengendalian lainnya yaitu dengan menggunakan insektisida kimia dengan cara disemprot, rotasi tanaman,<i> light trap</i> dan penggunaan tanaman perangkap (Pracaya, 2005). <p align="justify"><b>2.2.1. </b><b>Pengelolaan Terpadu Ulat Grayak</b> <p align="justify"><b>2.2.1.1. Pendekatan Sistem Pengendalian</b> <p align="justify">Berkembangnya resistensi hama terhadap insektisida yang diikuti dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak buruk penggunaan insektisida secara intensif, mendorong perlunya pengendalian hama secara terpadu dengan menekan penggunaan insektisida kimia dan mempertahankan keberlanjutan sistem usaha tani (Carter 1989). Hal ini mendorong penggunaan komponen teknologi pengendalian selain insektisida kimia, seperti azadirachtin dan <i>nucleopolyhedrosis</i> pada ulat grayak<i> </i>(Nathan dan Kalaivani 2006).<b></b> <p align="justify">Pengendalian hama pada tanaman kedelai diarahkan pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Strategi PHT adalah menggunakan secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama yang didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT meliputi :<b></b> <p align="justify"><b>1) </b><b>Budidaya tanaman sehat</b> <p align="justify">Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Oleh karena itu, penerapan paket teknologi produksi harus diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat.<b></b> <p align="justify"><b>2) </b><b>Pelestarian musuh alami</b> <p align="justify">Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang. Untuk itu, penggunaan insektisida perlu dilakukan secara selektif. Penggunaan pestisida nabati biji mimba yang mengandung azadirachtin terbukti dapat menekan serangan ulat grayak (Nathan dan Kalaivani 2005).<b></b> <p align="justify"><b>3) </b><b>Pemantauan ekosistem secara terpadu</b> <p align="justify">Pemantauan ekosistem pertanaman secara rutin oleh petani merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan pengendalian yang diperlukan. <p align="justify"><b>4) </b><b>Petani sebagai ahli PHT</b> <p align="justify">Yaitu mampu mengambil keputusan dan memiliki keterampilan dalam menganalisis ekosistem untuk menetapkan cara pengendalian hama secara tepat sesuai dengan dasar PHT.<b></b> <p align="justify"><b>2.2.1.2. Analisis Ekosistem sebagai Dasar Pengendalian Hama</b> <p align="justify">Dalam PHT, pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan pengendalian didasarkan atas analisis ekosistem. Analisis ekosistem yang telah ditetapkan dan berfungsi terdiri atas tiga subsistem, yaitu pemantauan, pengambilan keputusan, dan tindakan pengendalian hama.<b></b> <p align="justify">Pemantauan atau monitoring bertujuan untuk mengamati dinamika agroekosistem secara rutin, baik komponen biotic (keadaan tanaman, intensitas kerusakan, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, keadaan gulma dan lain-lain) maupun komponen abiotik (curah hujan, suhu, air, angin, dan lain-lain). Pengamatan secara rutin (misal satu minggu sekali) dapat dilakukan oleh petugas pengamat khusus atau oleh petani yang terlatih.<b> </b>Metode pengamatan harus dibuat praktis dan ekonomis, tetapi memiliki tingkat ketelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Subsistem pengambilan keputusan berfungsi untuk menentukan keputusan pengelolaan hama yang tepat yang didasarkan pada analisis data hasil pemantauan yang secara rutin diterima dari subsistem pemantauan. Pengambilan keputusan didasarkan pada model dan teknologi pengelolaan hama yang dikuasai oleh dan tersedia bagi pengambil keputusan.<b></b> <p align="justify">Keputusan yang diambil oleh pengambil keputusan merupakan berbagai tindakan yang perlu dilakukan pada agroekosistem agar sasaran PHT terpenuhi, termasuk keputusan kapan dan bagaimana pestisida digunakan.<b> </b>Subsistem program tindakan (<i>action program</i>)<i> </i>mempunyai fungsi untuk<i> </i>segera melaksanakan keputusan dan<i> </i>rekomendasi yang dibuat oleh subsistem<i> </i>pengambilan keputusan dalam bentuk<i> </i>tindakan pengendalian atau pengelolaan<i> </i>hama pada unit lahan atau lingkungan pertanian<i> </i>yang dikelola. Tindakan tersebut<i> </i>dapat<i> </i>dilakukan oleh petani perorangan<i> </i>atau<i> </i>secara berkelompok.<b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.2.1.3. Komponen Pengendalian</b> <p align="justify">Komponen-komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan dalam penerapan PHT pada tanaman kedelai adalah : <p align="justify"><b>1) </b>Pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami. Penyemprotan dengan insektisida yang berlebihan, baik dosis maupun frekuensi aplikasinya, akan mengancam populasi musuh Alami (parasitoid dan predator). <p align="justify"><b>2) </b>Pengendalian fisik dan mekanik yang bertujuan untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktivitas fisiologis hama, serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengurangan populasi hama dapat pula dilakukan dengan mengambil kelompok telur, membunuh larva dan imago atau mencabut tanaman yang sakit. <p align="justify"><b>3) </b>Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakan hama, serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati. Beberapa teknik bercocok tanam yang dapat menekan populasi hama meliputi : <p align="justify">§ Penanaman varietas tahan <p align="justify">§ Penggunaan benih sehat dan berdaya tumbuh baik. <p align="justify">§ Pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama <p align="justify">§ Sanitasi <p align="justify">§ Penetapan masa tanam dan penanaman secara serempak <p align="justify">§ Penanaman tanaman perangkap atau penolak hama <p align="justify"><b>4) </b>Penggunaan agens hayati (pengendalian biologis). <p align="justify">Pengendalian biologis pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan hama. Musuh alami seperti parasitoid, predator, dan pathogen serangga hama merupakan agens hayati yang dapat digunakan sebagai pengendali ulat grayak (Marwoto 1999). <p align="justify"><b>5) </b>Pestisida nabati untuk mengembalikan populasi hama pada asas keseimbangannya Serbuk biji mimba efektif mengendalikan hama ulat grayak (Susilo <i>et</i> <i>al. </i>1996). Pestisida kimiawi dapat digunakan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan. Strategi pengendalian ulat grayak dapat dilakukan berdasarkan pemantauan ambang kendali dan strategi komponen pengendalian, sehingga penerapan PHT yang dilakukan dipilih berdasarkan alternatif pengendalian yang ada. <p align="justify"><b>2.2.2. Cendawan <i>M.anisopliae</i></b> <p align="justify"><i>M. anisopliae </i>adalah salah satu cendawan entomopatogen yang termasuk dalam devisi Deuteromycotina : Hyphomycetes. Cendawan ini biasa disebut dengan <i>green muscardine fungus</i> dan tersebar luas di seluruh dunia (Lee dan Hou 1989; Tanada dan Kaya 1993; Kanga <i>et al.</i> 2003;Strack 2003). <p align="justify"><i>M. anisopliae</i> telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi beberapa jenis serangga, antara lain dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera (Gabriel dan Riyanto 1989; Baehaki dan Noviyanti 1993; Strack 2003). Cendawan ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan di beberapa Negara termasuk Indonesia (Gabriel dan Riyanto1989). <p align="justify">Pada awal pertumbuhan, koloni cendawan berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada beberapa media seperti <i>potato dextrose agar</i> (PDA), jagung, dan beras (Prayogo dan Tengkano 2002). Miselium bersekat, diameter 1,98-2,97 µm, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman (Barnett dan Hunter 1972; Alexopoulos dan Mims 1979). <p align="justify">Temperatur optimum untuk pertumbuhan <i>M. anisopliae</i> berkisar 2227<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhVpuDfpX7HWtyijib2qt1Wb5WkrVhWpPWrUgir8xixiXTXLLY7UV3uUChzEryviFFWipIEaO0XLdEZ5vkVw63eFTr_Bp-VWjUtF2lpPt_N-Lp4M9ykMq1cNHNXw8S7D2GwB1uIy-hUbM/s1600-h/clip_image012%25255B3%25255D.gif"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image012" border="0" alt="clip_image012" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZtO9to4uw84ACTPqxmWsHAGIBuG5G3q2tK3jxrRzKHT9rYbQwKsXEsJcIGom5LTvXLRn-g36WGopHj8-F8RaE_E3rcM93avXgPc-R4qw35CjvbOmowGZ-tNg99JL-EIdTDULG54hBMu0/?imgmax=800" width="14" height="22"></a> (Roddam dan Rath 1997), walaupun beberapa laporan menyebutkan bahwa cendawan masih dapat tumbuh pada temperatur yang lebih dingin (Glare <i>et al.</i>1995; Luz <i>et al.</i> 1998; Bidochka <i>et al</i>.2000). Konidia akan membentuk kecambah pada kelembapan di atas 90% (Millstein <i>et al</i>. 1983), namun demikian Milner <i>et al</i>. (1997) melaporkan bahwa konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat bila kelembapan udara sangat tinggi hingga 100%. Patogenisitas cendawan <i>M.anisopliae</i> akan menurun apabila kelembapan udara di bawah 86%. Hardaningsih (2001) banyak menemukan cendawan <i>M.anisopliae </i>pada tubuh <i>S.litura </i>di pertanaman kedelai. Widayat dan Rayati (1993a) menemukan <i>M.anisopliae </i>yang menginfeksi beberapa jenis hama seperti ulat api (<i>Setora nitens</i>), ulat jengkal (<i>Ectropis bhurmitra</i>), ulat penggulung daun (<i>Homona cofferia</i>), dan kumbang tanah (<i>Uloma </i>sp.) di perkebunan teh di Jawa Barat.</p> <p align="justify"><b>2.2.3. Biopestisida SlNPV dan HaNPV</b> <p align="justify">Nuclear polyhedrosis virus (NPV) pada <i>S. litura</i> dan <i>H. armigera</i> merupakan salah satu contoh bentuk assosiasi dan dapat digunakan untuk mengendalikan kedua hama tersebut. Jenis NPV yang digunakan untuk mengendalikan <i>S. litura</i> dinamakan SlNPV, sedangkan untuk <i>H. armigera</i> dinamakan HaNPV. Aktivitas NPV berlangsung di dalam perut, sehingga untuk menimbulkan kematian ulat harus menelan NPV bersama-sama dengan makanannya. <p align="justify">Penggunaan SlNPVa secara tunggal terhadap <i>S. litura</i> daya bunuhnya kurang efektif, tidak efektifnya isolat NPV tersebut sangat tergantung dari isolat NPV itu sendiri. Sesuai yang dikemukakan Maddox (1975) dan Starnes et al. (1993) bahwa efektifitas NPV, bergantung pada isolat virus yang mampu dalam waktu singkat membunuh serangga sasaran. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.2.4. <i>E. annulata</i></b> <p align="justify">Ulat grayak,<i> Spodoptera litura</i> F., (Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain.<i> S. litura</i> menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif dan generatif yaitu memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun dan memakan polong-polong muda (Laoh 2003<b>)</b>.<i> </i> <p align="justify"><i>S. litura</i> sering mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran robek, terpotong-potong dan berlubang-lubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah tanaman di areal pertanian akan habis termakan (EPPO 2005).<i> </i>Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kacang tanah ialah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).<i> S. litura</i> merupakan hama utama pada kacang tanah. Potensi kehilangan hasil dari serangan<i> S. litura</i> lebih dari 71% (Mallikarjuna<i> et al.</i>2004).<i></i> <p align="justify">Pengendalian hama tanaman yang di kembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi hama yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Komponen pengendalian hama yang dapat di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut antara lain pengendalian hayati, pengendalian secara fisik dan mekanik, pengendalian secara kultur teknis dan pengendalian secara kimiawi (EPPO 2005).<i> </i>Pengendalian hama pada tanaman diarahkan pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang (Nathan dan Kalaivani 2005).<i></i> <p align="justify">Salah satu predator yang cukup potensial sebagai agens hayati adalah cecopet (Ordo : Dermaptera). Diketahui beberapa jenis cecopet yaitu,<i> Anisolabis</i> sp. (Annisolabididae),<i> Euborellia annulata</i> Fabricus (Annisolabididae),<i> Euborellia annulipes</i> Lucas (Annisolabididae)<i> Proreus simulans</i> Stal. (Chelisochidae) (Situmorang &amp; Gabriel 1988).<i> </i>Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurindah dan Bindra (1988) mengemukakan bahwa<i> E. annulata</i> dapat memangsa telur dan larva<i> H. armigera</i> pada pertanaman kapas secara alami hingga 57%. Javier dan Morallo (1991) mengemukakan bahwa<i> E. annulata</i> merupakan predator yang efektif karena dapat memangsa telur, larva, dan pupa penggerak batang jagung<i> O. furnacalis.</i> Selanjutnya<i> E. annulata</i> juga dilaporkan banyak memangsa<i> Bactrocera dorsalis</i> pada tanaman cabai (Annie<i> et al.</i> dalam Labiran, 2006).<i> </i> <p align="justify">Dari beberapa hasil penelitian tersebut diatas menyebutkan bahwa <i>E. annulata</i> banyak memangsa telur dan larva berbagai jenis hama. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai kemampuan memangsa <i>E. annulata</i> dan preferensinya pada berbagai instar larva<i> S. Litura</i>.<i></i> <p align="center"><b>BAB III </b></p> <p align="center"><b>PENUTUP</b></p> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>3.1. </b><b>Kesimpulan </b> <p align="justify">Hama ulat grayak merupakan salah satu organisme pengganggu pada tanaman kedelai. Hama ulat grayak dapat berkembang dengan baik pada kelembaban yang kering. Ulat grayak bersifat polifag atau dapat menyerang berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan<b><i>. </i></b><i>Spodoptera litura</i><b> </b>termasuk ke dalam jenis serangga yang mengalami metamorphosis sempurna yang terdiri dari empat stadia hidup yaitu telur, larva, pupa, dan imago. <p align="justify">Pegendalian dengan konsep PHT, seperti : (1) Pengelolaan terpadu ulat grayak; (2) Cendawan <i>M.anisopliae</i>; (3) Biopestisida SlNPV dan HaNPV; dan (4) <i>E. annulata</i>. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b></p><b></b> <p align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA </b></p> <p align="justify">Arifin, M. 1986a. Kerusakan dan hasil kedelai Orba pada berbagai umur tanaman dan populasi ulat grayak <i>Spodoptera litura.</i> Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor Tahun 1986. <p align="justify">Arifin, M. dan Sunihardi. 1997. Biopestisida <i>Sl</i>NPV untuk mengendalikan ulat grayak <i>Spodoptera litura. </i>Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9(5 dan 6): 3-5. <p align="justify">Barnett, H.L. and B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 3 ed. Burgess Publishing Company, Minneapolis, Minnesota. 241 pp. <p align="justify">Carter, H.O. 1989. Agricultural sustainability:<i> </i>an overview and research assessment. Californian Agric. 43: 13-17. <p align="justify">Departemen Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai. Departemen Pertanian, Jakarta. 39 hlm. <p align="justify">Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2008. Laporan Luas dan Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta. <p align="justify">EPPO. 2005<b>.</b> Data Sheets on Quarantine Pests : <i>Spodoptera littoralis</i> and<i> S. litura</i>. <p align="justify">Gabriel, B.P. dan Riyanto. 1989. <i>Metarhizium anisopliae</i> (Metsch.) Sor. Taksonomi,<i> </i>patologi, produksi, dan aplikasinya. Proyek<i> </i>Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan,<i> </i>Departemen Pertanian, Jakarta. 25<i> </i>hlm. <p align="justify">Hardaningsih, S. 2001. Identifikasi ras jamur entomophaga. Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. hlm. 53-59. <p align="justify">Indrayani, Ig, A.A., Winarno, D. &amp; Soebandrijo. 1998. <i>Efektifitas NPV dengan berbagai bahan pembawa Terhadap Spodoptera litura F. dan Helicoverpa armigera H. pada Kapas.</i> Jurnal Littri. 4: 1-7. <p align="justify">Indriyani. I.G.A.A, Subiyakto dan A.A.A Ghotama. 1990. <i>Prospek NPV untuk Pengendalian Ulat Buah Kapas Helicoverpa armigera dan Ulat grayak S. litura.</i> Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. <p align="justify">Kalshoven, L.G.E. 1981. <i>The Pest of Crops in Indonesia</i>. Revised and Translated by P.A van Der Laan. P.T. Ictiar baru-Van Hoeve. Jakarta. 701. hal. <p align="justify">Kasumbogo Untung. 1993. <i>Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.</i> Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. <p align="justify">Laoh, J. H. 2003. <i>Kerentanan larva Spodoptera litura F terhadap virus nuklear polyhedrosis.</i> Skripsi<i> </i>S1 Jurusan Agronomi, Faperta, Universitas Riau.<i> </i>Pekanbaru. <p align="justify">Mardiningsih, Tri. L dan Barriyah Barimbing. 1995. <i>Biologi S.litura F. Pada </i><i>Tanaman Kemiri.</i> Dalam Prosiding Seminar Nasional Tantangan Entomologi pada Abad XXI. Perhimbunan Entomologi Indonesia. Balai Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 96-102 hal. <p align="justify">Marwoto dan Bedjo, 1996. <i>Status resistensi hama ulat daun terhadap insektisida di daerah sentra produksi kedelai di Jawa Timur</i>. Laporan Teknis Balitkabi Tahun 1995/1996. p. 114-121. <p align="justify">Marwoto dan Suharsono. 2008<b>.</b> <i>Pengendalian dan</i><i> </i><i>Komponen Teknologi Pengendalian Ulat Grayak</i><i> </i><i>(Spodoptera litura Fabricus) Pada Tanaman Kedelai</i>. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak, Kotak Pos 66, Malang 65101. <p align="justify">Marwoto. 1992. <i>Masalah pengendalian hama kedelai di tingkat petani</i>. hlm. 37-43. <i>Dalam</i> Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Winarto (Ed.). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, 8-10 Agustus 1991. <p align="justify">Milner, R.J., J.A. Staples, and G.G. Lutton. 1997. <i>The effect of humidity on germination and infection of termites by the hyphomycete,</i> <i>Metarhizium anisopliae</i>. J. Inverterbr. Pathol. (69): 64-69. <p align="justify">Nathan, Sentil S. and K. Kalaivani. 2005. <i>Efficacy of nucleopolyhedrosis virus and azadirachtin on Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae</i>). Biol. Control 34: 93-98. <p align="justify">Prayogo, Y. 2004. <i>Pemanfaatan cendawan entomopatogen Metarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin untuk mengendalikan hama ulat grayak Spodoptera litura pada kedelai.</i> [Kolokium Pengendalian Hama Terpadu]. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 23 hlm. <p align="justify">Prayogo, Y. dan W. Tengkano. 2004. <i>Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi Metarhizium anisopliae isolat Kendalpayak terhadap tingkat kematian Spodoptera</i> <i>litura</i>. <i>Dalam</i> Sudjatinah, Umiyati, P. Bintoro, P. Widiyaningrum, I.O. Utami (Ed.). SAINTEKS. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian (10)3: 209-216. <p align="justify">Riswanto Sinaga. 2009. <i>Uji efektivitas pestisida nabati Hama Spodoptera litura pada Tanaman Tembakau. </i> <p align="justify">Situmorang, J. and B. P. Gabriel. 1988. <i>Biology of two spesies of predatory ear wigs Nala lividipes (Dufour) (Dormaptera:Labiduridae) and Euborellia</i> <i>annulata</i> <i>(Fabricius) (Dermaptera: Carconophoridae)</i>. Philipp. Entomol. 7(3): 215-238.<i></i> <p align="justify">Sudarmo, S. 2005. <i>Pestisida nabati dan Pemanfaatannya</i>. Kanisius. Yogyakarta.<b> </b>Oleh: Bayu Aji Nugroho, Sp Popt Ahli Pertama. <p align="justify">Tanada, Y. and H.K. Kaya, 1993. <i>Insect pathology</i>. Academic Press, Inc, Toronto. <p align="justify">Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 1993. <i>Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai.</i> <i>Dalam</i> Kedelai. Edisi ke2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 295-318.</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/5205060450112325770/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/pengendalian-ulat-grayak-spodoptera.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/5205060450112325770'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/5205060450112325770'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/pengendalian-ulat-grayak-spodoptera.html' title='PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtdVHx2tcNLTCEp_dd4zeYLkPH1RKc_2koSMOSLe9UP8c_yVDs3oEJYYrZNVnShiD0g63QT3W4JzruKMQd8SpYkkZ4EzOWRFejU1w-M9h5UZxMSk6laJ1s6WVBmTAatQ_dyrYwtJrTrY0/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2661799652695509189</id><published>2013-04-04T19:46:00.001+07:00</published><updated>2013-04-04T19:46:47.203+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>“PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA KOPI”</title><content type='html'><p align="center"><b>BAB I </b> <p align="center"><b>PENDAHULUAN</b> <p align="justify"><b>1.1.</b><b> L</b><b>atar Belakang Masalah.</b><b></b> <p align="justify">Kopi menjadi salah satu komoditas ekspor penting pada sub sektor perkebunan Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan sangat besar sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2009, total luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 Ha dengan produksi 682.591 Ton. Sekitar 95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, pesatnya peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan pesatnya peningkatan produktivitas dan mutu. <p align="justify">Produktivitas kopi Indonesia rata-rata masih rendah yaitu 641,6 kg/ha dari standar 800 kg/ha. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh adanya serangan hama penyakit, umur tanaman yang sudah tua dan kurangnya perawatan kebun oleh petani. Selain itu kopi Indonesia umumnya dikenal mempunyai citra mutu yang rendah di pasar internasional, sehingga dihargai rendah. <p align="justify">Serangga hama PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi hama sangat merusak pada buah kopi sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas hasil secara nyata karena menyebabkan banyak biji kopi yang berlubang. Kehilangan hasil oleh hama PBKo dapat mencapai lebih dari 50% apabila serangannya tinggi dan tidak dilakukan tindakan pengendalian secara tepat. Tingkat serangan sebesar 20% dapat mengakibatkan penurunan produksi sekitar 10% (Puslitkoka, 2009). Untuk menekan kehilangan hasil oleh hama PBKo, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia - Jember (Puslit Koka) telah menerapkan teknologi perangkap Hypotan. <p align="justify">Tantangan lain pada era perdagangan bebas adalah kopi Indonesia harus bersaing dengan kopi dari negara lain yang kualitasnya tinggi dan diproduksi secara ramah lingkungan. Oleh karena itu, dalam menghasilkan produk pertanian dan mengekspornya ke pasar global, petani harus mampu memenuhi persyaratan yang dituntut konsumen global tentang label lingkungan atau <i>eco-labelling</i>. </p> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>1.2.</b><b> T</b><b>ujuan</b><b></b> <p align="justify">Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu melatih para mahasiswa agroteknologi smester V dalam pembuatan Skripsi di masa yang akan dating, karena dengan begitu, para mahasiswa sekalian supaya tidak sulit lagi pada waktunya nanti, di makalah ini saya membahas tentang Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Kopi, Tujuannya agar kita dapat mengetahui bagaimana caranya melakukan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu yang baik Pada Tanaman Kopi. Saya harap para mahasiswa dapat memahami dari makalah yang saya buat ini. </p> <p align="center"><b>BAB II</b></p> <p align="center"><b>PEMBAHASAN</b><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.</b><b>1. </b><b>Pengendalian Secara Terpadu</b> <p align="justify">Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan undang-undang No. 12/1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra Insus, PHT menjadi jurus yang dianjurkan (Arifin 2003). Adapun tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan petani, memantapkan produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama tetap pada taraf yang tidak merugikan tanaman, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian. Dari segi substansial, PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalam konteks hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama, menggunakan berbagai teknik yang kompatibel untuk menjaga agar populasi hama tetap berada di bawah ambang kerusakan ekonomi. Dalam konsep PHT, pengendalian hama berorientasi kepada stabilitas ekosistem dan efisiensi ekonomi serta sosial. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan keadaan populasi hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar kedudukan kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus mendatangkan keuntungan ekonomi yang maksimal. <p align="justify">Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit telah memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian. Penggunaan pestisida merupakan komponen pengendalian yang dilakukan, jika; (a) populasi hama telah meninggalkan populasi musuh alami, sehingga tidak mampu dalam waktu singkat menekan populasi hama, (b) komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat berfungsi secara baik, dan (c) keadaan populasi hama telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya pengendalian. Karena itu secara berkelanjutan tindakan pemantauan atau monitoring populasi hama dan penyakit perlu dilaksanakan (Atman Roja 2009). </p> <p align="justify">Pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi secara terpadu sudah dilakukan dengan memadukan kultur teknis dan pemanfaatan agen hayati. Pemanfaatan agen hayati yang sudah di kembangkan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi adalah jamur <i>Beauveria bassiana</i><b> </b><i>(Bb) </i>pada pengendalian hama BPko, <em>Bacillus thuringiensis </em><em>pada pengendalian ulat api</em><em>, dan </em><em>Kutu tempurung hijau pada pengendalian penyakit Bercak daun. Pengendalian secara kultur teknis yaitu dengan sanitasi kebun setiap 1 bulan sekali, yang bertujuan untuk memutus siklus hama dan penyakit.</em> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.</b><b>2</b><b>.</b><b> </b><b></b><b>Fenologi Tanaman Kopi</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">salah satu permasalahan pada pertanaman kopi adalah serangan hama penggerek buah kopi (<i>Hypothenemus hampei</i>). Informasi mengenai ketahanan tanaman kopi terhadap hama PBKo diperlukan untuk strategi pengendalian dan perakitan varietas tahan. Penelitian ini mengulas ketahanan tanaman kopi terhadap hama PBKo bersumber dari berbagai informasi hasil-hasil penelitian yang menyangkut aspek fenologi tanaman kopi biologi kumbang <i>H. hampei</i> dan interaksi antara inang tanaman kopi dengan kumbang <i>H. hampei. </i>Hama PBKo menyebabkan kerusakan jaringan endosperma biji sehingga terjadi penurunan kualitas biji. Permasalahan hama PBKo lebih serius dijumpai pada kopi robusta (<i>Coffea canefora</i>) dibandingkan pada spesies kopi (<i>Coffea arabica</i>) terkait pada perbedaan tipe pembungaan dan kesesuaian lingkungan tumbuh. Mekanisme ketahanan antisenosis dipengaruhi oleh perbedaan fenologi buah seperti ukuran, bentuk biskus, warna, dan aroma. Tingkat kekerasan kulit tanduk diduga yang berperan dalam mekanisme antibiosis, sedangkan keserempakan waktu pemasakan buah dan ketinggian tempat dapat berpengaruh terhadap ekspresi ketahanan semu. Telah diinformasikan penemuan beberapa klon harapan tahan hasil seleksi yang dapat dimanfaatkan untuk perakitan varietas tahan dan studi mekanisme ketahan PBKo.</p><b></b> <p align="justify"><b>2.</b><b>3</b><b>. </b><b>Penerapan PHT Kopi</b><b></b></p> <p align="justify">Salah satu daerah pertanaman kopi terdapat di Malang, Jawa Timur. Petani umumnya menanam kopi di lahan kering (kebun) dengan menggunakan varietas anjuran hasil sambungan antara varietas <i>exelsa </i>sebagai batang bawah dan varietas unggul sebagai batang atas. Varietas tersebut berasal dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, Jawa Timur. Tanaman kopi umumnya berumur lebih dari 10 tahun. Populasi tanaman per hektar mencapai 1.462 pohon. Petani kopi mulai menerapkan PHT sejak ada SLPHT tahun 2001/ 2002. SLPHT berlangsung 5-6 bulan dengan interval pertemuan 1- 2 minggu. Setiap kelompok belajar terdiri atas 25 orang yang terbagi menjadi 5 kelompok kecil. Materi SLPHT meliputi: (1) pengenalan hama penyakit dan musuh alaminya, (2) analisis agroekosistem, (3) pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (4) teknik pemangkasanyang baik, (5) pembibitan, (6) pestisida alami, (7) pembuatan terasering dan rorak, dan (8) sanitasi kebun yang baik. Berikut hasil penerapan empat prinsip PHT oleh petani kopi di Malang, Jawa Timur. Budi Daya Tanaman Sehat Komponen teknologi yang berkaitan dengan budi daya tanaman sehat telah diterapkan oleh petani. Komponen teknologi tersebut meliputi: <p align="justify">(a) pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga; <p align="justify">(b) pembangunan saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan; <p align="justify">(c) pendangiran sesuai dengan kondisi tanaman; <p align="justify">(d) penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah;dan <p align="justify">(e) pemetikan (panen) sesuai anjuran, yaitu petik lesehan, petik merah/tua, dan petik racutan. <p align="justify"><b>2.4. Pelestarian Musuh Alami.</b> <p align="justify">Pelestarian musuh alami pada tanaman kopi telah dilakukan untuk mengendalikan populasi hama penyakit di kebun. Dalam pengendalian hama penyakit, petani tidak menggantungkan pada penggunaan pestisida kimiawi, tetapi melalui pengamatan ekosistem dan membuat kondisi lingkungan agar tidak sesuai bagi perkembangbiakan hama dan penyakit. Pengendalian hama penyakit lebih mengutamakan cara mekanik, biologi, dan penggunaan pestisida nabati. Apabila populasi hama tetap tinggi, petani menggunakan pestisida kimiawi secara bijaksana.</p> <p align="justify">Perubahan aspek ekologi dan lingkungan sangat bergantung pada kemampuan petani menerapkan teknologi PHT, terutama dalam cara pengendalian OPT dan perlakuan terhadap lingkungan kebunnya. Setelah mengikuti SLPHT, penerapan teknologi PHT oleh petani lebih meningkat dibandingkan dengan petani yang belum mengikuti SLPHT. Petani juga lebih tahu dan sadar pentingnya musuh alami serta bahaya penggunaan pestisida kimiawi. <p align="justify"><b>2.5. Pengamatan Agroekosistem Secara Rutin.</b> <p align="justify">Pengamatan hama secara teratur merupakan inti penerapan PHT. Setelah mengikuti SLPHT, sebagian besar (78%) petani telah melakukan pengamatan hama secara teratur. Hasil pengamatan selanjutnya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam kegiatan usaha taninya. <p align="justify">Petani Menjadi Ahli PHT dan Manajer di Kebunnya <p align="justify">Dalam menjalankan usaha tani, petani diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat dan benar dalam menerapkan PHT sehingga memberikan hasil yang optimal. Dengan berkelompok, petani dapat memusyawarahkan masalah hama dan penyakit yang ditemui dalam usaha tani kopi untuk mengambil tindakan pengendalian yang tepat. Sebelum mengikuti SLPHT, pengendalian hama diputuskan secara individu. Setelah mengikuti SLPHT, umumnya petani membawa masalah hama dan penyakit di kebunnya ke kelompok untuk dicarikan tindakan pengendalian yang tepat. Keputusan petani untuk melakukan penyemprotan umumnya didasarkan pada kerusakan tanaman. Keputusan tindakan pengendalian hama penyakit pada umumnya memberikan hasil baik. Salah satu tujuan pelatihan SLPHT adalah di samping petani mampu menerapkan teknologi PHT pada usaha taninya, juga dapat menyebarkan teknologi ke petani lain di sekitarnya. Dengan demikian, petani dapat menjadi mitra penyuluh dalam penyebaran teknologi PHT.</p> <p align="justify"><b>2.6. Manfaat Penerapan Teknologi PHT</b></p> <p align="justify">Salah satu manfaat yang dirasakan petani kopi dalam menerapkan PHT adalah produktivitas kopi meningkat sehingga menambah pendapatan Produktivitas kopi meningkat dari 1.128 kg/ha/tahun (sebelum ikut SLPHT) menjadi 1.641 kg/ha/tahun (setelah mengikuti SLPHT) atau naik 45,5%. Peningkatan produksi tersebut selanjutnya meningkatkan pendapatan dari Rp3.686.959 menjadi Rp5.164.383 atau naik 40%. SLPHT berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam budi daya kopi. Petani mampu mengenali hama penyakit kopi serta musuh alaminya, serta mengamati secara dini serangan hama. Dengan mengenal hama panyakit tanaman kopi dan musuh alaminya, penggunaan pestisida kimiawi menjadi berkurang. Petani menyadari bahwa penggunaan pestisida kimiawi secara berlebihan akan berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan (<i>Adang</i> <i>Agustian</i>). <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>2.7. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu.</b> <p align="justify">Istilah PHT atau Integrated Pest Management (IPM) sejak semula telah disadari sebagai suatu konsep atau paradigma yang dinamis, dan selalu menyesuaikan diri dengan dinamika ekosistem pertanian dan sistem sosial ekonomi budaya masyarakat setempat. Pengembangan konsep PHT di dunia menjadi dua paradigma yaitu Technological Integrated Pest Management (PHT Teknologi atau disebut juga PHT Klasik) dan Ecological Integrated Pest Management (PHT Ekologi) (Waage,1996 dalam Untung, 2003). <p align="justify">Penetapan strategi dan teknik pengendalian hama yang dilakukan petani atau yang direkomendasikan oleh lembaga pemerintah selalu dilandasi oleh suatu pendekatan, prinsip atau paradigma tertentu. Saat ini, terdapat 4 paradigma perlindungan tanaman yang diterapkan yaitu: <p align="justify">(a) perlindungan tanaman tradisional, <p align="justify">(b) perlindungan tanaman konvensional, <p align="justify">(c) PHT Klasik atau PHT teknologi, dan <p align="justify">(d) PHT ekologi.</p> <p align="justify">Di Indonesia, program PHT muncul sejak tahun 1986 yaitu dengan keluarnya Inpres No.3 tahun 1986. Esensi program tersebut yaitu dalam rangka menciptakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan. Definisi klasik Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai dan seserasi mungkin untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu aras yang berada di bawah aras populasi hama yang dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi (Untung, 2003).</p> <p align="justify">Definisi tersebut tampaknya menjadi acuan dalam mengembangkan PHT sebelum terselenggaranya SL-PHT. Hal ini tercermin pada pengertian PHT yang dikemukakan Yusdja (1992) bahwa PHT adalah suatu sistem pengelolaan hama (dalam arti yang luas) dengan menggabungkan berbagai teknik pengendalian yang serasi dengan sasaran menjadi satu program, agar populasi hama selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomis (ekologis dan sosial diterima), sehingga menghasilkan keuntungan ekonomis yang maksimal bagi produsen, konsumen dan melestarikan lingkungan. Dengan demikian sumberdaya pertanian dapat dimanfaatkan sepanjang masa oleh generasi-generasi yang akan datang. <p align="justify">Pendekatan yang digunakan dalam PHT adalah pendekatan komprehensif yang menekankan pada ekosistem yang ada dalam lingkungan tertentu, mengusahakan pengintegrasian berbagai teknik pengendalian yang kompatibel sehingga populasi hama dan penyakit tanaman dapat dipertahankan di bawah ambang yang secara ekonomis tidak merugikan, serta melestarikan lingkungan dan menguntungkan bagi petani. Pada perkebunan rakyat, kegiatan sosialisasi PHT melalui SL-PHT telah dimulai semenjak tahun 1997 melalui beberapa tahapan yaitu: <p align="justify">(a) pelatihan untuk Pemandu Lapang (PL); <p align="justify">(b) Petani Try out dan Murni, dan <p align="justify">(c) Petani tindak lanjut (petani alumni SL- PHT). Materi dasar dalam pelatihan itu sama yaitu memotivasi petani untuk melaksanakan 4 prinsp PHT, yakni: <p align="justify">1) budidaya tanaman sehat, <p align="justify">2) pelestarian dan pemanfaatan musuh alami, <p align="justify">3) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan </p> <p align="justify">4) petani menjadi ahli PHT dan manajer di kebunnya. Untuk menerapkan prinsip dasar tersebut petani dibekali berbagai materi yang meliputi: <p align="justify">· pembibitan, <p align="justify">· pemupukan, <p align="justify">· pemangkasan, <p align="justify">· pemetikan, <p align="justify">· analisis agroekosistem (OPT, musuh alami, tanaman utama, tanaman disekitarnya, abiotik/cuaca); <p align="justify">· produksi agensi pengendalian hayati, <p align="justify">· panen dan <p align="justify">· kelembagaan petani. <p align="justify"><b>2.8. Tingkat Adopsi Teknologi PHT</b> <p align="justify">Masalah yang dihadapi dalam pengembangan budidaya komoditas perkebunanrakyat kopi antara lain terdapatnya gangguan hama penyakit yang berdampak terhadap produktivitas dan kualitas hasil. Upaya untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas produk dihasilkan dari tanaman yang sehat dan terbebas dari serangan/gangguan hama dan penyakit. Upaya penanggulangan hama penyakit yang pernah dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia memang cukup berhasil, namun disamping memerlukan biaya yang tinggi dampak lainnya adalah munculnya resistensi hama penyakit, munculnya peledakan hama secara massal dan terbunuhnya organisme bukan sasaran serta pencemaran lingkungan (Rachmat, et al., 1999). <p align="justify">Melalui kegiatan SLPHT perkebunan rakyat, maka para petani diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut melalui ilmu-ilmu yang didapatkan pada saat mengikuti SLPHT. Kegiatan SLPHT pada dasarnya memberikan bekal pengetahuan kepada petani agar dalam melakukan perlindungan tanaman yang dibudidayakannya senantiasa diarahkan pada konsep PHT melalui pemanfaatan musuh alami, biopestisida serta penerapan kultur teknis dengan mempertimbangkan aspek ekologi dan ekonomi. Seringkali pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan masalah perlindungan tanaman di tingkat petani tingkat penerapannya (adopsi) relatif beragam. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani cukup beragam dalam menyerap serta mengaplikasikannya pada kegiatan usahatani perkebunan. Berikut ini disajikan sintesis atas tingkat penerapan teknologi PHT pada usahatani perkebunan rakyat dengan komoditas kopi.</p> <p align="justify">Hasil penelitian Hendiarto dan Supriatna (2004) menunjukkan bahwa petani kopi yang pernah mengikuti SLPHT (alumni SLPHT) pada umumnya mampu menyerap pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan sekolah lapang, seperti pengetahuan tentang musuh alami; pestisida nabati, pupuk organik/bokashi dan lainnya. Disamping itu, telah terjadi peningkatan keterampilan dalam cara budidaya tanaman yang baik, benar dan efisien. Petani alumni SL-PHT telah terampil dalam kegiatan-kegiatan seperti penyambungan entris, pengaturan pembuatan rorak, cara pemangkasan, pembuatan pupuk organik dan utamanya dalam kegiatan pengendalian hama/penyakit tanaman kopi. Jika dibandingkan dengan petani yang belum mengikuti sekolah lapang (SL-PHT), pengetahuan dan keterampilan yang dimilki petani alumni SL-PHT relatif lebih tinggi, terutama dalam hal pengendalian hama, dan mengetahui pentingnya musuh alami serta bahaya penggunaan pestisida an-organik. <p align="justify">Ragam teknologi yang diterapkan petani kopi ini di sajikan yaitu tingkat penerapan teknologi pemangkasan, penggunaan bibit unggul, melestarikan musuh alami dan penggunaan pestisida an-organik tidak berlebihan telah dilakukan oleh 100 persen responden petani alumni SLPHT. Sementara penggunaan pupuk secara optimal, penggunaan pestisida nabati dan pengamatan hama secara teratur diterapkan oleh sekitar 50-77,50 persen responden petani alumni SLPHT. Menurut hasil penelitian Wiryadiputra, et al. (2003), bahwa adopsi teknologi PHT oleh petani dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: tingkat pengetahuan/pendidikan petani, tingkat sosial ekonomi, tingkat prioritas usahatani kopi, dan harga jual komoditas kopi. Lain halnya dengan tingkat penerapan teknologi PHT pada petani teh, menurut hasil penelitian Winarso dan Darwis (2004) bahwa beberapa komponen teknologi PHT masih rendah di terapkan oleh petani. Anjuran <p align="justify">teknologi tentang penggunaan pupuk secara optimal tampaknya masih sangat rendah (2,50%) diterapkan oleh petani teh. Hal ini antara lain disebabkan kurangnya modal usahatani yang mengakibatkan para petani tidak dapat melakukan pemupukan sesuai dosis optimal yang dianjurkan. Begitu pula halnya dengan anjuran penggunaan pestisida anorganik/ kimiawi yang tidak berlebihan baru diterapkan hanya oleh sekitar 12,50 persen petani.</p> <p align="justify">Para petani teh, masih lebih banyak mengandalkan pestisida kimiawi dalam mengendalikan hama penyakit yang menyerang tanaman teh. Respon pestisida kimiawi yang secara langsung mengatasi hama menjadi alasan petani untuk tetap bertahan dalam penggunaannya. Alasan itulah yang menjadi penyebab rendahnya pengendalian hama penyakit dengan memanfaatkan pestisida nabati. Terkait dengan masih tingginya pengendalian hama dengan pestisida pada tanaman teh, hasil penelitian Siswanto, et al.(1999) mengungkapkan bahwa fakta dilapangan pada petani teh dalam pengendalian hama penyakit masih mengandalkan pestisida, dan meskipun ada gejala penurunan dalam penggunaannya hanya diakibatkan karena semakin mahalnya harga pestisida di tingkat petani. Sementara itu, tingkat penerapan/adopsi komponen teknologi PHT oleh petani teh telah menunjukkan respon yang memadai dalam upaya pelestarian terhadap musuh alami (76,25%), pemangkasan tanaman teh secara teratur (88,75%), dan pengamatan hama secara teratur (72,50%). Menurut Nurindah et al. (2003), Prinsip pemanfaatan musuh alami secara optimal dalam pengendalian hama terpadu juga dilakukan pada penerapan PHT tanaman kapas. <p align="justify">Penggunaan varietas kapas yang tahan atau toleran terhadap wereng kapas merupakan kunci untuk dapat diterapkannya PHT yang mengutamakan konservasi musuh alami. Selanjutnya, pada kasus penerapan teknologi PHT pada tanaman lada di ketahui bahwa komponen teknologi PHT, seperti pemangkasan tanaman pelindung secara teratur, penggunaan pestisida tak berlebihan, mengupayakan pelestarian musuh alami dan pengamatan OPT secara teratur telah dilaksanakan oleh sekitar 75 - 95 persen petani. (Agustian, dan Hidayat, 2004). <p align="justify">Sementara, penerapan teknologi PHT yang dilaksanakan oleh petani lada alumni SLPHT adalah terkait pengendalian OPT dengan pestisida nabati hanya 5 persen, penggunaan pestisida an-organik tidak berlebihan (10%) dan Penggunaan pupuk secara optimal (40%). Rendahnya penggunaan pestisida nabati disebabkan oleh kebiasaan petani menggunakan pestisida kimiawi, dan sulitnya memperoleh bahan untuk pestisida nabati (seperti akar tuba atau gadung).</p> <p align="justify">Hal yang sama dengan petani lada karena alasan respon pestisida kimiawi secara langsung mengatasi hama menjadi alasan petani untuk tetap bertahan dalam penggunaannya. Menurut Mulya et al. (2003) bahwa dalam rangka memperbaiki implementasi penerapan PHT lada diperlukannya peningkatan pengenalan (pengetahuan) tentang penyakit busuk pangkal batang lada (BPB) telah banyak merusak tanaman lada di Bangka Selatan. Para petani dan petugas umumnya belum mengenal seara baik gejala BPB, dan oleh karena itu pengenalan gejala BPB merupakan bagian dari kurikulum SLPHT. Hal senada juga sejalan dengan hasil penelitian Syafaat et. al. (2003) bahwa tingkat penerapan atau adopsi teknologi PHT pada petani kapas hanyalah berkisar antara rendah hingga sedang. Hasil penelitian lainnya(Prasetyo dan Agustian, 2003) menyebutkanbahwa introduksi teknologi PHT hendaknya lebih ditingkatkan dan disebarluaskan lagi dikalangan para petani jambu mete. Hal ini disebabkan secara umum pengetahuan dalam pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan masih terbatas pada petani. Menurut hasil penelitian Supriadi et al. (2003), bahwa pemahaman terhadap penyakit busuk akar sangat penting bagi petani jambu mete, mengingat penyakit busuk akar merupakan penyakit utama yang menyebabkan kematian baik pada pohon muda maupun pohon yang sudah berproduksi. Penyakit busuk akar cenderung meluas dari waktu kewaktu. <p align="justify">Berbagai faktor eksternal memiliki peran yang cukup besar dalam penerapan teknologi PHT seperti: <p align="justify">(1) intensitas penyuluhan yang memadai, <p align="justify">(2) ketersediaan sarana input dan biopestisida yang dapat diakses secara massal, mudah dan terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani, <p align="justify">(3) menggunakan varietas benih/bibit yang baik dan unggul sehingga dapat memperoleh produktivitas yang tinggi, <p align="justify">(4) pelaksanaan pemanduan SLPHT dilakukan secara terpadu dengan melibatkan secara aktif mulai dari petani, penyuluh pertanian, petugas SLPHT, kelembagaan pemasaran input dan output, dinasdinas terkait, dan peneliti, <p align="justify">(5) terdapatnya insentif harga jual hasil yang memadai sehingga petani yang menerapkan teknologi PHT akan semakin bergairah dalam aktivitas usahataninya.</p> <p align="justify">Mengingat kondisi lahan perkebunan dan petani pekebun yang berskala kecil (perkebunan rakyat), maka pengorganisasian diantara petani dalam penerapan PHT merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan PHT. Pengelolaan ekosistem perkebunan dalam menekan populasi hama serta penggunaan pestisida tidak mungkin dilakukan oleh petani yang bekerja sendiri. Dengan demikian, maka pengelompokkan petani dalam organisasi kelompok tani yang kompak dan bekerja secara kontinyu tentu akan lebih efisien dalam mencapai tujuan penerapan PHT.</p> <p align="justify"><b>2.9. Perubahan Sikap da Perilaku Petani.</b> <p align="justify">Sekolah Lapang PHT merupakan introduksi teknologi dalam perlindungan tanaman dan pemberdayaan kelompok tani yang diharapkan dapat menyampaikan pengetahuan dan keterampilan secara efektif. Konsep SLPHT pertama kali diterapkan pada petani padi sawah, dan karena dipandang berhasil maka sekolah lapang juga diterapkan pada usahatani di subsektor lainnya yakni dalam hal ini adalah perkebunan rakyat. <p align="justify">Secara konseptual sekolah lapang PHT merupakan program yang cakupannya luas dan cukup komprehensif dalam pendekatan perlindungan dan budidaya tanaman serta dilakukan secara berjenjang dalam pelatihannya. Transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan dilakukan mulai dari pelatihan PL-1 (Pemandu Lapang-1), lalu pelatihan PL-2. Pelaksanaan pelatihan membutuhkan waktu, dengan pengajar yang sesuai dengan bidangnya dan memadukan antara teori dan praktek. Cakupan yang luas dari program ini dimungkinkan terdapatnya kontinyuitas program dengan pendekatan multi years program dan menghindari replikasi program pada lokasi dan sasaran yang sama. Dengan metode seperti ini, maka diharapkan pada suatu waktu seluruh petani mendapat pengetahuan dan keterampilan tentang PHT dan budidaya tanaman perkebunan secara lebih baik. Perubahan pengetahuan tentang manfaat teknologi PHT pada petani kopi cukup baik kemajuannya dengan respon petani antara 62,2 – 100%. Perubahan pengetahuan akan manfaat PHT, petani alumni SLPHT secara dominan (62,5 – 100,0%) menyatakan merasakan terdapatnya perubahan pengetahuan akan manfaat teknologi PHT. Kelompok tani pun, setelah munculnya kegiatan SLPHT menjadi lebih aktif seperti ditunjukkan oleh respon petani yang mencapai 65,00%. Sikap petani setelah mengikuti SLPHT, jika terdapat serangan hama penyakit pada tanamannya meskipun masih tetap melakukan penyemprotan dengan pestisida namun petani telah melakukan pengamatan terlebih dahulu (50,00%) dan pengendalian dilakukan sesuai anjuran teknologi PHT (52,50%). Disamping itu, sudah tidak ada petani (0,00%) yang membiarkan tanamannya bila terdapat serangan hama penyakit.</p> <p align="justify">Berbeda halnya dengan petani kopi, petani teh, ternyata perubahan pengetahuan tentang ambang pengendalian hama penyakit dan pestisida nabati relatif rendah yaitu 5,50 dan 28,00% petani. Kegiatan kelompok tani hanya 48,50% menjadi lebih aktif. Sikap petani setelah mengikuti SLPHT: Jika terdapat serangan hama penyakit, tetap melakukan penyemprotan dengan pestisida (43,50%), dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu (41,00%) serta melakukan pengendalian sesuai anjuran teknologi PHT (32,50%). Lebih dari pada itu sudah tidak ada lagi petani (0,00%) yang membiarkan tanamannya bila terdapat serangan hama penyakit. <p align="justify">Perubahan pengetahuan tentang ambang pengendalian hama penyakit dan pestisida nabati pada petani lada ternyata sangat rendah yaitu 0,00 dan 2,50% petani. Sementara pada kelompok tani, setelah munculnya kegiatan SLPHT sebesar 60,00% petani menyatakan menjadi lebih aktif. Sikap petani setelah mengikuti SLPHT, jika terdapat serangan hama penyakit pada tanaman lada masih tetap melakukan penyemprotan dengan pestisida (45,00%), dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu (70,00%) dan melakukan pengendalian sesuai anjuran teknologi PHT (32,50%). Sementara itu, menurut persepsi aparat atau petugas lapang dengan adanya sekolah lapang dianggap menjadi pendekatan yang lebih efektif dibanding dengan program kursus pertanian yang hanya menekankan aspek teoritis semata (Prasetyo et al., 2001). <p align="justify">Keaktifan sekolah lapang yang didukung oleh keterlibatan langsung PL-1 dan PL-2 yang membedakan dengan program pelatihan lainnya yang kerap lebih kental muatan administrasinya. <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b></p><b></b> <p align="center"><b>BAB III</b></p> <p align="center"><b>KESIMPULAN</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>3.1. K</b><b>esimpulan</b> <p align="justify">Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan PHT harus dilakukan, mengingat kondisi lahan perkebunan kopi dan petani sangat kecil, maka pengorganisasian petani dalam penerapan PHT merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan PHT. Pengelolaan ekosistem perkebunan dalam menekan populasi hama serta penggunaan pestisida tidak mungkin dilakukan oleh petani yang bekerja sendiri. Oleh karena itu, upaya memperkuat kelembagaan kelompok tani merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja aksi kolektif secara serempak dalam pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan rakyat, sekaligus meningkatkan efektivitas penerapan teknologi PHT. <p align="justify">Penerapan teknologi PHT pada komoditas Kopi dapat meningkatkan keuntungan usahatani secara signifikan. Persentase peningkatan keuntungan usahatani yang diraih lebih tinggi dibanding dengan peningkatan biaya usahataninya. Untuk menjamin keberlanjutan PHT juga perlu kematangan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi serta pembinaan dan dukungan yang dilakukan oleh semua unsur pemerintah baik dari pusat maupun daerah. Disamping itu, perlu melibatkan secara aktif penyuluh pertanian dalam kegiatan SLPHT untuk menjadi pemandu lapang. Untuk menjamin keberlanjutan PHT juga diperlukan kelembagaan PHT mulai dari tingkat pusat sampai daerah. <p align="justify"><b>3.2. Saran</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">Dari penjelasan di atas telah jelas bahwa dengan pengorganisasian petani terhadap penerapan PHT sangat penting, maka dari itu saya sebagai mahasiswa menyarankan kepada pemerintah agar melakukan pembukaan wawasan kepada para petani secara intensive agar menghasilkan kualitas petani yang unggul, inovatif, dan kreatif. </p> <p align="center"><b>BAB IV</b></p> <p align="center"><b>PENUTUP</b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b>4.1. PENUTUP</b> <p align="justify">Pada pembuatan makalah ini, saya sebagai penulis meminta maaf atas segala kekurangan dari makalah ini, karena saya masih dalam tahap belajar, saya mengharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian supaya saya bisa memperbaiki kekurangan saya dalam pembuatan makalah ini, mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya. <p align="justify">Wassalamualaikum wr. Wb … <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="justify"><b></b> <p align="center">DAFTAR PUSTAKA</p> <p align="justify"><b></b> <p align="justify">· Adang Agustian dan Benny Rachman, Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Pada Komoditas Perkebunan Rakyat, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Perspektif Vol. 8 No. 1 / Juni 2009. Hlm 30 – 41. <p align="justify">· MAIN SESE INDA LAILA, NURARIATY AGUS, DAN ANNIE P. SARANGA, Aplikasi Konsep Pengendalian Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama <p align="justify">Bubuk Buah Kopi (<i>Hypothenemus hampei</i>), J. Fitomedika. 7 (3): 162 – 166 (2011). <p align="justify">· Adang Agustian, Penerapan Pengendalian Hama Terpadu <p align="justify">pada Kopi di Jawa Timur, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6, 2008. <p align="justify">· Maikel Tuturop, Daniel Lantang dan M.Kamarea, Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben <i>Barringtonia asiatica (L)</i> Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau <i>Coccus viridis </i>pada Tanaman Kopi <i>Coffea sp, </i>Vol 1, No 2, 2009. <p align="justify">· Steven F. Railsback∗, Matthew D. Johnson, Pattern-oriented modeling of bird foraging and pest control in coffee farms, Article history: Received 6 April 2011 Received in revised form 7 July 2011 Accepted 9 July 2011. <p align="justify">· Luis F. Aristiza´ bal, Olga Lara,3 and Steven P. Arthurs, Implementing an Integrated Pest Management Program for Coffee Berry Borer in a Specialty <p align="justify">Coffee Plantation in Colombia, VOL. 3, NO. 1, 2012. <p align="justify">· Coleoptera: Curculionidae: Scolytinae, Coffee Berry Borer, <i>Hypothenemus hampei </i>(Ferrari), No. 10-01 March 2011</p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2661799652695509189/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/penerapan-pengendalian-hama-terpadu.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2661799652695509189'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2661799652695509189'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/04/penerapan-pengendalian-hama-terpadu.html' title='“PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA KOPI”'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-8859316036767651861</id><published>2013-03-20T12:53:00.001+07:00</published><updated>2013-03-20T12:53:32.411+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="laporan praktek"/><title type='text'>LAPORAN KUNJUNGAN “ PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN UBI JALAR DI DESA CILELES JATINANGOR”</title><content type='html'><p align="center"><b><font size="2">BAB I</font></b> <p align="center"><b><font size="2">PENDAHULUAN</font></b> <p align="justify"><font size="2"><b>1.1 </b><b>Latar Belakang</b></font> <p align="justify"><font size="2">Tanaman ubi jalar (<i>Ipomoea batatas. Poir</i>) di Indonesia merupakan salah satu tanaman yang cukup penting, baik sebagai makanan pokok alternatif di musim paceklik maupun makanan tambahan dalam rangka diversifikasi makanan. Ubi jalar mengandung air 64,60-79,59%, abu 0,92-0,98%., pati 17,06-28,19%, Protein 1,19-2,07%, gula 0,38-0,43%, serat kasar 2,16-5,24% dan beta karoten 17,42-51,20%. Oleh karena itu ubi jalar memegang peranan penting dalam ketahanan pangan masyarakat. </font> <p align="justify"><font size="2">Hampir seluruh bagian ubi jalar dapat dimanfaatkan yaitu a) Daun: sayuran, pakan ternak, b) Batang: bahan tanam, pakan ternak, c) Kulit ubi: pakan ternak, d) Ubi segar: bahan makanan, e) Tepung ubi jalar: makanan, f) Pati ubi jalar : fermentasi, pakan ternak, asam sitrat.</font> <p align="justify"><font size="2">Ubi jalar (<i>Ipomea batatas </i>L) merupakan salah satu tanaman bahan makanan yang mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap tanah kurang subur dan kekeringan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta tanaman umbi-umbian meskipun masih berada dibawah potensi, namun produksi dan produktivitasnya sudah cukup baik. Pencapaian produksi tersebut, dengan sistem budidaya tanaman dengan menggunakan teknologi pemupukan anorganik, belum sepenuhnya memanfaatkan kearifan lokal yang ada, seperti menggunakan pupuk organik, sehingga hal tersebut kalau dilanjutkan dan berkembang terus akan bertentangan dengan pertanian organik yang saat ini baru menjadi trend masyarakat.</font> <p align="justify"><font size="2">Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi umbi ubi jalar antara lain disebabkan: populasi tanaman rendah per satuan luas, teknik budidaya masih jarang dilakukan, pemanfaatan lahan intensitasnya tinggi sehingga terjadi kehilangan unsur hara tanah yang terbawa hasil panen maupun erosi tanah, terjadinya serangan OPT utama yaitu hama boleng apabila musim tanamnya tidak sesuai dan adanya faktor-faktor non teknis atau faktor penghambat (antara lain: harga rendah, bukan merupakan faktor yang utama).</font></p><b> <p align="justify"><font size="2"><br></font></p></b> <p align="justify"><font size="2"><b>1.2 </b><b>Tujuan</b></font> <p align="justify"><font size="2">Adapun tujuan dari kunujungan dan pengamatan kami ialah sebagai berikut :</font> <ol> <li> <div align="justify"><font size="2">Menarik informasi melalui wawancara dengan narasumber dan pengamatan langsung mengenai tanaman ubi jalar dan kegiatan pengendalian hamanya;</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Mengamati langsung bentuk / gejala - gejala kerusakkan yang disebabkan oleh hama pada tanaman ubi jalar; dan</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Mengamati langsung wujud hama - hama yang menyebabkan kerusakkan pada tanaman ubi jalar.</font></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2"><b>1.3 </b><b>Rumusan Masalah</b></font> <ol> <li> <div align="justify"><font size="2">Bagaimana teknik budidaya ubi jalar yang digarap didaerah setempat ?</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Hama atau penyakit jenis apa saja yang biasa menyerang tanaman ubi jalar setempat ?</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Bagaiman bentuk / gejala – gejala kerusakkan yang terjadi pada tanaman ubi jalar setempat ?</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Bagaimana bentuk teknis pengendalian yang dilakukan ?</font></div></li></ol> <p align="center"><b><font size="2">BAB II</font></b> <p align="center"><b><font size="2">TINJAUAN PUSTAKA</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">2.1 Tanaman Ubi Jalar</font></b> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjva3sWdgCamxiqpWqsWr1YPvQELmfak3q_QQ0_HGMb4CZy6cSp_peNnsQBNCMZ-j5CweHTGquqN3GiYBLnfRpOV5Rk0zARInv_zDtBiiTbAVNZOtq_O-38m3QOHUGefcxYTXw-ycRSz6s/s1600-h/clip_image004%25255B3%25255D.png"><font color="#e5e5e5" size="2"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFyDFhcX3xNAsWtj1-3g2QqHfzWjykNgz9FGUJd5g5QG9GAUslHD0eELk-DJcMGamWSVPlf8GR33aNCoQ6MkinP4NUVRiTG8XpnJlQtjD3ujCyXDQwV9WeeIKD9jHiGqNMigXxdREqdUE/s1600-h/clip_image004%25255B5%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image004" border="0" hspace="12" alt="clip_image004" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZhbv3p4aO74EssrGPdNIJOgmRBSCYQ-AfKOZalKLD3HWa1zVC81lIYWM2DKPJ4BDVUyhiIWCi0AIYf3m1puI-rcEkLAwl52cSApdNoaBGYAwKcwYYSMZckyc98lbPM7PyeTEtr4xDU0I/?imgmax=800" width="229" height="187"></a></font></a><font size="2"></font></p> <p align="justify"><font size="2">Ubi jalar mempakan palawija penghasil karbohidrat terpenting setelah jagung dan ubi kayu. selain karbe hidrat, ubi jalar juga meigandung vitamin A dan C. Kandungan vitamin A ubi jalar yang daging umbinya berwarna jingga setara dengan wolter dan kandungan vitamin C-nya hampir sama dengan tomat (Widodo dan Antarlina 1996).</font></p> <p align="justify"><font size="2">Selain untuk pangan, ubi jalar juga dapat digunakan untuk pakan dan bahan baku industri. Menurut Winamo (1982), ubi jalar dinegara maju banyak dimanfaat-kan untuk bahan baku industri. Due11 (1992) melaporkan, ubi jalar di Jepang diolah menjadi permen, es krim, beverage (sejenis minuman), mie, alkohol, dan pakan. Lebih lanjut dilaporkan bahwa di Imozen Kawagoe Saitama, Jepang, terdapat restoran dengan menu utama ubi jalar. Ubi-ubian (termasuk ubi jalar) menempati kedudukan dan peranan yang cukup penting karena mempunyai keunggulan komparatif yaitu dapat tumbul: pada lingkungan agroekologi yang relatif kurang subur (Dimyati dan Manwan 1992; Pellokila 1992). Selain toleran terhadap lahan kurang subur, ubi jalar juga tahan terhadap cekaman kekeringan (Ouwueme 1978).</font> <p align="justify"><font size="2">Pada kondisi kekeringan, akar ubi jalar rnampu menembus kedalaman tanah sampai dua meter. Oleh karena itu, tanaman ubi jalar juga dibudidayakan sebagai tanaman penyangga terhadap kemungkinan tejadinya bencana kekeringan, terutama di daerah dataran tinggi. </font> <p align="justify"><font size="2">Tanaman ubi jalar juga termasuk tanaman pangan yang potensial untuk diversifikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan kalori. Beberapa varietas merupakan sumber vitamin C dan β_caroten yang sangat baik serta kaya serat kasar. Ubi jalar termasuk tanaman dikotiledon, kedudukan dalam sistematika adalah sebagai berikut:</font> <p align="justify"><font size="2">Kingdom : Plantae</font> <p align="justify"><font size="2">Divisio : Spermatophyta</font> <p align="justify"><font size="2">Subdivisio : Angiospermae</font> <p align="justify"><font size="2">Kelas : Dikotiledoneae</font> <p align="justify"><font size="2">Ordo : Convolvulales</font> <p align="justify"><font size="2">Family : Convolvulaceae</font> <p align="justify"><font size="2">Genus : Ipomoea</font> <p align="justify"><font size="2">Spesies : <i>Ipomoea batatas </i>(L.) Lam.</font> <p align="justify"><font size="2">Batang tanaman ubi jalar tidak berkayu dan banyak percabangannya. Bentuk batang bulat, berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau menjalar. Panjang batang bertipe tegak anatar 1-2 m, sedangkan pada tipe menjalar antara 2-3 m (Yusuf, 2004).</font> <p align="justify"><font size="2">Daun berbentuk bulat atau seperti jari tangan dengan warna bervariasi dari hijau tua sampai hijau kekuningan. Bentuk umbi ada yang bulat besar, lonjong kecil memanjang atau bentuknya tidak beraturan, warna kulit umbi dan dagingnya ada yang ungu kemerahan sampai kuning, putih dan kuning jingga (Sarwono, 2002).</font> <p align="justify"><font size="2">Menurut Yufdy dkk., (2006), varietas ubi jalar cukup banyak. Namun, baru 142 jenis yang sudah diidentifikasi oleh para peneliti.</font> <p align="justify"><font size="2">Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: </font> <p align="justify"><font size="2">a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 t/ha </font> <p align="justify"><font size="2">b) Berumur pendek antara 3-4 bulan </font> <p align="justify"><font size="2">c) Rasa ubi enak dan manis </font> <p align="justify"><font size="2">d) Tahan terhadap hama penggerek umbi (<i>Cylas </i>sp) dan penyakit kudis. </font> <p align="justify"><font size="2">e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100g </font> <p align="justify"><font size="2">f) Keadaan serat ubi relatif rendah. </font> <p align="justify"><font size="2">Beberapa varietas unggul yang telah dilepaskan ke lapangan memiliki umur yang berbeda, demikian juga dengan tingkat ketahanan hama boleng <i>Cylas </i>sp. </font> <p align="justify"><font size="2">Selajutnya berdasarkan segi teknis budidayanya, ubi jalar akan tumbuh maksimal jika ditanam berdasarkan kriteria-kriteria dibawah ini :</font> <p align="justify"><font size="2"><b>1. </b><b>Syarat Tumbuh </b></font> <p align="justify"><font size="2">§ Ketinggian 500-1000 m dpl</font> <p align="justify"><font size="2">§ Suhu optimal 250C-270C, Curah hujan 750-1500 mm/tahun</font> <p align="justify"><font size="2">§ pH tanah 5,5-7,5</font> <p align="justify"><font size="2">§ Jenis tanah pasir berlempung, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik</font> <p align="justify"><font size="2"><b>2. </b><b>Penanaman Dan Jarak Tanam</b></font> <p align="justify"><font size="2">1) Di lahan kering dilakukan pada awal musim hujan (Oktober)</font> <p align="justify"><font size="2">2) Di lahan sawah ditanam setelah padi rendengan (padi gadu), pada awal musim kemarau<br>Sistem tanam secara tunggal (monokultur) dan atau tumpang sari</font></p> <p align="justify"><font size="2">3) Untuk mendapat ubi besar, stek ditanam miring (60-70 derajat) dengan dua ruas ditanam diguludan, sedangkan untuk mendapatkan ubi kecil, posisi stek dalam tanah ditanam rata, dengan 3-4 ruas stek tanaman didalam guludan dan ujung stek miring ± 600 (bentuk L). Jumlah bibit satu stek per lubang. Sebaiknya penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari. Jarak tanam dalam barisan 25-35 cm sedangkan jarak barisan 100-150 cm</font> <p align="justify"><font size="2"><b>3. </b><b>Pemberian Mulsa</b></font> <p align="justify"><font size="2">Setelah bibit ditanam, tanah ditutupi dengan mulsa jerami 20 t/ha khususnya di lahan sawah, sedangkan di lahan kering bila jerami tidak ada, dapat ditutup dengan pangkasan pupuk hijau.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>4. </b><b>Pemupukan</b></font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>a. </i></b><b><i>Pupuk Organik</i></b></font> <p align="justify"><font size="2">dosis = 15-22 t/ha</font> <p align="justify"><font size="2">pemberian dilakukan pada saat pengolahan tanah (dicampur dengan tanah) atau sekaligus sebagai mulsa</font></p><b><i> <p align="justify"><font size="2"><br></font></p></i></b> <p align="justify"><font size="2"><b><i>b. </i></b><b><i>Pupuk Anorganik</i></b></font> <p align="justify"><font size="2">dosis : Urea = 100 kg/ha; KCl = 100 kg/ha; SP-36 = 75-100 kg/ha (atau sesuai rekomendasi setempat) pemberian :</font> <p align="justify"><font size="2">1) 1/3 dosis Urea dan semua SP-36 pada saat pertanaman bibit serta 1/3 dosis KCl</font> <p align="justify"><font size="2">2) Pemberian kedua pada saat tanaman berumur 30-45 hari setelah tanam bersamaan dengan pengembalian tanah keprasan kedua sisi guludan.</font> <p align="justify"><font size="2">cara pemberian : buat larikan/lubang tugal 7-10 cm dari kiri kanan lubang tanam, lalu masukan pupuk.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>5. </b><b>Penyulaman</b></font> <p align="justify"><font size="2">Untuk mengganti tanaman yang mati dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam. Sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>6. </b><b>Pemangkasan</b></font> <p align="justify"><font size="2">Dilakukan bila tanaman terlalu rimbun, dilakukan pada sulur-sulur tanaman yang merayap dalam saluran-saluran di sela-sela bedengan.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>7. </b><b>Pengairan</b></font> <p align="justify"><font size="2">Dilakukan tiap 10 hari selama pertumbuhan sampai 2 minggu sebelum panen dengan cara dileb selama 15-30 menit kemudian air disalurkan ke saluran pembuangan. Sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari.</font> <p align="justify"><b><font size="2">2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Ubi Jalar</font></b> <p align="justify"><b><i><font size="2">Hama</font></i></b> <ol> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Larva (ulat)</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Hama satu ini merusak tanaman ubi jalar dengan cara membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang itulah dapat ditemukan larva (ulat). Gejala yang terlihat akibat larva ini antara lain terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.</font> <ol start="2"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Lanas atau Hama Boleng</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Hama boleng terdapat dihampir seluruh pertanaman ubi jalar. Hama ini relatif sulit dikendalikan karena imago berada di dekat permukaan tanah sementara larva dan pupa terdapat di dalam batang atau umbi Hama boleng atau lanas termasuk ordo Coleoptera, dengan ciri-cirinya, kumbang berukuran kecil dengan panjang 5-6,5 mm, thorax dan kaki berwarna merah, kepala dan elytra berwarna biru larva berukuran ± 8 mm dan pupa 5-6,5 mm. Siklus hidupnya 6-7 minggu dan imago dapat hidup hingga 3 bulan, imago betina dapat menghasilkan telur sampai 200 butir dengan menempatkan 2 butir/ hari, dalam satu umbi larva dapat ditemukan sampai 200 ekor (Kalshoven, 1981).</font> <p align="justify"><font size="2">Menurut Nonci dan Sriwidodo (1993), bahwa siklus hidup <i>C. formicarius </i>memerlukan waktu 1-2 bulan secara umum 35-40 hari pada musim panas. Generasinya tidak merata demikian juga jumlah generasi selama setahun. Serangga dewasa tidak mengalami diapause pada musim dingin tetapi mencari tempat berlindung dan tidak aktif hingga keadaan menguntungkannya (Capinera, 2006). Di Taiwan hama ini dalam satu tahun dapat mencapai 7-8 generasi (Chen, dan Huang, 2006).</font> <p align="justify"><font size="2">Telur diletakkan dalam rongga kecil yang dibuat oleh kumbang betina dengan cara menggerek pangkal batang atau umbi. Telur diletakkan di bawah kulit atau epidemis secara tunggal pada satu rongga dan ditutup kembali sehingga sulit dilihat (Morallo dan Rajesus, 2001 <i>dalam </i>Nonci, 2005). Panjang telur 0,7 mm dan lebar 0,5 mm lama fase telur 5 hari pada musim panas dan 11-12 hari pada musim dingin. Di laboratorium hama ini mampu meletakkan telur 122-250 butir (Capinera, 2006). </font> <p align="justify"><font size="2">Larva yang baru menetas berwarna putih tanpa kaki, larva langsung menggerek batang atau umbi. Larva yang menyerang batang membuat saluran gerekan ke arah umbi (Nonci, 2006). Larva terdiri dari tiga instar (Gambar 1) dengan periode instar pertama 8-16 hari, instar kedua 12-21, instar ketiga 35-36 hari (Capinera, 2006). </font> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKk-b3PmWeiCLxY7w96mUojLkD1G2yrugdHwD65PE-fvgDUzRM1f9YK4a76acWBhewYUVXS05jZ6U0wb8hyxWsN42nisEpCrv-UNRjdvYApHaWTh8BBIUOBMZf4KjbvAlmKrRdRQi83I8/s1600-h/clip_image006%25255B3%25255D.png"><font color="#e5e5e5" size="2"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXIg6ZTmijMIzrF60AeagJegxLjlilv76dt4tndAYgT9lEBBzBrBJcshfuur8TaCCkdq7mlqHrhvSbKIBP2QFFhleKKiLyqcP-fbt75m3uAho3T2g00J6E4Z2x1BeREDIlCiP8bkTqxFw/s1600-h/clip_image006%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image006" border="0" alt="clip_image006" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyLGPKtMLNc-zAExKSE16CoAqDFriLlBqyFqatJ_6JhAmUMHE1iq-RTpfxz3COagiAW37MV9wUXFS9hbb4A1yobjGxY3ej9E9zKe0gXSsibaw9m98fD-NAqX9LhIzvJinE-rNs9fGaEms/?imgmax=800" width="240" height="153"></a></font></a></p> <p align="justify"><font size="2">Gambar 1. Larva <i>C.formicarius </i>Instar ke 3</font> <p align="justify"><font size="2">Pupa terbentuk di dalam umbi atau batang berwarna putih tetapi seiring waktu perkembangannya berubah warna menjadi abu-abu dengan kepala dan mata gelap (Gambar 7), panjang pupa 6,5 mm dengan periode pupa 7-10 hari (Capinera, 2006). </font> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6OQWz5DWrYZXylZnQ7tA5xqnYmJA726AOZJDEwastOrIaAKQsVNpxZejh92cAdwGU3henTT2Rrgp2UbSf31r2Z5vFmPBQjCZaUar4MbDLWnkmz00xDF-Obctt7F6uvFHfACPrkzhJSN4/s1600-h/clip_image008%25255B3%25255D.png"><font color="#e5e5e5" size="2"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgePFYTDwUOU6KvXZgzBdk2jlDFUrSteJdC3pzbSnCR-rfN3HXjNMMYzZ3gLwbSEYzRx0Xax3ZX7UnNMAD0DQp4dimImxXbscyjEM4VeaPiz6kgc-pB1O-qm62eHpgtCtEQni758uCWHUM/s1600-h/clip_image008%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image008" border="0" alt="clip_image008" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-QDQmWoFDtMlamWMKVXUCsfsUWI2hxU1LEFloL2HQk5TiPtPT0sfRynm2UBOoI-f9MOQ8SRdh7DLOX7Z-omkf_N0nQ5EKexiIMwwMtfO0tZNLSyJ8PuzR37DYkavQspGOTsh3EieUNrU/?imgmax=800" width="240" height="162"></a></font></a></p> <p align="justify"><font size="2">Menurut Kalshoven (1981), kumbang dewasa aktif pada malam hari serangga jantan dan betina dapat dibedakan dari antenanya dimana jantan berbentuk lurus dan betina ujung bulat seperti korek api (CIP., 1999), serangga dewasa (Gambar 8), panjangnya 5-6,5 mm dengan ciri-ciri kepala berwarna hitam, antena, thorax dan tungkai berwarna oranye sampai coklat kemerahan, abdomen dan sayap luar berwarna biru metalik sedangkan kaki dan dadanya berwarna coklat (Capinera, 2006).</font> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUbQ3fu-UtSr6r0w3U2NBaLCFnPuiAfyG-lvLnRU-GeflCKwHyUxLr1RBeFw5n2OusRn9NN7T8ov3kZhnN43drGGqZ-1iQNU9PKP5wQdRKMcH9GzPaczNZB0P_ecoP8vRqHklxw6KtmTA/s1600-h/clip_image010%25255B3%25255D.png"><font color="#e5e5e5" size="2"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzjtVfNc8q7MLUvcQzUmLMqDVHccJ-QosSYxBFxkHY4Sv0vZfTb18q7VkJxNICiTW5kgRzkpEDZKVvYjoQFZjCtfAWzD6I2eapuoZVUGyadN-cHmoNuZHpoypKqlWiqfwd6XaB6yhPqdk/s1600-h/clip_image010%25255B4%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image010" border="0" alt="clip_image010" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWXad7pJz7H7-lzxiaceYSmzve984hdTo1eHjeUUx6r710p-QT7wUIodLffoB25lfwzhSgkoNJOU8x1u3-C_jIDzLdQSwej-TtxYnfGAD9jMcmNuQPnHJVAXbSWY74lebknSPbi6KJq0g/?imgmax=800" width="240" height="142"></a></font></a></p> <p align="justify"><font size="2">Gambar 8. Imago <i>C. Formicarius</i></font> <p align="justify"><font size="2">Gejala serangan dapat dilihat pada pangkal batang berupa benjolan-benjolan yang berlubang sedangkan pada umbi (Gambar 9) terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang ditutupi oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat.</font> <ol start="3"> <li> <div align="justify"><font size="2">Tikus (Rattus rattus sp) </font></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.</font> <p align="justify"><b><i><font size="2">Penyakit dan Virus</font></i></b> <p align="justify"><font size="2"><b>1. </b><b>Kudis atau Scab</b></font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>P</i></b>enyebab : cendawan Elsinoe batatas.</font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>G</i></b>ejala : adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.</font> <ol start="2"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Layu Fusarium</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2"><b><i>P</i></b>enyebab : jamur Fusarium oxysporum f. batatas.</font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>G</i></b>ejala : tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati. Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam tanah. Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan terbawa oleh bibit.</font> <ol start="3"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Virus</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.</font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>G</i></b>ejala : pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.</font> <ol start="4"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Penyakit Lain</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Penyakit - penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz.</font> <p align="justify"><b><font size="2">2.3 Pengendalian Hama dan Penyakit Ubi Jalar</font></b> <ol> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Penggerek Batang Ubi Jalar (Ulat)</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).</font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>G</i></b>ejala : terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.</font> <p align="justify"><font size="2"><b><i>P</i></b>engendalian : (1) rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama; (2) pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila serangan hama &gt;5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi; (3) pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat; (4) penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500 EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.</font> <ol start="2"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Lanas atau Hama Boleng</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Gelaja yang tampak yaitu terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.</font> <p align="justify"><font size="2">Keadaan ini dapat dikendalikan dengan:</font> <p align="justify"><font size="2">1) Bergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili, misalnya padi – ubi jalar – padi.</font> <p align="justify"><font size="2">2) Penimbunan guludan untuk menutupi ubi yang terbuka.</font> <p align="justify"><font size="2">3) Pengambilan dan pemusnahan tanaman ubi yang terserang hama cukup berat.</font> <p align="justify"><font size="2">4) Pengamatan/ monitoring hama di pertanaman ubi secara periodik, dan apabila ditemukan tingkat serangan lebih dari 5% segera dilakukan tindakan pengendalian hama secara kimiawi.</font> <p align="justify"><font size="2">5) Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida seperti Decis 2,5 EC atau Monitor200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan.</font> <p align="justify"><font size="2">6) Lakukan penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak.</font> <p align="justify"><font size="2">7) Jangan sampai melakukan panen terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih berat.</font> <ol start="3"> <li> <div align="justify"><b><font size="2">Tikus (<i>Rattus rattus sp</i>)</font></b></div></li></ol> <p align="justify"><font size="2">Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama tersebut menyerang dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.</font> <p align="justify"><font size="2">Keadaan ini dapat dkendalikan dengan:</font> <p align="justify"><font size="2">1) Menyerbu tikus dan langsung dibunuh;</font> <p align="justify"><font size="2">2) Penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus di sekitar ubi jalar; atau</font> <p align="justify"><font size="2">3) Pemasangan umpan beracun seperti Ramortal atau Klerat.</font> <p align="center"><b><font size="2">BAB III</font></b> <p align="center"><b><font size="2">BAHAN DAN METODE</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">3.1 Waktu dan Tempat</font></b> <p align="justify"><font size="2">Pengamatan dilakukan di Desa Cileles, Jatinangor, Sumedang pada hari senin 12 November 2012.</font> <p align="justify"><b><font size="2">3.2 Alat dan Bahan</font></b> <p align="justify"><font size="2">Alat yang dipergunakan dalam pengamatan adalah pensil dan buku catatan sebagai alat bantu wawancara. Serta Handphone sebagai alat bantu dokumentasi dan observasi.</font> <p align="justify"><b><font size="2">3.3 Metode Pengamatan</font></b> <p align="justify"><font size="2">Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung di Desa Cileles, Jatinangor, Sumedang dan Studi Literatur.</font></p><b> <p align="justify"><font size="2"><br></font></p></b> <p align="center"><b><font size="2">BAB IV</font></b> <p align="center"><b><font size="2">HASIL DAN PEMBAHASAN</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">4.1 Ubi Jalar</font></b> <p align="justify"><font size="2">Ubi jalar yang ditanam di Desa Cileles, Jatinangor, Sumedang adalah jenis varietas <i>rancing</i>. Varietas ini sama dengan yang ditanam di daerah ‘Cilembu’ (daerah yang terkenal akan sentra ubi jalar), secara teritorial lahan yang dilakukan observasi kebetulan tidak terlalu jauh dari Cilembu, jadi hasil produksi tanaman ubi jalar ini digunakan untuk memenuhi permintaan Ubi Cilembu yang kebetulan dari segi kualitas hampir sama dengan yang ditanam di daerah Cilembu.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.2 Hama Tanaman Ubi Jalar</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">4.2.1 Ulat</font></b> <p align="justify"><font size="2">Dari hasil wawancara dan observasi, ditemakan bahwa salah satu hama yang menyerang tanaman ubi jalar adalah hama ulat. Hama ini bisa mengakibatkan potensi kerusakan lebih dari 50 % jika dibiarkan dan menyerang dengan perkembangan serangan relatif cepat. Hama ulat menyerang bagian atas tanaman pada awalnya sehingga menggagu fisiologis tanaman, namun lama kelamaan karena ulat terus memakan organ tumbuhan lama kelamaan masuk ke batang dan akhirnya menyerang bagian bawah tanaman yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas tanaman ubi jalar.</font> <p align="justify"><font size="2">Adapun penyebab hama berkembang biak dengan cepat adalah faktor iklim, iklim yang semula panas selama berhari-hari kemudian turun hujan keadaan iklim seperti inilah yang memicu perkembangbiakan ulat menjadi hama tanaman ubi jalar. Selain itu juga hama ulat ini tidak menyerang satu fase tanaman saja melainkan dapat menyerang berbagai fase pertumbuhan tanman ubi jalar, jadi jika iklim mendukung hama ini akan menyerang tanman ubi jalar.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.2.2 Tikus</font></b> <p align="justify"><font size="2">Tikus pada ubi jalar adalah hama minor karena menyerang jika lingkungan disekitar area budidaya kotor dan tidak beraturan. Tikus menyerang langsung pada bagian bawah tanaman ubi jalar. Hama tikus mengakibatakan kerusakan yang cukup tinggi pada tanaman ubi jalar karena merusak fisik umbi secara fisik lewat gigitan dan cakaran.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.2.3 Lanas</font></b> <p align="justify"><font size="2">Hama ini menyerang jika tanaman ubi jalar sudah berubi, biasanya melubangi bagian atas tanaman lalu masuk ke ubi yang akan berakibat menurunnya kualitas dari si ubi. Ubi akan terasa getir, hambar, bahkan pahit.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.3 Penyakit Tanaman Ubi Jalar (Cendawan)</font></b> <p align="justify"><font size="2">Penyakit yang menyerang tanaman ubi jalar biasanya langsung menyerang bagian bawah tanaman atau umbinya, hal ini disebabkan oleh pengolahan lahan yang tidak benar saat persiapan penanaman.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.4 Pengendalian di Lapangan</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">4.4.1 Hama Ulat</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">a. Preventif</font></b> <p align="justify"><font size="2">Adapun cara pengendalian secara preventifnya adalah melakukan budiaya dengan baik diantaranya membuat lingkungan tidak ekstrim, yang berarti perubahan suhu tidak terlalu drastis dengan cara melakukan penyiraman minimal 2 hari sekali sehingga tanaman keadaan lingkungan tetap stabil.</font> <p align="justify"><b><font size="2">b. Represif</font></b> <p align="justify"><font size="2">Menurut hasil observasi yang kami lakukan dilapangan, pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah berebeda sekali dengan yang diajarkan pada studi pustaka mengenai PHPT (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu). Petani dilapangan tidak mengenal aras ekonomi sebagai indikator dilakukannya pengendalian, mereka langsung melakukan penyemprotan pada saat populasi hama masih berada dibawah ambang ekonomi. Mereka beralasan jika dibiarkan terlebih dahulu maka kerugian akan semakin semakin tinggi dan menyatakan bahwa keuntungan sebesar-besarnya adalah tanaman yang tidak terserang hama.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.4.2 Hama Tikus</font></b> <p align="justify"><font size="2">Sesuai dengan bahasan diatas bahwa hama tikus adalah hama sekunder yang ada bila keadaaan lingkungan kotor dan tidak teratur. Upaya pencegahanya adalah dengan melakukan penyiangan dengan teratur.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.4.3 Lanas</font></b> <p align="justify"><font size="2">Adapun pengendalian yang dilakuakan dilapangan adalah dengan cara preventif yaitu pemanenan lebih cepat, saat ubi matang langsung dilakukan pemanenan.</font> <p align="justify"><b><font size="2">4.5.3 Penyakit Cendawan </font></b> <p align="justify"><font size="2">Pengendalian penyakit ini dilapangan masih bersifat pencegahan yaitu dengan pengolahan tanah yang baik sebelum masa penanaman yang diantaranya meliputi, pencangkulan yang dalam sehingga kondisi tanah akan remah dan kelembaban tanah tidak teerlalu lembab dimana saat kondisi lembab penyakit ini akan mudah menyerang tanaman ubi jalar.</font> <p align="justify"><font size="2">Pemberaan yaitu membiarkan tanah yang sudah dicangkul untuk beberapa saat supaya aerasinya menjadi bagus selain itu juga bibit penyakit yang diakibatkan oleh cendawan tak bisa tumbuh karena tanah yang semula dibagian bawah sekarang menjadi berada dibagian atas.</font> <p align="justify"><font size="2">Kemudian pengolahan lainnya ialah pengapuran, menurut hasil wawancara yang kami lakukan dengan petani pengapuran dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan cendawan yang merusak bagian bawah tanaman ubi jalar. Potensi tanah yang sudah dilakukan pengapuran lebih sedikit terserang penyakit ini daripada pengolahan yang tidak diberi pengapurn. Jika demikian kami beraasumsi bahwa hama ini hanya akan menyerang jika keadaan atau kondisi tanah masam dan tidak menyerang jika pH tanah dalam keadaan yang basa. Namun untuk membuktikan hal ini perlu dilakukan penelitian yang bersifat ilmiah lebih lanjut lagi.</font></p><b> <p align="justify"><font size="2"><br></font></p></b> <p align="center"><b><font size="2">BAB V</font></b> <p align="center"><b><font size="2">KESIMPULAN DAN SARAN</font></b> <p align="justify"><b><font size="2">5.1 Kesimpulan dan Saran</font></b> <p align="justify"><font size="2">Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan observasi dilapangan, teknis budidaya ubi jalar di Desa Cileles, Jatinangor, Kabupaten Sumedang “sama” dengan teknis budidaya ubi jalar pada umumnya.</font> <p align="justify"><font size="2">Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan narasumber dilapangan, hama yang biasa menyerang tanaman ubi jalar di lapangan ialah ulat, tikus, dan hama lanas / boleng.</font> <p align="justify"><font size="2">Dengan gejala kerusakkan dari masing – masing hama yakni, sebagai berikut :</font> <p align="justify"><font size="2">§ <b>Hama ulat</b>, Hama satu ini merusak tanaman ubi jalar dengan cara membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang itulah dapat ditemukan larva (ulat). Gejala yang terlihat akibat larva ini antara lain terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah, daun-daun menjadi layu dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.</font> <p align="justify"><font size="2">§ <b>Hama tikus, </b>Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama tersebut menyerang dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi.</font> <p align="justify"><font size="2">§ <b>Lanas atau Hama Boleng, </b>Gelaja yang tampak yaitu terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.</font> <p align="justify"><font size="2">Berdasarkan observasi dan wawancara dilapangan dengan narasumber, teknis pengendalian yang biasa dilakukan khusus untuk ulat, narasumber membagi 2 bentuk cara pengendalian yakni preventif dan represif. Selebihnya bentuk pengendalian yang biasa dilakukan dilapangan ialah sebagai berikut :</font></p><b> <p align="justify"><font size="2"><br></font></p></b> <p align="justify"><font size="2"><b>1. </b><b>Hama Ulat</b></font> <p align="justify"><b><font size="2">a. Preventif</font></b> <p align="justify"><font size="2">Adapun cara pengendalian secara preventifnya adalah melakukan budiaya dengan baik diantaranya membuat lingkungan tidak ekstrim, yang berarti perubahan suhu tidak terlalu drastis dengan cara melakukan penyiraman minimal 2 hari sekali sehingga tanaman keadaan lingkungan tetap stabil.</font> <p align="justify"><b><font size="2">b. Represif</font></b> <p align="justify"><font size="2">Menurut hasil observasi yang kami lakukan dilapangan, pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah berebeda sekali dengan yang diajarkan pada studi pustaka mengenai PHPT (Pengendalian Hama Penyakit Terpadu). Petani dilapangan tidak mengenal aras ekonomi sebagai indikator dilakukannya pengendalian, mereka langsung melakukan penyemprotan pada saat populasi hama masih berada dibawah ambang ekonomi. Mereka beralasan jika dibiarkan terlebih dahulu maka kerugian akan semakin semakin tinggi dan menyatakan bahwa keuntungan sebesar-besarnya adalah tanaman yang tidak terserang hama.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>2. </b><b>Hama Tikus</b></font> <p align="justify"><font size="2">Hama tikus adalah hama sekunder yang ada bila keadaaan lingkungan kotor dan tidak teratur. Upaya pencegahanya adalah dengan melakukan penyiangan dengan teratur.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>3. </b><b>Lanas</b></font> <p align="justify"><font size="2">Adapun pengendalian yang dilakuakan dilapangan adalah dengan cara preventif yaitu pemanenan lebih cepat, saat ubi matang langsung dilakukan pemanenan.</font> <p align="justify"><font size="2"><b>4. </b><b>Penyakit Cendawan </b></font> <p align="justify"><font size="2">Pengendalian penyakit ini dilapangan masih bersifat pencegahan yaitu dengan pengolahan tanah yang baik sebelum masa penanaman yang diantaranya meliputi, pencangkulan yang dalam sehingga kondisi tanah akan remah dan kelembaban tanah tidak teerlalu lembab dimana saat kondisi lembab penyakit ini akan mudah menyerang tanaman ubi jalar.</font> <p align="justify"><font size="2">Pemberaan yaitu membiarkan tanah yang sudah dicangkul untuk beberapa saat supaya aerasinya menjadi bagus selain itu juga bibit penyakit yang diakibatkan oleh cendawan tak bisa tumbuh karena tanah yang semula dibagian bawah sekarang menjadi berada dibagian atas.</font> <p align="justify"><font size="2">Kemudian pengolahan lainnya ialah pengapuran, menurut hasil wawancara yang kami lakukan dengan petani pengapuran dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan cendawan yang merusak bagian bawah tanaman ubi jalar. Potensi tanah yang sudah dilakukan pengapuran lebih sedikit terserang penyakit ini daripada pengolahan yang tidak diberi pengapurn. Jika demikian kami beraasumsi bahwa hama ini hanya akan menyerang jika keadaan atau kondisi tanah masam dan tidak menyerang jika pH tanah dalam keadaan yang basa. Namun untuk membuktikan hal ini perlu dilakukan penelitian yang bersifat ilmiah lebih lanjut lagi.</font> <p align="center"><b><font size="2">DAFTAR PUSTAKA</font></b> <ul> <li> <div align="justify"><font size="2"><b><i>Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian</i></b><b>. </b>2007.<b> </b>Yogyakarta. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Tinjauan Pustaka Tanaman Ubi Jalar. Universitas Sumatera Utara</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2">Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS</font></div> <li> <div align="justify"><font size="2"><a href="http://bisnispertanian.com/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-ubi-jalar.html">http://bisnispertanian.com/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-ubi-jalar.html</a></font></div></li></ul> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/8859316036767651861/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/laporan-kunjungan-pengendalian-hama-dan.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8859316036767651861'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8859316036767651861'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/laporan-kunjungan-pengendalian-hama-dan.html' title='LAPORAN KUNJUNGAN “ PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN UBI JALAR DI DESA CILELES JATINANGOR”'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZhbv3p4aO74EssrGPdNIJOgmRBSCYQ-AfKOZalKLD3HWa1zVC81lIYWM2DKPJ4BDVUyhiIWCi0AIYf3m1puI-rcEkLAwl52cSApdNoaBGYAwKcwYYSMZckyc98lbPM7PyeTEtr4xDU0I/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-443947029832880846</id><published>2013-03-15T18:54:00.001+07:00</published><updated>2013-03-15T18:54:43.177+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="makalah"/><title type='text'>MAKALAH PHPT TANAMAN PADI DI INDONESIA</title><content type='html'><p align="center"><a name="_Toc343836252"><strong>BAB I</strong></a> <h3 align="center"><a name="_Toc343836253">PENDAHULUAN</a></h3> <h4 align="justify"><a name="_Toc343836254">1.1 Latar Belakang</a></h4> <p align="justify">Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. <p align="justify">Di Indonesia padi merupakan sumber pangan utama, lebih dari 70% penduduk Indonesia mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan, dan permintaan pangan. <p align="justify">Sehubungan dengan itu pula, akibat dari penanaman secara monokultur demi penyediaan kebutuhan nasional siklus hidup hama dan penyakit tanaman padi menjadi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan selalu tersedianya makanan, tempat hidup hama dan penyakit serta penggunaan pestisida kimia secara tidak bijak yang mengakibatkan resurjensi hama dan penyakit yang mengakibatkan membludaknya populasi hama diikuti pula oleh kerugian nyata terhadap produksi padi di Indonesia. <p align="justify">PHPT adalah suatu konsep pengendalian hama dan penyakit yang didalamnya menggunakan berbagai macam pengendalian, baik fisik, mekanik, kimia dan biologi yang dimana pengendaliannya diatur berdasarkan aras luka ekonomi dan adanya Keseimbangan Umum. PHPT merupakan jawaban dari segala permasalahan yang kompleks dalam masalah hama dan penyakit tanaman yang selama ini pengendalian dengan pestisida kimia yang merusak alam, PHPT adalah suatu sistem pengendalian yang baik dimana tidak dari segi keampuhan mengusir OPT saja melainkan pula memperhatikan aspek ekologis. <h4 align="justify"><a name="_Toc343836255">1.2 Tujuan</a></h4> <ol> <li> <div align="justify">Mendeskripsikan apa yang dimaksud konsep Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu.</div> <li> <div align="justify">Menerangkan sejarah pengembangan PHPT di Indonesia.</div> <li> <div align="justify">Menerangkan cara pengenalan konsep PHPT di masyarakat.</div> <li> <div align="justify">Mendeskripsikan PHPT pada tanaman Padi.</div></li></ol> <h4 align="justify"><a name="_Toc343836256">1.3 Rumusan Masalah</a></h4> <ol> <li> <div align="justify">Apa itu Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu ?</div> <li> <div align="justify">Bagaimana sejarah PHPT di Indonesia ?</div> <li> <div align="justify">Bagaimana cara menerapkan konsep Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu ?</div> <li> <div align="justify">Bagaimana Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu pada tanaman Padi ?</div></li></ol> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="center"><a name="_Toc343836257">BAB II</a></h3> <h3 align="center"><a name="_Toc343836258">ISI</a></h3> <h4 align="justify"><a name="_Toc343836259">2.1 Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu</a></h4> <p align="justify">Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan undang-undang No. 12/1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra Insus, PHT menjadi jurus yang dianjurkan. (Arifin dan Iqbal, 1993; Baco, 1993; Soegiarto, et, al., 1993). Adapun tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan petani, memantapkan produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama tetap pada taraf yang tidak merugikan tanaman, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian. <p align="justify">Filosofi pengendalian hama menyangkut tiga dasar pokok pengendalian perangkat lunak (soft control), satu dasar pokok pengendalian perangkat keras (hard control), dan lintasan kritis (critical path) (Baehaki 1992). Tiga dasar pokok pengendalian de-ngan perangkat lunak adalah kultur teknis, varietas unggul, dan musuh alami. Satu dasar pokok perangkat keras adalah pengendalian langsung dengan membunuh hama berdasar nilai ambang ekonomi yang merupakan lintasan kritis pemandu pengendalian perangkat keras. <p align="justify">Dasar filosofi tersebut kemudian dijabarkan dalam taktik-taktik pengendalian yang disesuaikan dengan masalahnya. Taktik pengendalian dengan tanaman inang tahan paling banyak digunakan. Keuntungan penggunaan tanaman inang tahan dalam pengendalian hama adalah bersifat permanen dalam beberapa hal ataupersisten untuk jangka waktu yang lama, kompatibel dengan taktik atau metode pengendalian lainnya, selaras dengan sistem ekologi dan lingkungan, selaras dengan upaya peningkatan produksi secara ekonomi, aman, efektif, dan mudah diadopsi (Anonymous 2002a). <p align="justify">Taktik kultur teknis (cultural control atau ecological management) adalah taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Walaupun sudah tergolong tua, metode kultur teknis masih efektif menekan tingkat serangan hama dan diterima luas dalam implementasi teknologi PHT. Tujuan akhir dari taktik kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dari siklus musiman hama sehingga hama tidak berkembang (Anonymous 2002b). Taktik pengendalian hayati sebagai isu lingkungan berskala internasional mem-punyai keunggulan yaitu dapat bersifat permanen dalam mempertahankan populasi hama pada tingkat yang aman, tidak mencemari lingkungan, ekonomis, dan kompatibel dengan teknik pengendalian lainnya. Namun demikian, teknik pengendalian hayati dalam implementasinya tidak dapat mengatasi setiap masalah hama (Anonymous 2002c). <p align="justify">Taktik pengendalian yang banyak dipakai saat ini adalah penggunaan insektisida manakala usaha dengan taktik yang telah disebutkan di atas tidak berhasil. Oleh karena itu, insektisida kimia tampaknya masih diperlukan meskipun penggunaannya harus dibatasi (Anonymous 2002d). <p align="justify">Dari segi substansial, PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalam konteks hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama,&nbsp; menggunakan berbagai teknik yang kompatibel untuk menjaga agar populasi hama tetap berada di bawah ambang kerusakan ekonomi. Dalam konsep PHT, pengendalian hama berorientasi kepada stabilitas ekosistem dan efisiensi ekonomi serta sosial. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan keadaan populasi hama atau patogen dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar kedudukan kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus mendatangkan keuntungan ekonomi yang maksimal (Arifin dan Agus, 1993). Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan jika populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit telah memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha pertanian. Penggunaan pestisida merupakan komponen pengendalian yang dilakukan, jika; (a) populasi hama telah meninggalkan populasi musuh alami, sehingga tidak mampu dalam waktu singkat menekan populasi hama, (b) komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat berfungsi secara baik, dan (c) keadaan populasi hama telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya pengendalian (Soejitno dan Edi, 1993). Karena itu secara berkelanjutan tindakan pemantauan atau monitoring populasi hama dan penyakit perlu dilaksanakan. </p> <p align="justify">Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, PHT tidak lagi dipandang sebagai teknologi, tetapi telah menjadi suatu konsep dalam penyelesaian masalah lapangan (Kenmore 1996). Waage (1996) menggolongkan konsep PHT ke dalam dua kelompok, yaitu konsep PHT teknologi dan PHT ekologi. Konsep PHT teknologi merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep awal yang dicetuskan oleh Stern et al. (1959), yang kemudian dikembangkan oleh para ahli melalui agenda Earth Summit ke-21 di Rio de Janeiro pada tahun 1992 dan FAO. Tujuan dari PHT teknologi adalah untuk membatasi peng-gunaan insektisida sintetis dengan memperkenalkan konsep ambang ekonomi se-bagai dasar penetapan pengendalian hama. Pendekatan ini mendorong penggantian pestisida kimia dengan teknologi pengendalian alternatif, yang lebih banyak memanfaatkan bahan dan metode hayati, termasuk musuh alami, pestisida hayati, dan feromon. Dengan cara ini, dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi (Untung 2000). <p align="justify">Konsep PHT ekologi berangkat dari perkembangan dan penerapan PHT dalam sistem pertanian di tempat tertentu. Dalam hal ini, pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan dan informasi tentang dinamika populasi hama dan musuh alami serta keseimbangan ekosistem. Berbeda dengan konsep PHT teknologi yang masih menerima teknik pengendalian hama secara kimiawi berdasarkan ambang ekonomi, konsep PHT ekologi cenderung menolak pengendalian hama dengan cara kimiawi. <p align="justify">Dalam menyikapi dua konsep PHT ini, kita harus pandai memadukannya karena masing-masing konsep mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini disebabkan bila dua konsep tersebut diterapkan tidak dapat berlaku umum. <p align="justify">a. Pengertian Ambang Ekonomi <p align="justify">Menurut Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. <p align="justify">Menurut Stern et al (1959) cit. Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan demikian AE merupakan dasar pengendalian hama untuk menggunakan pestisida kimia. <p align="justify">AE ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut (AAK, 1992): <p align="center">Biaya penyemprotan (Rp/ha) <p align="justify">AE (serangga/m<sup>2</sup>) = <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgivBCiROs_5navQxDu6Ot7AJY_B-OcQztxou0_b6j35lk82vRxCo6iCSJ41C3aJ-eOiQjPh1G7g9nrs2uzn6aKT3p0eB_7h0wXxmrOo-PGhQV28_YFiG1-3G9A5EXyO1cz28uoTJ0bRkU/s1600-h/clip_image003%25255B3%25255D.png"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image003" border="0" alt="clip_image003" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW3-zYQwvD-w5wByRsYu1MEKKEdO3HRgY_QRNK5ay6y3iJ4wYnpcfllLPKzDeYJ6ehDV06ii8BxyCW6d0mIlW-6IfWfyn3xbIedKELAoJjgKDFgw-N7KqShR-xBIkS5bAPXsfEVcOCVlw/?imgmax=800" width="244" height="7"></a></p> <p align="center">Nilai komoditas x kehilangan hasil/serangga <p align="center">(Rp/kg)&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; (kg/ha per serangga/m<sup>2</sup>) <p align="justify">b. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit <p align="justify">Usaha untuk memperoleh hasil tanaman yang maksimal bermacam cara <br>dilakukan, menurut AAK (1992) cara-cara pengendalian tersebut digolongkan kepada <br>lima cara yaitu: fisik dan mekanik, penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, <br>dan kimia. </p> <p align="justify">1. Fisik dan mekanik <p align="justify">Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap. <p align="justify">2. Penggunaan varietas tahan <p align="justify">Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Telah banyak varietas-varietas padi yang dilepas oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian dan lembaga riset dalam dan luar negeri yang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman padi. <p align="justify">3. Bercocok tanam <p align="justify">Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan (AAK, 1992). <p align="justify">4. Biologi <p align="justify">Penggunaan musuh alami berupa predator dan parasitoid telah lama dilakukan, tetapi keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih belum banyak dilakukan. Penggunaan predator berupa laba-laba dan jamur Metarizium untuk pengendalian wereng coklat telah dilaporkan tingkat keberhasilannya, tetapi keberhasilan tersebut masih dalam tingkat penelitian di laboratorium atau dirumah kaca. Sedangkan di lapangan belum mencapai keberhasilan yang optimal, karena berbagai faktor yang menghalangi perkembangan predator dan parasitoid tersebut. Misalnya parasitoid yang berupa mikro organisme sangat rentan terhadap perubahan faktor iklim. Sehingga kehidupannya akan cepat terganggu jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban udara. Demikian juga serangga parasitoid yang menempatkan telurnya pada inangnya berupa hama tanaman. Efektifitasnya akan terlihat jika populasi hama tanaman lebih tinggi dari populasi parasitoid, dan pada saat itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama. <p align="justify">5. Kimiawi <p align="justify">Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering dinyatak sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama (Soegiarto, et. al.,, 1993). Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan. <h4 align="justify"><a name="_Toc343836260">2.2 PHPT di Indonesia</a></h4> <p align="justify">Upaya peningkatan produksi padi secara nasional sudah dimulai sejak 1969 melalui Program Bimas Gotong Royong, dengan menerapkan teknologi panca usaha secara parsial berupa varietas unggul IR5 dan IR8, pemupukan, dan penyemprotan hama dari udara. Inovasi ini berhasil meningkatkan produksi beras menjadi 12,25 juta ton pada tahun 1969 dari 11,67 juta ton pada tahun 1968. Pada tahun 1970 diterapkan panca usaha lengkap dengan menambah komponen teknologi pengairan sehingga produksi padi terus meningkat dengan makin meluasnya areal pertanaman padi ajaib IR5 dan IR8 (Satari 1983). <p align="justify">Penerapan konsep PHT secara seksama dimulai pada tahun 1976 dan sejak tahun 1989 dikembangkan program PHT. Program tersebut telah membawa Indonesia diakui oleh dunia internasional berhasil mengembangkan PHT. Dukungan politik bagi pengembangan PHT secara luas dapat dilihat dari Instruksi Presiden No.3 tahun 1986 yang melarang 57 formulasi insektisida pada tanaman padi (Untung 2000). Keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan PHT tentu tidak terlepas dari peran aktif berbagai pihak, termasuk petani sendiri. Dalam periode 1989-1999 melalui program Sekolah Lapang PHT (SLPHT) Departemen Pertanian berhasil melatih lebih dari satu juta petani, khususnya untuk tanaman padi dan tanaman pangan lainnya. Hal ini tentu penting artinya dalam meningkatkan ke-sejahteraan petani melalui PHT dalam praktek pertanian yang baik <h4 align="justify"><a name="_Toc343836261">2.3 Cara Penerapan Konsep PHPT</a></h4> <p align="justify">a. Andragogik <p align="justify">Andragogik adalah suatu metode pendidikan yang bersifat informatif, komunikatif dan partisipatif karena andragogik ini adalah metode pendidikan yang ditunjukan mendidik orang dewasa. Dalam praktikalnya metode ini difokuskan pada para pelajar/yang diberi informasi untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Seorang pelajar atau objek penerima materi biasanya memaparkan terlebih dahulu apa yang dia ketahui, kemudian jika objek/pelajar menemukan permasalahan maka pengajar sebagai fasilitator memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Andragogik adalah suatu metode yang cukup berhasil sejauh ini dalam pengenalan konsep PHPT di masyarakat dimana dalam andragogik ini didalamnya adalah: <p align="justify">1. Penyuluhan <p align="justify">Penyuluhan adalah salah satu kegitan yang cukup efektif dan berhasil dalam mengintroduksi konsep PHPT di kalangan petani dan masyarakat pada umunya. Berbagai metode pendekatan yang dilakukan dalam penyuluhan cukup efektif merubah perilaku, sikap, dan keterampilan petani yang meliputi tatap muka atau share per-orang maupun dalam bentuk ceramah lewat pembentukan <i>gapoktan</i> (gabungan kelompok tani). sehingga petani lebih berwawasan dan tau mengenai agroekosistem dan pentingnya pertanian yang berkelanjutan. Berbagai media pun turut mendukung kegiatan ini baik media cetak ataupun elektronik serta media massa yang berdampak tak hanya petani yang mengenal konsep PHPT akan tetapi masyarakat luas pun mengenal konsep ini demi pertanian yang lebih baik, terintegrasi dan berkelanjutan. <p align="justify">2. SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) <p align="justify">SLPHT adalah suatu kegiatan yang didukung oleh adanya peran pemerintah bahkan sekarang menjadi program pemerintah terutama dinas pertanian dalam menjalankannya. Dalam SLPHT sistemnya sama seperti sekolah pada umumnya, dimana ada kurikulum pula didalamnya dan sudah barang tentu adanya pengajar dan pelajar, namun perbedaan dengan sekolah pada umunya adalah 1. Pelajar disebut peserta dan pengajar disebut pemateri karena pelajar bukanlah anak-anak melainkan orang dewasa, 2. Kegiatan praktikal 70% dari keseluruhan kegiatan dan 30% diantaranya merupakan teori. <p align="justify">SLPHT dikatakan cukup efektif dalam kegiatan pengenalan PHPT karena konsep atau yang diajarkan di SLPHT sama dengan konsep PHPT yaitu 1.Budidaya tanman sehat, 2. Pengontrolan tanaman tiap minggu, 3. Menggunakan musuh alami, 4. Petani diharapkan mengerti dari ekologi tanaman yang ditanaman. Oleh sebab itu metode SLPHT efektif dan Efisien dalam pengenalan konsep PHPT, contohnya di lapangan ialah di SLPHT Jember dari 100 peserta yang di tes tentang materi PHPT, saat tes awal sebelum belajar di SLPHT dan telah belajar mengalami peningkatan yang cukup baik. <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwcpdkt9Zu_qacTAx2csz0umOiI_6rT8LCPXGUHltXhLgmnDSlEAypBrTavDKx9J6IE7Irwo9AAYy_n-04xk-A0DsOC_bzitu94zSgLl08pimFVMB8vFeL0HQ53-G8kbRg015iEsVdGDM/s1600-h/clip_image005%25255B7%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; border-top: 0px; margin-right: auto; border-right: 0px" title="clip_image005" border="0" hspace="12" alt="clip_image005" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiITUJ0rMDtRxzTchwf_Cngzra2PdllVrns6j1sLgxZg7y1PM3o634YWLzsAcgNT6Mfhvqfb5S8bzeUYh5nBNGTNrFfFdm5SiBOQ_DuEm3k6Lre17nBDOjJLMpInQmUuP1-SAIWEEj6jVw/?imgmax=800" width="425" height="174"></a></p> <p align="justify">3. Seminar <p align="justify">Metode ini lebih di titik beratkan sasarannya terhadap kaum pelajar dan masyarakat pada umumnya, seperti seminar pada umunya pemateri memberikan materi kepada peserta seminar dengan suasana santai namun penyampaiannya tepat sasaran. Metode ini cukup berhasil menerapkan dan memberikan wawasan pada peserta yang diantaranya pelajar dan masyarakat pada umumnya untuk mengenal konsep PHPT. <p align="justify">b. Pedagogik <p align="justify">Pedagogik adalah suatu metode pendidikan keilmuan dimana objek dari metode ini diperuntukan bagi anak-anak. Dalam konteks metode ini anak-anak/siswa dianggap pengalaman dalam bidang keilmuannya masih rendah sehingga yang dominan dalam metode ini adalah pengajar, pengajar dalam metode ini adalah sebagai sumber sekaligus fasilitator dalam pembelajaran. Pada kenyataan dilapangan konsep ini sudah mulai diterapkan, namun konsep yang diajarkan tidak langsung pada konsep PHPT melainkan keilmuan lainnya yang berkaitan atau mendukung pemahaman konsep PHPT ini. Keilmuan yang mendukung konsep ini diantaranya ekologi, biologi, pendidikan lingkungan hidup, dll. <p align="justify">Di Amerika konsep PHPT telah ditanamkan sedini mungkin dan telah diajarkan di sekolah, hal ini disebabkan agar setiap siswanya dapat mengerti akan siklus ekologi dan mengerti akan keberlangsungan sumber daya alam yang harus dijaga sehingga terus berkelanjutan. Adapun konsep yang diajarkan didalamnya adalah : 1. Mengidentifikasi hama dan biologi hama, 2. Memonitoring dan menganalisa serta mengawasi ancaman dari suatu organisme(hama), 3. Melakukan pengendalian jika populasi dan perilaku hama sudah merugikan. Dengan diberlakukannya konsep diatas jelas penerapan PHPT di sekolah sangat penting agar siswa mengetahui pentingnya ekologi dan keberlangsungan siklus serta mungkin jika dikaitkan dengan konsep islam ialah lebih bertadabur terhadap alam. <h4 align="justify"><a name="_Toc343836262">2.3 PHPT Tanaman Padi</a></h4> <p align="justify">Luas panen padi pada tahun 2003 tercatat 11,48 juta hektar dan produksi padi pada tahun tersebut mencapai 52,08 juta ton, meningkat 1,14% dibanding tahun 2002 (51,49 juta ton). Kenaikan produksi merupakan dampak dari peningkatan produktivitas padi, dari 4,47 t/ha pada tahun 2002 menjadi 4,52 t/ha pada tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi, termasuk pengendalian hama dan penyakit, memegang peranan penting. <p align="justify">Dengan asumsi tidak ada terobosan teknologi maka produksi padi pada tahun 2020 diproyeksikan 57,4 juta ton. Sementara itu jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama diperkirakan 262 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,27%/ tahun. Apabila konsumsi beras perkapita masih tetap 134 kg/tahun maka kebutuhan beras pada tahun 2020 mencapai 35,1 juta ton atau setara dengan 65,9 juta ton gabah kering giling (GKG). Kalau produksi padi tidak meningkat berarti pada tahun 2020 terjadi kekurangan beras 4,5 juta ton atau setara dengan 8,5 juta ton GKG (Budianto 2002). <p align="justify">Untuk mengatasi kekurangan pangan perlu adanya terobosan peningkatan produksi padi. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa produktivitas padi masih dapat ditingkatkan melalui implementasi program PHT. Dalam praktek PHT, hasil padi petani di Karawang pada MK 1995 masih meningkat hingga 37% dengan penanaman varietas tahan hama wereng dan meningkat 46,3% untuk varietas tidak tahan (Baehaki et al. 1996). <p align="justify">Pengendalian Hama dan Penyakit <ol> <li> <div align="justify">Tikus </div></li></ol> <p align="justify">Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan spesies dominan pada pertanaman padi. Selain itu, dapat pula ditemukan tikus semak R. Exulans. Hama tikus perlu dikendalikan seawal mungkin, mulai dari pengolahan tanah sampai tanaman dipanen. Telah banyak cara pengendalian hama tikus sawah yang dilakukan petani, baik di Sumatera Barat maupun diberbagai daerah lainnya, namun ketepatan pemilihan waktu pengendalian, sasaran habitat, dan teknologi yang digunakan belum mencapai sasaran. Karena itulah maka populasi tikus hampir disemua daerah sentra pertanaman padi sawah semakin meningkat. Beberapa komponen teknologi pengendalian hama tikus sawah yang bisa dilakukan adalah: <p align="justify">a. Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat <ul> <li> <div align="justify">Membersihkan dan memperbaiki lingkungan di sekitar areal pertanaman padi, seperti: semak belukar, tanggul-tanggul saluran irigasi dan pematang sawah sehingga tikus merasa tidak nyaman untuk berlindung dan berkembang biak </div> <li> <div align="justify">Memperkecil ukuran pematang sawah (tinggi dan lebar + 30 cm ) dapat menghambat perkembangan populasi tikus karena tikus tidak nyaman untuk membuat sarang </div></li></ul> <p align="justify">b. Kultur teknis <p align="justify">Musim tanam yang teratur dan terjalinnya kebersamaan antar petani dalam setiap kelompok tani serta kebersamaan antar kelompok tani dalam satu hamparan sehingga tumbuh kebiasaan bertanam serentak, penanaman varietas yang sama setiap musim (waktu panennya sama), pengaturan pola tanam, waktu tanam, dan jarak tanam. <ul> <li> <div align="justify">Pengaturan pola tanam. Pada lahan sawah irigasi dilakukan pergiliran tanaman, <br>seperti: padi-padi-palawija, padi-padi-bera, padi-palawija ikan-padi. Ini akan <br>mengakibatkan terganggunya siklus hidup tikus akibat terbatasnya ketersediaan <br>makanan. </div> <li> <div align="justify">Pengaturan waktu tanam. Penanaman padi sawah yang serentak pada satu hamparan (minimal 100 hektar) dapat meminimalkan kerusakan karena serangannya tidak terkonsentrasi pada satu lokasi tetapi tersebar sehingga kerusakan rata-rata akan lebih rendah. </div> <li> <div align="justify">Pengaturan jarak tanam. Bertujuan menciptakan lingkungan terbuka sehingga tikus tidak merasa puas dalam mencari makanan. Penanaman padi agak jarang atau sistem tanam jajar legowo (bershaf) kurang disukai oleh tikus sawah (suasana terang) karena takut adanya musuh alami (predator). </div></li></ul> <p align="justify">c. Fisik dan mekanis <p align="justify">Secara fisik dengan mengubah lingkungan fisik seperti: suhu, kelembaban, cahaya, air, dll sehingga tikus menjadi jera atau mengalami kematian karena adanya perubahan faktor fisik. Secara mekanis, dengan menangkap dan membunuh tikus secara langsung atau menggunakan alat seperti cangkul, kayu pemukul, alat perangkap, penyembur api (solder) dan emposan atau fumigasi. Kelebihan cara ini, yaitu: (1) sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal; (2) Dapat menurunkan populasi tikus secara nyata; dan (3) meningkatkan kebersamaan petani. Sedangkan kelemahan cara ini, yaitu: (1) memerlukan tenaga kerja relatif banyak; (2) memerlukan kebersamaan antar petani; dan (3) menimbulkan kerusakan lingkungan seperti terbongkarnya pematang sawah, rusaknya saluran irigasi, tanggul, dsb. <ul> <li> <div align="justify">Gropyokan massal atau berburu tikus bersama. Mudah dilaksanakan, biaya murah, dan efektif menurunkan populasi hama tikus, tetapi membutuhkan kebersamaan.</div> <li> <div align="justify">Alat perangkap. Bubu perangkap untuk menangkap tikus dalam keadaan hidup, dan umpan beracun untuk menangkap tikus sampai tikus tersebut mati</div> <li> <div align="justify">Solder dan emposan. Solder untuk menyeburkan api dan udara panas ke dalam <br>lubang atau sarang tikus sehingga tikus keluar atau mati dalam sarangnya. Untuk lebih efektifnya alat ini dapat digunakan belerang yang diletakkan pada mulut <br>sarang tikus sehingga hembusan asap belerang yang panas dapat meracuni tikus yang ada dalam sarang. </div></li></ul> <p align="justify">d. Biologis <p align="justify">Musuh alami tikus biasanya adalah: burung hantu, ular, anjing, dan kucing. Numun, musuh alami ini pada sawah irigasi sudah jarang ditemukan. <p align="justify">e. Kimiawi <p align="justify">Petani sudah banyak mengetahui pengendalian secara kimiawi ini, seperti rodentisida, fumigasi, dll. Namun cara ini hanya dianjurkan bila populasi tikus sangat tinggi dan cara lain sudah dilaksanakan. <p align="justify">f. Penerapan sistem SPBL dan SPB <p align="justify">Penangkapan tikus terutama di daerah endemis dapat dilakukan dengan sistem perangkap bubu (SPB) atau Trap Barrier System (TBS). Tanaman perangkap adalah padi yang ditanam pada lahan berukuran 20x20 m atau 50x50 m di tengah hamparan. Penanaman dilakukan 3 minggu lebih awal, pada saat petani disekitarnya membuat pesemaian. Tanaman perangkap dipagar dengan plastik setinggi 60 cm, disetiap sisi pagar ditaruh satu unit perangkap bubu berukuran 25x25x60 cm. Perangkap bubu dapat dibuat dari ram kawat atau kaleng bekas minyak goreng. Di sekeliling tanaman perangkap dibuat parit agar bagian bawah pagar selalu tergenang air, sehingga tikus diharapkan tidak dapat melubangi pagar atau menggali lubang di bawah pagar. Perangkap bubu perlu diperksi setiap hari sehingga tikus atau hewan lainnya yang terperangkap tidak mati dalam bubu. Setiap SPB mempunyai pengaruh sampai radius 200 m (hallo effect) sehingga satu unit SPB diperkirakan mampu mengamankan pertanaman padi seluas 10-15 ha dari serangan tikus. <p align="justify">Sistem perangkap bubu linier (SPBL) atau LTBS (Linear Trap Barrier System) digunakan untuk penangkapan tikus migran yang berasal dari sekitar sawah bera, rel kereta api, perkampungan atau saluran irigasi. Terdiri dari pagar plastik setinggi 50 cm sepanjang minimal 100 m dan pemasangan perangkap bubu setiap jarak 20 m. SPBL dipasang diantara pertanaman padi dengan habitat tikus, untuk jangka waktu 3-5 hari. SPBL dapat dipindahkan ke lokasi lain. Teknologi ini akan berhasil jika dapat diterapkan pada hamparan relatif luas dengan melibatkan beberapa petani sehamparan. <p align="justify">Keberhasilan pengendalian hama tikus sangat tergantung pada kearifan memadukan komponen teknologi tersebut. Disajikan model strategi pengendalian hama tikus terpadu yang dapat disesuaikan dengan lingkungan spesifik. <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPsi9kOgr7J22CWOXpKvHlBbjTCIitHM699SHkjuU5s6fBhPhOxHlJPOlRcheUvl9vZYXpd9cdWQsyNH2L_Qt9ynOGyvJNIA6lPgdSXHYNkI3rRS4sZpSHElNsKPAESDWGM3Z1rILldr0/s1600-h/clip_image007%25255B5%25255D.jpg"><img style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px" title="clip_image007" border="0" hspace="12" alt="clip_image007" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2kSm61lgEflEskPHlT9IDYxSwme2EKFl2EJ25vfMZmMesrpN6FDPpsgpcsP3fuxi6-3GutdMbSNcjfeNtAie_peL9Cwg8HWQYKxMIZ3Fe6Mwylw1Nt2EzjglQk0RPgrGz17eL6Py-Mcg/?imgmax=800" width="420" height="220"></a></p> <ol start="2"> <li> <div align="justify">Penggerek Batang </div></li></ol> <p align="justify">Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan, dan ditemukan pada padi sawah, padi air dalam dan padi gogo. Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah; Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata), dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh semua jenis hama penggerek batang adalah sama, yaitu matinya pucuk tanaman pada stadia vegetatif (sundep) dan malai yang keluar hampa pada stadia generatif (beluk). Penghendaliannya adalah: <ul> <li> <div align="justify">Panen padi sawah dengan cara memotong tunggul jerami rendah supaya hidup larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman tertinggal dan membusuk bersama jerami. </div> <li> <div align="justify">Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai, karena hama penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi sejak di pesamaian. </div> <li> <div align="justify">Harus diamati intensif sejak semai sampai panen. Kalau populasi tinggi dapat dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran, fipronil) dan insektisida cairan (dimehipo, bensultap, amitraz, dan fipronil) yang diaplikasikan bila populasi tangkapan ngengat 100 ekor/minggu pada perangkap feremon atau 300 ekor/minggu pada perangkap lampu. Insektisida butiran diaplikasikan bila genangan air dangkal dan insektisida cair bila genangan air tinggi.</div> <li> <div align="justify">Penangkapan massal ngengat jantan dengan memasang perangkap feromon 9-16 perangkap setiap hektar untuk mengamati spesies dominan. </div></li></ul> <ol start="3"> <li> <div align="justify">Wereng coklat atau wereng punggung putih </div></li></ol> <p align="justify">Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) memiliki tingkat kemampuan reproduksi yang tinggi jika keseimbangan populasinya terganggu oleh penanaman varietas peka, perubahan iklim (curah hujan), maupun kesalahan aplikasi insektisida yang menyebabkan resurjensi hama. Wereng coklat mampu merusak tanaman padi dalam skala luas pada waktu yang relatif singkat. Wereng coklat dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera H.) seringkali menyerang tanaman secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif. Varietas yang tahan wereng coklat belum tentu tahan wereng punggung putih. Oleh karena itu, pengendalian wereng coklat harus dimulai sebelum tanam. Pengendaliannya adalah: <ul> <li> <div align="justify">Di daerah endemis wereng coklat, pada musim hujan harus ditanam varietas tahan wereng coklat. </div> <li> <div align="justify">Gunakan berbagai cara pengendalian, mulai dari penyiapan lahan, tanam jajar legowo, pengairaninttermitten, takaran pupuk sesuai BWD. </div> <li> <div align="justify">Monitor perkembangan hama wereng punggung putih dan perimbangan populasi <br>wereng coklat dan musuh alami pada umur 2 minggu setelah tanam sampai 2 <br>minggu sebelum panen. Pengambilan keputusan pengendalian wereng coklat <br>berdasarkan ambang kendali perlu mempertimbangkan populasi musuh alami, dengan cara: </div> <ul> <li> <div align="justify">Lakukan pengamatan pada 20 rumpun tanaman secara diagonal. Hitung jumlah wereng coklat + wereng punggung putih, predator (laba-laba, Opionea, Paedorus, dan Coccinella), dan kepik Cyrtohinus. Hasil pengamatan kemudian dijabarkan ke dalam rumus: </div></li></ul></li></ul> <p align="center">A - (5B + 2C) <p align="center">D = 20 <p align="justify">Dimana: <p align="justify">A= Jumlah wereng coklat + wereng punggung putih per 20 rumpun tanaman <p align="justify">B= Jumlah predator per 20 rumpun tanaman <p align="justify">C= Jumlah kepik Cyrthorinus per 20 rumpun tanaman <p align="justify">D= Jumlah wereng terkoreksi <p align="justify">o Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng terkoreksi dan umur tanaman, yaitu bila: Nilai D &gt;5 ekor pada saat tanaman berumur &lt;40 HST, atau &gt;20 ekor umur 40 HST <p align="justify">o Insektisida yang dianjurkan adalah fipronil (untuk biotipe 1 atau 2) dan imidakloprid (untuk biotipe 1, 2, 3, dan 4), atau insektisida rekomendasi setempat. <p align="justify">o Bila populasi hama dibawah ambang ekonomi, gunakan insektisida botani atau jamur ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana). <ol start="4"> <li> <div align="justify">Siput murbei atau keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)</div></li></ol> <p align="justify">Merupakan hama baru yang penyebarannya cukup luas. Kerusakan terjadi ketika <br>tanaman masih muda. Petani harus menyulam atau menanam ulang pada daerah <br>dengan populasi siput yang tinggi sehingga biaya produksi meningkat. Pengendaliannya <br>adalah: </p> <ul> <li> <div align="justify">Mencegah introduksi keong mas pada areal baru. Bila keong mas masuk ke dalam areal sawah baru akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu tergenang dan akan sukar dikendalikan. </div> <li> <div align="justify">Pengendalian harus berkesinambungan, walaupun tanaman sudah berumur 30 HST, pengendalian harus tetap dilakukan untuk mencegah serangan pada pertanaman berikutnya. </div> <li> <div align="justify">Secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan telur <br>dan keong mas baik dipesemaian atau di pertanaman secara bersama-sama, <br>membersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung, dan mengembalakan itik setelah panen. Untuk mengurangi kegagalan panen, harus menyiapkan benih lebih banyak. </div> <li> <div align="justify">Pada stadia vegetatif, dapat dilakukan: (1) pemupukan P dan K sebelum tanam; (2) menanam bibit yang agak tua (&gt;21 Hari) dan jumlah bibit lebih banyak; (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST; (4) tidak mengaplikasikan herbisida sampai 7 HST; (5) mengambil keong mas atau telur dan memusnahkan; (6) memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring siput; (7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya; (8) Aplikasi pestisida anorganik atau nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren sehingga pestisida bisa dihemat. </div></li></ul> <p align="justify">5. Hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason) <p align="justify">Sering terjadi pada musim hujan terutama pada tanaman padi yang terlambat tanam. Pengendaliannya adalah: <ul> <li> <div align="justify">Penanaman varietas tahan, seperti: Tajum dll. </div> <li> <div align="justify">Pengamatan tiap minggu, bila tingkat serangan mencapai 2% maka aplikasikan insektisida karbofuran dengan takaran 0,5 kg bahan aktif/ha. </div></li></ul> <p align="justify">6. Lembing batu (Scotinopora coarctata) atau black bugs <p align="justify">Berkembang dengan cepat sejak tanaman berumur 30 HST dan <br>perkembangannya terhambat bila sawah dalam keadaan tergenang. Pengendalian <br>dapat dilakukan pada stadia vegetatif dan generatif. Jika populasi rata-rata telah <br>mencapai &gt;5 ekor/rumpun maka perlu diaplikasikan insektisida seperti: etripole dan <br>alfametrin. </p> <p align="justify">7. Ulat tentara (Mythimna separata) <p align="justify">Menyerang tanaman secara tidak terduga baik stadia vegetaif maupun generatif. Pengendalian dilakukan bila telah terjadi serangan. <p align="justify">8. Walang sangit (Leptocorisa spp.) <p align="justify">Hanya menyerang tanaman yang sudah berbulir. Pengendalian dengan insektisida dilakukan jika populasinya melebih ambang kendali yaitu pada saat setelah stadia pembungaan ditemukan rata-rata &gt;10 ekor/rumpun. <p align="justify">9. Penyakit tungro dan wereng hijau <p align="justify">Wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) umumnya tidak langsung merusak tanaman padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro. Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah. Pengendaliannya adalah: <ul> <li> <div align="justify">Usahakan menanam serentak minimal 20 hektar</div> <li> <div align="justify">Gunakan varietas tahan virus tungro atau tahan serangga penular wereng wijau. Varietas tahan wereng hijau menentukan &gt;70% keberhasilan pengendalian tungro</div> <ul> <li> <div align="justify">Buat persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng gondok. Buang tanaman padi yang terinfeksi agar tidak menjadi sumber virus. </div> <li> <div align="justify">Lakukan penanaman jajar legowo dua atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau. </div></li></ul></li></ul> <ul> <li> <div align="justify">Sawah jangan dikeringkan karena merangsang pemencaran wereng hijau sehingga memperluas penyebaran tungro.</div> <li> <div align="justify">Lakukan pengamatan tungro saat tanaman berumur 2-3 MST. Kendalikan serangga wereng hijau penular virus dengan insektisida kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur 2 MST ditemukan 5 tanaman terserang dari 10.000 rumpun tanaman atau umur 3 MST ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun tanaman. Insektisida yang dianjurkan adalah imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, dan karbofuran.</div></li></ul> <p align="justify">10. Penyakit hawar daun bakteri (HDB) <p align="justify">Penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae dapat terjadi melalui air, angin, dan benih. Infenksi terjadi melalui luka/lubang alami (stomata). Pengendaliannya adalah: <ul> <li> <div align="justify">Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian, namunketahanan verietas saat ini di Indonesia bersifat spesifik lokasi karena strain HDB berbeda-beda. Saat ini terdapat strain III, IV, V, VI, VII, dan VIII. </div> <li> <div align="justify">Amati kerusakan tanaman, bila keparahan penyakit melebihi 20% maka gunakan bakterisida Agrep. </div> <li> <div align="justify">Lakukan rotasi tanaman, dan pupuk N yang digunakan jangan berlebihan. </div></li></ul> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="justify"></h3> <h3 align="center"><a name="_Toc343836263">BAB III</a></h3> <h3 align="center"><a name="_Toc343836264">KESIMPULAN</a></h3> <ol> <li> <div align="justify">PHPT adalah suatu konsep pengendalian yang menggabung kan berbagai cara pengendalian yang didasarkan pada aras ekonomi yang bertujuan mengendalikan populasi hama pada keseimbangan umum.</div> <li> <div align="justify">Penerapan konsep PHT di Indonesia secara seksama dimulai pada tahun 1976 dan sejak tahun 1989 dikembangkan program PHT.</div> <li> <div align="justify">Penerapan konsep PHPT di masyarakat terbagi atas Andragogik yang meliputi penyuluhan, SLPHT, dan seminar. Adapun Pedagogik meliputi pendidikan formal bagi siswa secara formal di sekolah.</div> <li> <div align="justify">Penerapan konsep PHPT pada tanaman padi ternyata masih meningkatkan hasil. Contohnya padi petani di Karawang pada MK 1995 masih meningkat hingga 37% dengan penanaman varietas tahan hama wereng dan meningkat 46,3% untuk varietas tidak tahan (Baehaki et al. 1996).</div></li></ol> <h3 align="center"><a name="_Toc343836265">DAFTAR PUSTAKA</a></h3> <ul> <li> <div align="justify"><b>Roja, Atman. 2009. </b><i>Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) Pada Padi Sawah</i>. Peneliti Madya pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat.</div> <li> <div align="justify"><b>Gouge, Dawn H, dkk. 2009</b>. <i>Integrated Pest Management: The Most Effective Way to Manage Pests in Your School!</i>. The University of Arizona : College of Agriculture and Life Science.<i></i></div> <li> <div align="justify"><b>Deptan. 2008</b>. <i>PEDOMAN UMUM SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI</i>. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian.<i></i></div> <li> <div align="justify"><b>Pinniger, David. Winsor, Peter. 2004</b>. <i>Intregated Pest Management</i>. Museum Libraries and Council 16 Queen Anne’s Gate London SW1H 9AA.<i></i></div> <li> <div align="justify"><b>Effendi, Baehaki Suherlan. 2009. </b><i>STRATEGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK PERTANIAN YANG BAIK (GOOD AGRICULTURAL PRACTICES)</i>. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Subang.<i></i></div> <li> <div align="justify"><b>Pramono, Djoko. 2009. </b><i>PERMASALAHAN HAMA TIKUS DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA (CONTOH KASUS PERIODE TANAM 2003-2004)</i>. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).<i></i></div> <li> <div align="justify"><b>Rustam, Rizal. 2010. </b><i>Effect of integrated pest management farmer field school (IPMFFS) on farmers’ knowledge, farmers groups’ ability, process of adoption and diffusion of IPM in Jember district</i>. Journal of Agricultural Extension and Rural Development, Vol. 2(2) pp. 029-035, March 2010.</div></li></ul> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/443947029832880846/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/makalah-phpt-tanaman-padi-di-indonesia.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/443947029832880846'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/443947029832880846'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/makalah-phpt-tanaman-padi-di-indonesia.html' title='MAKALAH PHPT TANAMAN PADI DI INDONESIA'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW3-zYQwvD-w5wByRsYu1MEKKEdO3HRgY_QRNK5ay6y3iJ4wYnpcfllLPKzDeYJ6ehDV06ii8BxyCW6d0mIlW-6IfWfyn3xbIedKELAoJjgKDFgw-N7KqShR-xBIkS5bAPXsfEVcOCVlw/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-7535008000969760643</id><published>2013-03-15T15:42:00.001+07:00</published><updated>2013-04-09T22:31:02.293+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="ebook"/><title type='text'>ebook “Membangun Tempat kerja Bersemangat tinggi” Anne Bruce</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="justify">
Ubah Tempat Kerja yang Negatif</div>
<div align="justify">
Bikin para Pekerja Bergairah</div>
<div align="justify">
Lestarikan Semangat Kerja Tinggi</div>
<div align="justify">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1I5PNxM0fnIz0FjqSNcNqf_DghbSriwj7vb7FdJow-Co_T8Gx1gNFCUuU1cEHNrpdA-3ehJGIU8FUGcCTscOLnDAtim5mDKorI5aPkRae34mclM47J7nK6fuOR6bT6dwMVlx0vp30BhI/s1600-h/membangun%252520tempat%252520kerja%252520bersemangat%252520tinggi%25255B5%25255D.jpg"><img alt="membangun tempat kerja bersemangat tinggi" border="0" height="444" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3pbbOnHTHzm37ZZeHRVn2RoJN7RLepC_GMafG8JFSkm2naqk4ckNcew3LYKvEIulhKqYv13kMCvX6H1FMG49FtJ6pcK8M3_IT6pyBtYN8GoAqDWAAq7H9XyE_Le1rWoXx34TEd3F33PE/?imgmax=800" style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; border-right: 0px; border-top: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="membangun tempat kerja bersemangat tinggi" width="332" /></a> </div>
<div align="justify">
Pekerja dengan semangat tinggi memainkan peranan penting. Kesuksesan Anda sebagai pemimpin bergantung pada kinerja mereka. Lalu bagaimana Anda memastikan bahwa antusiasme, energi, dan semangat karyawan Anda senantiasa tinggi ? Dalam buku ini memperlihatkan kepada kita cara meningkatkan lingkungan kerja yang menyenangkan, sinergis, serta memancing komitmen dan kinerja superior karyawan dengan :</div>
<ul>
<li> <div align="justify">
Membangun kualitas hubungan satu lawan satu dengan para karyawan anda</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Memberikan—dan menerima—umpan balik yang berharga</div>
</li>
<li> <div align="justify">
Membantu para pekerja mendapatkan kembali semangat kerja yang hilang pada masa sulit</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
Semangat kerja karyawan merupakan wildcard dalam segala situasi manajemen. entah organisasi anda sedang mengalami situasi baikentah sedang buruk. Andalah yang bertanggungjawab menciptakan dan mempertahankan semangat kerja tinggi karyawan. buku ini memberikan teknik-teknik prigel dan strategi-strategi inovatif untuk membuat semangat karyawan terus tinggi, juga menambahkan nilai bagi organisasi maupun karier manajemen anda.</div>
<div align="justify">
buku karya Anne Bruce ini memang sangat bagusss .,.,.,<br />bagi yang ingin ebook ini bisa langsung di unduh <a href="http://adf.ly/KsMRZ" target="_blank">DISINI..</a><br />Teriakasih</div>
<div align="justify">
semoga bermanfaat……………..</div>
</div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/7535008000969760643/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/ebook-memmbangun-tempat-kerja.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7535008000969760643'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/7535008000969760643'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/ebook-memmbangun-tempat-kerja.html' title='ebook “Membangun Tempat kerja Bersemangat tinggi” Anne Bruce'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3pbbOnHTHzm37ZZeHRVn2RoJN7RLepC_GMafG8JFSkm2naqk4ckNcew3LYKvEIulhKqYv13kMCvX6H1FMG49FtJ6pcK8M3_IT6pyBtYN8GoAqDWAAq7H9XyE_Le1rWoXx34TEd3F33PE/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-2885243109433574030</id><published>2013-03-15T14:56:00.001+07:00</published><updated>2013-03-15T14:56:50.511+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="artikel"/><title type='text'>ISTIMEWANYA WANITA</title><content type='html'><p align="justify"><font size="2">Ketahuilah betapa istimewanya dan bertuahnya menjadi wanita. Bagi kaum lelaki, hormatilah kaum wanita yang bergelar ibu dan isteri. Berikut adalah himpunan hadis-hadis yang berkenaan.</font> <ul> <li> <div align="justify"><font size="2">Doa wanita lebih maqbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulallah s.a.w. akan hal tersebut, jawab baginda : "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 orang lelaki yang tidak soleh.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 lelaki soleh.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah s.w.t. dan orang yang takutkan Allah s.w.t. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail a.s.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Tidaklah seorang wanita yang haid itu, kecuali haidnya merupakan kifarat (tebusan) untuk dosa-dosanya yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidnya membaca "Alhamdulillahi'alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah" (Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa.); maka Allah menetapkan dia bebas dari neraka dan dengan mudah melalui siratul mustaqim yang aman dari seksa, bahkan Allah Ta'ala mengangkatnya ke atas darjat, seperti darjatnya 40 orang mati syahid, apabila dia selalu berzikir kepada Allah selama haidnya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah s.a.w.) di dalam syurga.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ehsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Daripada Aisyah r.ha. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Apabila memanggil akan engkau dua orang ibubapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan meredhainya. (serta menjaga sembahyang dan puasanya)</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Aisyah r.ha. berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah s.a.w. siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?" Jawab baginda, "Suaminya". "Siapa pula berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah s.a.w. "Ibunya". </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Seorang wanita yang apabila mengerjakan solat lima waktu, berpuasa wajib sebulan (Ramadhan), memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka pasti akan masuk syurga dari pintu mana saja yang dia kehendaki.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah s.w.t. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya(10,000 tahun).</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah s.w.t. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Dua rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada sianghari.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah s.w.t. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah s.w.t.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya (susu badan) akan dapat satu pahala daripada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo (2 ½ tahun), maka malaikat-malaikat di langit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang habiskan malamnya dengan tidur yang tidak selesa kerana menjaga anaknya yang sakit akan mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatatkan baginya seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari sang suria akan meminta keampunan baginya, dan Allah mengangkatkannya seribu darjat untuknya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Seorang wanita yang solehah lebih baik daripada seribu orang lelaki yang tidak soleh, dan seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu, maka ditutupkan baginya tujuh pintu neraka dan dibukakan baginya lapan pintu syurga, yang dia dapat masuk dari pintu mana saja tanpa dihisab. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Mana-mana wanita yang menunggu suaminya hingga pulanglah ia, disapukan mukanya, dihamparkan duduknya atau menyediakan makan minumnya atau merenung ia pada suaminya atau memegang tangannya, memperelokkan hidangan padanya, memelihara anaknya atau memanfaatkan hartanya pada suaminya kerana mencari keredhaan Allah, maka disunatkan baginya akan tiap-tiap kalimah ucapannya, tiap-tiap langkahnya dan setiap renungannya pada suaminya sebagaimana memerdekakan seorang hamba. Pada hari Qiamat kelak, Allah kurniakan Nur hingga tercengang wanita mukmin semuanya atas kurniaan rahmat itu. Tiada seorang pun yang sampai ke mertabat itu melainkan Nabi-nabi. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Tidakkan putus ganjaran dari Allah kepada seorang isteri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suaminya melihat isterinya dengan kasih sayang akan di pandang Allah dengan penuh rahmat.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Jika wanita melayan suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang melayan dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan medapat pahala jihad.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Jika wanita memijit suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memijit suami bila disuruh akan mendapat pahala tola perak </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Dari Hazrat Muaz : Mana-mana wanita yang berdiri atas dua kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Thabit Al Banani berkata : Seorang wanita dari Bani Israel yang buta sebelah matanya sangat baik khidmatnya kepada suaminya. Apabila ia menghidangkan makanan dihadapan suaminya, dipegangnya pelita sehingga suaminya selesai makan. Pada suatu malam pelitanya kehabisan sumbu, maka diambilnya rambutnya dijadikan sumbu pelita. Pada keesokkannya matanya yang buta telah celik. Allah kurniakan keramat (kemuliaan pada perempuan itu kerana memuliakan dan menghormati suaminya).</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Pada suatu ketika di Madinah, Rasulullah s.a.w. keluar mengiringi jenazah. Baginda dapati beberapa orang wanita dalam majlis itu. Baginda lalu bertanya, "Adakah kamu menyembahyangkan mayat?" Jawab mereka,"Tidak" Sabda Baginda "Seeloknya kamu sekelian tidak perlu ziarah dan tidak ada pahala bagi kamu. Tetapi tinggallah di rumah dan berkhidmatlah kepada suami nescaya pahalanya sama dengan ibadat-ibadat orang lelaki. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang memerah susu binatang dengan 'Bismillah' akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang menguli tepung gandum dengan 'Bismillah', Allah akan berkatkan rezekinya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di Baitullah.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">"Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang mengeluarkan peluh ketika membuat roti, Allah akan membinakan 7 parit di antara dirinya dengan api neraka, jarak di antara parit itu ialah sejauh langit dan bumi."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">"Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang, Allah akan mencatatkan untuknya perbuatan baik sebanyak utus benang yang dibuat dan memadamkan seratus perbuatan jahat."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">"Wahai Fatimah, untuk setiap wanita yang menganyam akan benang dibuatnya, Allah telah menentukan satu tempat khas untuknya di atas tahta di hari akhirat."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">"Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang memintal benang dan kemudian dibuat pakaian untuk anak-anaknya maka Allah akan mencatatkan baginya ganjaran sama seperti orang yang memberi makan kepada 1000 orang lapar dan memberi pakaian kepada 1000 orang yang tidak berpakaian."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2"> "Wahai Fatimah, bagi setiap wanita yang meminyakkan rambut anaknya, menyikatnya, mencuci pakaian mereka dan mencuci akan diri anaknya itu, Allah akan mencatatkan untuknya pekerjaan baik sebanyak helai rambut mereka dan memadamkan sebanyak itu pula pekerjaan jahat dan menjadikan dirinya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memerhatikannya."</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Sabda Nabi s.a.w. : "Ya Fatimah barang mana wanita meminyakkan rambut dan janggut suaminya, memotong misai dan mengerat kukunya, Allah akan memberi minum akan dia dari sungai-sungai serta diringankan Allah baginya sakaratul maut dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman daripada taman-taman syurga dan dicatatkan Allah baginya kelepasan dari api neraka dan selamatlah ia melintas Titian Shirat." </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumahtangganya akan masuk syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri) yang solehah. </font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Salah satu tanda keberkatan wanita itu ialah cepat perkawinannya, cepat pula kehamilannya dan ringan pula maharnya (mas kawin).</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Sebaik-baik wanita ialah wanita (isteri) yang apabila engkau memandang kepadanya ia menggirangkan engkau, jika engkau memerintah ditaatinya perintah engkau (taat) dan jika engkau berpergian dijaga harta engkau dan dirinya.</font></div></li> <li> <div align="justify"><font size="2">Dunia yang paling aku sukai ialah wanita solehah.</font></div></li></ul> <p align="center"><b><font size="2">SYUKURKU</font></b> <p align="center"><font size="2">Setiap kedip mataku Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Aku bersyukur atas nikmat ini.</font> <p align="center"><font size="2">Banyak orang melihat, tetapi buta.</font></p> <p align="center"><font size="2">Setiap tarikan napasku Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Aku bersyukur atas nikmat ini.</font> <p align="center"><font size="2">Banyak orang mencium, tetapi tidak mampu membau.</font> <p align="center"><font size="2">Setiap suara yang kudengar Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Aku bersyukur atas nikmat ini.</font> <p align="center"><font size="2">Banyak orang mendengar, tetapi tuli.</font> <p align="center"><font size="2">Setiap desir angin yang kurasa Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Aku bersyukur atas nikmat ini.</font> <p align="center"><font size="2">Banyak orang merasa, tetapi kebal.</font> <p align="center"><font size="2">Setiap degub dan detak jantungku Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Aku bersyukur atas nikmat ini.</font> <p align="center"><font size="2">Banyak orang hidup, tetapi mati.</font> <p align="center"><font size="2">Akhirnya Ya Allah,</font> <p align="center"><font size="2">Jangan Kau cabut rasa syukurku ini dari hatiku,</font> <p align="center"><font size="2">Yang dapat membuatku buta, bebal, tuli dan mati.</font></p> </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/2885243109433574030/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/istimewanya-wanita.html#comment-form' title='0 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2885243109433574030'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/2885243109433574030'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/istimewanya-wanita.html' title='ISTIMEWANYA WANITA'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-6259914404666123426.post-8915176764775528722</id><published>2013-03-14T20:09:00.001+07:00</published><updated>2013-03-14T21:00:10.170+07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="ebook"/><title type='text'>ebook “CHANGE YOUR MINDSET CHANGE YOUR LIFE” cara baru melihat dunia dan hidup sukses tak berhingga</title><content type='html'><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
JIKA MENGINGINKAN PERUBAHAN KECIL, GARAPLAH PERILAKU ANDA. <br />
JIKA MENGHENDAKI PERUBAHAN BESAR DAN MENDASAR, GARAPLAH MINDSET ANDA !!!!!! <br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_W7zlH_3owRz4vrBhbC3Z-sNN6ORogVLBdtu-Bq6A7oD0ZVoKeB0elCR6HrBDhmc62YUhE9P-Xur6W5nRgc2qFWYqR_L1iZ45mzfcycf49ire1ZoYiCWJkmEpoiQ9DA_PCnedgb2IKxg/s1600-h/change%252520your%252520mindset%25255B4%25255D.jpg"><img alt="change your mindset" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR6-spGOVkqFUq-SPwAM9WyKZdhi9eW6IEd7p9MjdCRiXR9derrXwqzOHsaUqd3kxUbpU88kCVmfVF5oz6zU4wpUgjEmJA75MlQien5HMcR1UDYMYjT3ISQxfJ8Z0_JlgsHaUk5sN3G2Q/?imgmax=800" height="430" style="border-bottom: 0px; border-left: 0px; border-right: 0px; border-top: 0px; display: block; float: none; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="change your mindset" width="322" /></a> <br />
<div align="justify">
Kwsuksesan tak hanya buah dari potensi (bakat, kecerdasan) dan usaha.Cara kita memandang diri, dunia, dan kesuksesan juga turut menentukannya. Karena itu, kunci sukses dalam segala pentas kehidupan sesungguhnya adalah mindset yang sehat. Orang yang bermindset sehat tidak akan menyalahkan keadaan dirinya. Alih-alih mengandalkan bakat dan kecerdasan, dia lebih menekankan proses belajar dan peran ikhtiar. Baginya, kesuksesan atau kegagalan dimasa kini bukanlah cerminan dari masa dating. </div>
<div align="justify">
Paparan tentang kesuksesan dalam buku ini sangat mendasar dan langka. Lazimnya, buku-buku tentang kesuksesan lebih menawarkan sisi-sisi praktis. Tetapi buku ini justru mengajak kita menggarap inti masalah kesuksesan : pikiran. Tak hanya itu, buku ini mengontraskan dengan apik tokoh-tokoh dunia di bidang music, sastra, sains, olahraga, dan bisnis yang berpola piker tetap (fixed mindset) dan berpola piker berkembang (growth mindset). Tenyata tokoh yang berpola pikir tetap lebih mampu mempertahankan kesuksesan dan kegembiraan hidup. </div>
Kita ber-mindset tetap jika : <br />
- memandang bakat dan kemampuan kita tidak berubah <br />
- merasa kita adalah kita yang sekarang <br />
- menganggap kecerdasan dan bakat kita tidak dapat berubah <br />
- meyakini takdir kita hanyalah menjauhi tantangan dan kegagalan. <br />
Kita punya mindset berimbang jika : <br />
- memandang diri kita tak tetap : sebuah karya yang terus berkembang <br />
- meyakini takdir kita adalah hidup berpelangikan perkembangan dan pemanfaatan peluang. <br />
<div align="justify">
Bagi anda penikmat buku motivasi, sangat teramat saying bila tak melahap isi buku ini bagi anda para pemimpin, eksekutif, guru, orangtua, trainer, atau pelatih olahraga, buku ini sangatlah membantu dalam mengubah para pembelajar “bermasalah” menjadi insan-insan sukses dan bahagia. Sebagai pribadi pun, kita tidak akan kecewa dengan buku hasil penelitian 20 tahun dari ahli kenamaan di bidang motivasi dan psikologi kepribadian ini. Banyak inspirasi yang niscaya membuat anda senantiasa optimis, gembira dan terampil mengembangkan kemampuan-kemampuan dahsyat dalam diri kita. </div>
Yang manakah mindset kita????? <br />
So,,, baca selengkapnya aja biar lebih seru…. Hehe <br />
Bagi yang ingin ebook ini silahkan bias di download <a href="http://adf.ly/KpPX3" target="_blank">DISINI.,.</a> 100% GRATTTTTTIS <br />
TERIMAKASIH <br />
NB : ebook ini ber extensi exe dan mungkin hanya bisa dibuka oleh os tertentu. mis windows7</div>
</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://heryantos.blogspot.com/feeds/8915176764775528722/comments/default' title='Posting Komentar'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/ebook-change-your-mindset-change-your.html#comment-form' title='1 Komentar'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8915176764775528722'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/6259914404666123426/posts/default/8915176764775528722'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://heryantos.blogspot.com/2013/03/ebook-change-your-mindset-change-your.html' title='ebook “CHANGE YOUR MINDSET CHANGE YOUR LIFE” cara baru melihat dunia dan hidup sukses tak berhingga'/><author><name>heryantos.blogspot.com</name><uri>http://www.blogger.com/profile/13362593945056716091</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><media:thumbnail xmlns:media="http://search.yahoo.com/mrss/" url="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR6-spGOVkqFUq-SPwAM9WyKZdhi9eW6IEd7p9MjdCRiXR9derrXwqzOHsaUqd3kxUbpU88kCVmfVF5oz6zU4wpUgjEmJA75MlQien5HMcR1UDYMYjT3ISQxfJ8Z0_JlgsHaUk5sN3G2Q/s72-c?imgmax=800" height="72" width="72"/><thr:total>1</thr:total></entry></feed>
If you would like to create a banner that links to this page (i.e. this validation result), do the following:
Download the "valid Atom 1.0" banner.
Upload the image to your own server. (This step is important. Please do not link directly to the image on this server.)
Add this HTML to your page (change the image src
attribute if necessary):
If you would like to create a text link instead, here is the URL you can use:
http://www.feedvalidator.org/check.cgi?url=http%3A//heryantos.blogspot.com/feeds/posts/default