Congratulations!

[Valid Atom 1.0] This is a valid Atom 1.0 feed.

Recommendations

This feed is valid, but interoperability with the widest range of feed readers could be improved by implementing the following recommendations.

Source: http://klubseks.blogspot.com/feeds/posts/default

  1. <?xml version='1.0' encoding='UTF-8'?><?xml-stylesheet href="http://www.blogger.com/styles/atom.css" type="text/css"?><feed xmlns='http://www.w3.org/2005/Atom' xmlns:openSearch='http://a9.com/-/spec/opensearchrss/1.0/' xmlns:blogger='http://schemas.google.com/blogger/2008' xmlns:georss='http://www.georss.org/georss' xmlns:gd="http://schemas.google.com/g/2005" xmlns:thr='http://purl.org/syndication/thread/1.0'><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473</id><updated>2024-03-05T03:47:25.585-08:00</updated><category term="cerita Birahi"/><category term="Cerita Hot"/><category term="Bercinta dengan yang lebih tua"/><category term="cerita perselingkuhan"/><category term="Cerita Tante-tante"/><category term="cerita wanita nakal"/><category term="cerita bercinta pertama kali"/><category term="cerita Nikmat"/><category term="Cerita Cinta Main Bertiga"/><category term="cerita perkosaan"/><category term="Daun Muda"/><category term="Cerita Ayam Kampus"/><category term="Gambar Hot"/><category term="Kumpulan Bisnis Online Gratis"/><category term="aset"/><title type='text'>cerita seks</title><subtitle type='html'></subtitle><link rel='http://schemas.google.com/g/2005#feed' type='application/atom+xml' href='http://klubseks.blogspot.com/feeds/posts/default'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default?redirect=false'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/'/><link rel='hub' href='http://pubsubhubbub.appspot.com/'/><link rel='next' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default?start-index=26&amp;max-results=25&amp;redirect=false'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><generator version='7.00' uri='http://www.blogger.com'>Blogger</generator><openSearch:totalResults>338</openSearch:totalResults><openSearch:startIndex>1</openSearch:startIndex><openSearch:itemsPerPage>25</openSearch:itemsPerPage><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-7547254296504682306</id><published>2010-05-24T21:45:00.000-07:00</published><updated>2010-05-24T21:47:03.473-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Birahi"/><title type='text'>Rasanya rame</title><content type='html'>Sebelumnya mohon maaf karena aku tidak pandai bercerita, sehingga     aku menulis apa adanya. Semoga editor dapat mengeditnya menjadi     tulisan yang enak dibaca.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Mungkin memang harus kuakhiri petualanganku ini, mengingat sudah 16     wanita yang pernah tidur denganku walaupun tidak semuanya kulalui     dengan ML. Tetapi paling tidak aku melakukan oral atau petting     dengan mereka. Boleh percaya boleh tidak, aku bercinta dengan mereka     tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun karena atas dasar suka sama,     having seks just for fun. Tetapi siapa tau akan ada yang ke-17 atau     bahkan mungkin justru akan makin menambah daftar petualanganku?     Entahlah, tapi melalui tulisan ini aku ingin menceritakan     pengalamanku tersebut sekaligus tanpa harus bersambung dan tidak     perlu aku ceritakan detail bagaimana kejadiannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Sebelumnya, namaku Pujangga, saat kutulis pengalamanku ini berumur     29 tahun dan telah memiliki seorang istri yang cantik. Tetapi     pengalamanku ini berawal sebelum aku menikah dan terus berlanjut     walaupun aku sudah menikah.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Santi, umur 25 tahun, karyawan sebuah hotel di kota Mdn, tubuhnya     biasa saja, tinggi kira-kira 155 cm, kulit coklat sawo matang,     rambut lurus sebahu. Payudara 32 cup B. Dengan Santi adalah     pengalaman seksku pertama kalinya selain dengan pacarku juga (yang     kelak menjadi istriku). Berawal ketika dengan sopannya Santi     menawarkan &quot;teman&quot; untukku, dengan bercanda aku balik menantangnya     bahwa aku mau saja jika yang menemaniku adalah Santi sendiri. Dan     tanpa diduga dia menyanggupi. Hebatnya lagi kami berhubungan seks     atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dan tanpa komitmen apapun.     Malam itu kami lalui dengan nafsu yang berkobar, meskipun itu adalah     pengalamanku pertama tetapi tidak demikian halnya dengan Santi. Aku     tahu bahwa Santi sudah tidak perawan dan sepertinya sudah     berpengalaman. Tetapi hal itu cukup buatku dan aku sangat puas     dengan pelayanannya, walaupun gaya bercinta kami sangat     konvensional. Maklumlah hal ini sangat baru buatku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Saat itu, aku belum berani melakukan oral, petting dan berbagai gaya     mengingat dengan Santi adalah pengalamanku pertama. Namun demikian     kemampuan Santi lumayan, dengan rambut kemaluan yang lebat,     vaginanya yang mudah basah meskipun sudah tidak terlalu rapat lagi.    &lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Dian, 27 tahun adalah teman Santi. Aku diberitahu oleh Santi bahwa     Dian juga sama dengan Santi yaitu sudah tidak perawan. Aku sempat     terkejut ketika Santi menawarkan Dian untuk melayaniku. Tetapi     karena semuanya atas dasar suka sama suka, akhirnya kami bercinta     bertiga, aku, Santi dan Dian. Permainan Dian lebih hot dibandingkan     Santi, walaupun dari segi wajah sebenarnya masih cantik Santi.     Dengan Dian aku mengenal permainan oral, Dian sangat lihai memainkan     lidahnya di ujung penisku. Dengan Dian pula, aku merasakan nikmatnya     spermaku dikeluarkan di mulut Dian.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Pengalamanku dengan Santi dan Dian tidak pernah terulang lagi sejak     tahun 2000. Saat itu aku belum menikah. Dan ketika aku kembali ke     Mdn, aku tidak berhasil menemukan dimana mereka berada.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Rinda, 19 tahun mahasiswi semester dua. Aku kenal Rinda melalui     sebuah forum seks di internet. Awalnya aku hanya iseng ketika ingin     mengusir rasa sepi saat bertugas di kota Sby. Ketika kuberi kabar     bahwa saat itu aku berada di sebuah hotel di Sby, aku janjian     dengannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tubuhnya mungil sekitar 150 cm, manis dan imut-imut, kuning bersih.     Selama di kota tersebut aku selalu ditemani Rinda dan setiap malam     kami berhubungan seks. Yang kusuka dari Rinda adalah rambut     kemaluannya yang masih tipis dan sangat halus. Lubang vaginanya pun     masih sempit. Bahkan pertama kali penisku masuk, aku belum berhasil     menembusnya hingga penuh, walaupun Rinda juga sudah tidak perawan     sejak SMA dulu. Dan dia paling jago ketika bermain di atas, aku     hanya pasrah saja, sementara Rinda aktif menggoyang pinggulnya. Naik     turun sambil menjepit kedua belah pahanya yang putih mulus.     Kelebihan yang lain adalah, Rinda mahir untuk multiple orgasm.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Yeni, meskipun sudah berumur 31 tahun, tapi masih single. Ini adalah     pertama kalinya aku berhubungan seks dengan wanita yang lebih tua     dibanding aku. Dan dengan Yeni pula pertama kali aku berhubungan     seks dengan wanita yang bertubuh gemuk. Dengan tinggi 165 cm dan     berat 80 kg, Yeni mengenalku melalui situs 17thn.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kelebihan Yeni adalah kekuatannya di ranjang. Dia type wanita yang     *********. Setiap kali melakukan ML, selalu dilakukannya semalam     suntuk, hingga lebih dari 7 ronde. Meskipun aku lebih sering kalah     dengan Yeni, tetapi dia tahu caranya agar penisku segera berdiri     kembali setelah ejakulasi. Meskipun tubuhnya gemuk, kuakui dia     sangat hot dan lebih senang posisi di atas. Kadang kala aku sampai     sesak napas dibuatnya. Pengalamanku dengan Yeni menimbulkan perasaan     ingin berhubungan dengan wanita yang jauh lebih tua dibanding aku.     Maka, bertemulah aku dengan Intan. Seorang wanita berumur 43 tahun     dan telah bersuami.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Pengalamanku dengan Intan merupakan pengalaman yang paling berkesan     hingga saat ini. Intan keturunan chinese. Meskipun sudah berumur,     tetapi dia pandai merawat tubuh dengan fitness. Bahkan bodynya tidak     kalah dengan wanita usia 20-an. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing,     padat berisi dan tidak ada keriput karena usia. Kulitnya kuning     langsat, mulus dan bersih. Dengan Intan, aku untuk pertama kalinya     bercinta bertiga dengan suaminya dalam satu ranjang. Aku mengenal     Intan juga melalui internet. Intan merupakan wanita hiper seks yang     ingin bercinta denganku sambil ditemani suaminya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tanpa kuduga, kemampuan seksnya luar biasa, semalam suntuk dia mampu     melayaniku dan suaminya silih berganti tanpa mengenal lelah. Dan     dari Intan kuketahui bahwa cewek chinese memang mudah basah     kemaluannya ketika terangsang. Dan cairannya sangat banyak hingga     vaginanya terasa sangat licin. Namun demikian, Intan sangat rajin     merawat vaginanya. Meskipun sudah tua, lubang vaginanya masih juga     terasa sempit dan mampu menyedot penisku dengan gerakan otot     vaginanya. Rambut kemaluannya sangat lebat dan vaginanya harum.     Dengan Intan aku dikenalkannya dengan berbagai posisi bercinta, dan     aku mulai mahir bermain oral di vagina wanita hingga berjam-jam     serta memainkan jari-jariku di clitoris dan bibir vaginanya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Ratna, gadis 32 tahun asal Sby. Saat mengenalnya, aku sudah menikah.     Dan perkenalanku juga melalui sebuah forum pertemanan di internet.     Ratna berperawakan kecil, kurus, kulit coklat matang. Meskipun     kurus, tetapi payudaranya padat berisi walaupun tidak besar. Dan     rambut vaginanya sangat lebat. Dengan Ratna, aku hanya sebatas     petting, tetapi berbekal pengalaman dengan Intan, Ratna aku ajarkan     bagaimana mengulum penisku. Mulanya dia ragu dan canggung, tetapi     lama-lama terbiasa. Aku tidak berniat meneruskannya hingga ML,     karena aku tahu dari awal bahwa Ratna masih perawan dan belum pernah     having sex. Karenanya, aku hanya saling oral dan petting saja.     Itupun adalah pengalaman yang pertama baginya. Dan Ratna sangat     menikmatinya dan dapat mengalami orgasme walaupun hanya kukulum dan     menggesek-gesek penisku di vaginanya. Saat kutulis cerita ini, kabar     terakhir mengatakan bahwa dia sudah menikah, dan berjanji untuk ML     denganku jika aku mampir ke Sby.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Lena, seorang cewek chinese berumur 21 tahun. Saat aku mengenalnya,     dia masih perawan, hanya saja sudah pernah oral seks dengan     pacarnya. Awalnya Lena yang lebih dulu mengenalku melalui situs     porno. Dia tertarik dengan ceritaku dan ingin mencoba oral dan     mengulum penisku. Lena adalah gadis paling gemuk yang pernah     berhubungan denganku walaupun hanya sebatas petting karena dia masih     perawan. Seperti halnya Intan, vaginanya mudah basah dan becek.     Sedikit saja kusentuh langsung bereaksi dan terangsang hingga cairan     vaginanya keluar sangat banyak, meskipun rambut kemaluannya masih     tipis karena rajin dicukur.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Hilda, 26 tahun dari Krg, dia mengenalku karena aku pernah     mengirimkan cerita ke 17thn dan sekali lagi juga tertarik untuk     berhubungan seks denganku. Bedanya dengan cewek lain yang pernah     kukenal, Hilda bukan type *********, tetapi selama berhubungan seks     dengan pacarnya dia belum pernah orgasme. Karena itu Hilda penasaran     agar aku dapat membuatnya orgasme. Tubuhnya padat dan sintal jika     tidak dikatakan gemuk. Permainan seksnya biasa saja sebenarnya,     tetapi dia sangat kuat dan tahan lama. Karenanya dia penasaran ingin     merasakan orgasme. Awalnya aku cukup kerepotan memberikan rangsangan     untuknya. Dengan Hilda adalah permainanku yang paling lama dalam     satu ronde. Pernah setelah satu jam lebih baru dia mendapatkan     orgasme. Itupun setelah aku membantunya dengan mengulum vaginanya     berkali-kali.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Marni, 27 tahun adalah teman Hilda, aku dikenalkannya pada saat ke     Jkt. Karena kemalaman, kami akhirnya menginap di sebuah hotel. Dan     dengan Marni meskipun sudah tidak perawan, aku tidak sampai ML     dengannya. Kami hanya sebatas bercumbu tanpa busana di kamar mandi.     Sepertinya dia masih malu karena ada Hilda.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Esti, 29 tahun dari Jkt, tubuhnya sangat langsing dan payudaranya     kecil, kulitnya coklat gelap. Tetapi ada satu hal yang tidak dapat     kulupakan dari Esti. Dia termasuk cewek yang paling lama menjalin     hubungan denganku dan yang paling spesial adalah, lubang vaginanya     paling seksi dan paling rapat. Meskipun dia sudah tidak perawan,     tetapi vaginanya indah dan rapat sekali, butuh waktu sesaat untuk     menembus vaginanya saat berhubungan. Dan permainan seksnya luar     biasa. Dia paling senang dengan posisi di atas. Goyangan pinggulnya     menambah erotis permainannya.&lt;br /&gt;   Aku mengenal Esti masih dari internet juga, saat itu dia hanya iseng     saja berkenalan denganku, tetapi setelah saling kenal, akhirnya     tanpa berlangsung lama hubungan kami berlanjut ke ranjang.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Indah, 36 tahun, wanita matang dan telah bersuami. Aku mengenal     Indah melalui tawaran threesome di sebuah milist internet.     Bayanganku di awal perkenalan, kami akan having seks dengan     suaminya, seperti halnya Intan, tapi ternyata tidak. Indah memiliki     selingkuhan pria idaman lain, dan dengan PIL-nya mereka bermaksud     threesome denganku. Meskipun sudah berumur, tetapi nafsu seksualnya     sangat tinggi dan permainannya sangat liar. Sekali lagi, aku     berhubungan seks dengan wanita yang gemuk walaupun tubuhnya cukup     padat/sintal.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Erina, 22 tahun mahasiswi chinese di Jkt. Dia mengenalku juga     melalui situs 17thn yang tertarik hubunganku dengan wanita gemuk.     Dia penasaran ingin merasakan mengulum penisku. Hubunganku dengan     Erina hanya sebatas dia mengulum penisku, sementara aku belum pernah     mengulum vaginanya. Sampai tulisan ini kubuat, aku masih berhubungan     dengannya tetapi tetap sebatas dia mengulum penisku hingga spermaku     keluar dan ditelan olehnya. Tetapi sekalipun aku tidak pernah     menyentuh bagian tubuhnya yang vital.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Nani, wanita tertua yang pernah berhubungan seks denganku. Berumur     46 tahun, telah bercerai dengan suaminya sejak lama, adalah type     ideal wanita kesepian. Aku mengenalnya melalui seorang sahabat pena     yang kukenal melalui internet. Mulanya temanku secara iseng     mengenalkanku kepada Nani, dan aku juga belum tahu seberapa tua     umurnya karena dari suaranya terdengar masih seperti wanita berumur     30-an. Akhirnya ketika ada kesempatan bertemu baru aku tahu kalau     Nani ternyata sudah berumur 46 tahun. Memanfaatkan situasi seorang     wanita yang sudah lama tidak merasakan sentuhan birahi, rayuanku     disambutnya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Winda, mahasiswi Ygy berumur 25 tahun. Aku mengenalnya juga melalui     seorang teman di internet. Mulanya kukabari jika aku ada urusan ke     Ygy, apakah dia punya teman. Dan dia memperkenalkanku dengan Winda.     Setelah sehari aku akrab dengannya, secara iseng kutawari Winda     supaya mau menemaniku di hotel, dan ternyata tanpa kuduga dia mau.     Aku baru tahu kalau dia sudah biasa cek-in dengan pacarnya di hotel.     Maka hubungan seksku dengannya berlalu dengan tanpa hambatan. Sampai     saat ini aku masih berhubungan dengannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tasya, 34 tahun, seorang janda yang juga lesbian. Aku mengenal Tasya     melalui forum di internet, dia mengaku seorang yang lesbi karena     kecewa dengan kegagalan rumah tangganya. Mulanya kami hanya sebatas     sharing pendapat tetapi lama kelamaan dia yang memulai lebih dulu     untuk ingin kembali merasakan bagaimana nikmatnya berhubungan seks     secara normal (dengan cowok). Dan sejak saat dia ML denganku, dia     secara perlahan mulai dapat menghentikan kebiasaan lesbinya dan     mencoba untuk menjalin hubungan dengan pacarnya yang baru (cowok),     dan kadang kala masih berhubungan denganku di saat dia     membutuhkannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Putri, gadis seksi 27 tahun, meskipun agak gemuk tapi tubuhnya     berbentuk dan sintal. Awal perkenalanku dengannya sangat unik dan     hampir tidak masuk akal. Bermula dari aku salah kirim SMS. Niatnya     adalah aku mengirim SMS untuk seseorang dalam urusan bisnis yang     memang nomornya juga baru aku dapatkan dari seorang relasi. Ternyata     SMS tersebut salah tujuan ke nomor Putri yang belakangan baru kutahu     namanya. Dia mengklarifikasi maksud dari SMS-ku. Tentu saja dia     bingung karena isinya tentang bisnis. Dan aku baru sadar kalau     ternyata salah sambung. Sejak itu kami jadi akrab dan saling     berkirim SMS. Perlahan baru aku tahu kalau dia termasuk type cewek     yang liberal dan free of life. Dan ketika kusinggung masalah     keperawanan dan hubungan seksual, dia tidak terlalu     mempermasalahkannya karena dia mengaku juga sudah tidak perawan.     Akhirnya kami jadi sering berdiskusi masalah seks dan makin lama     makin menyerempet ke SMS yang hot dan porno. Akhirnya aku to the     point aja apakah dia keberatan kalau aku ajak cek in di hotel. Dan     dia ternyata tidak keberatan.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Putri adalah cewek kedua setelah Intan yang paling hebat     permainannya seksnya, disamping itu, Putri juga mampu melakukan apa     saja yang Intan lakukan. Vaginanya juga mampu menjepit dan menghisap     penisku seperti permainan cewek madura katanya. Hingga saat ini aku     masih menjalin hubungan dengan Putri, dan hebatnya lagi masih ada     beberapa rencana yang akan kami lakukan seperti threesome dan orgy.     Mengapa? Karena hubunganku dengan Putri agak gila, kami pernah ML di     kamar hotel, tiba-tiba saja dia janjian dengan teman wanitanya untuk     urusan kuliah. Dan ketika temannya datang kami tetap meneruskan     melakukan ML di hadapan temannya tanpa ada perasaan risih sama     sekali. Sesekali bahkan diselingi dengan mengobrol dengan temannya     sambil penisku tetap dikocok di vaginanya. Pernah juga suatu saat     tantenya yang masih muda memergoki kami sedang cek in di suatu hotel     dan tantenya ikut nimbrung walaupun belum sampai threesome. Aku dan     Putri bahkan merencanakan having seks rame-rame dengan tante dan     temannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Demikianlah pembaca, petualangan seks-ku dimulai sejak aku belum     menikah dan terus berlanjut meskipun sudah menikah. Entahlah kenapa     aku bisa mendapatkan wanita tanpa harus &quot;jajan&quot; dan setiap menjalin     hubungan aku selalu memberi pengakuan bahwa aku sudah menikah kepada     cewek tersebut. Dan tentang kemampuanku sebenarnya biasa saja,     penisku juga tidak terlalu besar.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/7547254296504682306'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/7547254296504682306'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/rasanya-rame_24.html' title='Rasanya rame'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-1179782898753815748</id><published>2010-05-24T21:41:00.000-07:00</published><updated>2010-05-24T21:42:54.075-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Hot"/><title type='text'>Dari Email Turun Ke Ranjang</title><content type='html'>Perkenalan kami termasuk cepat. Hanya sekitar dua atau tiga kali     kirim-kiriman email, kami sudah bertukar nomer handphone. Setelah     itu kami mulai sering ber-sms-ria dan mulai jarang email-emailan.     Biasanya aku sms-an dengan Mbak Lilis di atas jam 9 malam, karena di     atas jam segitu suaminya baru berangkat kerja. Suami Mbak Lilis     sebut saja Mas Yuda, bekerja di perusahaan IT internasional yang     afiliasinya berada di Sudirman, dimana jam kerja sang suami menurut     Mbak Lilis disesuaikan dengan jam kerja kantor pusatnya di London.    &lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Sementara Mbak Lilis sendiri bekerja di salah satu perusahaan     pelayaran dengan posisi yang kalau Mbak Lilis bilang gajinya cukup     buat ngikutin gaya hidup metropolitan. Aku nggak tau kenapa wanita     itu enggan menyebutkan posisinya. Jam kerja Mbak Lilis sebagaimana     normalnya perusahaan swasta, nine to five. Otomatis Mbak Lilis hanya     sempat bertemu Mas Yuda dari jam 7 malam saat tiba di rumah, sampai     menjelang jam 9. Kemudian wanita itu terpaksa tidur sendirian karena     anak mereka satu-satunya kuliah di Bandung dan tinggal di tempat     kost-nya. Dan ketika bangun pun sang suami belum tiba di rumah,     sementara Mbak Lilis sudah harus meninggalkan rumah sebelum sempat     bertemu sang suami.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Itu yang Mbak Lilis ceritakan padaku lewat telepon. Dan karena     seringnya kesepian, Mbak Lilis sering menghabiskan waktu sendirinya     bersama teman-teman sepergaulannya. Tapi Mbak Lilis ternyata bukan     tipe wanita-wanita eksekutif yang gemar clubbing, dugem, atau     kegiatan malam lainnya. Wanita tersebut lebih senang kumpul bareng     ibu-ibu sebayanya, arisan, senam, shopping atau sekedar nongkrong     bareng makan bakmi di restoran.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Seru juga mendengar ceritanya. Kebetulan Mbak Lilis tipe orang yang     dominan dan periang, jadi setiap kali kami telpon-telponan, Mbak     Lilis selalu mendominasi pembicaraan. Sementara aku hanya menjadi     pendengar setia. Beberapa minggu setelah telpon-telponan, kita     sepakat untuk ketemu. Mbak Lilis menawarkan aku untuk main ke     rumahnya.&lt;br /&gt;   &quot;Iya Yo, di rumah aja lah lebih nyaman. Kalo di mall berisik&quot;     jawabnya ketika kutanya kenapa lebih suka ketemu di rumah.&lt;br /&gt;   &quot;Terserah Mbak Lis deh, aku sih dimana aja juga enak&quot; sahutku.&lt;br /&gt;   Kemudian kami set waktu. Kami mengambil hari kerja, karena kalau     weekend tentunya Mbak Lilis menyediakan waktunya untuk sang suami.    &lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Hari yang ditentukan pun tiba. Tadi sore Mbak Lilis sempat telpon ke     handphoneku untuk memastikan. Aku pun confirm ok. Pulang kerja aku     mampir ke rumah untuk makan dan mandi. Sambil menunggu waktu aku     iseng sms-an dengan beberapa temanku.&lt;br /&gt;   Jam menunjukkan puku setengah sembilan. Aku langsung bersiap untuk     berangkat. Rumah Mbak Lilis tidak begitu jauh dari rumahku. Wanita     itu tinggal di daerah Cempaka Putih. Aku melesat kesana dengan taksi.     Sampai di komplek rumahnya, aku segera menelpon Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   &quot;Mbak aku udah sampai di gangnya nih, Mbak keluar ya&quot; pintaku.&lt;br /&gt;   &quot;Jangan Yo, kamu turun aja di ujung gang, terus kamu hitung 6 rumah     dari ujung yang pagar krem itu rumahku&quot; jawab Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Aku pun menuruti apa yang dikatakannya. Setelah turun dari taksi aku     berjalan ke arah dalam dan menghitung.. satu.. dua.. tiga.. empat..     lima.. nah ini dia! Aku baru saja menekan bel yang ada di dekat     pagar ketika sesosok wanita keluar dari dalam rumah dan menghampiri     pagar. Wanita itu tersenyum ke arahku.&lt;br /&gt;   &quot;Sampe juga Yo&quot; sapanya. Ternyata dia Mbak Lilis. Aku tersenyum.&lt;br /&gt;   &quot;Iya, nggak susah kok Mbak&quot; jawabku sambil masuk ke dalam pagar.&lt;br /&gt;   Kuperhatikan wanita yang sedang menutup pagar ini. Wajahnya memang     menunjukkan seorang wanita setengah baya, namun kulit wajahnya halus     sekali. Tubuhnya yang sedikit gemuk terbungkus daster dari bahan     linen. Kulit kuning langsatnya yang mulus terasa halus sekali ketika     secara tak sengaja lengan kami bersentuhan. Rambut hitam lebatnya     yang keriting dibiarkan panjang sepunggung dan masih dalam keadaan     basah. Kelihatannya Mbak Lilis baru selesai mandi. Aroma sabun dan     shampoo juga masih tercium dari tubuhnya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Heh, bengong.. yuk masuk&quot; ajakan Mbak Lilis mengejutkanku.&lt;br /&gt;   &quot;Eh.. iya Mbak&quot; jawabku. Aku mengikuti Mbak Lilis yang berjalan     masuk ke dalam rumah.&lt;br /&gt;   Di dalam ternyata Mbak Lilis sudah menyiapkan makan malam untukku.    &lt;br /&gt;   &quot;Aduh Mbak repot-repot deh&quot; kataku ketika Mbak Lilis mengajakku     makan.&lt;br /&gt;   &quot;Ah kamu nggak usah basa-basi deh&quot; ujar Mbak Lilis seraya     menyendokkan nasi untukku. Aku berusaha mencegah.&lt;br /&gt;   &quot;Mbak.. Mbak.. aku tadi di rumah udah makan&quot; cegahku sambil     menyentuh pergelangan tangan Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   Aduh halusnya.. Wanita berwajah lembut itu pura-pura cemberut.&lt;br /&gt;   &quot;Gitu deh.. kamu nggak hargain aku ya&quot; serunya sambil merajuk.&lt;br /&gt;   Aku tersenyum. Gila nih orang udah kepala lima mukanya masih cute     aja, pikirku dalam hati.&lt;br /&gt;   &quot;Iya deh, tapi jangan banyak-banyak ya&quot; jawabku.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis pun tersenyum sambil mengangguk. Kami pun makan malam     berdua sambil cerita-cerita dan cekakakan. Mbak Lilis antusias     sekali membahas pengalaman yang kuceritakan di situs ini.&lt;br /&gt;   &quot;Gila Yo, trus tuh ABG pada kemana sekarang?&quot; tanya Mbak Lilis di     sela-sela ceritaku.&lt;br /&gt;   &quot;Masih ada Mbak, cuma udah jarang contact.. apalagi mereka nggak di     sini kan&quot; ceritaku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tanpa terasa sudah hampir jam sepuluh malam. Aku membantu Mbak Lilis     membereskan meja bekas kami makan. Kemudian wanita itu menyuruhku     menunggu di ruang TV sementara dia mencuci piring. Tak lama kemudian     Mbak Lilis ikut ke ruang TV dan duduk di sofa di sebelahku. Wanita     itu merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Hmm.. lengannya terasa hangat     dan mulus. Kemudian Mbak Lilis melipat kakinya ke atas sofa.&lt;br /&gt;   &quot;Udah nyucinya Mbak?&quot; tanyaku basa-basi. Wanita itu tersenyum sambil     mengangguk.&lt;br /&gt;   &quot;Kok nggak pake pembantu sih?&quot; tanyaku lagi.&lt;br /&gt;   &quot;Nggak, males Yo.. pembantu sekarang jarang yang beres. Apalagi     kalau malam begini aku sering di rumah sendirian. Takut ada apa-apa&quot;     jelasnya. Bibirku membentuk bulatan kecil.&lt;br /&gt;   &quot;Ya cari pembantunya yang cewek dong Mbak&quot; timpalku.&lt;br /&gt;   &quot;Kalo dia punya pacar gimana? Trus kalo pacarnya macem-macem gimana?     Hayoo.. hihihi&quot; Mbak Lisa menjelaskan sambil mencubit hidungku     gemas.&lt;br /&gt;   Aku membalasnya. Kemudian aku sengaja menatap wanita itu lama-lama     hingga yang ditatap menjadi salah tingkah.&lt;br /&gt;   &quot;Ih.. genit liat-liat&quot; serunya.&lt;br /&gt;   Aku tersenyum sambil memberanikan diri merangkul pundaknya.&lt;br /&gt;   &quot;Mbak Lis sexy deh&quot; bisikku di telinga wanita itu.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis tertawa manja. Kemudian wanita itu mendekatkan wajahnya     ke wajahku. Dekat sekali, sehingga bibir kami hanya berjarak kurang     dari satu centimeter.&lt;br /&gt;   &quot;Terus kalo sexy kenapa sayang?&quot; desahnya tepat di wajahku.&lt;br /&gt;   Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung melumat bibirnya yang     lembut. Hmm.. nikmat sekali. Mbak Lilis tampak menikmati ciuman dan     hisapanku. Lidahku pun menari dengan lincah, masuk ke dalam mulut     Mbak Lilis dan menjelajahi rongga mulutnya.&lt;br /&gt;   &quot;mmhh.. ssllpp.. mm.. sshh&quot; Mbak Lilis seolah tak mau kalah     denganku.&lt;br /&gt;   Lidahnya ikut menari mengimbangi lidahku. Nafsu birahi yang mulai     naik menuntun tangan wanita itu untuk merengkuh kedua pipiku. hh..     lembut sekali telapak tangannya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tanganku pun mulai menjelajahi lengan Mbak Lilis yang halus.     Perlahan-lahan kuusap lengan dan bahunya. Mbak Lilis yang semakin     terangsang mendorongku jatuh ke sofa tanpa melepaskan ciumannya. Aku     mengikuti saja. Dalam sekejap tubuh montoknya telah menindih tubuhku     di atas sofa. Penisku mulai tegang. Aku mencoba merentangkan kedua     kakiku agar penisku bisa berada pada posisi yang benar di balik     celanaku. Bibir Mbak Lilis sudah tak hanya menjelajahi bibirku, tapi     juga mulai menjalar ke bagian pipi, leher dan dadaku. Perlahan     jemarinya yang lentik mencopoti kancing kemejaku satu per satu.     Upss.. ternyata tidak semua, Mbak Lilis hanya melepas tiga kancing     di atas. Kemudian kedua tangannya melebarkan celah kemejaku dan..     aahh.. Wanita itu menjilati dadaku dengan penuh nafsu.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kedua tanganku merengkuh rambut keritingnya yang tergerai. Perlahan     tanganku mengusapi punggung dan lengan Mbak Lilis. Tanpa     mempedulikan birahiku yang semakin naik, Mbak Lilis terus menjilati     dadaku. Bahkan sekarang seluruh kancing kemejaku telah copot. Wanita     itu menjilati perutku dengan liar.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. Mbbakk&quot; desahku.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis menghentikan aktivitasnya sejenak. Wanita itu memandangku     sambil tersenyum.&lt;br /&gt;   &quot;Kenapa sayang?&quot; desahnya. Aku tersenyum.&lt;br /&gt;   &quot;Nggak pa-pa, enak banget Mbak&quot; jawabku. Kemudian aku mengangkat     tubuh montok itu hingga berdiri tegak, dan kini giliranku yang     aktif. Kupeluk tubuh montok Mbak Lilis dan kujilati leher dan     pundaknya. Wanita ini hanya tertawa-tawa kecil seperti meremehkan     &#39;seranganku&#39;. Kedua tangannya membelai kepalaku dengan lembut, dan     akhirnya bergerak melepaskan kemejaku. Kini aku telah bertelanjang     dada.&lt;br /&gt;   &quot;Sini sayang.. sshh.. oohh&quot; Mbak Lilis memeluk tubuhku erat-erat     sehingga dadaku dapat merasakan kenyalnya payudara wanita itu.&lt;br /&gt;   Aku tidak lantas diam, lidahku terus menari menjelajahi leher dan     tengkuk Mbak Lilis. Wanita itu mulai merasa keasyikan. Aku pun     meneruskan dengan menjilati bagian belakang telinganya, lantas     mengulum dan melumat telinganya yang putih bersih.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. Riioo.. hh&quot; tubuh Mbak Lilis menggelinjang menahan rasa     nikmat.&lt;br /&gt;   Aku tak peduli, lidahku terus menjalar ke bahu, dan akhirnya aku     mencoba menurunkan tali daster yang tersangkut di bahu Mbak Lilis     dengan mulutku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kedua tali daster itu sudah turun dan aku pun bisa melihat putihnya     dada Mbak Lilis. Aku baru sadar kalau sejak tadi wanita ini tidak     mengenakan bra. Aku pun menjadi gemas dan mulai meremas kedua     payudaranya yang montok namun sudah agak turun.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis merebahkan tubuhnya di atas sofa agar bisa lebih     menikmati remasanku. Sementara itu kedua tangan Mbak Lilis kembali     merengkuh kepalaku untuk mengajak berciuman. aahh.. lagi-lagi aku     merasakan kehangatan bibirnya. mmhh.. nikmat sekali. Birahiku     semakin naik. Tanganku pun berpindah ke lengannya untuk menurunkan     seluruh tali dasternya. Sekarang daster itu sudah turun sampai ke     pinggang. Uuhh.. aku bisa melihat dada Mbak Lilis yang putih bersih.     Kedua tanganku meremas payudara yang kenyal itu dan kujilati     putingnya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Sshh.. ohh.. Rio.. sshh&quot; Mbak Lilis mendesah menahan rasa nikmat.    &lt;br /&gt;   Aku tak peduli. Lidahku terus menjelajahi putting dan payudaranya     secara bergantian. Kiri.. kanan.. kiri.. kanan.. sementara kedua     tanganku tak henti-henti meremasnya.&lt;br /&gt;   &quot;Sshh.. Riioo&quot; tiba-tiba Mbak Lilis bangkit dan memeluk tubuhku erat     sekali. Hmm.. payudaranya yang hangat pun menempel ketat di dadaku.     Nikmat sekali. Mbak Lilis mendesah panjang sambil membenamkan     wajahnya di bahuku. Aku mengangkat kepala wanita itu dari bahuku.    &lt;br /&gt;   &quot;Kenapa Mbak?&quot; tanyaku setengah berbisik.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis tersenyum agak tersipu, lantas menggeleng. Kedua     tangannya yang lembut membelai pipiku.&lt;br /&gt;   &quot;Nggak pa-pa.. Yo&quot; desahnya.&lt;br /&gt;   Wajahnya terlihat habis menuntaskan sesuatu. Aku langsung     menyimpulkan bahwa wanita di hadapanku ini baru saja melepas     orgasmenya. Aku tersenyum sambil mencubit payudara Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   &quot;Udah keluar ya Mbak?&quot; bisikku setengah menggoda.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis tersenyum geli sambil mengangguk. Aku pun tertawa. Wanita     itu malah mencubit pinggangku.&lt;br /&gt;   &quot;Ketawa lagi.. awas ya kamu, ntar aku bikin kelojotan baru tau     rasa.. hihihihi&quot;&lt;br /&gt;   Mbak Lilis langsung mendorong tubuhku hingga jatuh di sofa lagi.     Kemudian dengan liar wanita itu mencoba melepas ritsleting celanaku.     Tak diperdulikannya daster yang sudah mawut-mawut di tubuhnya itu.     Aku membiarkan Mbak Lilis menelanjangiku. Dan tak lama kemudian     tubuhku sudah lolos tanpa busana.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Mbak Lilis tersenyum melihat batang penisku yang mulai tegang.     Digelitiknya daerah sensitifku dengan rambutnya yang panjang. Hmm..     geli-geli enak. Mbak Lilis kemudian meneteskan air ludahnya ke atas     kepala penisku. aahh.. aku merasakan enak ketika air ludah itu     menyentuh lubang kencingku. hh.. tubuhku sedikit bergidik. Dengan     jemari lentiknya, Mbak Lilis meratakan air ludah yang membasahi     penisku. Dengan lembut wanita itu mengusap seluruh permukaan penisku     yang sudah licin. hhmm.. nikmat sekali. Kelima jemari lentiknya     mengusap dan menjepit pangkal penisku, dan.. ahh.. Mbak Lilis mulai     menjilati kepala penisku yang sudah basah.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Lembut sekali lidah wanita ini. Sementara tangan Mbak Lilis mengocok     bagian pangkal penisku, lidahnya lincah menjelajahi kepala dan leher     penisku. Dijelajahinya seluruh daerah sensitifku. Dan sebagai     ibu-ibu yang sudah lama menikah, Mbak Lilis lihai sekali mencari     titik-titik rangsangku. Akhirnya batang penisku masuk ke dalam     mulutnya yang hangat. Ahh.. nikmat sekali. Kulihat kepala Mbak Lilis     naik-turun mengikuti irama kenikmatan yang diberikan padaku. Sebelah     tangannya yang sejak tadi diam saja kini merayapi daerah perutku.     Uuuhh.. nikmatnya. Birahiku semakin memuncak. Tak tahan kedua     tanganku pun meremas rambut Mbak Lilis yang lebat. Wanita itu bagai     tak peduli terus menjilat, mengulum dan mengisap batang penisku.&lt;br /&gt;   Birahiku yang semakin naik menuntunku untuk mengangkat tubuh Mbak     Lilis naik ke atas tubuhku. Wanita itu tersenyum senang melihat     birahiku yang menyala-nyala. Aku meloloskan daster yang masih     menyangkut di pinggangnya. aahh.. gila, ternyata Mbak Lilis juga     tidak mengenakan celana dalam sejak tadi.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kini kami berdua sudah sama-sama telanjang bulat. Mbak Lilis duduk     di atas pahaku, kedua tangannya merangkul leherku. Aku memeluk     pinggang Mbak Lilis yang dihiasi sedikit lemak itu.&lt;br /&gt;   &quot;Sekarang Yo?&quot; desahnya.&lt;br /&gt;   Aku tersenyum sambil menggeleng. Kemudian secara mengejutkan aku     memutar posisi hingga Mbak Lilis kini yang duduk di sofa. Wanita itu     sempat menjerit sesaat. Detik berikutnya dengan buas aku mengangkat     sebelah paha Mbak Lilis yang mulus ke atas sandaran sofa. Aku     memperhatikan vagina Mbak Lilis yang ditumbuhi bulu lebat sekali.     Hmm.. terus terang bagiku kurang nikmat menjilati vagina wanita yang     ditumbuhi bulu yang lebat.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Mbak bulunya banyak banget&quot; seruku. Mbak Lilis mengangguk.&lt;br /&gt;   &quot;Iya, nggak pernah dicukur. Aku nggak berani&quot; jawabnya. Aku     tersenyum penuh arti.&lt;br /&gt;   &quot;Aku cukurin ya Mbak&quot; pintaku. Mbak Lilis terlihat terkejut.&lt;br /&gt;   &quot;Hah.. terus gimana?&quot; tanyanya setengah bingung.&lt;br /&gt;   &quot;Ya nggak gimana-gimana hihihi.. Mbak ada cukuran?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;   Tanpa diminta dua kali Mbak Lilis bangkit menuju kamar tidurnya dan     beberapa saat kemudian kembali dengan sebuah alat cukur manual.&lt;br /&gt;   &quot;Oke.. aku cukur ya, mau model apa Mbak? Hihihihi&quot; godaku.&lt;br /&gt;   &quot;Apa aja deh, abis juga boleh hihihi&quot; jawab Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   Aku pun mulai beraksi. Kucukuri seluruh bulu yang tumbuh di daerah     kemaluan Mbak Lilis sampai bersih, diiringi desahan-desahan manja si     pemilik bulu.&lt;br /&gt;   &quot;Udah Mbak&quot; seruku. Mbak Lilis melongok ke bawah.&lt;br /&gt;   &quot;Hihihi.. botak abis, aku cuci dulu ya&quot;&lt;br /&gt;   Mbak Lilis pun ke kamar mandi untuk membersihkan bulu-bulunya. Tak     lama wanita itu kembali ke ruang TV.&lt;br /&gt;   &quot;Taraa&quot; serunya menirukan suara terompet sambil merentangkan kedua     tangannya. Aku tertawa melihat gayanya.&lt;br /&gt;   &quot;Waahh.. mulus abiss&quot; seruku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Dengan gemas Mbak Lilis menghampiriku dan memeluk tubuhku. Aku pun     memutar tubuh hingga Mbak Lilis kembali duduk di sofa. Seperti tadi     aku mengangkat paha Mbak Lilis dan kudekatkan wajahku ke arah     vaginanya. Hmm.. aroma kewanitaannya langsung tercium. Dengan lembut     kujilati sekeliling vagina dan selangkangan Mbak Lilis sebelum     akhirnya aku bergumul dengan bibir vaginanya yang masih rapat.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. Rioo.. aahh&quot; Mbak Lilis menggelinjang menahan nikmat.&lt;br /&gt;   Lidahku semakin liar menjelajahi vagina Mbak Lilis. Jemariku pun     ikut membantu melonggarkan liang vaginanya agar aku bisa menjilati     klitoris Mbak Lilis. Tubuh Mbak Lilis terus menggelinjang tak     karuan. Nafasnya tidak teratur. Desahan-desahan menahan nafsu terus     keluar dari bibirnya.&lt;br /&gt;   &quot;Riioo.. sshh&quot; desahan panjang Mbak Lilis kembali terdengar.&lt;br /&gt;   Bersamaan dengan itu dari vagina yang tengah kujilati pun keluar     cairan kewanitaannya. Hmm.. aku langsung menghirup cairan itu sambil     menyedot dinding vagina Mbak Lilis. Tubuh Mbak Lilis sampai     terlonjak.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. cukup sayang.. sekarang kasih yang aslinya dong&quot; pinta Mbak     Lilis seraya mengangkat tubuhku.&lt;br /&gt;   Aku tersenyum sambil mengangguk. Perlahan aku mulai mengarahkan     batang penisku ke vagina Mbak Lilis. Pelan-pelan kumasukkan sedikit     demi sedikit. Dan.. ssllpp.. aahh.. penisku pun amblas dalam     hangatnya vagina Mbak Lilis. Wanita itu merintih sejenak. Kemudian     aku menggoyang-goyangkan pantatku untuk berbagi kenikmatan dengan     Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Oohh.. oohh.. sshh.. aahh&quot; desahan dan erangan kami saling     bersahutan.&lt;br /&gt;   Kami betul-betul menikmati permainan. Vagina Mbak Lilis terasa     hangat sekali mengulum penisku. Kedua tangan kami saling     berpegangan. Kira-kira lima belas menit kemudian aku mulai merasa     dinding vagina Mbak Lilis berdenyut dan cengramannya semakin     kencang. Desahan Mbak Lilis pun semakin liar. Tak lama kemudian aku     merasakan ada cairan yang membanjiri penisku dari dalam vagina Mbak     Lilis. aahh.. wanita itu orgasme lagi. Kulihat Mbak Lilis tersenyum     simpul.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kemudian kami berganti posisi. Mbak Lilis nungging di sofa sambil     berpegang pada sandaran, dan sambil berdiri kembali kutembus liang     kenikmatan wanita itu dengan penisku. Uuuhh.. kedua tanganku     memegangi pinggul Mbak Lilis yang ikut maju-mundur karena     goyanganku. Kuusap pantat Mbak Lilis yang halus dan mulus. Bosan     dengan posisi tersebut, kami berganti lagi. Kali ini aku duduk di     sofa dan Mbak Lilis duduk di atas tubuhku. Hmm.. hangat sekali     tubuhnya. Mbak Lilis cukup lihai memimpin permainan. Pinggulnya tak     hanya maju-mundur tapi juga memutar sehingga memberi sensasi nikmat     yang luar biasa pada penisku. Aku memeluk tubuh montok Mbak Lilis     erat-erat hingga payudara wanita itu menempel di wajahku. Huuff..     lidahku segera menjulur keluar untuk menikmati kenyalnya putting     susu Mbak Lilis. Sesekali kugigit dengan pelan. Wanita itu     berkali-kali menjerit di tengah desahan nikmatnya.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Setelah beberapa menit aku mulai merasa spermaku akan muntah dari     penisku.&lt;br /&gt;   &quot;aahh.. ahh.. Mbak.. udah mau nyampe nih&quot; desahku.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis tersenyum sambil terus mendekap kepalaku.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. iya Yo.. aku juga nih, tungguin yaa&quot; desah Mbak Lilis seraya     mencium bibirku.&lt;br /&gt;   Ugghh.. lumatan bibir Mbak Lilis membuatku semakin tak kuasa menahan     kendali. Kucengkeram pinggang Mbak Lilis yang tengah bergoyang hebat     agar wanita itu berhenti bergoyang.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. kenapa sayang?&quot; tanya Mbak Lilis. Aku tersenyum.&lt;br /&gt;   &quot;Nggak pa-pa, nunda sebentar Mbak.. hihihi&quot; jawabku. Mbak Lilis     mencubit dadaku gemas.&lt;br /&gt;   &quot;Dasar ya&quot; desahnya manja. Wanita itu memeluk tubuhku erat. aahh..     hangat sekali tubuhnya.&lt;br /&gt;   &quot;Terusin Mbak&quot; bisikku sambil menjilati telinganya.&lt;br /&gt;   Tubuh Mbak Lilis kembali bergoyang. aahh.. betul-betul nikmat.     Gairahku semakin memuncak, dan aku juga mulai merasa dinding vagina     Mbak Lilis berdenyut.&lt;br /&gt;   &quot;Rioo.. bareng ya.. keluarin di dalam aja&quot; desah Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   Aku mengangguk. Mbak Lilis semakin mempercepat goyangannya. Aku pun     membantu dengan menggoyangkan pinggangku. aahh.. ahh.. penisku     semakin cepat keluar masuk vagina Mbak Lilis, dan.. Croott.. crott..     crroott.. croott.. ccrroott.. ccroott.. Entah berapa kali penisku     menyemprotkan cairan sperma kuat-kuat ke dalam vagina Mbak Lilis.    &lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;aaww.. kamu duluan ya sayang.. hihihihi&quot; desah Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   Aku tersenyum kecut seraya memeluk tubuh Mbak Lilis. Dengan     sisa-sisa yang ada aku mencoba menggenjot tubuhku untuk membuat Mbak     Lilis mencapai puncak. Dan..&lt;br /&gt;   &quot;aahh.. sshh.. Riioo&quot; Mbak Lilis kembali mengeluarkan desahan     panjang seiring membanjirnya vagina wanita itu.&lt;br /&gt;   Dengan tubuh agak lemas kami berpelukan. Penisku masih tertancap di     dalam vagina Mbak Lilis.&lt;br /&gt;   &quot;sshh.. makasih ya sayang, aku udah lama banget nggak ngerasa kayak     gini&quot; desah Mbak Lilis di sela-sela kecupan bibirnya.&lt;br /&gt;   &quot;Iya.. makasih juga untuk pengalamannya Mbak hihihi&quot; jawabku.&lt;br /&gt;   Mbak Lilis memelukku dengan gemas dan melumat bibirku habis-habisan.     Malam itu akhirnya aku menginap di rumah Mbak Lilis. Aku tidak ingat     berapa kali kami memacu birahi bersama. Hampir setiap sudut rumah     itu kami pakai. Di ruang TV, ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi     dan juga dapur. Yang kuingat kami tertidur di ranjang Mbak Lilis     sekitar jam 3 pagi. Kemudian Mbak Lilis membangunkanku jam 7 pagi.     Kulihat wanita itu sudah segar kembali lengkap dengan pakaian     kantornya.&lt;br /&gt;   &quot;Mandi dulu sayang.. kamu juga kan mesti ke kantor&quot; desah Mbak Lilis     seraya membangunkanku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Aku harus kembali ke rumah dulu sebelum ke kantor karena aku tidak     membawa baju. Setelah mandi, aku berangkat bareng Mbak Lilis dengan     taksi yang dipesannya ke rumah. Oke, sampai di sini dulu     pengalamanku dengan Mbak Lilis. Aku belum tau bagaimana selanjutnya     hubungan kami. Yang jelas kami masih sering SMS-an dan telepon.     Tunggu saja cerita selanjutnya.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/1179782898753815748'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/1179782898753815748'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/dari-email-turun-ke-ranjang.html' title='Dari Email Turun Ke Ranjang'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-6861016437895657546</id><published>2010-05-24T21:13:00.001-07:00</published><updated>2010-05-24T21:13:45.015-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Birahi"/><title type='text'>Kesenangan menjadi penyesalan</title><content type='html'>saat itu saya berada diposisi teratas dikalangan cowok2 yg cukup    dikagumi, sehingga tak sulit untuk mendapatkan wanita untuk menemani    waktu senggang dan bercinta hingga bosan. setiap hari, setiap waktu    luang selalu saya habiskan dengan wanita yg berbeda-beda dan tak ada    seorang pun yg pernah menolak saya. sampai suatu hari saya berjumpa    dengan seorang gadis yg umurnya 2 tahun lebih muda dari saya, sebut saja    Linda. Linda adalah seorang siswi kelas 1 smu saat itu, dia adalah gadis    yg cantik dan sangat ramah. aku menyukainya dan mecoba mendekatinya    namun ia langsung menolak dengan tegas.&lt;br /&gt;  aku sangat terkejut karena ini pertama kalinya bagiku ditolak oleh    seorang gadis apalagi yg masih bau kencur, dia punya 2 alasan untuk    menolakku. pertama ia sudah punya pacar, kedua ia tahu siapa aku dan    bagaimana aku. aku sangat kesal dan ini membuatku gusar.&lt;br /&gt;  aku membuat suatu rencana jahat, kuberjanji dalam diriku kalau aku akan    mendapatkan segalanya dari Linda dalam satu minggu. Linda berasal dari    keluarga bawah, ekonomi susah. kebejatanku adalah memanfaatkan situasi    itu, aku mencoba mendekati keluarganya dan memberikan dua kakaknya    pekerjaan diperusahaan omku, karena semua keluargaku memang berasal dari    pengusaha. akhirnyapun dalam 3 hari menjalankan misi jahatku ia tunduk    dan memutuskan pacarnya, sebenarnya dia bukan gadis materialistis hanya    saja aku tahu ia hanya ingin membahagiakan keluarganya. dalam 5 hari aku    mendapatkan cintanya, dan saat itu tentu tak kusia2kan.&lt;br /&gt;  kujemput Linda sepulang dia sekolah dan kubawa kerumahku, seperti yg    pernah aku bilang bahwa aku tinggal sendiri dirumahku karena orang tua    dan saudara2ku semua sibuk dengan usahanya yg berada diluar kota/ negri.    aku makan siang dengan hidangan yg disediakan pembantuku, lalu kusuruh    pembantuku untuk pulang lebih awal sehingga aku leluasa berdua.&lt;br /&gt;  kami duduk diruang santai sambil menonton tv, perlahan aku mendekatkan    tubuhku ketubuhnya yg masih berpakaian seragam. dia hanya tersenyum    sambil menonton acara ditv. lalu aku langsung menciumi lehernya dan    merambta kebibir tipisnya, awalnya ia diam dan memberi sedikit respon.    namun pada saat tanganku mulai “belanja” keselangkangannya iapun    berontak dan melepaskan ciumannya. dia takut kalau aku akan    meninggalkannya seperti yg kulakukan dengan gadis2 lain sebelum dia.    namun otak picik dan kata2 indah dari mulutku akhirnya meluluhkan    pendirianya, akupun melakukan serangan kedua dan kali ini lebih dahsyat.&lt;br /&gt;  sekarang tvlah yg menonton kami, diatas sofa empuk yg besar aku memulai    pembalasan dendamku atas penolakan yg pernah ia lakukan. aku menciumi    bibirnya dan sesekali memainkan lidahnya, ia sangat amatir dalam hal    ini. meskipun aku yakin ia pernah berciuman dengan mantanya dulu namun    mungkin dia tak sehebat aku,pikirku dengan bangga. aku mulai meremas    buah dadanya yg kecil dari luar seragamnya, diapun mulai menggerang    nikmat, perlahan posisi kami berubah dari awalnya duduk    bersampingan,kini ia berada diposisi bawah dan aku diatas. perlahan aku    membuka kancing bajunya serambi bibirku masih melumat bibir kecilnya,    seragamnyapun terlepas kini buah dadanya hanya tertutupi dengan BH hitam    yg lucu,hmmm aku sangat suka gadis dengan underwear hitam. akupun    meninggalkan bibirnya dan mulai menciumi dan menjilati leher serta    wilayah sekitar dadanya. ia hanya mengerang sambil menahan kenikmatan.    aku terus menciumi sekitar buah dadanya yg masih terlindungi, perlahan    tanganku membuka roknya dan ia hanya diam. kini ia hanya memiliki CD    hitam dan Bh hitam ditubuhnya, aku benar2 terkesima dan mencoba menahan    nafsuku yg menggebu gebu melihat tubuh mulusnya.&lt;br /&gt;  akupun membuka baju dan celanaku, aku hanya memakai boxer yg menutupi    samuraiku yg sudah mengeras ini. aku sengaja tidak langsung membuka    underwearnya karena aku ingin melakukanya dengan tenang sehingga ia    takkan melupakan kejadian ini. aku mulai menciumi perutnya dan tanganku    meraba dada dan pahanya. sesekali aku kembali menciumi bibirnya yg    mendesah pelan, aku berusaha konsentrasi menciumi bagian selangkangan    dan pahanya sementara tangan kananku mulai memijit bagian sensitivnya    dari luar CD hitam yg sudah basah. dia sangat mendesah dan terangsang    karena perbuatanku ini, bibirku mulai menciumi vegynya dari luar CD dan    sesekali aku beri dorongan dan hisapan kuat kevegynya yg basah.    tongkolku sudah tak tahan berada didalam boxerku, akupun menghentikan    basa basi ini dan langsung mengangkat tubuhnya yg mungil menuju    kekamarku.&lt;br /&gt;  sambil terus berciuman, aku menggendongnya menuju kamar surgaku.    perlahan aku membaringkan tubuhnya dikasurku yg luas, aku kembali    menciumi vegynya sementara tanganku bermain main dengan dadanya. kini    aku benar2 menyedot dan mencium kuat vegynya yg masih tertutupi CD tiba2    ia mengerang hebat, ternyata ia mengalami orgasme pertama. ia terkulai    lemas, namun ini belum apa apa karena “apa apa” yg sebenarnya masih    tegar menanti dibalik boxerku ini. ia memberi tahu padaku bahwa ternyata    ia masih perawan, gila aku tak tahu harus senang atau bingung. aku hanya    ga mau terjebak dalam hubunga yg berdasar dendam ini. keapalang basah    aku takperduli, samuraiku tak mungkin tunduk begitu saja karena situasi    ini. aku kembali minciumi bibinya dan turun hingga kevegynya, aku    menurunkan CDnya dengan lembut sambil bibirku tetap menjilati vegynya yg    dilapisi bulu-bulu tipis indah. aku jilat semua meskipun becek karena    cairannya yg keluar begitu banyak saat orgasme tadi. aku naik keatas    tubuhnya dan melepaskan BH hitamnya dan langsung menjilati putingnya yg    sudah mengeras dan berwarna pink itu.&lt;br /&gt;  akupun melepaskan boxerku dan membiarkan tongkolku menggantung gagah    didekat selangkangannya karena aku masih konsen dengan buah dadanya yg    indah itu. dia memintaku untuk tidak menyakitinya, aku tersenyum dan    meyakinkan dia kalau permainan ini takkan dapat ia lupakan. perlahan aku    menarik tubuhnya kepinggir tempat tidur agar aku bisa berposisi berdiri    yg baik, aku siap menancapkan tongkolku kelubang senggamanya yg becek,    perlahan aku tempelkan tongkolku dan menggesekannya kebibir vegynya,    iapun menggerang kuat. aku mencoba menekan kepala tongkolku hingga masuk    kevegynya, ia menjerit menahan sakit. aku pelankan coblosanku sehingga    ia sedikit tenang, kepala tongkolku sudah berada didalam vegynya,    perlahan kutekan lagi dan darah perawanpun mulai mengalir sehingga wajah    Linda kini menggeram menahan sakit, tampak air matanya sedikit mengalir.    pelan aku tekan lagi tongkolku sehingga kini sudah masuk 1/4nya, darah    dan cairan hangat terasa mengalir dibatang tongkolku. aku menggesekannya    perlahan dan mencoba membuatnya tidak begitu kesakitan.&lt;br /&gt;  BLESHHH… tongkolku masuk sempurna hingga mentok, mungkin karna tongkolku    memang sedikit besar dan panjang. ia menggerang kesakitan sambil merasa    nikmat untuk pertama kalinya. namun kini semua seudah terkendali,    perlahan aku menggenjot vegynya yg basah. sambil masing2 tanganku    memegangi buah dada dan pantatnya&lt;br /&gt;  , ia tampak lebih tenang dan mulai menikmati vegynya yg kugenjot. aku    mempercepat genjotanku, ia mendesah kuat dan memintaku lebih perlahan.    aku menurut, aku coba untuk mengatur kecepatan enjotanku.&lt;br /&gt;  aku merasa tongkolku benar2 dijepit sesuatu yg hangat dan berlendir, aku    benar2 menikmati vegynya. wajah Linda kini tampak penuh nafsu dan mulai    mengikuti irama enjotanku.&lt;br /&gt;  beberapa menit berlalu, aku mulai mempercepat enjotanku dan ia mulai    mengerang tanda ingin orgasme. BYUUURRR tongkolku serasa disiram oleh    air susu yg hangat, dia mendesah nikmat untuk orgasme keduanya dengan    sempurna. tak lama ia orgasme aku merasa tongkolku mulai tak tahan    menahan kenikmatan, aku mempercepat enjotanku diiringi desahannya yg    sesuai irama, saat enjotan nikmat yg cepat aku langsung mencabut    tongkolku dan memuntahkan semua spermaku diatas perutnya, iapun hanya    tertawa dan perlahan tangannya meraih tongkolku yg mulai melemas diatas    perutnya. aku benar2 menikmati game ini, vegynya sangat luar biasa. aku    masih berdiri diselangkangannya sambil membungkukan tubuhku, ia yg masih    posisi mengangkang sambil tanganya mengocok lembut tongkolku dan berkata    “ini ya yg masuk kedalam punyaku, pantes sakit” aku tersenyum dan    perlahan aku merebahkan tubuhku disampingnya sedangkan tangannya masih    saja mengelus2 tongkolku yg sudah lemas.&lt;br /&gt;  “enak banget ya, tapi aku takut hamil yank”katanya,”tenang aja kan aku    ngeluarinnya diluar”jawabku dengan tenang. aku kembali menciumi bibirnya    dengan lembut sedangkan tangannya tetap aktiv mengelus tongkolku,    tongkolkupun mulai mengeras kembali. kini aku memintanya untuk ikut    kekamar mandiku, kami mandi berdua dan terus bercumbu ria dibawah shower    sambil menunggu bathupqu terisi penuh.&lt;br /&gt;  perlahan aku masuk kebathup dan ia mengikuti, kini aku ingin    melakukannya didalam air. iapun masuk kedalam bathup dan kami kembali    berciuman dalam kondisi bugil, aku langsung mengarahkan tongkolku yg    sudah mengeras kedalam vegynya, posisi ini sangat sulit apalagi ia baru    saja melepas keperawanannya tentu saja vegynya masih cukup sulit    dibobol. namun aku berhasil, dan kami bermain dibathup, tak lama    kugenjot mekinya iapun orgasme. karena aku merasa tak nyaman akupun    memintanya untuk ganti gaya, kami keluar dari bathup dan aku memintanya    untuk membungkuk (dogystyle) iapun menurut.&lt;br /&gt;  dalam gaya ini aku adalah rajanya, aku sangat leluasa dalam menggenjot    vegynya. ia bertumpu pada dinding dibawah shower, untuk menambah gairah    aku menyalakan shower sehingga permainan kami dibasahi oleh rintik2 air    yg lembut. dia hanya mendesah nikmat sementara aku terus menggenjotnya.    tak lama ia kembali orgasme, aku benar2 tak bisa menahan pejuku yg sudah    diujung karena tembakan orgasmenya benar2 membuat tongkolku hangat.    akupun tak tahan dan mencabut tongkolku dan menarik tangannya untuk    mengocok tongkolku, dia menurut dan dengan sigap ia mengocoknya cepat.    CrOOOt cRoooT pejuku menembak ke dada dan dagunya, iapun tertawa    sementara aku mendesah nikmat. ia terus mengocok tongkolku dengan lembut    hingga kami selesai mandi. setelah itu kami melakukannya sekali lagi    diruang tamuku sebelum ia pulang.&lt;br /&gt;  keesokannya aku diundang dalam pertemuan organisasi pecinta alam,    ditempat ini aku bertemu dengan seorang gadis sebut saja Reva. Reva    adalah ketua dari salah satu organisasi yg cukup hebat juga dikota itu.    umurnya 3 tahun lebih tua dariku, namun ia sangat menarik dan dia    tipekal wanita yg bisa dibilang Sangat Cantik. aku langsung cepat dekat    dengannya, dia anak yg sangat asyik untuk diajak bicara. dia juga anak    dari seorang pengusaha yg kaya, dia tinggal sendiri dirumahnya karena    nasib kami hampir sama.&lt;br /&gt;  hubunganku dengan Linda hanya bertahan dua hari setelah perkenalanku    dengan Reva, hari itu aku sedang tidak sehat dan Linda datang untuk    menjengukku. sengaja aku menyuruh pembantuku untuk tidak usah kerumah    hari ini. aku dan Lindapun melakukan ritual seperti biasa dikamarku, tak    berapa lama kami selesai ritual pertama terdengar bunyi bel rumahku.    Reva datang untuk menjengukku, aku keluar hanya menggunakan boxer saja,    aku tak terkejut melihat Reva karena aku sudah menelponnya sejak pagi    bahwa aku sakit dan ini adalah salah satu bagian dari rencanaku. Linda    menyusulku diruang tamu dengan menggunakan piyama, dengan tenang aku    meminta mereka untuk berkenalan. aku tetap ngobrol dengan Reva diruang    tamu, lalu Linda memanggilku dari dalam. akupun meninggalkan Reva    diruang tamu dan menemui Linda diteras belakang rumah, “siapa dia?”tanya    Linda. “dia temanku diorganisasi!” jawabku santai, “kamu suka dia    ya?”tanyanya lagi, “yah ga tahu juga sih, mungkin iya mungkin ngga…    sudahlah mending kamu pulang aja, ntar malem aku telpon” jawabku santai.    Linda tertunduk diam tanpa expresi, lalu ia menuju kamar untuk ganti    baju sedangkan aku kembali keruang tamu. Linda pamit denganku dan pergi    meninggalkanku dan Reva diruang tamu, akupun tak merasa bersalah ataupun    kasihan saat itu.&lt;br /&gt;  Reva sedikit bertanya tentang hubunganku dengan Linda, dengan santai aku    menjawab apa adanya. Reva tampak tak perduli dengan jawabanku dan tetap    tersenyum penuh harapan dariku,akupun memintanya untuk bersantai diteras    belakang sambil menungguku membuat minuman. setelah itu aku berpura2    pusing dan ingin kembali kekamar karena aku hanya ingin melihat    responnya. ternyata ia tak ingin pulang dan membiarkanku masuk kekamar.    aku sengaja membiarkan pintu kamarku terbuka, tak lama aku dikamar iapun    menyusul masuk. “aku ikutan tidur ya?”tanyanya seraya bercanda, “ya udah    silahkan, anggap aja kamar sendiri”jawabku. iapun berbaring disebelahku,    karena lelah setelah ritual bersama Linda tadi akupun tertidur sesaat.&lt;br /&gt;  tiba2 bibirku merasakan hangat karena sesuatu yg menyentuh lembut, aku    tetap berpejam agar tak merusak situasi. bibirku terasa dilumat dengan    lembut, dan kini aku memulai sandiwara seakan terkejut.&lt;br /&gt;  “Reva???” tanyaku dengan gelagat sok bingung, Reva tak terlihat kaget    dan ia malah tersenyum sambil berkata “sorry… udah lama aku tahu tentang    kamu, ga nyangka akhirnya bisa kenal ma kamu… tapi sayang kamu udah    punya pacar,,, hmmm beruntung ya Linda bisa dapetin kamu!”… tanpa    berkata lagi aku langsung melumat bibirnya, iapun membalasnya dengan    liar, anak ini sangat pengalaman. kamipun bercumbu hebat diatas ranjang    yg penuh noda itu, akupun langsung mebuka bajunya dan ternyata iapun    membantu hingga membuka celananya. kini kami sama2 hanya memakai    underwear, payudara besarnya yg masih tertutup oleh Bh menggesek-gesek    dadaku. kami bercumbu dengan liar dan penuh nafsu, akupun tak sabar    untuk membuka Bhnya, kini Bhnya bebas dari pelindung dan akupun langsung    melumat putingnya.&lt;br /&gt;  Ia mengerang nikmat sambil tangannya mengelus elus tongkolku dari luar    boxer, aku terus menjilati susunya sambil sesekali menggigit putingnya    sementara ia tetap aktiv mengelus tongkolku. tanganku mulai menjamah    senggamanya yg mulai basah, sementara mulutku berusaha melumat semua    payudaranya. ia berhenti mengulas tongkolku dan membalikan tubuhku,kini    aku dibawah kendalinya. ia melepaskan boxerku dengan lembut, tongkolku    yg sudah tegang dengan gagah itupun langsung disambarnya. dikocoknya    tongkolku dengn cepat sambil sesekali menjilatinya,aku hanya pasrah    dalam kondisi nikmat yg hampir mirip dengan adegan pemerkosaan ini.    diapun menguluym tongkolku dengan ganas, sesekali ia menggigit kepala    tongkolku, itu sakit yg nikmat. karena tak tahan atas perbuatan liarnya    itu, aku langsung menarik wajahnya dan melumat bibirnya dan langsung    membalika tubuhnya.&lt;br /&gt;  aku lepaskan Cdnya dengan sedikit kasar dan langsung menyedot vegynya yg    basah, ia mendesah nikmat dan aku semakin liar menyedot dan tanganku    meremas pantatnya dan buah dadanya. ia berontak dan menarik tubuhku dan    membuatku terlentang diatas ranjang, dia langsung jongkok diatas    tubuhkun dan mengarahkan tongkolku kearah vegynya. BLESSSH,,, tongkolku    masuk dengan cepat dan ia mulai menggenjot naik turun, desahan kamipun    seirama. semakin bernafsu dia semakin liar, genjotannyapun makin    beragam,naik turun dan goyang kiri kanan. akhhh,,, aku sangat terbuai    dengan liarnya dosa yg nikmat itu, baru kali ini aku merasakan vegy dari    seorang gadis yg begitu liar dalam berseks. ia makin mendesah kuat dan    mempercepat genjotannya, aku mencoba memegangi badannya karena aku    merasa sedikit tidak nyaman dengan enjotannya yg kasar. BYUUURSHHH,,,    dia orgasme dan membuat tongkolku becek ga karuan, dia langsung menciumi    tubuhku sampai kemulutku, dalam kondisi tongkolku masih didalam mekinya    ia terus menggenjotnya.&lt;br /&gt;  akupun tak tahan dengan pembantaian secara sepihak ini, aku langsung    mengangkat tubuhnya dan posisi kami berdiri untuk sesaat. aku memeluknya    erat dan menggenjotnya dalam posisi berdiri.&lt;br /&gt;  lalu kuturunkan ia kekursi yg besar yg biasa kujadikan tempatku nyantai    sambil maen game dikamarku itu. aku berusaha mengatur agar tongkolku tak    tercabut dari liang senggamanya, setelah posisi ia duduk ngangkang    dengan sempurna akupun langsung mempercepat genjotanku. ia mendesah kuat    lagi, aku mulai tak mampu menahan nikmatnya vegy Reva. “aku mau keluar    lagi…” katanya… “bentar aja, bareng”jawabku… desahan serentak kami    benar2 sempurna… tak lama, Byurshhh… dia orgasme… Ah ah ahk… terus….    katanya. akupun keluar… CROOOT crooot… aku tembakan pejuku didalam liang    senggamanya… ahhh… enak banget Rev… perlahan ia menempelkan tubuhnya dan    memeluku dan terkulai lemas dilantai,aku dibawah dan ia diatas.&lt;br /&gt;  “uhhh enak banget,udah lama aku pengen gini ma kamu…!”katanya sambil    menciumi dadaku dan sesekali menggigit puting mungilku,”aku juga senang    banget bisa gini ma kamu, ga nyangka kamu hebat ya” jawabku. perlahan    tongkolku mulai melemas didalam vegynya, tapi sesekali ia menggenjot dan    menggoyangkan pinggulnya pelan. kami melakukannya lagi diruang TV    keluarga dan dikamar mandi.&lt;br /&gt;  ssetelah hari itu aku tak pernah berjumpa atau menghubungi Linda lagi,    aku asyik dengan hubunganku dan Reva. karena ia juga tinggal sendiri    dirumahnya, kami pernah menghabiskan waktu selama 3 hari dirumahnya    tanpa menggunakan busana. seks liar kami mainkan dengan gila dirumahnya,    saat itu aku sadar bahwa Reva sangat mencintaiku dan tak ingin    kehilangan aku. timku dan tim Revapun bergabung, kami sering camping    bersama dan melakukan seks liar dihutan,pantai, bahkan kami pernah    melakukannya didalam gua yg konon sangat angker. namun kegilaan dan    liarnya kami membuat kami tak perduli pada apapun dan siapapun.&lt;br /&gt;  beberapa bulan berlalu, sampai suatu hari aku pergi clubing dengan Reva    dan teman2 perempuannya, entah kenapa perasaanku sangat tidak enak saat    itu. aku melihat seorang pria paruh baya bersama seorang gadis yg cantik    dengan dandanan yg exotis. entah kenapa mataku tak lepas darinya, Reva    asyik dugem dengan teman2nya dilantai bersama orang2 gila lainnya. saat    pria itu menggandeng gadis cantik itu dan berjalan meninggalkan    keramaian menuju pintu keluar, gadis itu sempat menatapku dan berlalu    dipintu… aku sadar dan sangat mengenali wajah gadis itu, dia adalah    Linda.&lt;br /&gt;  entah apa yg terjadi padaku, aku merasa bersalah, menyesal, sakit,    cemburu, dan menderita diwaktu yg bersamaan. tak terasa air mataku    mengalir, dan aku langsung lari keluar mengejar mereka. dari kejauhan    aku melihat pria tua itu membukakan pintu mobil marcy E300 clasic dan    meminta gadis itu masuk, sepintas gadis itu melihatku dan mereka melesat    dihadapanku. aku bisa tahu mobil itu. (karena aku memiliki mobil yg sama    dan aku juga maniak otomotif jadi aku sangat mudah mengenali tipe mobil    meski hanya dari jauh). aku hanya berdiri tanpa ekspresi, lalu aku    kembali kedalam. aku ambil minumanku dan meminumnya hingga habis, aku    masih berdiri dengan penuh emosi dan sesaat aku langsung membanting    gelasku sehingga semua terdiam sunyi, ruangan yg awalnya sangat hingar    bingar itu kini sunyi dan semua mata menuju padaku, aku tak perduli.    Reva langsung mendekatiku dan bertanya tapi aku diam dan    meninggalkannya. aku pulang kerumah…&lt;br /&gt;  Reva menelpon namun tak kujawab. esoknya aku menemui Reva dirumahnya, ia    menyambutku dengan ciuman mesra namun hanya sebentar dan aku mengelak.    aku duduk diatas sofa ruang tamunya, dia duduk didepanku dan bertanya    apa yg terjadi padaku….aku diam seribu bahasa,lalu aku berkata dengan    tegas tapi tenang “hubungan kita tak bisa dilanjutkan, kamu harus    meninggalkan aku dan menemukan pria yg lebih baik. keputusanku tak dapat    dipertanyakan, semua berakhir Reva,,, hari ini juga… selamat tinggal!”    aku diam dan menatapnya, wajah bingungnya berubah menjadi wajah tanpa    expresi. lalu aku pergi meninggalkannya.&lt;br /&gt;  aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. esoknya salah satu teman    Reva menelponku, dia bilang Reva tak bisa dihubungi dan memintaku untuk    mengecek rumahnya. beberapa saat setelah itu akupun pergi kerumahnya,    dari kejauhan aku melihat ada keramaian didekat rumahnya. aku    memarkirkan mobilku agak jauh dari keramaian, aku melihat ada ambulance    dan mobil polisi. salah seorang yg ada disitu berbicara pada temannya ”    kasihan ya, koq bisa sih cewek itu bunuh diri?”… aku mendengarnya dengan    jelas, aku termundur dan terdiam. aku langsung meninggalkan tempat itu    dan pergi kevilla milik ayahku tak jauh dari kota.&lt;br /&gt;  telpon2 dan sms2 makian masuk keHPku, Linda gantung diri pada malam    dihari aku memutuskan hubungan kami. rasa bersalahku tak dapat    diungkapkan dengan kata2, aku habiskan 2minggu divillaku bukan karena    takut akan polisi namun aku ragu untuk melanjutkan hidupku. teman2    timkupun datang kevilla, mereka tahu apa yg terjadi padaku. merekalah yg    berusaha membangkitkan semangat hidupku. sangat sulit bagiku untuk    melupakan dosa dan kesalahanku pada mereka, namun kebejatanku tetap saja    ada hingga kejadian yg hampir serupa terjadi lagi satu tahun setelahnya,    itu lah yg kuceritakan pada moment sebelum cerita ini.&lt;br /&gt;  cerita ini sangatlah memukul aku, karena aku menghancurkan dua jiwa    sekaligus.&lt;br /&gt;  saat ini aku hidup dengan damai dan aku tidak sebejat dulu, aku berusaha    hidup menjadi orang baik. tapi aku sadar, sampai kapanpun bayangan    kebejatanku takkan hilang dari setiap mimpi2ku.&lt;br /&gt;  sekarang aku benar2 sadar, indahnya melakukan kesalahan namun lebih    sakit setelah penyesalannya dan semua itu takkan berguna… penyesalan    takkan berakhir…&lt;br /&gt;  ambilah maknanya dan hindari penyesalannya…</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6861016437895657546'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6861016437895657546'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/kesenangan-menjadi-penyesalan.html' title='Kesenangan menjadi penyesalan'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-7943662830248676896</id><published>2010-05-24T21:11:00.000-07:00</published><updated>2010-05-24T21:12:19.303-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Birahi"/><title type='text'>Tika, Istri Gelapku</title><content type='html'>Balas membalas email antara aku dan Tika boleh dibilang cukup lancar.    Bayangkan saja sejak 4 Juni 2003 hingga saat ini, Tika tidak pernah alpa    mengirim email padaku dan tentu saja sebaliknya aku tidak pernah alpa    membalasnya secara otomatis pada saat itu juga. Sampai-sampai kami    membuat kesepakatan untuk buka dan kirim email setiap hari Senin, Rabu    dan Jum&#39;at (3x seminggu). Banyak pengalaman dan informasi yang kami    tukar. Mulai dari asal usul, pengalaman sex, ciri-ciri dan keinginan sex    kami masing-masing serta jadwal pertemuan kami di kota makassar. Bahkan    kami saling menginformasikan mengenai alat sensitif kami secara jujur,    yang akhirnya saya kirimkan foto berkat pengajaran dari Tika soal cara    mengirim foto lewat email, sebab saat itu saya masih awam dalam hal    kirim mengirim foto lewat email.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tidak kurang dari 25 kali kami saling membalas email, hingga sampai    puncaknya pada tanggal 7 Oktober 2003, di mana kami betul-betul serius    mau melakukan pertemuan secara langsung dan sekaligus memperaktekkan    tentang pengalaman dan kebutuhan sex kami masing-masing. Saya tidak    pernah yakin kalau perkenalan lewat email itu bisa mempertemukan kami    secara langsung, apalagi jarak antara kota saya dengan kota tempat    tinggal Tika sekitar 200 km lebih. Namun kenyataan menunjukkan bahwa    janji dan keinginan sex kami bukan hanya isapan jempol dan teori saja,    melainkan kami betul-betul berhasil bertemu muka, bahkan melakukan    praktek bersama di salah satu wisma di Makassar.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Bagi Tika mungkin tidak terlalu sulit menemukanku di terminal setelah    kami janjian ketemu di salah satu tempat di kompleks terminal Panaikan    sebab dia telah menerima fotoku lebih dahulu yang kukirim lewat email.    Tapi bagiku menemukan orang yang belum pernah kulihat sebelumnya,    apalagi ciri-cirinya tidak sempat menjelaskan secara rinci di emailnya,    tentu sangat sulit, sebab selain aku belum banyak pengalaman di kota    Makassar, termasuk di terminal Panaikan, juga terlalu banyak wanita muda    yang berkeliaran, apalagi aku belum yakin 100% atas janjinya mau    menemuiku di terminal itu. Tapi aku tetap bertekad untuk ke Makassar    siapa tahu bisa jadi kenyataan, kalaupun ia permainkan aku, kuanggap hal    itu sebagai pengalaman buatku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Jam 7.00 pagi saya sudah naik mobil dan berangkat meninggalkan rumah    tempat tinggalku menuju kota makassar dengan alasan sama istriku bahwa    ada urusan bisnis penting selama sehari di Makassar agar ia izinkan aku    berangkat. Namun karena berbagai hambatan diperjalanan, maka aku    terlambat 1 jam tiba di terminal sebagaimana rencana yang kusampaikan    Tika semula. Sebelum aku turun dari mobil tumpanganku, aku tiba-tiba    gemetar dan merasa takut kalau-kalau dia lebih dahulu memperhatikanku    dan aku juga diliputi rasa was-wasa jangan-jangan dia mau menjebakku    dengan membawa pasukannya atau teman laki-lakinya ke terminal serta    berbagai macam dugaan yang muncul dibenakku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mataku mulai membelalak sejak mobil belok ke kanan dan berhenti di depan    loket pembayaran retribusi hingga memasuki pelataran parkir. Aku turun    dan membayar sewa mobil sambil berusaha tersenyum sendirian dengan    perasaan tidak menentu kalau-kalau dia telah memperhatikanku. Akibat    konsetrasiku mencari seorang gadis muda yang sedang bingung mencari    seseorang, maka hampir aku kecolongan memberi uang kepada orang lain    yang tidak kukenal. Untung saja orang itu tidak segera mengambil uang    yang kusodorkan itu, sebab ternyata yang kuserahkan sewa mobilku bukan    sopir mobil itu, melainkan orang lain yang kebetulan mencari muatan buat    mobilnya. Ini gara-gara terlalu gembira mau ketemu dengan seorang gadis    yang belum tentu datang ke terminal itu, apalagi bodi dan ciri-ciri    pakaiannya belum jelas sama sekali. Kejadian itu pasti tidak pernah    terlupakan seumur hidupku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sekitar 20 m aku bolak balik dari pelataran paling bawah ke pelataran    paling atas di terminal itu, bahkan hampir semua warung dan tempat    duduk-duduk para penumpang bis aku intip tanpa ada rasa segan, meskipun    aku tetap agak malu kalau-kalau ada penumpang dari kotaku asalku yang    mengenal dan memperhatikanku, yang bisa saja melaporkan sikapku itu pada    istriku nanti. Setelah capek keliling, akhirnya aku putuskan untuk masuk    wartel lalu menghubungi HV-nya, sebab lewat emailku sebelumnya aku telah    berpesan agar tidak dimatikan HV-nya hari itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Halo, Tika yah? di mana kamu sekarang? aku ini ada di terminal    mencarimu sejak tadi&quot; demikian kata saya melalui telepon.&lt;br /&gt;  &quot;Halo, betul ini Tika. Saya ada di kampus sekarang lagi makan siang ama    teman-teman di warung kampus nih. Tunggu aja di situ yah, aku akan    segera meluncur ke sana, tapi tepatnya kamu nunggu di mana yah?&quot; itulah    jawaban Tika saat itu seolah menunjukkan keseriusannya mau ketemu    denganku.&lt;br /&gt;  &quot;Oke sayang, aku akan setia menunggumu di depan wartel belakang pos    pungutan retribusi masuk, sudah ngga tahan nih mau ketemu denganmu&quot;    demikian jawaban singkat saya saat itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Hampir setiap mobil, terutama petek-petek dan taxi kuamati isinya dan    penumpang yang turun kalau-kalau ia naik kendaraan itu, meskipun    sesekali juga kuperhatikan motor yang lewat jangan sampai ia naik motor.    Hanya dalam waktu sekitar 20 menit kemudian, aku tiba-tiba mendengar    suara panggilan dari sebelah kiri di mana aku duduk dengan sedikit    tertahan, &quot;Halo-halo, eh-eh,&quot; ternyata suara itu adalah berasal dari    seorang gadis muda yang sedang menjinjing tas mahasiswa, yang nampaknya    diarahkan padaku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Akupun segera berbalik ke arahnya, namun ia segera berjalan berputar di    samping mobil yang ada di belakangku. Walaupun sedikit ragu, tapi    keyakinanku lebih besar mencurigai kalau wanita itu adalah Tika yang    sejak tadi aku tunggu, aku cari dan aku idam-idamkan selama ini. Sambil    mengikuti langkah kakinya, getaran jantungku semakin dag dig dug, dan    tiba-tiba ia membalikkan wajahnya sehingga kami berhadap-hadapan dan    saling menatap sejenak di tengah-tengah keramaian penumpang yang ada di    terminal itu, hanya 30 cm jaraknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kamu Aidit khan&quot; katanya dengan suara yang lembut.&lt;br /&gt;  &quot;Yah, dan kamu Tika khan&quot; aku balik bertanya dengan mengarahkan    telunjukku pada wajahnya sambil kami tersenyum.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Entah apa yang bergejolak di pikirannya saat itu, tapi yang jelas aku    rasanya ingin langsung memeluk tubuhnya, untung segera kusadari kalau    tempat ini dihuni oleh banyak orang, yang tidak mustahil ada yang    mengenal kami. Tanpa banyak basa basi lagi, ia segera naik mobil    petek-petek dan akupun segera mengikutinya bagaikan kerbau yang dicocok    hidungnya. Di dalam mobil, kami banyak membicarakan soal    ketidakpercayaan kami atas pertemuan ini, bahkan pengakuannya ia sedikit    agak kesal dan hampir putus asa menunggu sejak pukul 10.00 pagi tadi di    terminal sesuai informasi yang telah kusampaikan, namun aku berkali-kali    minta maaf atas keterlambatan tiba di terminal mobil yang kutumpangi    itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dari 2x pindah petek-petek menuju wisma yang telah ia janjikan dalam    emailnya, kami tidak pernah kehabisan bahan bicara, bahkan kami duduk    sangat rapat, sehingga anginpun sulit melewati perantaraan duduk kami.    Tubuh kami seolah melengket pakai lem tanpa ada perasaan malu sedikit    pun dari penumpang lainnya. Dalam hati saya biar mereka memperhatikan    kami toh mereka tidak mengenal kami. Kami bagaikan suami isteri yang    baru ketemu setelah sekian lamanya berpisah. Betul-betul saling    melepaskan kerinduan. Sekitar 30 m dari wisma yang kami tuju, Tika    tiba-tiba menghentikan mobil lalu turun dan akupun mengikutinya. Maklum    aku belum banyak kenal kota Makassar. Meskipun aku tetap selalu berusaha    untuk membayar sewa petek-petek setiap turun, tapi selalu saja Tika    mendahuluiku atau aku kalah cepat membayarnya. Sebagai seorang pria,    akupun merasa berat dan malu, tapi Tika nampaknya betul-betul mau    membuktikan janjinya untuk memberikan layanan 100% jika aku datang    menemuinya di Makassar.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Rencana pertemuan kami di kota Makassar betul-betul sudah sangat matang,    sebab kami telah membeberkan kelemahan dan keterbatasan kami    masing-masing lewat email, namun kami tetap saling berjanji akan    menerima apa adanya, yang penting tujuan kami hanya satu yaitu saling    memberi kepuasan sex sesuai kemampuan dan pengalaman serta keinginan    kami masing-masing. Pekerjaan, keuangan dan penampilan, bahkan usia,    kami telah sepakat untuk tidak mempersoalkannya. Demikian seriusnya Tika    mau menyenangkan diriku, sehingga ia siap membantu membayar sewa kamar    wismanya dan siap memberikan tubuhnya sepenuh hati buatku serta    mengorbankan perasaannya demi kebahagiaanku nanti. Bahkan kami telah    janjian untuk saling menjilati kemaluan dan mencukur bulunya sebelum    pertemuan, sampai-sampai ia memberitahukan jadwal tamu bulanannya agar    kedatanganku nanti tidak bertepatan agar ia dapat melayaniku 100%.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sebelum kami masuk wisma tersebut, Tika menyempatkan diri membeli aqua    besar untuk keperluan dalam kamar nanti. Entah buat minum atau apa saja    yang membutuhkan air. Setelah membayarnya, Tika meminta aku membawa air    itu dan apapaun rasanya diperintahkan oleh Tika saat itu pasti kuturuti    karena keseriusannya melayaniku, padahal Tika adalah seorang gadis muda,    mulus, berkulit putih dan menggairahkan bagiku, apalagi seorang    mahasiswi. Sementara aku termasuk sudah setengah baya yang berkulit    hitam dan keriput, punya istri dan 3 orang anak lagi. Siapa tidak    bahagia dan mangga berteman, apalagi bercinta dengan wanita seperti Tika    itu yang ikhlas berkorban untuk kesenangan aku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Tik, apa wisma ini cukup aman buat kita? dan apa selama ini ngga    sering-sering dirazia oleh petugas?&quot; tanya saya pada Tika saat kami    barengan masuk pintu wisma itu sambil mengawasi di sekelilingnya.&lt;br /&gt;  &quot;Ngga taulah, sebab baru satu kali aku ke sini sewaktu pacarku membawaku    dengan tujuan yang sama sampai aku tahu tempat ini, dan itupun sudah    lama&quot; jawabnya sambil menceritakan soal peristiwa persenggamaannya    dengan pacarnya tempo hari di wisma tersebut.&lt;br /&gt;  &quot;Mudah-mudahan aja ngga terjadi apa yang kita khawatirkan&quot; katanya lebih    lanjut.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Selesai kami lihat tarif dan kamar yang kosong pada serlembar kertas di    atas meja pelayanannya, Tikapun membuka dompetnya dan aku usulkan untuk    gabung saja biar lebih ringan pembayarannya. Waktu itu, kami hanya    membayar Rp. 55.000 untuk 6 jam, sebab nampaknya kamar lainnya penuh    semua, dan kupikir 6 jam itu cukup lama buat kami yang tidak rencana    menginap. Bisa kami selesaikan beberapa ronde.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tepat pada jam 2.00 siang, kami telah masuk di wisma yang tidak perlu    saya sebutkan namanya itu. Setelah kami bayar, kami lalu naik ke lantai    dua mengikuti petugas wisma dan masuk ke sebuah kamar yang dilengkapi    dengan air minum, kamar kecil, TV color 14 inc dan sprinbad yang cukup    besar ukurannya. Setelah petugas keluar dari kamar, tinggallah kami    berdua dalam kamar. Tika menutup dan mengunci rapat pintu kamarnya lalu    menutup semua gorden, lalu masuk sebentar ke kamar kecil lalu berbaring    di atas rosban dengan pakaian masih lengkap. Sedangkan aku terlebih juga    lebih dahulu masuk kamar kecil buat buang air, lalu ikut berbaring    disamping Tika. Sambil berbaring dengan pakaian masih lengkap, kami    bincang- bicang dan saling mengutarakan rasa kerinduan kami selama ini.    Tanpa aku sadar, tangan kananku sudah memeluk tubuh Tika dan Tikapun    tampaknya tidak segan-segan lagi membalas pelukanku, sehingga kami    saling berpelukan dalam keadaan berbaring menyamping.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Aku sangat merindukanmu sayang, ingin sekali memelukmu&quot; ucapanku    sedikit berbisik ketika wajah kami sudah saling menyentuh sehingga napas    kami sudah saling beradu.&lt;br /&gt;  &quot;Aku juga sangat rindu padamu suamiku, mari kita lepaskan kerinduan    kita&quot; jawabnya sambil memasukkan lidahnya dalam mulutku, sehingga kami    saling mengisap, saling bergumul dan memainkan lidah dalam mulut kami    masing-masing.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Permainan mulut dan lidah kami berlangsung semakin rapat dan cukup lama,    sampai kami merasa terengah-engah akibat kecapean mengisap. Bahkan aku    lupa mandi sesuai kesepakatan kami semula ketika kami saling    berhadap-hadapan di tempat tidur itu. Demikian serunya permainan mulut    kami, sehingga tidak ingin rasanya ada istirahat sejenak dan melewatkan    kesempatan sedetikpun dalam kamar itu mumpung masih sempat.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sambil bermain lidah, saya mencoba memasukkan tangan kananku ke dalam    baju kain Tika hingga masuk ke dalam BH-nya yang ukurannya cukup    sederhana. Sebagai seorang gadis yang jam terbangnya dalam dunia sex    masih cukup terbatas bila dibanding dengan jam terbangku, tentu ia tidak    tahan lama dipermainkan payudaranya, apalagi saya remas-remas kedua    payudaranya dengan lembut dan sesekali menindis-nindis putingnya yang    mulai mengeras dan menonjol itu. Ia tidak mampu lagi sembunyikan    kenikmatan yang ia rasakan dan terasa ia mulai terangsang, yang sangat    kedengaran dari suaranya yang mengerang-erang kecil. Utungnya tidak ada    orang yang dekat dengan kamar itu, sebab memang kamar itu berada    dibagian paling depan dan disudut wisma sehingga kami leluasa bersuara    agak keras sebagai tanda kenikmatan yang kami alami.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Ngga mau mandi dulu Kak?&quot; katanya mengingatkanku, karena kebetulan aku    keringatan akibat perjalanan jauh dari daerah tadi.&lt;br /&gt;  &quot;Nantilah, setelah kita bermain-main dulu, biar kita lebih lama bercumbu    rayu&quot; jawabku sambil tetap memainkan lidah ke dalam mulutnya dan    meremas-remas teteknya yang montok itu. Namun karena ia nampaknya sudah    sangat terangsang, ia tiba-tiba melepaskan pelukannya dan mengeluarkan    lidahku dari dalam mulutnya lalu duduk sambil satu demi satu ia buka    kancing bajunya hingga terlepas dari badannya. Aku hanya mampu menatap    indahnya tubuh seorang gadis mahasiswi. Mulus dan putih, namun sedikit    agak gemuk sebanding dengan gemuk tubuhku, meskipun ia sedikit pendek    dari ukuran badanku. Warna kulit kami sangat kontras karena kulitnya    putih sementara kulitku agak hitam.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Setelah ia melepaskan baju kain yang dikenakannya, ia lalu kembali    berbaring. Akupun melepaskan baju lengan panjang yang kukenakan seperti    halnya pagawai kantoran saja. Kami kembali berpelukan dan bergumul di    atas kasur yang empuk. Kali ini aku menindihnya meskipun ia masih    mengenakan BH warna putih, sementara aku masih mengenakan baju dalam.    Namun hal itu tidak sampai bertahan lama, sebab aku tidak tahan lagi mau    segera melihat isi dalam BH-nya, sehingga aku lepaskan kaitnya dari    belakang lalu meremas-remas secara bebas dengan kedua tanganku, bahkan    segera kujilati dan mengisap-isap putingnya yang agak bulat dan sedikit    membesar. Sehingga ia kegirangan seolah ingin teriak ketika aku maju    mundurkan mulutku pada putingnya, yang kedengaran bunyinya akibat air    liurku yang membasahinya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tanpa aba-aba dari Tika, sayapun segera merosot rok panjang yang    dikenakannya, lalu kugigit-gigit dan kutusuk-tusuk kemaluannya dari luar    celana dalamnya. Dari luarnya menggambarkan kalau daging yang terbungkus    CD-nya itu sangat montok dan kenyal serta sedikit mulai basah. Aku tak    mampu lagi bertahan menjilatinya dari luar, sehingga aku segera saja    menariknya keluar lewat kedua kakinya. Ternyata dugaanku benar, di    antara selangkangan Tika terdapat seonggok daging yang cukup empuk    dengan tonjolan daging mungil antara kedua belahannya Nampah warnanya    agak kemerahan dan kulit disekelilingnya juga berwarna putih seolah baru    saja dicukur bulu-bulunya sesuai permintaanku dalam emailku sebelum    pertemuan. Kini Tika dalam keadaan bugil penuh sambil baring dengan    merenggangkan kedua paha yang menjepit daging empuk itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tanpa aku tatap lama-lama, aku segera menjulurkan lidahku menelusuri    daging empuk yang terbelah dua itu. Nampaknya aku tidak terlalu sulit    masukkan lidah ke lubang tengahnya itu, karena memang sudah beberapa    kali ditusuk dan dimasuki benda tumpul alias kontol sebelum kami    sebagaimana pengakuannya lebih dahulu padaku lewat emailnya bahwa ia    telah beberapa kali berhubungan sex dengan pacarnya, namun tidak sampai    memuaskannya. Semakin lama semakin kupercepat gocokan lidahku kedalam    memeknya sehingga mengeluarkan bunyi seperti kucing yang menjilat air.    Tika semakin histeris dan menggerak-gerakkan pinggulnya serta dia    mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya bersentuhan    dengan bahunya sambil tetap merenggangkannya. Aku semakin leluasa    memasukkan lidahku lebih dalam dan memutar-mutarnya sehingga terasa    memek Tika semakin mengeluarkan cairan yang membasahi seluruh dinding    lubang memeknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Aduh.. Kak.. enak sekali Kak.. terus Kak.. aahh.. uhh.. mm..&quot; hanya    suara itulah yang berulang-ulang keluar dari mulut Tika ketika aku    menggerak-gerakkan ujung lidahku pada lubang memeknya.&lt;br /&gt;  &quot;Kamu merasa enak sayang? Bagaimana sekarang? Saya masukkan saja?&quot;    pertanyaan saya sambil kupermainkan lidahku dalam lubangnya.&lt;br /&gt;  &quot;Auh.. hee, ohh.. ehh.. mm..&quot; Suara itu semakin menaikkan rangsanganku    sehingga akhirnya aku secara berturut-turut membuka celanaku satu demi    satu dengan dibantu oleh Tika sampai tubuhku sudah telanjang bulat.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kini kami saling bugil dan aku sedikit mundur persis di belakang    pantatnya sambil berlutut dan mengarahkan ujung kontolku pada memek Tika    yang sudah basah dan sedikit terbuka itu. Sebelum aku sempat menusukkan    ujung penisku ke lubang memek Tika, Tika terlebih dahulu meremas dan    mengocok-gocok dengan tangannya sehingga aku semakin tidak tahan lagi    bermain-main di luar. Kini senti demi senti kudorong ke depan hingga    ujung kemaluanku pas tertuju pada lubang kemaluannya. Tika hanya    membantu dengan kedua tangannya membuka kedua bibir memeknya itu,    sehingga kontolku dapat menembus lubang memeknya dengan mudah. Aku    mengangkat tinggi-tinggi kedua kakinya hingga ujungnya berada di atas    kedua bahuku. Kurasakan kontolku masuk menyelusup ke dalam memeknya Tika    tanpa suatu kesulitan yang berarti hingga seluruhnya amblas. Tika    semakin mengerang dan napasnya terengah-engah bagaikan orang yang lari    dengan kencangnya. Suara dan napas kamipun saling memburuh, sekujur    tubuh kami dibasahi oleh keringat. AC di kamar itu nampaknya tidak    terasa pengaruhnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tika menarik pinggulku dengan keras dan akupun menekan kontolku ke dalam    memeknya juga dengan keras sehingga peraduan antara kontolku dengan    memeknya semakin dalam dan kencang. Genjotan kontolku semakin kupercepat    sampai-sampai peraduan paha kami menimbulkan suara cukup besar. Kami    sempat memperhatikan gerakan-gerakan kami itu di cermin besar yang ada    di samping tempat tidur, yang diselingi dengan suara TV 14 inch yang    sengaja kami keraskan suaranya agar tidak sampai orang curiga atas    perbuatan kami dalam kamar.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Keringat yang membasahi tubuh kami semakin bercampur, sehingga terasa    tubuh kami saling lengket. Tika nampaknya tidak puas dengan posisi di    bawah, iapun segera mengeluarkan kontolku dari dalam vaginanya lalu    merobah posisi. Ia dengan sigapnya mengangkangiku lalu memasukkan    kembali kontolku dalam vaginanya lalu ia dengan cepatnya menggerakkan    pinggulnya ke kiri dan ke kenan, ke bawah dan ke atas, sehingga aku    semakin sulit menahan lahar hangat yang tertampung dalam penisku. Bahkan    ia menawarkan padaku untuk membalikan tubuhnya membelakangi wajahku agar    ia dapat dengan jelas mengamati gerakan-gerakan kami lewat cermin, namun    aku menahannya agar tidak mengeluarkan lagi kontolku dari dalam    vaginanya sebab terasa aku sudah sangat mendesak ingin muncratkan    spermaku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mungkin pengaruh capek habis naik mobil dari jauh barusan, sehingga aku    betul-betul kecapean dan sulit lagi mempertahankan gejolak sperma yang    memaksa ingin keluar. Tanpa seizin Tika, spermaku kutumpahkan dalam    vaginanya meskipun aku masih terus memompa memek Tika dari bawah dan    mengikuti gerakan Tika hingga betul-betul kontolku keluar dengan    sendirinya karena kehabisan cairan dan tenaga.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Istirahat aja dulu Kak kalau capek, saya ngerti kok Kakak ini terlalu    capek habis naik kendaraan hampir seharian&quot; kata Tika dengan bijaksana    sambil turun dari atasku lalu berbaring di sampingku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Ia nampaknya tidak kecewa dan cukup mengerti atas keadaanku, sebab masih    banyak kesempatan untuk mengulangi permainan kami sebentar. Apalagi    sebelum kami melakukan semua itu, ia pernah berjanji akan memuaskanku    dan ia tidak bakal kecewa atas keterbatasanku serta tidak terlalu    menuntut untuk dipuaskan jika aku tidak mampu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mendengar kata-kata Tika itu, aku merasa malu dan tidak tau harus    berbuat apa, sebab janji yang pernah kuucapkan pada emailku untuk    memuaskannya, ternyata tidak mudah aku jadikan kenyataan. Entah, apa aku    yang terlalu lemah dan loyo atau Tika yang terlalu kuat dan tidak mudah    mencapai puncak kenikmatan seperti yang pernah disampaikanku lewat email    bahwa sudah beberapa kali ia bersetubuh dengan pacarnya tapi ia tidak    pernah merasakan puncak kenikmatan sex. Apalagi usiaku jauh lebih tua di    atas 10 tahun dari usianya, sehingga seharusnya aku perlu obat penambah    kekuatan dan daya tahan untuk mengimbanginya. Namun aku terlalu ceroboh    dan kurang memperhitungkannya, sehingga aku terpaksa KO lebih awal    sebelum ia ada tanda-tanda akan puas. Aku terlalu mengandalkan    pengalamanku yang mempunyai jam terbang lebih banyak dari dia, apalagi    selama ini hampir semua wanita yang kusetubuhi merasa KO lebih dulu    karena kemampuanku dalam merangsang.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Maaf yah sayang, aku terlalu capek dari daerah, seharusnya istirahat    lebih dulu sebelum kita berperang di atas kasur ini&quot; kata saya untuk    memberi alasan agar ia tidak putus harapan.&lt;br /&gt;  &quot;Nga apa-apa kok Kak, saya khan tidak terlalu berharap dari Kak untuk    dipuaskan, sebab saya hanya mau melihat Kakak puas dan bahagia bersamaku    apalagi saya memang tidak mudah mencapai kepuasan sex Kak&quot; jawabnya    dengan sedikit tersenyum tanpa ada rasa kecewa sedikitpun diwajahnya.&lt;br /&gt;  &quot;Kakak janji, ronde kedua nanti, akan kuusahakan agar Adik bisa juga    merasakan nikmatnya sex. Saya malu dan tidak mau dikatakan hanya    mementingkan diri sendiri, apalagi pasti akan membuat kenangan buruh    dihati adik sepanjang masa, kita istirahat sejenak aja dulu Dik&quot;    begitulah ucapan saya pada Tika mencoba memberi harapan yang besar.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Setelah aku ke kamar mandi membersihkan kemaluanku, saya kembali    berbaring disamping Tika dan berusaha merayu, memeluk dan mencium bibir    dan keningnya serta mengelus-elus puting susunya. Tiba-tiba aku teringat    pada vitamin yang sengaja kubawa dari daerah sebagai obat yang dapat    mengembalikan kondisi tubuh, khususnya bagi yang berusia lanjut. Aku    bangkit dari tempat tidurku, lalu menelannya 2 biji, lalu kembali    berpelukan dengan Tika di atas kasur empuk itu. Ternyata tidak sia-sia,    hanya dalam beberapa menit saja, kontol saya mulai terasa mengeras    kembali, apalagi setelah dipegang-pegang oleh Tika.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Yuk, kita mulai lagi&quot; kataku sambil tersenyum pada Tika.&lt;br /&gt;  &quot;Apa Kakak sudah siap lagi? Istirahat aja dulu sebentar Kak, waktu kita    masih ada beberapa jam lagi di wisma ini&quot; katanya seolah tidak mau    memaksa kemampuanku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sambil berkata begitu, Tika mulai meremas-remas kontolku dan nampaknya    ia juga sangat menginginkan hal itu. Tika segera bangun dan kembali    mengangkangi tubuhku lalu mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya    yang masih basah karena belum dicuci. Ia sengaja saya minta agar lebih    aktif dari aku, karena aku masih agak kecapean. Kontolku yang sudah    mengeras kembali itu tidak terlalu sulit dimasukkan sampai seluruhnya    amblas ke dalam lubang memeknya. Tikapun mulai menggenjot terus dan    kembali menimbulkan bunyi khas, bahkan kali ini ia berbalik membelakangi    wajahku sehingga ia tertawa kecil melihat gerakannya pada cermin di    sudut kamar itu. Setelah ia puas memandangi posisi kami, Tika lalu turun    dan mencoba nungging di depan saya. Sayapun mengerti maksudnya.    Berkali-kali aku arahkan ujung penisku pada memeknya yang agak sedikit    menganga dari belakang, tapi selalu saja mengenai lubang duburnya,    sehingga ia menegurku karena merasa kesakitan.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mungkin Tika atau saya yang kurang cocok dengan posisi itu, sehingga    kami tidak jadi menerapkan posisi nungging itu, melainkan Tika kuminta    berbaring terlentang lalu aku kembali menindihnya dan memasukkan    kontolku dengan mudah lalu menggenjotnya dengan lebih keras dan cepat.    Kali ini berlangsung agak lama daripada ronde pertama tadi.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Ngomong ya Kak jika kau mau muncrat supaya aku tahu&quot; katanya berbisik.&lt;br /&gt;  &quot;Yah sayang, tapi masih jauh rasanya&quot; jawabku singkat.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Peluh kami mulai bercucuran dan basah sekali sekujur tubuh kami.    Walaupun aku telah berusaha menahan spermaku untuk tidak terlalu cepat    keluarnya, namun tetap saja Tika belum ada tanda-tanda akan mencapai    puncaknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Auh.. iihh.. eehh.. aahh.. uuhh..&quot; itulah suara-suara yang menyertai    gerakan pinggul Tika ketika aku semakin mempercepat gerakan pantatku    menekan pnisku masuk lebih dalam lagi. Sementara aku tetap berusaha    untuk tidak mengeluarkan suara meskipun aku merasakan suatu kenikmatan    yang luar biasa dibanding aku bersetubuh dengan istriku.&lt;br /&gt;  &quot;Bagaimana sayang, masih jauh? Aku sudah mulai mau keluar nih, nga    apa-apa khan saya keluarkan di dalam saja?&quot; kataku berterus terang.&lt;br /&gt;  &quot;Silakan Kak, aku sudah makan obat pengaman, ngga bakalan hamil kok,    ibuku khan bidan, jadi mudah kudapatkan obat seperti itu&quot; katanya    meyakinkanku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tidak seberapa lama kemudian, akupun muncrat dalam vaginanya dan kali    ini Tika merasakannya dengan denyutan kontolku. Aku tetap berusaha    menahan kontolku dalam memeknya, sehingga ia merasa hampir mencapai    puncaknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kak, kayaknya aku sudah mau keluar nihh, auhh, mm.. hh&quot; Katanya sambil    terengah-engah dan bersuara agak keras.&lt;br /&gt;  &quot;Bagaimana, sudah hampir sayang? Saya capek sekali nih&quot; kataku terus    terang mengalah, sebab kontolku sudah mulai loyo dan kehabisan tenaga    sehingga sulit sekali bertahan di dalam.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kontolku dengan sendirinya keluar dari dalam memek Tika, sehingga    kamipun berhenti bergoyang, nampun Tika tetap tidak menunjukkan    kekecewaan dan putus asa di wajahnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Aku telah merasa sedikit lebih puas dari ronde pertama tadi atau    mungkin tadi aku udah muncrat tapi aku ngga mengetahuinya&quot; demikian    katanya seolah bahagia dan senang atas pertarungan kami di ronde ke-2.&lt;br /&gt;  &quot;Kita masih punya waktu sekitar 3 jam lagi di kamar ini sayang,    mudah-mudahan kita masih bisa lanjutkan ke ronde yang ke 3, kita    habiskan saja semua sisa-sisa kemampuan kita di tempat ini, sebab kapan    lagi kita dapat kesempatan seperti ini&quot; kataku penuh harap.&lt;br /&gt;  &quot;Kalau sudah capek dan nga mampu lagi Kak, ngga usah diteruskan dan    dipaksakan, khan sudah sama-sama kita merasakan suatu kenikmatan yang    cukup, nanti lain kali aja kita bisa lakukan, saya selalu siap kok kapan    aja Kakak mau asal beritahu lebih dulu&quot; kata Tika dengan santun dan    penuh penghormatan serta kasih sayang padaku, sehingga aku merasa tidak    enak dan berat padanya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kali ini, aku kembali ke kamar mandi membersihkan penis saya yang    berlepotan dengan sperma, dan Tikapun menyusul, lalu kami sama-sama    mengenakan CD kemudian berbaring sambil berpelukan, bermesraan, bahkan    aku berusaha terus merangsangnya, terutama di bagian payudaranya dengan    mengisap-isap putingnya dan meremas-remasnya serta mengecup pipinya.    Kami saling bercanda dan bersenda gurau layaknya suami istri yang seolah    tidak ada beban dan ketakutan sama-sekali. Cukup lama kami bermain-main    di atas tempat tidur itu tanpa pakaian kecuali CD. Sesekali Tika    menyentuh penisku dan meremas-remasnya dari luar CD, sedang aku juga    menyentuh dan mengelus-elus vaginanya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kak, istirahat saja dan tidurlah, biar lebih segar perasaannya, aku    rasanya ngga capek dan nga ngantuk&quot; katanya merayuku berkali-kali agar    aku berusaha tidur. Tapi aku selalu takut kalau-kalau ia meninggalkan    aku sendirian dalam kamar itu, sehingga mataku juga tidak mau tertidur    apalagi sulit lagi kami dapatkan kesempatan emas seperti ini.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Entah pengaruh dari mana, tapi yang jelas tiba-tiba kontolku kembali    tegang dan bergerak-gerak dalam CD-ku, sehingga dirasakan pula oleh Tika    yang sedang berbaring di bagian bawah perutku. Mungkin akibat vitamin    yang kutelan tadi atau karena senda gurau kami yang terlalu asyik. Tika    tiba-tiba bangkit dan duduk di sampingku sambil tertawa.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Wah, ternyata bangun lagi Kak, apa Kakak masih siap melanjutkannya    untuk ronde yang terakhir sebelum kita keluar dari wisma ini kak?&quot;    tanyanya dengan tersenyum dan nampak ia gembira melihat reaksi itu.&lt;br /&gt;  &quot;Boleh saja, tapi isap dulu donk biar lebih keras dan membesar lagi agar    dapat bertahan lebih lama&quot; jawabku dan meminta ia lebih aktif.&lt;br /&gt;  &quot;Ayolah, mari kita coba mulai&quot; katanya terburu-buru sambil membuka CD-ku    dalam keadaan aku tetap terlentang. Hangat dan nikmat sekali.&lt;br /&gt;  &quot;Ahh.. usst.. oohh.. aduhh.. eenakk sekali sayang..&quot; begitulah eranganku    berkali-kali ketika Tika meraih dan memasukkan kontolku ke dalam    mulutnya lalu menggocok-gocoknya dengan mulut.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Setelah aku merasa kontolku cukup keras dan membesar lagi dalam mulut    Tika, aku dengan segera bangkit dari tidurku lalu menarik celana dalam    Tika hingga keluar semuanya. Kali ini aku tarik Tika berbarik sambil    miring sehingga kami berhadap-hadapan, lalu aku coba mengangkat satu    pahanya ke atas dan memasukkan pahaku ke dalam selangkangannya, lalu    menusukkan kontolku ke lubang memeknya hingga amblas seluruhnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Beberapa menit kami dalam posisi seperti ini sambil kami menggerak-    gerakkan pantat maju mundur, akupun mengangkat Tika ke atasku sehingga    ia menindihku tanpa melepaskan kontolku dari kemaluannya. Kali ini Tika    dengan keras dan cepatnya menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan kiri    kanan, bahkan ia menarik kepalaku ke atas sehingga kami setengah duduk    lalu duduk dengan meletakkan kedua pahanya di atas kedua pahaku, lalu    pinggul kami bergerak seirama seolah kami saling mendorong dan menarik.    Kami tidak mengubah lagi posisi hingga kami sama-sama mencapai puncak    kenikmatan, meskipun aku yakin jika Tika belum mencapai kenikmatan sex    100%, tapi ia mengaku telah merasa puas merasakan kenikmatan sex yang    belum pernah ia alami sebelumnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Selesai membersihkan badan dan berpakaian lengkap, kami saling mengecup    dan ciuman sebagai tanda terima kasih sekaligus perpisahan sementara    karena aku mau pulang ke daerah asalku. Kami berjanji akan mengulangi    lagi setiap ada kesempatan.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/7943662830248676896'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/7943662830248676896'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/tika-istri-gelapku.html' title='Tika, Istri Gelapku'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-2410078882365334345</id><published>2010-05-21T09:23:00.001-07:00</published><updated>2010-05-21T09:23:49.166-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Hot"/><title type='text'>Aku dipakai anak kost</title><content type='html'>Namaku Evita dan Suamiku Edo. Kami baru satu tahun melangsungkan     perkawinan, tapi belum ada pertanda aku hamil. Sudah kucoba berdua     periksa siapa yang mandul, tapi kata dokter semuanya subur dan     baik-baik saja. Mungkin karena selama pacaran dulu kami sering ke     Discotik, merokok dan sedikit mabuk. Itu kita lakukan setiap malam     minggu selama tiga tahun, selama masa pacaran berlangsung.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Suamiku seorang sales yang hampir dua hari sekali pasti ke luar kota,     bahkan kadang satu minggu di luar kota, karena rasa kasihannya     terhadapku, maka dia berniat untuk menyekat rumahku untuk membuka     tempat kost agar aku tidak merasa sendirian di rumah.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Mula-mula empat kamar tersebut kami kost-kan untuk cewek-cewek, ada     yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku sangat senang ada teman     untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku pulang dari luar kota, pasti     dibawakan oleh-oleh agar mereka tetap senang tinggal di rumah kami.     Tetapi lama-kelamaan aku merasa makin tambah bising, setiap hari ada     yang apel sampai larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising     sekali bahkan aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama     satu keluarga. Begitu suamiku datang dari luar kota, aku     menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita putuskan     untuk membubarkan tempat kost tersebut dengan alasan rumah mau kita     jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah kost.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara kontrak     satu kamar langsung satu tahun khusus karyawan-karyawan dengan     syarat satu kamar untuk satu orang jadi tidak terlalu pusing untuk     memikirkan ramai atau pun pulang malam. Apalagi lokasi rumah kami di     pinggir jalan jadi tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi     seorang bule berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga     kamar kami langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan     karena dia juga sering pulang malam.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa sebotol     minuman impor dan obat penambah rangsangan untuk suami istri.&lt;br /&gt;   Suamiku bertanya, &quot;Lho kok sepi-sepi aja, pada ke mana.&quot;&lt;br /&gt;   &quot;Semua pada pulang karena liburan nasional, tapi yang bule nggak,     karena perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar target&quot;,     balasku mesra.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kemudian suamiku mengambil minumannya dan cerita-cerita santai di     ruang tamu, &quot;Nich sekali-kali kita reuni seperti di diskotik&quot;, kata     suamiku, &quot;Aku juga membawa obat kuat dan perangsang untuk pasangan     suami istri, ntar kita coba ya..&quot;&lt;br /&gt;   Sambil sedikit senyum, kujawab, &quot;Kangen ya.. emang cuman kamu yang     kangen..&quot;&lt;br /&gt;   Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno.&lt;br /&gt;   &quot;Nich minum dulu obatnya biar nanti seru..&quot; kata suamiku.&lt;br /&gt;   Lalu kuminum dua butir, suamiku minum empat butir.&lt;br /&gt;   &quot;Lho kok empat sih.. nanti over lho&quot;, kataku manja.&lt;br /&gt;   &quot;Ach.. biar cepat reaksinya&quot;, balas suamiku sambil tertawa kecil.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu sambil     nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung bereaksi. Aku cuma     mengenakan baju putih tanpa BH dan CD. Kita berdua duduk di sofa     sambil kaki kita diletakkan di atas meja. Kulihat suamiku mulai     terangsang, dia mulai memegang lututku lalu meraba naik ke pahaku     yang mulus, putih dan seksi. Buah dadaku yang masih montok dengan     putingnya yang masih kecil dan merah diraihnya dan diremasnya dengan     mesra, sambil menciumiku dengan lembut, perlahan-lahan suamiku     membuka kancing bajuku satu persatu dan beberapa detik kemudian     terbukalah semua pelapis tubuhku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Auh..&quot; erangku, kuraba batang kemaluan suamiku lalu kumainkan     dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia pun     lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit kecil hingga     aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin reaksi obat yang     kuminum tadi. Liang kewanitaanku mulai basah, dan sudah tidak kuat     aku menahannya. &quot;Ach.. Mas masukin yuk.. cepat Mas.. udah pingin     nich..&quot; sambil mencari posisi yang tepat aku memasukkan batang     kemaluannya pelan-pelan dan, &quot;Blesss..&quot;, batang kemaluan suamiku     masuk seakan membongkar liang surgaku. &quot;Ach.. terus Mas.. aku kangen     sekali..&quot;, dengan penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti     orang kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu     pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke atas     dan dikangkangkan lebar-lebar.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa     beberapa orang, seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin sekali     dimasuki batang kemaluan orang lain. Seperti orang gila, goyang     sana, goyang sini sambil membayangkan macam-macam. Ini berlangsung     lama sekali dan kita bertahan seakan-akan tidak bisa keluar air     mani. Sampai perih tapi asik sekali. Sampai akhirnya aku keluar     terlebih dahulu, &quot;Ach.. Mas aku keluar ya... udah nggak tahan nich..     aduh.. aduh.. adu..h.. keluar tiga kali Mas&quot;,, desahku mesra. &quot;Aku     juga ya.. ntar kamu agak pelan goyangnya.. ach.. aduh.. keluar     nich..&quot; Mani kental yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang     kenikmatanku. Dan kini kita berada dalam posisi terbalik, aku yang     di atas tapi masih bersatu dalam dekapan.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kucabut liang kewanitaanku dari batang kemaluan suamiku terus     kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua mani     yang ada di liang kewanitaanku sampai tetes terakhir. Kemudian kita     saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari suamiku tidur tengkurap     di karpet ruang tamu tanpa busana apapun, aku pun juga terlelap di     atas sofa panjang dengan kaki telentang, bahkan film porno pun lupa     dimatikan tapi semuanya terkunci sepertinya aman.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa sehelai     benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam, tetapi suamiku     masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan kupakai celana pendek     dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami mandi berdua di kamar mandi     dalam. Jam delapan pagi saya buatkan sarapan dan makan pagi bersama,     ngobrol sebentar tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi     malam. Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di     dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa     pindah ke dalam sendirian.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks seperti     semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang. Aku pun     disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu kapsul saja.     Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba teman suamiku datang     menghampiri karena ada tugas mendadak ke luar kota yang tidak bisa     ditunda. Yah.. dengan terpaksa suamiku pergi lagi dengan sebuah     pesan kalau obatnya sudah bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun     menjawabnya dengan ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah     suamiku dengan perasaan puas setelah bercinta semalaman.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur dan     kamar-kamar kost aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu membersihkan     kamar terakhir kost-ku yang bersebelahan dengan kamar tidurku,     ternyata si bule itu tidur pulas tanpa busana sedikit pun sehingga     kelihatan sekali batang kemaluan si bule yang sebesar tanganku. Tapi     aku harus mengambil sprei dan sarung bantal yang tergeletak kotor     yang akan kucuci.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si bule sambil     melihat batang kemaluan yang belum pernah kulihat secara dekat.     Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa batang kemaluan bule     memang besar dan panjang. Sambil menelan ludah karena sangatlah     keheranan, aku mengambil cucian itu.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tiba-tiba si bule itu bangun dan terkejut seketika ketika melihat     aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak tahu harus     berkata apa.&lt;br /&gt;   &quot;Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor&quot;, kataku dengan     sedikit gugup.&lt;br /&gt;   &quot;Suamimu sudah berangkat lagi?&quot; jawabnya dengan pelan dan pasti.     Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan kujawab,     &quot;Kenapa?&quot;.&lt;br /&gt;   Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si bule     itu berkata, &quot;Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam aku sangat     lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat suamimu tidur telanjang     di karpet ruang tamu, dan kamu pun tidur telanjang di sofa ruang     tamu, dengan sangat penuh nafsu aku telah melihat liang kewanitaanmu     yang kecil dan merah muda, maka aku langsung memindahkan kamu ke     kamar, tapi tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula     aku hanya menjilati liang kewanitaanmu yang penuh sperma kering     dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang kemaluanku terasa     tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan beraninya aku     meniduri kamu.&quot;&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah memang     diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan dalam benakku     kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku dan kenapa liang     kewanitaanku terasa agak sakit&lt;br /&gt;   &quot;Trus saya.. kamu apain&quot;, tanyaku dengan sedikit penasaran&lt;br /&gt;   &quot;Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai mani yang keluar pertama     kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi batanganku ke liang     kewanitaanmu sampai kira-kira setengah jam keluar lagi dan     kukeluarkan di dalam liang kewanitaanmu&quot;, jawab si bule.&lt;br /&gt;   &quot;Oic.. bahaya nich, ntar kalo hamil gimana nich&quot;, tanyaku cemas.&lt;br /&gt;   &quot;Ya.. nggak pa-pa dong&quot;, jawab si bule sambil menggandengku,     mendekapku dan menciumku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat terasa     batang kemaluannya yang besar menempel di liang kewanitaanku. &quot;Ach..     jangan dong.. aku masih capek semalaman&quot;, kataku tapi tetap saja dia     meneruskan niatnya, aku ditidurkan di pinggir kasurnya dan diangkat     kakiku hingga terlihat liang kewanitaanku yang mungil, dan dia pun     mulai manjilati liang kewanitaanku dengan penuh gairah. Aku pun     sudah mulai bernafsu karena pengaruh obat yang telah aku minum     sewaktu ada suamiku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Auh.. Jhon.. good.. teruskan Jhon.. auh&quot;. Satu buah jari terasa     dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang kanan goyang     kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik, didorong di liang     kewanitaanku. Akhirnya basah juga aku, karena masih penasaran Jhon     memasukkan tiga jari ke liang kewanitaanku sedangkan jari-jari     tangan kirinya membantu membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari     ke empatnya dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar     hingga bibir kewanitaanku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak     sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Aduh.. sakit Jhon.. jangan Jhon.. ntar sobek.. Jhon.. jangan Jhon&quot;,     desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya, aku berusaha     berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya memegangi kaki kiriku.     Dan akhirnya, &quot;Blesss..&quot; masuk semua satu telapak tangan kanan Jhon     ke dalam liang kewanitaanku, aku menjerit keras tapi Jhon tidak     memperdulikan jeritanku, tangan kirinya meremas payudaraku yang     montok hingga rasa sakitnya hilang. Akhirnya si bule itu tambah     menggila, didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya     menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi enam     sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang kemaluannya hingga aku     mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat kuharapkan.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   &quot;Auch.. Jhon punyamu terlalu panjang hingga masuk di tenggorokanku..     pelan-pelan aja&quot;, ucapku tapi dia masih bernafsu. Tangannya masih     memainkan liang kewanitaanku, jari-jarinya mengelitik di dalamnya     hingga rasanya geli, enak dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya     menggesek-gesek bibir kewanitaanku yang lembut. Ini berlangsung lama     sampai akhirnya aku keluar.&lt;br /&gt;   &quot;Jhon.. aku nggak tahan.. auch.. aouh.. aku keluar Jhon auch, aug..     keluar lagi Jhon..&quot; desahku nikmat menahan orgasme yang kurasakan.&lt;br /&gt;   &quot;Aku juga mau keluar.. auh..&quot; balasnya sambil mendesah.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang kewanitaanku dan dia     memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk mengulum     kemaluannya yang besar. Dengan sangat kaget dan merasa takut,     kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku datang lagi,     sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat peristiwa itu. Aku     tidak bisa berbuat apa-apa, kupikir sudah ketahuan, telanjur basah,     aku takut kalau aku berhenti lalu si bule tahu dan akhirnya     bertengkar, tapi aku pura-pura tidak ada sesuatu hal pun, si bule     tetap kukulum sambil melirik suamiku, takut kalau dia marah.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami berdua     yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan kejadian ini     sejak tadi. Dan akhirnya si bule kaget sekali, wajahnya pucat dan     kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya dari mulutku dan agak     mudur sedikit. Tapi suamiku berkata, &quot;Terusin aja nggak pa-pa kok,     aku sayang sama istriku.. kalau istriku suka begini.. ya terpaksa     aku juga suka.. ayo kita main bareng&quot;. Akhirnya semua pada tersenyum     merdeka, dan tanpa rasa takut sedikit pun akhirnya si bule disuruh     tidur telentang, aku tidur di atas tubuh si bule, dan suamiku     memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum pernah     kulakukan. Dengan penuh nafsu suamiku langsung memasukkan batang     kemaluannya ke dalam anusku. Karena kesulitan akhirnya dia menarik     sedikit tubuhku hingga batang kemaluan si bule yang sudah masuk ke     liang kewanitaanku terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang     kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah basah, di goyang     beberapa kali akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan     ke anusku dan.. &quot;Blesss..&quot;, batang kemaluan suamiku menembus mulus     anusku. &quot;Aduh.. pelan-palan Mas..&quot;, seruku.&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung dan     akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena cairan     mani suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak melihatku     masih menempel ketat di atas tubuh si bule. Akhirnya si bule pun     pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun mengerang keenakan     dan sedikit sakit karena mentok, kupegang batang kemaluan si bule     yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa     sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku. Suamiku pun ikut     tercengang melihat batang kemaluan si bule yang besar, merah dan     panjang. Aku pun terus mengerang keasyikan, &quot;Auh.. auh.. terus     Jhon.. auh, keluarin ya Jhon..&quot;&lt;br /&gt;   &lt;br /&gt;   Akhirnya si bule pun keluar, &quot;Auch.. keluar nich..&quot; ucapnya sambil     menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaanku dan dimasukkan ke     mulutku dan menyembur juga lahar kental yang panas, kutelan sedikit     demi sedikit mani asin orang bule. Suamiku pun ikut menciumku dengan     sedikit menjilat mani orang asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya     tersenyum kecil lalu pergi mandi dan tidur siang dengan puas.     Sesudah itu aku menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf,     sekaligus minta ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh     dengan si bule boleh atau tidak. &quot;Kalau kamu mau dan senang, ya     nggak apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya&quot;. Sejak saat     itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa kesepian.     Dan selalu dikerjain oleh si bule.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2410078882365334345'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2410078882365334345'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/aku-dipakai-anak-kost.html' title='Aku dipakai anak kost'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-4669697699597307436</id><published>2010-05-21T09:20:00.000-07:00</published><updated>2010-05-21T09:21:26.410-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Tante-tante"/><title type='text'>TANTE WULAN DAN KAKAKKU</title><content type='html'>Sebaiknya saya langsung mulai cerita, waktu SMP kelas 3, kami kedatangan        tamu dari Jogya yaitu Tante Wulan. Pada saat itu dia berumur 26 Tahun dan        baru 1 tahun menikah tetapi malangnya dia ditinggalkan oleh suami yang        tidak bertanggung jawab, dikarenakan alasan mertua (nenek saya, red). Saya        memang akrab dengannya (Tante Wulan) karena orangnya ramah, lembut dan        cantik. Dan diantara banyak keponakannya, sayalah yang paling        dianakemaskan olehnya. Dia sering berkata, &quot;Kamu itu orangnya baik, nggak        suka nakal-nakal seperti anak-anak yang lain yang suka berkelahi, mencuri        dan lain-lain..&quot; Nah, pada saat kedatangannya kebetulan kedua orang tua        saya sedang berlibur di Bali, tinggal saya dan kedua kakak wanita saya        serta ditemani seorang pembantu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ehhh Tanteee!&quot; teriak kakak saya yang pertama bernama Riska, saya dan        Risma berlomba menuruni tangga dari lantai 2 (tempat menjemur pakaian).        Risma adalah kakak kedua saya, singkatnya kami menyambut kedatangannya        dengan hangat tapi sayang kamar dikeluarga kami hanya ada 3. &quot;Tante Wulan        pakai saja kamar saya, biar saya tidur di ruang tengah,&quot; kata saya sambil        membawa kopernya ke dalam kamar. Kamar saya yang tak terlalu besar, hanya        ada tempat tidur yang tidak terlalu besar, meja belajar dan lemari kecil.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Pada tengah malam... &quot;Sssttt... Bayu pindah saja ke dalam,&quot; sambil        menunjuk kamarnya.&lt;br /&gt;      &quot;Ahhh nggak usah Tante, Tante khan...&quot; balasku tertahan.&lt;br /&gt;      &quot;Eh di sini kan banyak nyamuk,&quot; selanya, dengan langkah gontai saya masuk        ke kamar. Ketika saya merebahkan diri, teryata dia ikut masuk dan menutup        pintu, saya pikir dia menggantikan saya tidur di ruang tengah, ini membuat        saya malah menjadi canggung dan tidak bisa tidur, pikiran pun melayang        kemana-mana, sebentar-sebentar saya memandang ke sebelah.&lt;br /&gt;      &quot;Haa... cepet banget Tante Wulan tidurnya... ya ampuuun, kenapa otak gua        jadi ngeres gini.&quot; Saya teringat kembali semua yang telah saya tonton        (Film Biru) lalu saya duduk dan memandangi pahanya yang tersingkap sampai        daerah sekitar perut.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Wowww! seksi banget...&quot; kata saya dalam hati. Tante Wulan memang seorang        yang sangat cantik, tinggi badannya 166 cm dengan tubuh yang proporsional        kulit kuning langsat, rambut hitam pekat, panjang sebahu mirip seorang        model, leher jenjangnya yang putih bersih, hidung mancung dengan bentuk        yang manis sesuai dengan ukuran wajahnya, bibir yang sensual dengan warna        merah natural, membuat setiap orang yang melihatnya ingin mengecupnya.        Pokoknya ia adalah wanita seperti idaman saya, kadang saya berfikir, &quot;Coba        kalau ia bukan tante saya.&quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tanpa disadari tangan saya mulai meraba betis. &quot;Iiihh lembut banget        (sambil dikecup sedikit),&quot; kata saya dalam hati, baru kali ini saya        memegang betis seorang wanita, dan tangan saya menjalar ke pahanya yang        membuat darah muda saya mendidih, perasaan yang tidak karuan, takut dan        nafsu birahi yang tak dapat dibendung. &quot;Ya ampun, kenapa saya bisa        sekurang ajar ini,&quot; saya berhenti sejenak untuk memperhatikannya apakah ia        benar-benar tertidur? Untuk mengetahuinya saya tarik bantal yang berada di        kepalanya secara mendadak, benar saja ia tertidur pulas.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kemudian saya melanjutkan aksi dengan membuka tali piyamanya, pemandangan        luar biasa yang belum pernah saya lihat sebelumnya, lalu saya merebahkan        diri di sampingnya sambil saya dekatkan mulut saya ke mulutnya, terasa        hembusan nafasnya yang hangat membuat saya makin terangsang untuk mencium        bibir indahnya dan saya beranikan diri untuk melumat bibirnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Eemmmuuaahh...&quot; tiba-tiba mengalirlah perasaan aneh dalam tubuh saya,        membuat saya lupa akan semuanya dan saya tak dapat menahan lebih lama        lagi, saya hisap bibirnya, saya cium hidungnya yang indah, pipinya dan        kembali lagi ke bibir manis itu, saya berlama lama di sini sebentar, saya        mencoba memasukkan lidah saya ke mulutnya. &quot;Eeehhmm...&quot; gumamnya, &quot;Masa        bodo ketahuan apa nggak!&quot; kata saya dalam hati, lalu dengan tangan kanan,        saya meraba payudara yang kenyal itu sambil sesekali meremas-remasnya        mesra (tanpa membuka BH-nya).&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Begini saja tidak bakalan puas,&quot; pikir saya. Dengan gemetar lalu saya        memiringkan tubuh indah itu. &quot;Uuuhh susah banget,&quot; tetapi akhirnya        berhasil juga dan saya buka kancing BH-nya. &quot;Haaa... luar biasa indahnya,&quot;        kataku kagum dan kurangkul tubuh indah itu sambil saya menindihnya dari        samping karena ia dalam posisi miring, kaki kananku kusilangkan diantara        pahanya, menciumi seluruh wajahnya sambil meremas-remas buah dadanya, tapi        tiba-tiba dia mendorongku, aku kaget bukan main sepertinya jantung ini        berhenti berdetak. Saya berhenti sebentar sambil mengatur nafas dan        memperhatikannya. Beruntung, ternyata dia masih dalam keadaan tidur dan        tetapi posisinya kali ini sangat memudahkan bagiku untuk mengadakan        operasi selanjutnya, yaitu telentang.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Perlahan saya mendaratkan wajah saya diantara gunung kembar itu, dan saya        mulai menjilatinya dengan lembut, dengan gemetar saya meremas-remas,        sesekali mengisap-isap puting susunya yang berwarna coklat muda dan        kemerahan itu sambil memainkan ujung lidah saya, nikmat sekali benda        kenyal ini yang perlahan-lahan mulai mengeras dengan diiringi suara        rintihan. &quot;Aahhh... uuuggh..&quot; terlihat sekilas olehku, ia mulai tidak        tenang, kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, tangannya yang        meremas-remas sprei, sepertinya ia juga merasakan nikmatnya, tapi dasar        orang yang sudah dikendalikan nafsu birahi, hal itu tidak menyusahkannya,        malah menimbulkan sensasi tersendiri, semakin gencar saya melakukannya,        bahkan kini tanganku berani menyelinap ke dalam celana dalamnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Wahhh... bulunya lebat amat,&quot; kataku dalam hati, lalu saya mulai        mengusap-usap bulu tersebut sambil menciumi seluruh buah dadanya disertai        gigitan kecil di puting susunya yang membuatnya bergetar dan terasa olehku        bahwa setiap kali aku membelai bulu di selangkangannya, pantatnya agak        terangkat sepertinya berbicara, &quot;Masukkan jarimu,&quot; dan setelah kulepaskan        CD-nya, kuberanikan diri untuk menyelipkan jari tengahku ke dalam goa        kenikmatannya. Kontan saja dia menggumam, &quot;Uuuggh.. ssszzttt... ahhh...        ahhh.. aaauuhhh...&quot; tak henti-hentinya ia merintih sambil meremas-remas        rambutnya. Dalam hati saya berfikir apa ia benar-benar tidur?&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tiba-tiba pantatnya agak terangkat sampai seluruh jari saya masuk ke dalam        liang kewanitaannya sambil ia meregangkan kedua pahanya lebar-lebar        membuat saya ingin melihat lubang kemaluannya secara dekat. Lalu saya        merubah posisi, saya seperti orang yang sedang bersujud, kubenamkan        hidungku di liang senggamanya sambil kugesek-gesekkan dengan hidungku,        &quot;Uuhh..&quot; baunya membuat sensasi seksku meningkat, &quot;Sssrruuupps..&quot; (seperti        menjilat ice cream) Sambil memegang kedua pahanya, aku menjilat-jilat        bagian dalam liang kenikmatan tanteku itu, jujur saja rasanya aneh asin,        sedikit gurih dan pokoknya nikmat, tak bisa kulukiskan dengan kata-kata.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tiba-tiba saya dikagetkan oleh kedua tangan, yang tiba-tiba saja memegang        kepala saya. &quot;Ehhhmm... siapa kamu?&quot; sambil mengangkat kepala saya, &quot;Mati        gue!&quot; dalam hati saya berkata dengan perlahan saya mengangkat kepala saya        dari liang sorganya, saya hanya terdiam.&lt;br /&gt;      &quot;Roy apa yang telah kamu lakukan.. kenapa kamu, berani..?&quot; kata Tante        Wulan.&lt;br /&gt;      Dengan gemetar saya berkata, &quot;Maaf kan saya Tante.&quot;&lt;br /&gt;      &quot;Maaf lagi, enak aja... nanti Tante bilangin Ibu... baru tau rasa!&quot;        ancamnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Saya hanya pasrah, saya sudah kehilangan seribu bahasa, saya hanya diam        dan diam ketika saya hendak melangkah keluar kamar, ia melompat dan        mengunci pintu membuat saya kaget bukan main, kupikir ia mau menghajarku,        &quot;Tidur sana!&quot; perintahnya sambil membiarkan tubuhnya terlihat olehku yang        hanya mengenakan baju tidur yang telah kubuka talinya dan saya        membaringkan badanku membelakanginya dan ia mematikan lampu kamar. Saya        telah berusaha untuk memejamkan mata tapi tidak dapat. &quot;Gimana nih, gua        bisa diusir dari rumah,&quot; dalam hati saya berbicara.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Satu jam setelah itu, saya dikagetkan oleh tangan yang memegang alat vital        saya, kontan saja ini membuatnya bangun (dongkrak antikku). Awalnya hanya        meraba-raba saja dan akhirnya sampai masuk ke dalam celana dalam dan        kurasakan tubuh hangat itu memelukku sambil berkata, &quot;Tante tau Kamu belum        tidur,&quot; tapi saya terus pura-pura tidur, dan ia menelentangkan tubuh saya,        sedikit saya mengintip rupanya ia melepaskan piyamanya dan benar-benar        telanjang bulat. Sebenarnya saya ingin melongo tapi takut ketahuan.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Astagaaa... teryata ia tadi itu cuma pura-pura,&quot; saya menahan nafas        ketika ia menelungkupkan tubuhnya di atasku sambil berkata, &quot;Ini rahasia        kita.&quot; Lalu menghujani bibirku dengan ciuman rakusnya, &quot;Emmuuahh...        eemmuuuaahh..&quot; sambil tangannya memegang kepalaku dan memutar-mutar        kepalanya. &quot;Jangan salahkan saya, jika sekarang perjakamu kuambil,&quot;        katanya lagi sambil mencium bibirku dengan nafsunya dan menggoyangkan        pantatnya, lalu saya tak tahan lagi, saya bangun tapi hanya sebatas duduk        dan membiarkan ia berada di atas pangkuanku sambil saling melilitkan        lidah, tanteku membuka t-shirt yang kukenakan dan, &quot;Ahhh, sialan ia        menggigit lidahku,&quot; kataku. &quot;Maaf..&quot; katanya singkat dan meneruskan        aksinya, dan ia menggiring tanganku untuk memegang payudaranya karena aku        masih agak malu, &quot;Roy silakan lakukan apa saja yang kamu suka,&quot; katanya        &quot;Ya Tante,&quot; jawab saya. &quot;Sssttt... jangan pangil Tante ketika bercinta,&quot;        katanya lagi.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kami benar-benar larut dalam gejolak nafsu birahi, saling berlomba untuk        merebut hadiah kenikmatan, sekarang sudah benar-benar bebas, mulut saya        menjelajah ke seluruh wajah sampai leher, belakang telinganya kujilat dan        kuciumi dan kembali ke bagian leher sampingnya membuat kepalanya        menengadah ke atas. &quot;Aaahhh... uuuhh teruuuss Roy,&quot; katanya, &quot;Uuugghhh...        belajar dari mana kamu?&quot;, lanjutnya dengan nafas yang terengah-engah.        &quot;Sudahlah jangan tanya-tanya,&quot; kata saya dengan suara bergetar, tangan        kita masing-masing saling menjalar ke bagian tubuh yang paling sensitif.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kemudian Tante Wulan mendorong tubuh saya dan menarik celana pendek serta        CD yang saya kenakan. &quot;Tooeewww...&quot; tugu kenikmatan berdiri dengan tegak        seraya menyombongkan dirinya. &quot;Tahan sedikit ya,&quot; katanya sambil ia meraih        batang kemaluan saya dengan cepat dan mengulumnya. Gila, masuk semua ke        dalam mulutnya, bahkan topi baja saya sampai menyentuh tenggorokannya.        Tante Wulan dengan rakusnya melahap seperti hendak menelan habis, ia bukan        seperti tante saya yang saya kenal, di sini ia tampak liar, seperti orang        kesurupan &quot;Aaauuuww...&quot; teriak saya waktu ia menghisap dengan seluruh        kekuatannya, sepertinya tenaga saya turut dihisapnya sambil ia menempelkan        gigi-giginya di topi baja saya. &quot;Besar sekali punyamu dan panjang,&quot;        bisiknya lirih. Sekedar informasi saja, alat vital saya berdiameter 16 cm,        den panjangnya 12 cm (jika sedang tegang) menurut saya itu biasa saja,        bagaimana menurut pambaca?</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/4669697699597307436'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/4669697699597307436'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/tante-wulan-dan-kakakku.html' title='TANTE WULAN DAN KAKAKKU'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-8716657318470293799</id><published>2010-05-21T09:19:00.001-07:00</published><updated>2010-05-21T09:19:41.709-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Gairah Nakal Wanita Karier</title><content type='html'>Cerita              ini berawal dari seringnya saya pergi bolak-balik ke rumah sakit              untuk menjaga papa saya di rumah sakit swasta di daerah Jatinegara,              Jakarta Timur. Pada hari Minggu siang tanggal 5 November 2000, saya              turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut, namun di saat              saya menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang              wanita setengah baya yang kira-kira berumur 30 tahun. Ia tampak              sibuk sekali menelepon sana-sini dengan handphone-nya untuk mencari              jasa derek mobil untuk mobilnya. Entah karena saya merasa terganggu              atau ada keinginan untuk membantu wanita itu, akhirnya saya              beranikan diri untuk menawarkan jasa saya sebab siapa tahu              kerusakannya masih sepele. Setelah mengumpulkan semua keberanian              untuk menawarkan jasa saya akhirnya meluncur juga dari mulutku untuk              membantu dia.             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Eee.. maaf Tante, kalo saya boleh tau,              mobil tante rusak?&quot; tanya saya dengan ragu-ragu.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Iya Dik&quot;, jawabnya singkat sambil tetap              menghubungi seseorang dengan handphone-nya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Eee.. kalo boleh tau, Tante.. mobil Tante              apa merk-nya?&quot; tanya saya lagi.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Honda, Honda Maestro&quot;, jawabnya dan kali              ini dia melihat saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Kalo boleh, saya coba bantu Tante buat              benerin mobilnya Tante, sebab siapa tau saya bisa, Tante!&quot; kata saya              menawarkan pertolongan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke mobil saya yuk&quot;,              pintanya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan              tempat itu untuk menuju ke mobil wanita itu, yang ternyata tidak              jauh dari tempat merokok. Setelah saya dibukakan pintu, saya coba              starter mobilnya tapi hasilnya nihil. Dengan kasus seperti ini, saya              katakan pada wanita itu bahwa ada kemungkinan bahwa ini masalah              dinamonya dan saya sarankan untuk mendorong mobilnya sebab tidak ada              masalah sehingga dia bisa tiba di rumahnya atau bengkel sebelum              kesorean dan tidak perlu memanggil jasa derek mobil karena biayanya              yang mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setuju              dengan saran saya, hingga akhirnya saya memanggil salah satu satpam              yang saya temui untuk meminta pertolongannya untuk mendorong mobil.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Agh, akhirnya mobil wanita itu nyala juga              dan seperti dugaanku bahwa masalahnya hanya masalah dinamo. Dengan              posisi wanita itu di dalam mobil dan saya di luar sambil              memperhatikan dia untuk meninggalkan saya, tiba-tiba dia memanggil              saya dengan membuka kaca jendelanya dan mengucapkan terima kasih              kepada saya sambil memberikan uang 2 lembar seratus ribu tapi saya              tolak sebab pertolonganku adalah dari hati nuraniku bukan untuk              meminta balasan namun dia tetap memaksa saya dan akhirnya saya ambil              satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sambil mengucapkan              bahwa itu saja sudah lebih dari cukup. Akhirnya dia mengalah karena              saya tetap bertahan untuk tidak mengambil sisanya tapi dia membuka              tasnya dan mengambil kartu namanya dan diberikan buat saya sambil              menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau saya sedang senggang              diminta menghubungi dia, dan saya terima kartu namanya. Sebelum              pergi, dia menanyakan nama saya sambil menyodorkan tangannya dan              saya jawab bahwa nama saya Willi dan dia mengatakan bahwa namanya              Lucy. Dan akhirnya ia pergi dengan mobilnya dan saya tetap berdiri              melihat mobilnya hingga hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Dua hari setelah kejadian itu, papa saya              meninggal dan saya sibuk menyelasaikan segala urusan yang berkaitan              dengan papa saya mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi              hingga jadinya Akte Kematian.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah semuanya selesai dan saya kembali              pada kehidupanku yang hanya menghabiskan hari demi hari saya dengan              jalan-jalan dengan teman-teman saya ke sana ke mari. Hingga pada              suatu hari di bulan Desember 2000, saya teringat kembali dengan              wanita yang saya kenal di rumah sakit dan saya cari kartu namanya              dan akhirnya ketemu. Akhirnya saya hubungi Handphone-nya walaupun di              kartu nama itu ada nomor telepon rumah dan kantornya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Hallooo?!&quot; terdengar jawaban seorang wanita              dari sana.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Dengan Lucy-nya ada? ini Willi&quot;, jawab saya              lengkap.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Sejenak terdiam dan terdengar, &quot;Iya ini Lucy              sendiri dan saya ingat kalo kamu yang nolong saya waktu saya di              rumah sakit itu khan?&quot; tanyanya yang terkesan menebak.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Iya.. ini saya Willi yang waktu itu&quot;, jawab              saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Eee.. gimana sekarang kamu, Will?&quot; tanyanya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Lagi senggang nich&quot;, jawab saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Kayaknya untuk sekarang ini saya nggak bisa              lama-lama ditelepon.. bagaimana kalau malam ini kita ketemu, saya              mau traktir kamu makan malem, apa bisa?&quot; sambungnya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Iya bisa. Saya nggak ada acara&quot;, jawabku              singkat.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant              Tony&#39;s Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kamu tau              khan?&quot; jawabnya menjelaskan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Iya saya tau, Oke dech sampe nanti&quot;,              jawabku.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Seperti janjiku dengan Lucy, saya datang ke              Restaurant Tony&#39;s Romas dan saya tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih              tempat duduk yang kira-kira saya bisa lihat kalau ada orang yang              datang. Tepat jam 19.00, Lucy datang, dan saya sangat terpana dengan              pakaiannya yang begitu seksi. Dia mengenakan baju terusan warna              merah dengan strip warna biru dengan model tali yang menggantung              pada lehernya sehingga tampak dengan jelas punggungnya dan berarti              dia tidak memakai BH dan rambutnya yang sepanjang bahu dia ikat ke              atas sedang rambut depannya dibuat poni rata dengan alis matanya              tapi dengan tekukan ke atas. Dadanya yang lumayan besar dan bulat              seakan-akan mau keluar dari baju yang dia pakai. Wow, saya begitu              terpana dengan apa yang saya lihat, tapi saya tidak terlalu terpana              sebab saya harus memberitahu bahwa saya ada.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Saya mengangkat tangan mengisyaratkan siapa              tahu dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yang melihat dan              sepertinya dia tahu bahwa saya memanggil Lucy, dan waiter itu pun              mengatakan sesuatu pada Lucy lalu menunjuk pada arahku.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Hi.. udah lama?&quot; katanya membuka              pembicaraan sambil duduk dan merapikan baju terusannya sepanjang              mata kaki.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Belum&quot;, jawabku singkat.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau              pesen apa?&quot; tanya dia.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Belum, saya belum pesen apa-apa&quot;,jawabku              sambil membuka buku menu.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah kita berdua memesan makanan, dan              sambil menunggu makanan kami berbincang-bincang sana-sini dan              akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa saya ada di rumah sakit saat              itu, dan saya jelaskan dan saya katakan pula bahwa papa saya sudah              meninggal dan dia tampak kaget dan minta maaf kalau dia membuat saya              sedih.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Acara makan malam saya bersama Lucy              berlangsung lancar dan kita berdua mau pulang, dia memaksa mengantar              saya pulang sebab selain hemat biaya lagipula ternyata rumah Lucy              searah dengan saya, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan saya              yang menyetir dengan ijin dia terlebih dahulu.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Dalam perjalanan, tanpa saya tanya, dia              mengatakan bahwa dia sudah cerai dengan suaminya sejak anaknya              berusia 6 bulan dengan alasan mantan suaminya itu punya simpanan.              Saat dia menceritakan itu, saya tidak tahu apa yang harus saya              lakukan sebab rasanya kalau diterus-teruskan mungkin akan membuat              dia sedih dengan pengalaman pahitnya, hingga pada akhirnya              mengatakan bahwa sebaiknya tidak perlu diteruskan sebab mungkin akan              membuat dia ingat dengan masa lalunya itu tapi dia mengatakan bahwa              dia ingin saya tahu dengan siapa yang dia kenal (maksudnya dia              sendiri). Dari ceritanya, dapat saya simpulkan bahwa dia wanita              karier yang lumayan bagus dengan kariernya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah dia selesai menceritakan semuanya,              kita terdiam sejenak dan hanya tembang-tembang Ebiet G Ade yang kita              dengar. Tapi dengan tiba-tiba dan membuat saya kaget, Lucy              mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahu dan ujung jok              mobil. Saat itu saya tidak tahu harus bagaimana, jadi saya diam saja.              Namun yang menambah kurang konsentrasinya saya dengan jalan adalah,              setiap saya mengganti persneling, lengan saya bersentuhan dengan              dadanya yang lumayan besar dan ini tidak mengubah cara dia duduk,              dia tetap dengan posisinya. Setiap kali bersentuhan saya minta maaf              padanya dan hati serta kemaluanku tegang. Rasanya saya teramat salah              tingkah sebab selain menggangu pikiran saya, saya pun menikmati apa              yang terjadi. Sampai pada akhirnya Lucy memecahkan kesepian pada              saat itu dengan mengatakan, &quot;Will, kamu sudah pernah bercinta?&quot; Wah,              rasanya seperti disambar geledek dengar pertanyaan Lucy. Setelah              terdiam sebentar karena kaget, saya jawab pertanyaannya itu dengan              jujur bahwa saya sudah pernah bercinta dan saya jelaskan pula bahwa              itu dengan pacar saya. Lalu dia bilang, &quot;Eee.. kayaknya kamu              sekarang sudah terangsang ya dengan posisiku kayak gini ini?&quot; sambil              tangan kirinya dengan cepat meraba daerah kemaluan saya. Saya              benar-benar terhenyak dengan sikap Lucy dan saya biarkan tangan              kirinya meraba-raba dengan halusnya kemaluan saya dari celana              panjang saya sebab selain inilah yang yang inginkan, saya pun              lagi-lagi dalam posisi sulit.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Saya tidak tahu berapa lama dia meraba-raba              kemaluan saya hingga pada akhirnya dia membuka reitsleting celana              saya dan makin berani sehingga sekarang dia meraba-rabanya di celana              dalam saya. Sambil meraba-raba dia bilang (dengan nada nakal dan              manja), &quot;Will, punya kamu ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya              udah pengen maen nich.&quot; Namun saya tidak memberi jawaban sebab              selain saya tidak tahu harus menjawab apa, saya merasa sedang              terbang.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Dan saya pun tidak tahu pasti berapa lama              dia meraba-raba kemaluan saya dari atas celana dalam saya. Hingga              pada akhirnya dengan tiba-tiba kepalanya seperti terjatuh ke daerah              kemaluan saya dan dia menjilat-jilat celana dalam saya dengan tangan              kirinya yang tetap meraba-raba rambut kemaluan saya yang mungkin              sebagian keluar dari celana dalam. Saya yakin bahwa celana dalam              saya sudah basah dengan air liurnya sebab rasanya sudah agak lama              dia jilati. Tidak berapa lama setelah saya berpikir seperti ini, dia              membuka celana dalam saya dan langsung menelan semua kemaluan saya.              Wah, rasanya benar-benar nikmat dan saya benar-benar harus membagi              dua pikiran saya antara kenikmatan yang sedang saya rasakan juga              jalanan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Karena saya pun terangsang dengan kuluman              Lucy, dengan berani saya memegang dadanya dan meremas-remas kecil.              Walaupun saya tidak melihat, namun saya dapat membayangkan bagaimana              rasanya apabila saya menghisapnya. Wah, sulit dikatakan. Hingga pada              saatnya, saya mengatakan pada Lucy bahwa saya rasa saya akan klimaks,              tapi buru-buru dia menghentikan kulumannya dan mengambil posisi              duduk normal. Dan dia bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan              ingin berhubungan seks. Dia mengajak saya menginap di salah satu              hotel. Sebelum mengiyakan ajakan Lucy, saya katakan bahwa saya harus              memberitahu sama orang rumah bahwa saya tidak pulang agar mereka              tidak perlu menunggu saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah semuanya sudah beres, akhirnya mobil              yang kita tumpangi saya arahkan ke daerah Sunter, sebab saya tahu              bahwa di situ ada hotel, walaupun saya belum pernah menginap di              situ. Akhirnya kami tiba di hotel yang saya maksud dan saya beserta              Lucy masuk dan mengurus urusan-urusan di Front Office di hotel itu,              dan setelah semua selesai dengan biaya yang ditanggung Lucy, kami              pun diantar ke kamar yang sudah dipilih dengan Bellboy.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah mengecek sana-sini dalam kamar,              akhirnya Bellboy meminta ijin untuk keluar setelah menghidupkan TV              dengan Channel MTV. Dan setelah terdengar suara pintu kamar kami              ditutup oleh Bellboy, saya dan Lucy dengan cepat saling berpelukan              dan berciuman sambil berdiri karena sama-sama sudah tidak bisa              menahan gairah seks masing-masing.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Lucy memang kelihatan sudah terangsang berat              dan pandai berciuman sebab saya dapat merasakan permainan lidahnya              yang sangat Hot. Sambil bermain lidah, tangan Lucy dan tangan saya              saling meraba-raba bagian terlarang satu sama lain. Tangan kiri saya              tetap memegang bagian belakang kepala Lucy sedang tangan kanan saya              mengelus-elus bagian punggung Lucy yang terbuka dan mulus putih              tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan bawah payudaranya.              Sesekali tercium olehku aroma parfum yang dia gunakan. Sedangkan              tangan kiri Lucy menelusup ke bagian belakang celana saya sedang              tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan saya hingga              ke daerah pusar.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Lama-kelamaan, tangan saya membuka sebagian              baju bagian dadanya sehingga saya dapat memegang dengan jelas bentuk              payudaranya. Saya rasakan bahwa besar payudara Lucy terasa mantap              dengan posisi jemari saya seperti mau mengambil payudaranya itu.              Saya usap, elus dan mainkan puting susunya yang terasa makin lama              makin agak keras. Dengan tetap sambil berciuman, memainkan lidah dan              saling menggigit bibir bawah atau atas satu sama lainnya. Sedangkan              tangan Lucy sedang berusaha membuka celana saya dengan membuka              reitsleting celana dan berusaha membuka ikat pinggang saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah celana saya dapat dibuka oleh Lucy,              dengan sigap dia mengambil kemaluanku yang sudah tegang dari balik              celana dalamku lalu memaju-mundurkan tangannya sambil tetap              menggenggam kemaluanku. Sambil meraba-raba dan tetap memainkan              puting susunya, tangan saya yang lain berusaha untuk membuka kancing              yang terletak di leher belakang Lucy. Dan akhirnya saya dapat              membuka kancing itu walaupun sedikit sulit sebab hanya dengan satu              tangan. Begitu baju terusannya dapat saya buka, dengan otomatis baju              terusan itu turun ke lantai sehingga payudara Lucy sekarang sudah              tidak tertutupi sesuatu apa pun.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Dengan turunnya baju terusannya ke lantai,              saya hentikan ciuman bibir dengan Lucy dan saya langsung mencium              bagian dada kiri dan kanan Lucy yang begitu ranum dan kencang              seakan-akan masih dalam pertumbuhan. Dalam setiap hisapanku atau              permainan lidahku pada puting susunya, Lucy mendesah kenikmatan, &quot;Uuuh..              aaghh.. enakk..&quot; dengan sesekali menambahkannya dengan nama saya dan              disertai denga nafas yang memburu. Sedangkan tangannya dengan              bergantian tetap memegang kemaluan saya dan mengocoknya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah saya agak puas dengan payudaranya,              jilatan, hisapan dan kecupan kecil saya mengarah ke bawah dan makin              ke bawah dengan tetap diiringi desahan Lucy yang saya rasa sudah              terangsang karena kenikmatan. Namun tangan saya tetap meraba serta              mengelus-elus payudaranya. Hingga pada akhirnya tangan Lucy              melepaskan kemaluan saya karena posisi kami yang tidak memungkinkan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah              dada Lucy makin liar dengan makin tidak dapat mengontrol diri saya              sendiri dengan gairah seks yang meluap-luap dan dengan sesekali saya              membuka mata saya dan melihat bagian tubuh Lucy yang putih bersih              serta mulus dan lembut. Saya pun dapat merasakan detak jantungnya              yang makin kencang.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Sambil tetap menjilati dan memberi kecupan              kecil, tangan saya dua-duanya meraba-raba bagian kemaluannya yang              masih tertutup oleh celana dalam yang dia gunakan. Setelah saya              meraba-raba dengan halus semua daerah kemaluannya serta bagian              pantat Lucy, baru saya ketahui bahwa dia mengenakan celana dalam              dengan model tali yang mana lekukan pada daerah lubang analnya              berupa tali dan melingkari pinggangnya pun berupa tali yang diikat              pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks saya yang              membludak.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah dengan mudah dapat saya buka celana              dalamnya, jilatan juga kecupan kecil, saya lanjutkan pada daerah              kemaluannya hingga saya dapat merasakan bahwa saya sedang berada di              beberapa centimeter di atas liang kewanitaannya. Daerah yang              ditumbuhi oleh rambut-rambut yang tidak terlalu lebat dan terkesan              dirawat rapi. Dan saya tetap menikmati dengan makin mendesahnya Lucy              dengan apa yang saya lakukan pada tubuhnya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Tangan saya pun mulai memainkan kemaluannya              yang basah, saya meraba kemaluannya dengan jari telunjuk atau jari              tengah saya dengan sesekali saya masukkan ke dalam kemaluan Lucy.              Sedang jempol saya, saya naik turunkan di daerah antara kemaluannya              dengan rambut kemaluannya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Saya makin menikmati semua ini dengan              menyentuh ujung lidah saya pada kemaluannya bagian atas. Tercium              pula bau khas dari kemaluan Lucy. &quot;Ughhh, Will.. sayaaang.. kamu              pintar sekali, sayang..&quot; rintih Lucy ketika saya menghisap-hisap              klitorisnya dan sesekali menjilatnya. &quot;Teruuus.. terus.. sayang..              agh.. ahhhh..&quot; rintihnya sambil memegang kepala saya dengan kedua              tangannya dan seakan-akan menekan wajah saya ke dalam kemaluannya.              Waktu itu, saya agak sulit bernafas dengan posisi seperti ini, namun              saya tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Agak lama saya memainkan klitorisnya dan              sesekali memasukkan satu atau dua jari saya ke dalam kemaluan Lucy.              Mulanya yang sudah basah, sekarang hingga kering dan sekarang agak              lembab dengan bercampurnya air liur saya. Mungkin karena saya yang              terlalu menikmati yang sedang saya lakukan atau mungkin karena dia              sudah terangsang, dengan tiba-tiba dari dalam kemaluan Lucy              menyembur cairan hangat yang belum pernah saya temui sebelumnya.              Dengan menyemburnya cairan itu dari dalam kemaluan Lucy, makin              didorongnya kepala saya ke arah kemaluan Lucy dan kali itu saya              merasa sulit sekali bernafas namun kejadian itu tidak berlangsung              lama sebab setelah itu, Lucy melepaskan kepala saya sehingga saya              dapat bernafas kembali. Namun saya tetap menjilati dan menghisapnya              yang terasa agak lengket dan sedikit bau amis.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur,              Lucy mengangkat kepala saya, yang maksudnya agar saya berdiri. Saya              pun berdiri dan wajah saya dekat dengan wajahnya. Dan Lucy menciumi              bibir saya dengan masih adanya sisa cairan yang menempel di bibir              dan lidah saya. Ganas sekali dia menciumi saya yang diiringi dengan              permainan lidah dan terengah-engah nafasnya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah puas berciuman, Lucy menghentikannya              dan mengatakan, &quot;Will, sekarang gantian.. saya yang mau menikmati              tubuh kamu.&quot; Sebelum aba-aba atau jawaban dari saya, Lucy langsung              membuka kaos saya dari bawah dan menelusupkan satu tangannya ke atas              ke bagian dada saya. Sambil mengelus-elus dada saya, dia bilang              bahwa dada saya lapang, tidak seperti suaminya yang seolah-olah              mempunyai buah dada. Lucy pun mengatakan bahwa perut saya tidak              gendut, seperti peminum minuman keras.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah saya membuka kaos saya sendiri,              dengan segera Lucy memulai kecupan kecil di daerah dada saya dan              sesekali menjilatinya, sedangkan tangannya menuju pada kemaluan saya              dan seperti semula, dia memaju-mundurkan kemaluan saya. &quot;Aaah.. aaah..              enak, Luc&quot;, desahku kenikmatan karena selain dijilati atau dikecup,              kemaluanku pun dikocok-kocok dengan pelan-pelan namun pasti. Seperti              halnya yang saya lakukan pada tubuh Lucy, Lucy pun menjilati,              mengecup dan menghisap semua bagian depan tubuhku dan makin lama              makin ke bawah hingga akhirnya pada kemaluanku.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Pada saat di kemaluanku, Lucy langsung              mengulumnya seakan-akan mau menelan semua kemaluanku yang kira-kira              panjangnya 16-18 centimeter. &quot;Aaagghh.. aah.. eeenak, Luc!&quot; desahku              agak keras tidak bisa menahan rasa nikmat yang saya rasakan begitu              Lucy memainkan lidahnya di bagian lubang kemaluanku. Tidak bisa saya              ungkapkan kenikmatannya dan saya benar-benar menikmati apa yang saya              rasakan.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Lama sekali Lucy menghisap, menjilat,              mengulum dan memainkan kemaluan saya, dia pun menjilati lubang anal              saya. Hingga pada akhirnya terlintas dalam pikiran saya untuk              menyelesaikan pemanasan ini dan memulai berhubungan seks.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Seperti halnya yang Lucy lakukan pada saya              dengan mengangkat kepala saya dari kemaluannya, begitu pula yang              saya lakukan untuk menghentikan kulumannya pada kemaluan saya. Saya              angkat kepalanya dan saya dekatkan wajahnya kepada saya lalu              menciumnya dengan kecupan-kecupan sesekali menciumnya dengan sedikit              memainkan lidah.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Saya pun menuntun Lucy untuk tiduran di              kasur dengan posisi telentang. Setelah saya beri ciuman dan sedikit              kecupan kecil pada bibirnya, saya memegang kemaluan saya dan              mengarahkan pada liang senggamanya. Kedua kakinya yang telah dibuka              olehnya membuat saya lebih mudah untuk memasukkan kemaluan saya.              Sambil memasukkan kemaluan saya, saya lihat raut wajah Lucy. Dia              tampak mengejamkan kedua matanya sambil mendesah, &quot;Ooohh.. eeemhhh..&quot;              lalu menahan nafas sejenak, sedangkan kedua tangannya memegang kedua              pantat saya lalu mencekeramnya agak keras.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Sambil mengeluarmasukkan kemaluan saya ke              kemaluan Lucy, saya menekuk kedua kakinya dengan kedua tangan saya              sehingga telapak kaki dan tulang keringnya terangkat. &quot;Uuughh..              esshhh.. aaahh.. eenak.. sayang..&quot; desah Lucy sambil memejamkan              matanya. Saya pun mendesah kenikmatan dengan keluar masuknya              kemaluan saya di dalam kemaluan Lucy. &quot;Aaahh.. eeessh.. Luss.. eenak..&quot;&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5              menit, lalu saya angkat kedua kakinya sehingga menghimpit kepalaku              dan tetap mengeluarmasukkan kemaluanku. Dan saya tidak tahu berapa              lama saya dan Lucy melakukan posisi ini hingga akhirnya Lucy menarik              saya untuk mendekatkan kepala saya dengan kepalanya, lalu dia              mendekap punggung saya dengan erat bahkan saya merasa sangat keras.              Dan mendesah panjang, &quot;Eeenghhh... eeesshhh.. eeenakk..&quot;&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Lalu Lucy menghentikan sebentar dan              mengeluarkan kemaluan saya dari kemaluannya. Ia lalu menungging dan              saya tahu maksudnya dan tanpa disuruh olehnya, saya mengarahkan              kemaluan saya untuk kembali menghujam kemaluan Lucy. Sambil memegang              kedua belah pantatnya bagian atas, saya tetap mengeluarmasukkan              kemaluan saya dan sesekali saya melihat reaksi Lucy yang mengangkat              sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan rambutnya sambil              mendesah-desah kenikmatan, &quot;Aaaghh... eeesshh.. terus sayang..&quot;&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks,              hingga saya merasa sedikit kelelahan begitu juga Lucy, hingga saya              putuskan untuk mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di              dalam kemaluan Lucy. Dengan makin kupercepat gerakanku, makin              terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan saya dengan              kemaluannya yang telah diulasi oleh cairan dari kemaluan Lucy. Saya              pun sesekali memegang payudaranya dengan kadang meremasnya sebab              saya rasa payudaranya akan naik turun dan menggantung karena              posisinya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Aaakhh.. enakk!&quot; desah Lucy sedikit teriak.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Luc.. saya mau keluar nich.. eeesshh..&quot;              desahku pada Lucy.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;&quot;Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..&quot;              jawabnya sambil mendesah.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Hingga akhirnya saya merasa bahwa saya akan              mencapai puncak, saya agak menunduk mengikuti posisi Lucy yang              menungging dan saya pegang kedua buah dadanya sambil sedikit meremas              keduanya. &quot;Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Luss&quot; teriakku agak keras              dengan bersamaannya sperma saya yang keluar dan menyembur di dalam              kemaluan Lucy.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah saya berdiam sejenak setelah              ejakulasi, saya keluarkan kemaluan saya dan saya tuntun tubuh Lucy              untuk membalik sehingga kami dapat berpelukan. Sambil saling memeluk,              Lucy mengatakan bahwa saya hebat dan dengan ijin saya, dia ingin              menceritakan ini pada temannya. Waktu itu, saya katakan bahwa tidak              ada masalah andai dia ingin menceritakan ini pada temannya sebab (waktu              itu) saya pikir, Lucy tidak akan mengenalkan temannya itu pada saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Kami pun hening sejenak sambil tetap saling              berpelukan dan tubuh masih dalam keadaan telanjang bulat dan saya              pun masih dapat mencium bau parfum yang Lucy gunakan. Dalam              keheningan itu, terdengar dengan samar-samar lagu When You Said              Nothing At All yang dibawakan oleh Ronan Keating dari pesawat TV              yang ada. Kami pun secara bersamaan tersentak dan ingin melihat.              Lalu kami saling meregangkan pelukan kami, dan Lucy mengambil remote              Tv yang berada di atas meja dekatnya lalu menambah volume suaranya.              Setelah itu, Lucy mengajak saya untuk berpelukan lagi, saling              mendekap lagi sambil menikmati lagu Ronan Keating tersebut.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Saya lihat jam tangan, jam menunjukan pukul              12.45 dini hari. Dan kami pun tertidur hingga kita berdua bangun              bersama-sama sekitar jam 07.00 pagi, karena ada seberkas sinar              matahari.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk              keluar dari hotel tersebut dan Lucy mengantarkan saya pulang hingga              di depan rumah, setelah itu dia akan kembali ke rumahnya hanya untuk              mengganti pakaian dan diteruskan ke kantor.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Di dekat rumah, Lucy mengatakan bahwa dia              sangat puas dan ingin mengulang kembali apa yang terjadi tadi malam              dan dia mengeluarkan sejumlah uang yang saya kira cukup banyak buat              saya. Katanya saat itu, &quot;Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa              bantu-bantu kamu kalau kamu pengen beli sesuatu..&quot; namun belum              selesai penjelasannya, saya jawab bahwa saya tidak mau menerima uang              sesen pun dari dia sebab apa-apa yang saya lakukan adalah karena              atas dasar suka sama suka dan saya pun mengatakan bahwa saya akan              merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa saya untuk menerima              uang itu.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam              sejenak dan dia mengambil handphone-nya dan mengatakan bahwa itu              adalah pemberian dari dia bukan balasan atas yang saya lakukan, dia              pun menjelaskan agar dia dapat menghubungi saya. Setelah saya              pikir-pikir sambil dia tetap berharap agar saya menerima itu,              akhirnya saya mau juga karena saya pikir handphone ini tidak akan              selamanya, saya dapat mengembalikannya suatu saat nanti.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Setelah tiba di rumah, saya pun memohon diri              dan sempat memegang tangannya bahwa apa yang dia rasakan antara saya              dan dia, mungkin yang saya rasakan pada saat itu.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Hari itu Lucy menelepon saya dua kali lewat              handphone-nya, yang pertama mengatakan bahwa dia sudah tiba di rumah              dan yang kedua adalah dia sudah berada di kantor.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Sejak itu, Lucy tidak pernah menghubungi              saya lagi. Tadinya saya pikir bahwa dia sibuk, dan saya pun sadar              dengan posisi saya. Hingga akhirnya saya dihubungi seorang wanita              lewat handphone pemberian Lucy. Wanita itu mengatakan bahwa Lucy              pernah cerita semuanya tentang hubungan saya dengan Lucy mulai dari              mula hingga akhir, dan wanita ini mengatakan bahwa dia ingin              mengatakan sesuatu pada saya dan ingin ketemu dengan saya.&lt;/p&gt;             &lt;p class=&quot;MsoPlainText&quot;&gt;Hingga pada akhirnya saya setuju untuk              bertemu tanggal 8 Desember di suatu Mall. Dalam pertemuan tersebut,              wanita itu yang seumur dengan Lucy yang mengaku sebagai temannya dan              mengaku bernama Julliet ini mengatakan bahwa ada pesan dari Lucy              untuk mengatakan yang sebenarnya pada saya bahwa Lucy telah bersuami              dan sudah 1.5 tahun belum dikarunia anak dan dikatakan bahwa              suaminyalah yang tidak mampu berproduksi sebab Lucy secara diam-diam              sudah memeriksakan dirinya tanpa sepengatahuan suaminya, dan pesan              Lucy yang terakhir adalah dia menyampaikan permintaan maaf              sebesar-besarnya untuk saya sebab Lucy tidak ingin bertemu dengan              saya lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal              yang sama seperti Lucy namun bukan dengan tujuan untuk memiliki anak              sebab ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah dalam              memproduksi anak, yang jadi masalah adalah suaminya yang setelah              selesai hubungan seks, ia selalu langsung meninggalkan Julliet tidur.              &quot;Jadi, andai Lucy hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah benih saya&quot;,              pikirku.&lt;/p&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8716657318470293799'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8716657318470293799'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/gairah-nakal-wanita-karier.html' title='Gairah Nakal Wanita Karier'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-6748707306077479623</id><published>2010-05-21T09:16:00.000-07:00</published><updated>2010-05-21T09:17:00.424-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Cinta Main Bertiga"/><title type='text'>Bercinta berempat</title><content type='html'>Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang        entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.      &lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berbunyi        dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita        yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Hallo, selamat siang joko,&quot; suara wanita yang sangat manja terdengar.        &quot;Helo juga, siapa ya ini?&quot; tanyaku serius. &quot;Namaku Karina,&quot; kata wanita        tersebut mengenalkan diri. &quot;Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor        saya dari mana?&quot; tanyaku menyelidiki. &quot;Oya, aku temannya Yanti dan dari        dia aku dapat nomor kamu,&quot; jelasnya. &quot;Ooo... Yanti,&quot; kataku datar.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti        adalah seorang wanita karir yang juga &#39;mewarnai&#39; kehidupan sex aku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?&quot; tanyaku. &quot;Baik,        sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu,&quot; jelas        Karina.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama.        Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana        bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk        fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Hallo... Joko, kamu masih disitu?&quot; tanya Karina. &quot;Iya... Iya Mbak... &quot;        kataku gugup. &quot;Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?&quot; tanyanya        menggodaku. &quot;Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,&quot; celetukku. &quot;Masa        sih... Aku jadi GR deh&quot; dengan nada yang sangat menggoda. &quot;Joko, boleh        nggak aku bertemu dengan kamu?&quot; tanya Karina. &quot;Boleh aja Mbak... Bahkan        aku senang bisa bertemu dengan kamu,&quot; jawabanku semangat &quot;Oke deh, kita        ketemuan dimana nih?&quot; tanyanya semangat. &quot;Terserah Mbak deh, Joko sih        ngikut aja?&quot; jawabku pasrah. &quot;Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc.        Donald plasa senayan,&quot; katanya. &quot;Oke, sampai nanti joko... Aku tunggu kamu        jam 18.30,&quot; sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.      &lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu.        Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon        aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor        untuk melakukan aktivitas selanjutnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang        kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare        dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja.        Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak        mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak        pede dengan hal seperti itu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai        dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald        seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi        pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan        tersebut.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada        seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku,        wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga        cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi        pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian        depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan        belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat        aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang        aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih        bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku        berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja        dengan aku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Maaf apakah kamu Joko?&quot; tanyanya sambil menatapku. &quot;Iy... Iyaa... Kamu        pasti Karina,&quot; tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa        mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan        penuh perasaan.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Silahkan duduk Karina,&quot; kataku sambil menarik satu kursi di depanku.        &quot;Terima kasih,&quot; kata Karina sambil tersenyum. &quot;Dari tadi kamu duduk disitu        kok nggak langsung kesini aja sih?&quot; tanyaku. &quot;Aku tadi sempat ragu-ragu,        apakah kamu memang Joko,&quot; jelasnya. &quot;Aku juga tadi berpikir, apakah wanita        yang cantik itu adalah kamu?&quot; kataku sambil tersenyum.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,        kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali        bicara yang &#39;menyerempet&#39; ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah        cantik saja wajahnya yang semakin matang.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita        yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan        kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Karin, kamu kenal Yanti dimana?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online bersama.        Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah        tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan        dengan penuh semangat.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,&quot;        tanyaku penuh penasaran. &quot;Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak        tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,&quot; Jawabnya penuh        pengertian. &quot;Ooo, begitu... &quot; kataku sambil manggut-manggut. &quot;Ini adalah        hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan        kantorku selesai,&quot; jelasnya tanpa aku tanya. &quot;Sebenarnya tadi Yanti juga        mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan        datang besok harinya dia bisa dateng,&quot; jelasnya kembali. &quot;Memangnya Mbak        Karina menginap dimana nih?&quot; tanyaku penasaran. &quot;Kebetulan sama kantor        sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H... &quot;jelasnya. &quot;Mmm, emangnya        Mbak sama siapa sih?&quot; tanyaku menyelidik. &quot;Ya sendirilah, Joko... Makanya        saat itu aku tanya Yanti,&quot; katanya &quot;Tanya apa?&quot; tanyaku mengejar. &quot;Apakah        punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,&quot; katanya. &quot;Dan        dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,&quot; lanjutnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat        sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam.        Dan toko pun sudah mulai tutup.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Jok... Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?&quot; tanyanya. &quot;Boleh, masa        iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,&quot; kataku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera        meluncur ke hotel H... Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan.        Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan        sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak.        Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika        berjalan dibelakangnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang        asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya.        Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina        pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan        tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b)        sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara        yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku        duduk.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian        mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun,        tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun        dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat        terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang        besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa        bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba        menghentikannya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang        pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun        langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku        pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun        beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya.        Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya        yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun        mendesah.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh... &quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku        semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun        mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia        bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil        berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan        Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah        beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan        dia pun mendesah. &quot;Jok... Akuu mauu keeluuarr.&quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun        langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun        langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku        masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam        vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan        sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku        lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt... &quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia        mulai berkicau lagi.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh... &quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua        kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku        mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali        mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih        tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir        cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap        vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.      &lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah.        Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung        masuk. Bless... Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia        pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai        mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan        sensasi yang diberikan oleh Miranda.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Karina        mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya        yang membuat aku mendesah.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Aaahh enak Mir... Terus Mir... Goyang terus Mir... Lebih dalam lagi        Mir... Aaahh sstt&quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Mir... Aku... ingiin keeluuaarr&quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa        kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih        mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan        terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah        cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku        yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan        menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung        menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes        di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang        berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Dahlia        dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang        jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ooohh... Joko... Geelli... &quot; desah Dahlia.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa        merem melek mengikuti jilatan lidahku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara        mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya        sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang        masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit        puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi        dan dia medesah.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Aaahh enak sekali Jok... Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt...        &quot;&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah        itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat        penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya        langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi        rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya,        membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung        aku julurkan kepermukaan bibir vagina.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar        selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ssstt... Jok... Nikmat sekali... Ughh,&quot; rintihnya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku        diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan        naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang        vaginanya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Gila banget lidah kamu... &quot; rintihnya &quot;Terus... Sayang... Jangan        lepaskan... &quot; pintanya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk        menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat        yang bergejola dihatinya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Oohh... Joko, aku nggak tahan... Ugh... &quot; rintihnya. &quot;Joko cepet masukan        penis kamu aku sudah nggak tahan nih,&quot; pintanya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk        itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali        hentak.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Bleest... &quot; kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia. &quot;Aowww... Gila        besar sekali Jok... Punya kamu,&quot; Dahlia merintih.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat danm        sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar        biasa dibatang kemaluanku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Jangan berhenti sayang... Oogghh,&quot; pinta Dahlia.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan        penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia        membantu pinggulnya untuk berputar-putar.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Kamu... Memang... Jagoo... Ooohh,&quot; kepalannya bergerak ke kiri        dan ke kanan seperti orang triping.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu        birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat        Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi        sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku        terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Terus... Sayang... Jangan berhenti... &quot; Dahlia meminta.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan        birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol        birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Aakuu... Kelluuaarr... Aaakkhh... Goyang sayang,&quot; rintih Dahlia.      &lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin        tak terkendali.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Jok... Ooo... Aaammpuunn,&quot; rintihnya panjang.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam        hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan        membasahi seluruh penisku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha        untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging.        Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan        kembali ke lubang vaginanya Dahlia.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ooohh... Joko... Kamu... Memang... Ahli... &quot; katanya sambil merintih.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya        penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Dahlia... Vagina kamu memang enak banget,&quot; pujiku. &quot;Kamu suka minum jamu        yaa kok seret?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan        penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina        Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan        sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi        permainan aku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah        mengoyak birahiku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Dahlia... Aku mau... Keluar... &quot;kataku mendesah. &quot;Aku juga sayang...        Ooohh... Nikmat terus... Terus... &quot; Dahlia merintih. &quot;Joko... Keluarin        didalam... Aku ingin rasakan semprotan... Kamu... &quot; pintanya. &quot;Iya        sudah... Ooogh... Aaakhh... &quot; rintihku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin cepat        dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko... Aku... Aku... Ngaak kkuuaatt... Aaakhh&quot; rintih Dahlia. &quot;Aku juga        sudah... Ooogh... Dahh,&quot; aku merintih. &quot;Crut... Crut... Crut... &quot; spermaku        muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar        dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan        tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu        memang luar biasa&quot; kata Dahlia merintih. &quot;Biasa aja kok Mbak, aku hanya        melakukan sepenuh hatiku saja,&quot; kataku merendah. &quot;Kamu luar biasa... &quot;        Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali        menyerang bibirku yang masih termangu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka        sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak        kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam        aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum        batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun        menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan        kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang        kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena        pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka        dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde        terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi        bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek        bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan        tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag        shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu,        sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ughh... Joko... &quot; mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan        puntignya yang memerah.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan        entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan        mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat        memburu birahinya yang tidak kenyang.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus        berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat        jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan        Hotel H... Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan        oleh permainan tadi.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6748707306077479623'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6748707306077479623'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/bercinta-berempat.html' title='Bercinta berempat'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-3411708251579243680</id><published>2010-05-21T09:15:00.000-07:00</published><updated>2010-05-21T09:16:21.903-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Tante-tante"/><title type='text'>AJIE... TANTE PUAS ATAS LAYANANMU</title><content type='html'>Aku seorang wanita karir yang cukup mapan, boleh dibilang karirku sudah        mencapai tingkat tertinggi dari yang pernah kuimpikan. Tahun lalu aku        memutuskan keluar dari pekerjaanku yang sangat baik itu, aku ingin        memperbaiki rumah tanggaku yang berantakan karena selama 5 tahun ini aku        dan suami tidak pernah berkomunikasi dengan baik sehingga kami        masing-masing memiliki kegiatan di luar rumah sendiri-sendiri. Anak kami        satu-satunya sekolah di luar negeri, kesempatan untuk berkomunikasi makin        sedikit sampai akhirnya kuputuskan untuk memulai lagi hubungan dengan        suamiku dari bawah. Tapi apa boleh buat semua malah berantakan, suamiku        memilih cerai ketika aku sudah keluar dari karirku selama 3 bulan. Aku tak        dapat menyalahkannya karena akupun tidak begitu antusias lagi setelah        mengetahui dia mempunyai wanita simpanan, dan itu juga bukan salahnya        maupun salahku. Kupikir itu adalah takdir yang harus kujalani.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sekarang usiaku sudah 39 tahun dan aku tidak pernah bermimpi untuk menikah        lagi, sehari-hari aku lebih banyak berjalan-jalan dengan teman,        kadang-kadamg kami traveling untuk membunuh waktu belaka. Sejak 3 bulan        yang lalu aku membiarkan salah seorang keponakanku untuk tinggal di        rumahku, aku tergerak menolong orang tuanya yang mempunyai ekonomi        pas-pasan sehingga untuk kost tentu memerlukan biaya yang mahal, sedangkan        untuk bayar kuliah saja mereka sudah bekerja mati-matian. Keponakanku        bernama Ajie, usianya sekitar 22 tahun, kubiarkan ia tinggal di salah satu        kamar di lantai 2. Ajie sangat sopan dan tahu diri, jadi kupikir sangat        menguntungkan ada seseorang yang dapat menjaga rumahku sewaktu aku dan        teman-teman traveling. Tapi ternyata Ajie membawa berkah yang lain.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Pagi itu aku segan sekali bangun dari ranjang, baru kemarin malam aku        kembali dari Thailand dan kebetulan hari itu adalah hari minggu, sehingga        aku memutuskan akan tidur sepuas mungkin, semua pembatu libur pada hari        minggu, mereka boleh kemana saja, aku tidak peduli asal jangan menganggu        tidurku. Aku tergolek saja di ranjang, baju tidurku terbuat dari sutera        tipis berwarna putih, kupandangi tubuhku yang mulai gempal, kupikir aku        harus mulai senam lagi. Kulihat jam menunjukkan angka 10. Ah biarlah aku        ingin tidur lagi, jadi aku mulai terkantuk-kantuk lagi. Tiba-tiba aku        mendengar suara langkah kaki di depan pintu, lalu terdengar ketukan, aku        diam saja, mungkin salah seorang pembantu ingin mengacau tidurku.&lt;br /&gt;      &quot;Tante..., Tante...&quot;, ooh ternyata suara Ajie. Mau apa dia? Aku masih diam        tak menjawab, kubalikkan badanku sehingga aku tidur telentang, kupejamkan        mataku, kedua tangan kumasukkan ke bawah bantal. Ketukan di pintu berulang        lagi disertai panggilan.&lt;br /&gt;      &quot;Persetan!&quot;, pikirku sambil terus memejamkan mata. Tak lama kemudian aku        kaget sendiri mendengar pegangan pintu diputar, kulirik sedikit melalui        sudut mataku, kulihat pintu bergerak membuka pelan, lalu muncul kepala        Ajie memandang ke arahku, aku pura-pura tidur, aku tak mau diganggu.&lt;br /&gt;      &quot;Tante...?&quot;, Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin        erat.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Beberapa saat aku tidak mendengar apapun, tapi tiba-tiba aku tercekat        ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mata, astaga        ternyata Ajie sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang        tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaun tidurku, aku        lupa sedang mengenakan baju tidur yang tipis apalagi dengan tidur        telentang pula. Hatiku jadi berdebar-debar, kulihat Ajie menelan ludah,        pelan-pelan tangannya menyingkap gaunku, hatiku makin berdebar tak karuan.        Mau apa dia? Tapi aku terus pura-pura tidur.&lt;br /&gt;      &quot;Tante...&quot;, Suara Ajie terdengar keras, kupikir ia sedang ingin memastikan        apakah tidurku betul-betul nyenyak atau tidak. Kuputuskan untuk terus        pura-pura tidur. Kemudian kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai        leher, lalu kurasakan tangan Ajie mengelus bibirku, jantungku seperti        melompat, aku mencoba tenang agar pemuda itu tidak curiga.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tangan kumasukkan        bawah bantal jadi otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi..., buseet        wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin dia masih        belum tahu aku pura-pura tidur, kuatur napas selembut mungkin. Lalu        kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku        mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya terhadap        tubuhku. Tak lama kemudian kurasakan tangannya meraba buah dadaku yang        masih tertutup BH, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil        menikmati elusannya, lalu kurasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku        merasakan seperti ada yg sedang bergolak di dalam tubuhku, sudah lama aku        tidak merasakan sentuhan laki-laki. Sekarang aku sangat merindukan        kekasaran seorang pria, aku memutuskan terus diam sampai saatnya tiba.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Sekarang tangan Ajie sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak        lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin        puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti malah membuatnya        takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar        ketika memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Ajie mendekatkan        wajahnya kearah buah dadaku, lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku        ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan.        Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah berkilat oleh air        liurnya, perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali. Mulutnya        terus menyedot puting susuku disertai dengan gigitan-gigitan kecil, tangan        kanan Ajie mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba        vaginaku yg masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah        atau belum, yang jelas jari-jari Ajie menekan-nekan lubang vaginaku dari        luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku, jantungku        berdebar keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari        Ajie sedang berusaha memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya        amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri        sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan        tubuhku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Ajie!!! Ngapain kamu?&quot;, Aku berusaha bangun duduk, tapi kedua tangan Ajie        menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Ajie mencium mulutku secepat        kilat, aku berusaha memberontak, kukerahkan seluruh tenagaku, tapi Ajie        makin keras menekan pundakku, malah pemuda itu sekarang menindih tubuhku,        aku kesulitan bernapas ditekan oleh tubuhnya yang besar. Kurasakan        mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, aku        pura-pura menolak.&lt;br /&gt;      &quot;Tante..., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya        tante&quot; Ajie melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan        meminta.&lt;br /&gt;      &quot;Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda. Tante kan sudah        tua&quot; Ujarku lembut.&lt;br /&gt;      &quot;Tapi saya sudah tergila-gila dengan tante..., saya akan memuaskan tante        sepuas-puasnya&quot;, Jawab Ajie.&lt;br /&gt;      &quot;Ah kamu..., ya sudahlah terserah kamu sajalah&quot;, Aku pura-pura menghela        napas panjang, padahal tubuhku sudah tak tahan ingin dijamah olehnya.        Kemudian Ajie melepaskan gaun tidurku, sehingga aku cuma memakai celana        dalam saja. Lalu Ajie melepaskan pakaiannya, sehingga aku bisa melihat        penisnya yang besar sekali, penis itu sudah menegang keras. Ajie mendekat        ke arahku.&lt;br /&gt;      &quot;Tante diam saja ya&quot;, Kata Ajie. Aku diam sambil berbaring telentang,        kemudian Ajie mulai menciumi wajahku, telingaku dijilatinya, aku        mengerang-erang, kemudian leherku dijilat juga, sementara tangannya        meremas buah dadaku dengan lembut. Tak lama kemudian Ajie merenggangkan        kedua pahaku, lalu kepalanya menyusup ke selangkanganku. vaginaku yang        masih tertutup CD dijilat dan dihisap-hisapnya, aku menggeliat-geliat        menahan rasa nikmat yang luar biasa. Lalu Ajie menarik CD-ku sampai copot,        kedua kakiku diangkatnya sampai pinggulku juga terangkat, sehingga tubuhku        menekuk, kulihat vaginaku yang berbulu sangat lebat itu mengarah ke        wajahku, punggungku agak sakit, tapi kutahan, aku ingin tahu apa yang akan        dilakukannya. Kemudian Ajie mulai menjilati vaginaku, kulihat lidahnya        terjulur menyibak bulu vaginaku, lalu menyusup ke belahan bibir vaginaku,        aku merintih keras, nikmat sekali, clitorisku dihisap-hisapnya, kurasakan        lidahnya menjulur masuk ke dalam lubang vaginaku, mulutnya sudah        bergelimang lendirku, aku terangsang sekali melihat kelahapan pemuda itu        menikmati vaginaku, padahal kupikir vaginaku sudah tidak menarik lagi.&lt;br /&gt;      &quot;Enak Ajie? Bau kan?&quot;, Bisikku sambil terus melihatnya melahap lubangku.&lt;br /&gt;      &quot;Enak sekali tante, saya suka sekali baunya&quot;, Jawab Ajie, aku makin        terangsang. Tak lama aku merasakan puncaknya ketika Ajie makin dalam        memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku.&lt;br /&gt;      &quot;Ajiee..., aa..., enaakk&quot; Kurasakan tubuhku ngilu semua ketika mencapai        orgasme, Ajie terus menyusupkan lidahnya keluar masuk vaginaku.        Kuremas-remas dan kugaruk-garuk rambut Ajie. Kemudian kulihat Ajie mulai        menjilat lubang pantatku, aku kegelian, tapi Ajie tidak peduli, ia        berusaha membuka lubang pantatku, aku mengerahkan tenaga seperti sedang        buang air sehingga kulihat lidah Ajie berhasil menyusup kesela lubang        pantatku, aku mulai merasakan kenikmatan bercampur geli.&lt;br /&gt;      &quot;Terus Jie..., aduh nikmat banget, geli..., teruss..., hh...&quot;, Aku        mengerang-erang, Ajie terus menusukkan lidahnya ke dalam lubang pantatku,        kadang-kadang jarinya dimasukkan ke dalam lalu dikeluarkan lagi untuk        dijilat sambil memandangku.&lt;br /&gt;      &quot;Enak? Jorok kan?&quot;.&lt;br /&gt;      &quot;Enak tante..., nikmat kok&quot;, Jawab Ajie, tak lama kemudian aku kembali        orgasme, aku tahu lendir vaginaku sudah membanjir. Kucoba meraih penis        Ajie, tapi sulit sekali. Aku merasa kebelet ingin pipis, tiba-tiba tanpa        dapat kutahan air kencingku memancar sedikit, aku mencoba menahannya.&lt;br /&gt;      &quot;Aduh sorry Jie..., nggak tahan mau pipis dulu&quot; Aku ingin bangun tapi        kulihat Ajie langsung menjilat air kencingku yang berwarna agak kuning.        Gila! Aku berusaha menghindar, tapi ia malah menyurukkan seluruh mulutnya        ke dalam vaginaku.&lt;br /&gt;      &quot;aa..., jangan Ajie..., jangan dijilat, itu kan pipis Tante&quot;, Aku bangun        berjalan ke kamar mandi, kulihat Ajie mengikutiku.&lt;br /&gt;      &quot;Tante pipis dulu, Ajie jangan ikut ah..., malu&quot;, Kataku sambil menutup        pintu kamar mandi, tapi Ajie menahan dan ikut masuk.&lt;br /&gt;      &quot;Saya ingin lihat Tante&quot;.&lt;br /&gt;      &quot;Terserah deh&quot;.&lt;br /&gt;      &quot;Saya ingin merasakan air pipis tante&quot;, Aku tersentak.&lt;br /&gt;      &quot;Gila kamu? Masak air pipis mau...&quot;, Belum habis ucapanku, Ajie sudah        telentang di atas lantai kamar mandiku.&lt;br /&gt;      &quot;Please tante...&quot;, Hatiku berdebar, aku belum pernah merasakan bagaimana        mengencingi orang, siapa yang mau? Eh sekarang ada yang memohon untuk        dikencingi. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba.&lt;br /&gt;      &quot;Terserah deh...&quot; Jawabku, lalu aku berdiri diantara kepalanya, kemudian        pelan-pelan aku jongkok di atas wajahnya, kurasakan vaginaku menyentuh        hidungnya. Ajie menekan pinggulku sehingga hidungnya amblas ke dalam        vaginaku, aku tak peduli, kugosok-gosok vaginaku di sana, dan sensasinya        luar biasa, kemudian lidahnya mulai menjulur lalu menjilati lubang        pantatku lagi, sementara aku sudah tidak tahan.&lt;br /&gt;      &quot;Awas..., mau keluar&quot; Ajie memejamkan matanya. Kuarahkan lubang vaginaku        ke mulutnya, kukuakkan bibir vaginaku supaya air kencingku tidak memencar,        kulihat Ajie menjulurkan lidahnya menjilati bibir vaginaku, lalu        memancarlah air kencingku dengan sangat deras, semuanya masuk ke dalam        mulut Ajie, sebagian besar keluar lagi.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Tiba-tiba Ajie menusuk vaginaku dengan jarinya sehingga kencingku tertahan        seketika, kenikmatan yang luar biasa kurasakan ketika kencingku tertahan,        lalu vaginaku ditusuk terus keluar masuk dengan jarinya. Kira-kira 1 menit        kurasakan kencingku kembali memancar dashyat, sambil pipis sambil        kugosok-gosokkan vaginaku ke seluruh wajah Ajie. Pemuda itu masih        memejamkan matanya. Akhirnya kulihat kencingku habis, yang keluar cuma        tetes tersisa disertai lendir bening keputihan menjuntai masuk ke dalam        mulut pemuda itu, dan Ajie menjilat serta menghisap habis. Aku juga tak        tahan, kucium mulut Ajie dengan lahap, kurasakan lendirku sedikit asin,        kuraih penis Ajie, kukocok-kocok, kemudian kuselomoti penis yang besar        itu. Kusuruh Ajie nungging diatas wajahku, lalu kusedot penisnya yang        sudah basah sekali oleh lendir bening yang terus-menerus menetes dari        lubang kencingnya. Ajie mulai memompa penisnya di dalam mulutku, keluar        masuk seolah-olah mulutku adalah vagina, aku tidak peduli, kurasakan Ajie        sedang mencelucupi vaginaku sambil mengocok lubang pantatku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kuberanikan mencoba menjilat lubang pantat Ajie yang sedikit berbulu dan        berwarna kehitam-hitaman. Tidak ada rasanya, kuteruskan menjilat lubang        pantatnya, kadang-kadang kusedot bijinya, kadang-kadang penisnya kembali        masuk ke mulutku. Tak lama kemudian kurasakan tubuh Ajie menegang lalu ia        menjerit keras. penisnya menyemburkan air mani panas yang banyak sekali di        dalam mulutku. Kuhisap terus, kucoba untuk menelan semua air mani yang        rada asin itu, sebagian menyembur ke wajahku, ku kocok penisnya, Ajie        seperti meregang nyawa, tubuhnya berliuk-liuk disertai erangan-erangan        keras. Setelah beberapa lama, akhirnya penis itu agak melemas, tapi terus        kuhisap.&lt;br /&gt;      &quot;Tante mau coba pipis Ajie nggak?&quot; Aku ingin menolak, tapi kupikir itu        tidak fair.&lt;br /&gt;      &quot;Ya deh... Tapi sedikit aja&quot; Jawabku. Kemudian Ajie berlutut di atas        wajahku, lalu kedua tangannya mengangkat kepalaku sehingga penisnya tepat        mengarah kemulutku. Kujilat-jilat kepala penisnya yang masih berlendir.        Tak lama kemudian air pipis Ajie menyembur masuk ke dalam mulutku, terasa        panas dan asin, sedikit pahit. Kupejamkan mataku, yang kurasakan kemudian        air pipis Ajie terus menyembur ke seluruh wajahku, sebagian kuminum. Ajie        memukul-mukulkan penisnya ke wajah dan mulutku. Setelah habis kencingnya,        aku kembali menyedot penisnya sambil mengocok juga. Kira-kira 2 menit        penis Ajie mulai tegang kembali, keras seperti kayu. Ajie lalu mengarahkan        penisnya ke vaginaku, kutuntun penis itu masuk ke dalam vaginaku. Kemudian        pemuda itu mulai memompa penis besarnya ke dalam vaginaku. Aku merasakan        kenikmatan yang bukan main setiap penis itu dicabut lalu ditusuk lagi.        Kadang Ajie mencabut penisnya lalu memasukkannya ke dalam mulutku,        kemudian kurasakan pemuda itu berusaha menusuk masuk ke dalam lubang        pantatku.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      &quot;Pelan-pelan..., sakit&quot; Kataku, kemudian kurasakan penis itu menerobos        pelan masuk ke dalam lubang pantatku, sakit sekali, tapi diantara rasa        sakit itu ada rasa nikmatnya. Kucoba menikmati, lama-lama aku yang        keenakan, sudah 3 kali aku mencapai orgasme, sedangkan Ajie masih terus        bergantian menusuk vagina atau pantatku. Tubuh kami sudah berkubang        keringat dan air pipis, kulihat lantai kamar mandiku yang tadinya kering,        sekarang basah semua.&lt;br /&gt;      &quot;aakkhh..., tante, tante..., aa&quot; Ajie merengek-rengek sambil memompa terus        penisnya di dalam lubang pantatku. Dengan sigap aku bangun lalu secepat        kilat kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, kuselomoti penis itu sampai        akhirnya menyemburlah cairan kenikmatan dari penis Ajie disertai jeritan        panjang, untung tidak ada orang dirumah. Air maninya menyembur banyak        sekali, sebagian kutelan sebagian lagi kuarahkan ke wajahku sehingga        seluruh wajahku berlumuran air mani pemuda itu.&lt;br /&gt;     &lt;br /&gt;      Kemudian Ajie menggosok penisnya ke seluruh wajahku, lalu kami berpelukan        erat sambil bergulingan di lantai kamar mandi. Kepuasan yang kudapat hari        itu benar-benar sangat berarti. Aku makin sayang dengan Ajie. Ada saja        sensasi dan cara baru setiap kali kami bercinta.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3411708251579243680'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3411708251579243680'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/ajie-tante-puas-atas-layananmu.html' title='AJIE... TANTE PUAS ATAS LAYANANMU'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-6868442860529565262</id><published>2010-05-21T09:10:00.000-07:00</published><updated>2010-05-21T09:12:20.973-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita wanita nakal"/><title type='text'>Tri, Pembantu Binal</title><content type='html'>Di kompleks perumahan ibuku, Tri terkenal sebagai pembantu yang genit,    ganjen, centil dan sebagainya. Dia sering gonta ganti pacar. Tri baru    berumur kurang lebih 22 tahun. Bodynya bagus, dengan payudara berukuran    kira-kira 34D dan pantat bulat dan padat. Yang lebih menggairahkan    adalah cara berpakaiannya. Dia kerap mengenakan kaos ketat dan celana    model ABG sekarang yang memperlihatkan pinggul dan pusar. Wajahnya cukup    manis, bibirnya sensual sekali. Aku sering menelan ludah kalau melihat    bibirnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tugas Tri adalah menjaga anak majikannya yang masih kecil-kecil. Kalau    sore hari, dia selalu mengajak anak majikannya berjalan-jalan sambil    disuapi. Nah, aku sering sekali berpapasan dengannya saat dia sedang    mengasuh Nabila (anak bungsu pasangan tempat Tri bekerja). Nabila ini    seorang anak yang lucu, sehingga kadang-kadang aku berhenti sebentar    untuk mencubit pipinya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Suatu kali, seperti biasa aku bertemu dengan Tri yang sedang mengasuh    Nabila, dan aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tiba-tiba Tri nyeletuk, &quot;Kok cuma Nabila yang dicubit Pak?&quot;&lt;br /&gt;  Aku sedikit terkesiap, &quot;Haah?&quot; dan aku memandang kepada Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dia sedang menatapku dengan kerlingan genit dan tersenyum menggoda.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Habis, kalau aku cubit pipi Mbak Tri, aku takut Mbak Tri marah,&quot;    kataku.&lt;br /&gt;  &quot;Kalau cubitnya pelan-pelan, aku nggak marah kok Pak. Malah seneng,&quot;    sahut Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kurang ajar anak ini, aku membatin, tapi mulai tergoda untuk    memancingnya lebih jauh.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kalau cuma cubit aku enggak mau Tri.&quot; kataku.&lt;br /&gt;  &quot;Terus maunya apa? Emang berani?&quot; dia malah menantang. Benar-benar    ganjen anak ini.&lt;br /&gt;  &quot;Aku maunya, cium bibir kamu yang seksi itu, boleh?&quot; aku bertanya.&lt;br /&gt;  Dia malah balik bertanya, &quot;Cuma cium? Enggak mau kalau cuma cium.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Astaga, ini sudah keterlaluan.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Tri, aku kan sudah punya isteri, emang kamu masih mau?&quot; aku bertanya.&lt;br /&gt;  &quot;Yaa, jangan sampai isteri Pak Irwan tahu dong. Masak cuma Mbak Enny aja    yang boleh ngerasain Pak Irwan.&quot; balas Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Anda yang pernah membaca pengalamanku dalam cerita &#39;Enny, Pembantu Yang    Sexy&#39; pasti ingat dengan Enny. Aku agak kaget juga mendengar ucapan Tri.    Rupanya Enny curhat sama Tri. Tapi, kepalang tanggung pikirku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Jadi benar nih kamu mau Tri?&quot; aku memastikan.&lt;br /&gt;  Tri menjawab, &quot;Siapa takut? Kapan?&quot;&lt;br /&gt;  &quot;Kamu bisanya kapan Tri? Aku sih kapan aja bisa,&quot; jawabku sambil melirik    ke toketnya yang bagus itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Saat itu Tri pake kaos ketat yang tipis, sehingga bra hitamnya membayang    dan memperlihatkan lekuk yang sangat mengairahkan. Pembaca, terus terang    saat itu aku sudah &quot;Konak&quot;. Penisku kurasakan sudah mengeras.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Ya sudah, nanti malam aja Pak, kebetulan Bapak-Ibu mau ke Bogor,    anak-anak mau diajak semua.&quot; kata Tri.&lt;br /&gt;  &quot;Oke, nanti jam berapa aku ke rumahmu?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;  &quot;Yaa, jam delapanan deh,&quot; jawab Tri sambil membusungkan dadanya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dia tahu aku sedang memperhatikan toketnya. Nafsuku menggelegak.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kamu nantang benar sih Tri, ya sudah, nanti jam delapan aku dateng.    Awas nanti kamu ya.&quot; ancamku sambil tersenyum.&lt;br /&gt;  Eh, dia malah menjawab, &quot;Asal Pak Irwan kuat aja nanti malam.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sambil mengedipkan matanya dan bibirnya membuat gerakan mengecup. Ya    ampuunn, bibirnya benar-benar seksi. Aku menyabarkan diri untuk tidak    menggigit bibir yang menggemaskan itu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Kalau gitu aku pulang dulu ya Tri, sampai nanti malam ya.&quot; kataku.&lt;br /&gt;  &quot;Benar yaa. Jangan boong lho. Tri tunggu ya sayang..&quot; Tri membalas.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  *****&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Malamnya, jam delapan, aku sudah berada di depan pagar rumah Tri, lebih    tepat rumah majikannya. Tri sudah menungguku. Dia membukakan pintu pagar    dan aku langsung masuk setelah melihat situasi aman, tidak ada yang    melihat. Kami masuk ke dalam dan Tri langsung mengunci pintu depan.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup    mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Enny,    masih lebih putih Tri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap    dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir    kami berpagutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami    yang memburu.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku    sambil menatapku, lalu berkata manja.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama Tri, ada syaratnya Pak.&quot;&lt;br /&gt;  Aku bingung juga, &quot;Apa syaratnya Tri?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;  &quot;Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang.    Gimana? Mau nggak?&quot; tanya Tri sambil tangannya turun ke dadaku dan dia    meremas dadaku dengan gemas.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Pembaca, ini yang mengherankan, aku seorang yang sudah berusia di atas    40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan    seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk    menguasaiku, dan aku merasa senang.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Aku mengangguk sambil menjawab, &quot;Iya Mbak, aku mau.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sementara itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya.&quot; perintah Tri,    maksudku Mbak Tri.&lt;br /&gt;  &quot;Iya Mbak.&quot; jawabku pasrah.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu Mbak Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Kami    masuk ke kamar itu, Mbak Tri menutup pintu dan sekarng dia yang memeluk    dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah    saling belit dalam gelora nafsu kami.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mbak Tri kembali melepaskan ciuman kami, dan berkata,&quot; Yaang, kamu    jongkok dong.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Aku menurut, aku berjongkok di depan Mbak Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Lepasin celana Mbak Yang, pelan-pelan ya Yaang.&quot;&lt;br /&gt;  &quot;Iya Mbak.&quot; cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu akupun mulai menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja    kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak    pemandangan indah di depan mataku persis. Pembaca, memeknya gundul tanpa    bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan    diatasnya terlihat clitnya yang juga montok. Mbak Tri melibarkan pahanya    sedikit, sehingga memeknya agak terkuak. Mbak Tri mendongakkan wajahku    dengan tangannya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dan dia bertanya, &quot;Gimana Yang? Bagus nggak Memek Mbak?&quot;&lt;br /&gt;  &quot;Iya Mbak. Bagus banget. Tembem.&quot; jawabku tersendat, karena menahan    nafsu dalam diriku.&lt;br /&gt;  &quot;Yayang mau cium Memek Mbak?&quot; tanyanya.&lt;br /&gt;  &quot;Mau Mbak.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu Memek yang    sangat indah itu. Mbak Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat    tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman    memeknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban memeknya, dan aku menghirup    keharuman yang memabokkan dari Memek Mbak Tri. Kususupkan hidungku dalam    jepitan daging kenikmatan Memek Mbak Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mbak Tri mengerang, &quot;Aahh, Yayaanngg. Terusin Yang.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu kukecup memeknya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan mulai    keluarkan lidahku untuk menjelajahi bibir memeknya. Kugerakkan lidahku    perlahan-lahan kesekeliling memeknya. Tanganku meremas-remas pantatnya.    Sesekali lidahku menyapu klitnya, dan kujepit klitnya dengan kedua    bibirku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tubuh Mbak Tri mengejang sambil mendesah, &quot;Aarrgghh.. Yayaanngg..    Ennaakk Yaanngg..&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kedua tangan Mbak Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke    belahan pahanya. Wajahku terbenam di Memek Mbak Tri, aku hampir tidak    bisa bernafas.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu Mbak Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan    branya. Dia terlentang di kasur. Aku berdiri dan ingin mulai melepas    baju dan celanaku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin Memek Mbak dulu Yang.&quot;    perintah Mbak Tri. Lagi-lagi aku nurut.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu Mbak Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya. Kuteruskan    kegiatan mulut dan lidahku di pesona kewanitaan Mbak Tri yang sangat    indah kurasa. Kumasukkan lidahku ke dalam memeknya, dan kuputar-putar di    dalam memeknya. Dia menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan    karena diremas terus oleh Mbak Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati Memek    Mbak Tri dan memberinya kenikmatan sorgawi. Akhirnya dia menjerit    tertahan, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan    kuatnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Aauugghh.. Yaanngg. Mbakk.. Kkeeluaarr Yaanngg&quot; rintihnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar dan tiba-tiba    berhenti.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Sshh.. Oogghh.. Yaanngg.. Ennaakk banggeett Yaangg.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari Memek Mbak Tri. Rasanya gurih    dan wanginya harum sekali. Kurasakan becek sekali Memek Mbak Tri saat    itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Mbak Tri bangun    dan mulai membuka pakaianku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau gigitin kamu&quot; perintahnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Setelah semua pakaianku lepas, Mbak Tri memandang ke penisku yang sudah    pusing dari tadi. Dia menggenggam penisku dengan gemas dan mulai    mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya telentang, lalu dia    mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan    lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Astaga, permainan lidah Mbak Tri luar biasa sekali. Dalam sekejap aku    dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah    dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari    bagian kepala, lalu ke batang penisku dan bijiku semua dijilatinya    dengan penuh nafsu. Sesekali bijiku dimasukkan ke dalam mulutnya. Sampai    terbalik mataku merasakan nikmatnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan    menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku saat    lidah Mbak Tri bermain di anusku. Sepuluh menit lamanya Mbak Tri    menjilati dan mengemut penis dan anusku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kemudian dia merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan    penisku ke memeknya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan    penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan memeknya yang sangat    montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali Memek    Mbak Tri. Setelah masuk semua, Mbak Tri mulai menaik turunkan pantatnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Aauugghh, Mbak. Enak Mbak.&quot; rintihku.&lt;br /&gt;  &quot;Iya Yang, Mbak juga ngerasain enak. Adduuhh. Kontol kamu enak banget    Yang.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dan Mbak Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi    turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat    sensasi yang luar biasa nikmatnya. Mbak Tri sangat pintar memutar    pinggulnya. Aku mengimbangi gerakan Mbak Tri dengan menusuk-nusukan    penisku.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Tapi, &quot;Yaanngg. Kamu diem aja ya Yaangg. Biar Mbak aja yang muter.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Akupun diam dan Mbak Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama    kemudian, Mbak Tri menghentikan putaran pinggulnya, dan kurasakan    memeknya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang    hangat, kenyal dan kesat.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Lalu Mbak Tri mengerang keras, &quot;Yaanngg.. Aarrgghh. Mbak keluar laggii    Yaanngg..&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Mbak Tri rebah di atas tubuhku, sementara memeknya terus menyedot    penisku. Luar biasa sekali rasanya memek Mbak Tri ini. Kemudian Mbak Tri    memberi perintah agar aku bergantian di atas. Aku menurut, dan tanpa    melepaskan penisku dari dalam memeknya kami berubah posisi.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Sekarang aku berada di atas. Mbak Tri melingkarkan kakinya ke kakiku,    sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh    Mbak Tri, agar aku diam saja. Mbak Tri juga tidak menggerakkan    pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam memeknya yang melakukan    gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang    pasti aku merasakan jepitan Memek yang sangat kuat namun enak sekali.    Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam memeknya. Juga tidak dapat    menarik penisku dari dalam Memek itu. Tidak lama kurasakan Memek Mbak    Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Mbak Tri mulai memutar pinggulnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Aku merasa sperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora    karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin    kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah    mengucur membasahi tubuh kami. Dan kurasakan Memek Mbak Tri mulai    berdenyut keras lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar    dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul    Mbak Tri semakin menggila, dan akupun membantu dengan menekan-nekankan    pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Oogghh.. Yaanngg.. Mbaakk nnggaakk kkuatt laaggi Yaanngg..&quot; erang Mbak    Tri.&lt;br /&gt;  Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam itu, &quot;Iyaa    mbaakk.. Aakkuu juggaa.. Aarrgghh.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah sudah    cairan kenikmatanku di dalam memek Mbak Tri. Bersamaan dengan itu, Mbak    Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Sshh.. Oouugghh.. Enaak baannggett Yaangg.&quot;&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat air mani kami bercampur    menjadi satu di dalam memek Mbak Tri. Mbak Tri mencium bibirku, akupun    membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. Kamipun terkulai tak berdaya. Aku    terhempas di atas tubuh Mbak Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai    dan kasur Mbak Tri sudah basah sama sekali karena keringat dan air mani    kami yang meluap keluar dari Memek Mbak Tri saking banyaknya.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  &quot;Yayaanngg..&quot; Mbak Tri memanggilku dengan mesranya.&lt;br /&gt;  &quot;Iya mbaakk.&quot; aku menjawab dengan tidak kalah mesranya.&lt;br /&gt;  &quot;Kamu hebat deh Yaang.&quot; kata Mbak Tri sambil mengecup bibirku dengan    lembut.&lt;br /&gt;  &quot;Mbak juga hebat. Memek Mbak enak banget deh Mbak.&quot; kataku.&lt;br /&gt;  Mbak Tri tersenyum, &quot;Yayang suka sama memek Mbak?&quot; tanyanya.&lt;br /&gt;  &quot;Suka banget Mbak. Memek Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh lagi ya    Mbak?&quot; aku merayunya.&lt;br /&gt;  &quot;Pasti boleh Yang. Memek ini emang untuk Yayang kok.&quot; Kata Mbak Tri.&lt;br /&gt;  &lt;br /&gt;  Dan malam itu, kami melakukannya sebanyak tiga kali, sampai kudengar    adzan subuh dari mesjid terdekat. Lalu aku keluar dari rumah itu setelah    melihat bahwa situasi aman, dan pulang ke rumahku.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6868442860529565262'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6868442860529565262'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/tri-pembantu-binal.html' title='Tri, Pembantu Binal'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-8834056108203114607</id><published>2010-05-20T11:22:00.000-07:00</published><updated>2010-05-20T11:29:22.540-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Villa Asmara</title><content type='html'>ketika Kino tiba di tempat biasanya ia menunggu angkot,    mobil Honda Civic itu telah lebih dulu berada di sana. Di bawah pohon,    agak lebih ke utara dari tempat pemberhentian angkot, mobil itu tidak    bergerak tetapi mesinnya masih menyala. Hati Kino berbunga-bunga, dan    dengan setengah berlari dia menuju mobil itu.&lt;p&gt;Kali ini tanpa ditawari,    pemuda itu langsung membuka pintu depan. Suara musik segera terdengar    ketika pintu dibuka dan harum interior menyerbu keluar. Kino menundukkan    badan sebelum masuk. Tris tersenyum di belakan stir. Ia sendirian saja,    memakai setelan putih seperti ketika Kino pertama berjumpa dengannya di    taman. Jantung Kino berdegup kencang lagi, seperti biasanya jika ia    bertemu bidadari ini.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Cuma mau lihat-lihat, atau mau ikut?&quot; goda Tris melihat pemuda itu    belum juga masuk.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Aku ingin memastikan..,&quot; ucap Kino pelan. &lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tertawa kecil dengan tawanya yang mempesona itu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino cepat-cepat masuk, menutup pintu, dan dengan keberanian luar    biasa ia mencium pipi bidadarinya. Tris tidak menghindar. Tidak    bergeming sama sekali, bahkan. Kino mencium harum lembut melati di pipi    Tris. Cepat-cepat ia kecup permukaan kulit yang halus bagai pualam itu.    Cepat-cepat pula ia mengalihkan ciumannya, ke sudut bibir yang ranum    itu. Tris diam saja. Tetap tidak bergeming.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Selamat pagi, bidadariku...,&quot; bisik Kino dekat sekali di muka Tris.   &lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Dari jarak seperti ini, pemuda itu bisa memandang lekat ke mata    perempuan yang selalu memenuhi mimpi-mimpinya itu. Mata yang baginya    adalah sumber pancaran kehangatan dan keceriaan, sekaligus jendela bagi    sebuah hati yang lembut walau tersaput sendu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Nakal..,&quot; jawab Tris dengan berbisik pula. &lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Dibalasnya tatapan pemuda itu, dan sejenak keduanya membiarkan jiwa    mereka tertaut di jembatan pelangi yang tercipta dari dua pasang mata    itu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kangen..,&quot; bisik Kino lagi sambil menghela nafas dalam-dalam    menikmati harum segar nafas Tris. Ia seperti sedang menghirup aroma    mistis yang membuat dadanya seperti dipenuhi perasaan bahagia semata.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Sama-sama..,&quot; jawab Tris pelan sekali, nyaris tak terdengar. &lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Lalu bibirnya menempel sekilas di bibir Kino, sebelum ia memalingkan    muka, menarik nafas panjang dan mulai memasukkan persneling ke gigi    satu. Mobil pun bergerak, lalu dengan cepat melaju menuju arah kampus.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Aku tidak ingin kuliah hari ini,&quot; ucap Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Betul-betul nakal!&quot; sergah Tris sambil menahan senyum yang entah    kenapa terus mengembang di bibirnya. Sulit sekali tidak tersenyum di    dekat pemuda ini, keluh Tris dalam hati.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kamu harus kursus?&quot; tanya Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris menggeleng. Ia bahkan tidak mengantarkan Ria ke sekolah hari    ini, karena Neneknya bersedia mengantar dan menunggu. Ketika ibu    mertuanya menawarkan jasa seperti itu, tidak seperti biasanya Tris tidak    menolak. Adik suaminya yang kemudian mengantar mereka sambil pergi ke    kantor, dan lagi-lagi Tris tidak menolak. Lalu Tris mengatakan kepada    orang-orang di rumah, bahwa ia perlu belanja dan mungkin akan pulang    sore. Nah, siapa yang nakal, sebetulnya?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Bawa aku ke mana saja, Tris ... asal jangan ke kampus,&quot; kata Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Aku tak tahu musti ke mana,&quot; jawab Tris walau hatinya mengatakan    bahwa ia ingin sekali ke sebuah tempat di mana mereka bisa berdua saja.    Dan sebetulnya ia sudah punya rencana ... Tetapi ... Ah, akankah aku    mengajaknya ke sana? desah Tris dalam hati. Gelisah dan tak pasti.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Berapa jauh mobilmu bisa pergi?&quot; tanya Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ke ujung dunia pun bisa, asal jalannya beraspal,&quot; jawab Tris sambil    tertawa.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kalau begitu, aku tahu musti ke mana,&quot; kata Kino sambil tersenyum.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kemana?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Nanti aku beri tahu. Sekarang, ambil saja jalan ke arah selatan.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tersenyum sambil tetap menatap ke jalan di depannya. Kino    memandangnya terus sejak mereka meninggalkan tempat pemberhentian angkot    tadi. Cantik sekali ia pagi ini, ucapnya dalam hati. Ah, tetapi kapan ia    tidak cantik? sergah suara lain di benaknya. Bahkan ketika sedang    bersedih pun ia tampak cantik. Bagaimana kalau sedang marah? Tetapi    kapan ia marah?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Jangan pandangi aku seperti itu, Kino,&quot; kata Tris sambil membelokkan    mobil ke arah selatan. Di depan mereka kini terbentang jalan raya ke    luar kota.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kenapa?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Nanti matamu sakit&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Justru saat ini mataku terasa letih karena kurang tidur,&quot; jawab    Kino, teringat akan peristiwa semalam.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Mendengar ucapan ini, jantung Tris tiba-tiba berdegup lebih kencang.    Tidak itu saja. Sebuah aliran hangat tiba-tiba merayapi leher dan    mukanya. Oh, apakah ia juga mengalami hal yang sama semalam? ucapnya    dalam hati. Apakah ia juga melakukannya?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kenapa?&quot; tanyanya asal-asalan, walau akhirnya ia menyesal harus    bertanya. Bagaimana kalau pemuda ini memberikan jawaban seperti yang    diharapkannya?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Banyak nyamuk,&quot; kata Kino berbohong. Ia belum pasti apakah harus    berterus terang dalam soal yang satu ini.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tertawa lega, sekaligus juga kecewa. Tadinya ia berharap pemuda    itu akan mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur karena memikirkan dirinya.    Tetapi ia sebenarnya juga takut, kalau-kalau pembicaraan mereka harus    membuat dirinya sendiri mengakui apa yang dilakukannya tadi malam.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Tidur mu nyenyak?&quot; tanya Kino, juga dengan jantung berdegup.    Bagaimana kalau ternyata dia juga tidak bisa tidur dan melakukan apa    yang kulakukan malam itu? gumamnya dalam hati.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris menggeleng. Jantungnya berdegup kencang lagi. Kalau pemuda ini    mendesak terus, apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kenapa?&quot; tanya Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Terlalu banyak minum kopi,&quot; kata Tris sambil berharap cemas menunggu    pertanyaan selanjutnya. Tetapi rupanya Kino tak ingin melanjutkan    percakapan. Sejenak keheningan melingkupi keduanya. Mobil meluncur cepat    meninggalkan kota B. Matahari mulai meninggi. Beberapa kali mereka    berpapasan dengan gerobak-gerobak yang ditarik kerbau, membawa hasil    bumi yang menggunung. Sawah luas mulai sering tampak di pinggir jalan.    Di kejauhan, sebuah gunung tampak kelabu-biru. Puncaknya tertutup awan    tipis berarak.&lt;/p&gt;   &lt;p align=&quot;center&quot;&gt;******&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino mengajak Tris ke sebuah tempat yang ia sangat kenal, di pinggir    sebuah danau kecil di kaki gunung. Tempat ini biasanya digunakan untuk    perkemahan pramuka, atau untuk piknik keluarga di hari libur. Saat ini,    tidak ada yang berkemah dan berpiknik. Hanya ada beberapa pemancing yang    sedang bersiap-siap dengan perahu mereka hendak ke tengah danau mencari    ikan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Mobil diparkir di depan sebuah warung yang tutup. Kalau musim libur,    warung ini buka 24 jam, menyediakan segala macam keperluan orang-orang    kota yang tidak selalu bisa &lt;i&gt;back to nature&lt;/i&gt; walaupun maunya    begitu. Kino mengenal baik pemilik warung itu karena sering &lt;i&gt;hiking&lt;/i&gt;    (berjalan lintas alam) ke daerah ini, membawa anggota junior dari    kelompok pencinta alam di kampusnya. Bagi Kino, daerah yang masih asri    ini mengingatkannya pada kampung halaman, tempat ia bersekolah dan    bercengkrama dulu (Bagi pembaca yang belum tahu awal cerita, bisa lihat    Babak I serial Kino).&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Dari tempat parkir itu, Kino mengandeng tangan Tris menuju danau,    melintasi tanah lapang kecil yang biasa dipakai sebagai arena    perkemahan. Di pinggir danau ada sebuah dangau (gubuk sederhana tanpa    dinding) yang biasa dipakai berteduh kalau hari terik. Pelataran depan    dangau ini berupa sebuah dermaga kayu yang sangat rendah sehingga hampir    menyentuh permukaan air. Di dermaga itulah, tanpa alas kaki, Kino dan    Tris duduk menghadap kaki gunung di seberang danau, mencelupkan kaki dan    menendang-nendang air sejuk segar.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Suasananya seperti di kampung halamanku,&quot; kata Kino dengan mata    menerawang ke kejauhan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ceritakan tentang kampungmu, Kino..,&quot; ujar Tris sambil merangkul    lengan pemuda itu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Mungkin tak ada yang menarik buatmu,&quot; jawab Kino karena menduga    pastilah &quot;anak kota&quot; seperti Tris (yang seperti kata Ridwan, &quot;dibesarkan    dan bersekolah di ibu kota&quot;) tidak akan tertarik kepada &quot;kampung&quot;.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ayolah!&quot; sergah Tris merajuk, &quot;Kalau kamu yang menceritakan, pasti    menarik!&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ceritanya panjang. Dari mana aku harus mulai?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ceritakan tentang rumahmu, orangtuamu, saudara-saudaramu..,&quot; kata    Tris, mempererat pelukannya di lengan Kino. Pemuda itu menunduk,    memandang riak air dan seekor capung yang dengan gagah berani terbang    mengapung di dekat dua pasang kaki manusia. Sebuah perasaan rindu yang    amat kuat tiba-tiba menyergap dadanya. Ah! Lama sekali aku tak pulang    dan tak berkabar! desahnya dalam hati.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ayooo, dong!&quot; sergah Tris lagi, kali ini sambil menyandarkan    kepalanya di lengan pemuda itu. Entah kenapa, bagi perempuan ini dunia    sekarang jadi luas sekali, dan ia merasa sendirian sehingga perlu    memeluk erat pemuda di sebelahnya. Entah kenapa, tiba-tiba ia merasa    hanya pemuda ini yang ada di tengah jagat semesta tak berbatas. Kalau ia    tak memeluk erat lengan itu, kemana angin akan membawanya terbang?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino pun bercerita dengan suara pelan, tentang sebuah rumah tua yang    turun temurun ditempati keluarganya, dengan langit-langit kusam yang    sudah berusia puluhan tahun, dan dengan beranda yang berlantai ubin    kuning; lantai yang selalu mengkilap, karena setiap akhir pekan Ibu    menggosoknya dengan sekaleng ampas kelapa. Rumah yang selalu teduh,    dengan tembok yang agak lembab sehingga sebulan sekali perlu diamplas    agar lumut tidak merajalela. Rumah yang menyimpan teriakan-teriakan    ceria gadis kecil kepada kakaknya, juga ucapan lembut Ibunya, dan suara    berwibawa Ayahnya. Betapa jauhnya rumah itu saat ini, .... beratus-ratus    kilometer di seberang tanah, lembah, sungai, dan lautan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Berapa usia adikmu?&quot; tanya Tris ketika Kino sejenak terdiam di    tengah ceritanya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Sekarang sudah 11 tahun,&quot; jawab Kino, lalu ia melanjutkan dengan    suara lirih, &quot;Aku rindu sekali kepadanya.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris mengangkat kepalanya dari lengan Kino, menoleh memandang muka    pemuda itu. Kasihan, gumamnya dalam hati, pemuda ini punya perasaan    begitu halus. Pastilah ia sangat mencintai adiknya. Pantas ia mudah    sekali dekat dengan Ria.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kapan terakhir kau pulang, Kino?&quot; tanya Tris lembut sambil mengusap    anak-anak rambut dari kening pemuda itu. Angin berhembus agak kencang,    membawa sedikit embun yang membuat muka mereka lembab seperti habis    bercuci muka.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino menunduk lagi. Ia katakan bahwa sejak tiba di kota B, belum    sekali pun ia sempat pulang ke kampung halamannya. Tris terenyuh    merasakan nada getir dalam ucapan Kino. Betapa berbedanya nasib pemuda    ini denganku, bisiknya dalam hati. Aku hidup dikelilingi orang-orang    terdekat. Tris memanjangkan lehernya, meraih leher Kino agar mendekat,    lalu mencium pipi pemuda itu dengan sepenuh perasaan. Ingin rasanya ia    menjadi bidadari yang sesungguhnya, agar bisa terbang membawa Kino ke    kampung halamannya. Sayang sekali, aku cuma bidadari baginya, desah Tris    dalam hati.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Lalu Kino bercerita tentang sekolahnya. Tentang teman-temannya. Juga    tentang Alma, walau tanpa menyatakan terus-terang bahwa gadis itu adalah    pacar pertamanya. Kino bercerita pula tentang Mba Rien, tetapi tidak    tentang pengalaman-pengalaman mendebarkan yang diberikan wanita lajang    itu. Lancar sekali Kino bercerita, seperti sedang mengulang kembali    tahun-tahun yang sampai sekarang masih seperti terang terpampang di    benaknya. Baru kali ini ia bisa bercerita begitu terbuka kepada    seseorang yang praktis bukan siapa-siapa; bukan kakaknya, bukan    saudaranya. Tetapi barangkali itulah sebabnya perempuan ini adalah    bidadariku, ucap Kino dalam hati.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Alma itu pacarmu?&quot; Tris memotong sambil menendang air danau,    menimbulkan riak-riak besar. Kino tersenyum, mendeteksi ada sedikit nada    lain di suara Tris. Apakah perempuan ini cemburu?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ya,&quot; jawab Kino, &quot;Pacar pertamaku.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Sampai sekarang?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Entahlah,&quot; jawab Kino sambil menghempaskan nafas kuat-kuat, &quot;Aku tak    pernah berjumpa atau mendengar kabarnya lagi.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kamu mencintainya?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino menoleh, memandang Tris yang kali ini menunduk memandang air    danau, seperti sedang mencoba menembus tirai air untuk melihat dasar    danau yang gelap.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Aku tidak tahu,&quot; katanya terus terang. Kino memang tidak pernah    tahu, apakah ia mencintai gadis itu. Kalaupun &quot;ya&quot;, ia tak pernah bisa    menjawab apakah perasaan itu masih ada sampai sekarang.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tersenyum dalam hati mendengar jawaban Kino. Dasar nakal!    sergahnya dalam hati, tentu saja ia tak mau mengakui di depanku. Tris    tahu persis, pemuda di sampingnya ini tertarik padanya. Mungkin juga    jatuh cinta kepadanya. Mana mungkin ia mau mengatakan bahwa ia masih    mencintai gadis itu. &quot;Aku sungguh-sungguh tidak tahu, Tris..,&quot; ucap Kino    ketika melihat Tris diam saja. Tadinya ia berharap Tris mendesak terus    dengan pertanyaan-pertanyaan, sehingga ia bisa mengetahui lebih jauh    apakah perempuan ini memang berminat mengetahui keadaan sesungguhnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris menoleh, membalas tatapan Kino, dan tersenyum sambil berkata,    &quot;Lalu, siapa pacarmu sekarang?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino terdiam sejenak. Bagi pemuda itu, kedua mata Tris tampak bagai    pedang baja tajam berkilauan, siap menembus jantungnya yang berdegup    kencang. Dihelanya nafas panjang-panjang, dikumpulkannya semua kekuatan    yang ada padanya. Lalu ia berucap pelan dan tegas, &quot;Kamu.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tertawa keras, membuat capung-capung yang mulai berkumpul di    dekat kaki mereka terbang berhamburan. Kino pun ikut terkejut, dan    sempat kecut hatinya mendengar Tris tertawa. Apakah ia menertawaiku?    pikirnya dengan panik.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kamu seperti botol bening, Kino. Gampang ditebak isinya!&quot; ucap Tris    sambil menahan tawa melihat Kino terkejut. Sesungguhnyalah pemuda ini    begitu polos bagi Tris.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino ikut tertawa, tetapi dengan canggung, &quot;Kamu benar,&quot; katanya,    &quot;Teman-temanku juga bilang, aku seperti buku yang terbuka. Mudah dibaca    isinya.&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris meraih pinggang Kino, memeluk pemuda itu dengan sayang,    menengadahkan mukanya menawarkan bibir yang merekah basah. Ayo, ciumlah    aku kalau kamu memang mencintaiku, bisiknya dalam hati. Mungkin dengan    begitu aku bisa memutuskan sikapku sendiri.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino membiarkan tubuhnya sedikit terhuyung dipeluk oleh Tris. Muka    bidadarinya itu dekat sekali dengan mukanya. Nafasnya yang harum menerpa    bersama aroma alam segar yang amat disukainya. Tanpa ragu, Kino mencium    bibirnya yang mempesona, mengulumnya dengan sepenuh hati, menumpahkan    segala perasaannya ke mulut perempuan yang sudah menyita hidupnya    belakangan ini.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris memejamkan matanya erat-erat, menutup pandangannya dari dunia    nyata, membiarkan jiwanya terbang ke alam maya yang penuh ketakjuban.    Bibir pemuda itu terasa hangat di bibirnya, membiaskan citra kasih yang    merayapi leher, turun ke dadanya, membuatnya melayang seakan    berenang-renang di lautan perasaan yang amat dalam. Tris membiarkan    dirinya terlena karena ia ingin pula segera menemukan, ada apa di dasar    perasaannya. Apakah ia telah jatuh cinta, ataukah ini semacam episode    saja dalam hidup yang tak pernah bisa diduga sepenuhnya itu?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Perlahan tapi pasti, keduanya saling mengulum dan saling melumat.    Perlahan tapi pasti pula, kemesraan mereka berkembang berbuah menjadi    kehangatan birahi badani. Tris semakin jauh terlena, merasakan desir    darahnya bertambah cepat, dan daerah-daerah sensitif di tubuhnya seperti    terbangkit oleh sebuah kekuatan gaib. Kedua tangannya merangkul leher    Kino, merengkuh tubuh pemuda itu agar lebih erat terhenyak ketubuhnya.    Nafasnya mulai memburu, dan desah gelisahnya mulai terdengar nyata.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino pun merasakan kelembutan kehangatan tubuh dalam pelukannya bagai    segumpal awan yang dapat membawanya terbang. Nikmat sekali rasanya    memeluk orang yang kau rindukan setiap hari, bisik hatinya. Harum tubuh    perempuan ini pun sangat memabukkan, membuat Kino terasa berada di salah    satu sudut di kahyangan, di mana segalanya cuma keindahan dan kenikmatan    belaka. Ingin sekali rasanya ia merebahkan tubuh itu di lantai dermaga,    menindihnya dengan sepenuh nafsu, memberikannya kenikmatan yang kini    dirasakan sudah penuh terkumpul di dalam tubuhnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Jangan di sini, Kino..,&quot; desah Tris sambil melepaskan pelukannya. Ia    sempat merasakan tangan Kino meremas pinggulnya, dan merayap turun ke    pahanya. Pemuda itu tersentak tersadar. &quot;Maaf, Tris, aku terburu    nafsu..,&quot; ucapnya dengan gugup.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ssst.. jangan minta maaf terus!&quot; sergah Tris sambil menempelkan    telunjukknya di bibir Kino, &quot;Aku tahu tempatnya...&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino mengernyitkan keningnya, keheranan mendengar kalimat terakhir    itu. Apa maksudnya dengan &quot;tempat&quot;? Ke mana bidadari ini akan    mengajakku; pasti bukan kekahyangan! bisik Kino dalam hati. Ia    membiarkan dirinya ditarik bangun. Lalu ia melihat Tris menjinjing kedua    sepatunya, dan tahu-tahu sudah berlari ke arah mobil sambil berteriak    riang, &quot;Ayo, Kino. Kalau terlambat, aku tinggal kamu di sini!&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Terburu-buru Kino meraih sepatunya lalu mengikuti jejak Tris, berlari    tanpa alas kaki. Hampir saja ia tersandung batu besar di pintu keluar    dangau.&lt;/p&gt;   &lt;p align=&quot;center&quot;&gt;******&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Rumah kecil dan asri itu terletak jauh di tengah kebun karet yang    tampaknya sudah tak berfungsi lagi. Jalan menuju rumah itu berliku-liku,    tidak beraspal tetapi berbatu-batu kerikil dan tampaknya terawat baik    karena mobil Tris bisa melaju cukup cepat. Di depan rumah itu ada sebuah    taman yang luasnya dua kali lipat dari bangunan rumah, tampaknya juga    terawat baik dengan bunga-bunga aneka warna. Sebuah pintu gerbang besar    terbuat dari kayu kokoh tampak tertutup ketika mereka tiba, tetapi lalu    Tris menekan sebuah alat di mobilnya, dan pintu itu terbuka sendiri.    Kino takjub memandang teknologi yang sering didengarnya, tetapi yang    baru kali ini dilihatnya itu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tertawa kecil melihat Kino terpana, lalu berucap, &quot;Belum pernah    ke villa?&quot;&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino menggeleng. Ia sering mendengar orang-orang kota yang punya    villa di tempat-tempat peristirahatan seperti ini. Tetapi baru kali ini    ia masuk ke dalam salah satunya. Dulu Rima pernah bilang ayahnya punya    villa di daerah P, tetapi mereka belum pernah ke sana. Ridwan juga    katanya punya dua villa entah di mana, tetapi pemuda itu tak pernah    mengajaknya ke sana. Kini, bidadari yang mempesonanya itu membawanya ke    sebuah villa!&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Dengan cekatan Tris memasukkan mobilnya ke sebuah garasi yang juga    terbuka dengan sentuhan tombol &lt;i&gt;remote control&lt;/i&gt;. Tak ada sebatang    hidung manusia pun yang tampak di villa itu. Mungkinkah mereka cuma    berdua di sini? Kino bertanya-tanya dalam hati. Seandainya &quot;ya&quot;,    mungkinkah .....?&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Lamunan Kino buyar karena Tris mencubit tangannya, &quot;Kita sudah    sampai. Ayo turun..,&quot; ucap Tris lembut sambil memandangnya dengan    tatapan yang membuat Kino gelisah.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Katakan dulu, di mana kita,&quot; jawab Kino membalas tatapan Tris dengan    tak kalah tajam.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Ini tempatku bertapa,&quot; kata Tris sambil tersenyum; ada sekilas sinar    nakal di matanya, membuat Kino ingin menggigit gemas bidadari ini.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kenapa kita ke sini?&quot; desak Kino.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Karena aku mau ke sini,&quot; jawab Tris sambil mulai melangkah keluar.    Kino menelan ludah, merasa tiba-tiba gugup dan canggung. Dengan ragu ia    ikut melangkah keluar, menyusul Tris yang cepat sekali menghilang ke    balik sebuah pintu di belakang garasi.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Pintu itu menghubungkan garasi dengan ruang tengah yang luas, berisi    dua buah sofa panjang di atas hamparan karpet tebal bermotif modern. Di    depan sofa tampak sebuah perapian yang tampaknya memakai energi listrik.    Juga ada sebuah televisi ukuran besar dan sebuah stereo-set dengan empat   &lt;i&gt;speaker&lt;/i&gt; yang menjulang tinggi.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris bediri dekat sofa ketika Kino masuk dengan langkah ragu-ragu.    Pemuda ini betul-betul terpana melihat isi villa. Apalagi ada sebuah    jendela besar yang menghadap ke sebuah sungai di bawah sana. Airnya    tampak berkilauan, menyelinap berliku di batu-batu besar berwarna hitam    legam.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kesini..,&quot; Tris berbisik sambil mengembangkan kedua tangannya,    mengundang Kino ke pelukannya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino melangkah mendekat, lalu membiarkan pinggangnya dipeluk Trista,    membiarkan tubuh bagian bawah mereka menyatu. Jantungnya berdegup sangat    kencang, menimbulkan suara ramai di telinganya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kamu takut?&quot; bisik Tris dekat sekali di mukanya. Kino memandang    lekat kedua mata bidadarinya. Ia menemukan kehangatan yang membara di    sana. Menemukan percik-percik yang membakar jiwanya, menimbulkan gairah    yang perlahan-lahan menghapus keraguannya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Sekarang tidak lagi,&quot; ucap Kino sambil menahan getar di bibirnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tersenyum lembut sekali, lalu mendekatkan mukanya ke muka pemuda    itu, membuka bibirnya bagai sekuntum bunga yang merekah menyambut    matahari pagi. Kedua kelopak matanya menutup perlahan, sebelum bibir    mereka beradu lembut. Kino merasakan betapa sebuah aliran hangat seperti    merayap keluar dari bibir yang menggairahkan itu, menelusup ke bibirnya    sendiri lalu memenuhi dadanya. Tiba-tiba keragu-raguannya sirna. Rasa    takutnya lenyap, seperti embun diterpa panas mentari. Dan kini panas    mentari terbit di tubuhnya, membuat darahnya menggelegak seperti    mendidih.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris berjingkat, memeluk leher pemuda itu, mengulum bibirnya, membuka    mulutnya mengundang lidah Kino untuk mulai menjelajah. Ayolah, desahnya    dalam hati, lakukan lagi apa yang selama ini kau lakukan. Lakukan pula    apa yang selama ini aku impikan. Lakukan dan lakukan lagi. Ayolah...&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino menghisap kedua bibir yang menggairahkan itu, membuka mulutnya    sendiri untuk menyambut sergapan nafas hangat yang menghabus keluar dari    mulut Tris. Lalu ia menjilati lidah Tris yang muncul di permukaan    mulutnya. Lalu ia mendesak lidah itu kembali ke mulutnya, dan    menjelajahi rongga yang menggairahkan dan penuh kehangatan itu. Tris    mendesah perlahan. Tris mengerang perlahan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Cukup lama keduanya saling memagut dan melumat sambil tetap berdiri.    Tris merasakan tubuhnya melayang-layang lagi. Kali ini disertai rasa    geli gatal yang sangat dikenalnya; yang perlahan-lahan mulai memenuhi    tubuhnya. Payudaranya yang kenyal terhenyak di dada bidang pemuda itu,    menimbulkan rasa nyaman sekaligus nikmat. Apalagi Tris kemudian    menggerak-gerakkan dadanya perlahan, menggesek kekiri dan kekanan,    menambah tekanan di puncak-puncaknya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Perlahan-lahan tangan Kino merayap turun dari punggung Tris,    menyusuri lekuk-liku tubuh yang seksi itu. Setiap mili perjalanan tangan    itu menimbulkan gairah kelaki-lakiannya. Apalagi kemudian ia menemukan    resleting di punggung Tris begitu mudah terbuka,... perlahan-lahan    menguakkan gaun putih yang dikenakannya. Tangan Kino menelusup masuk,    menemukan kulit halus mulus menggairahkan yang seperti bergetar lembut    setiap kali tersentuh telapaknya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Hmmmmm...,&quot; Tris mendesah manja sambil melangkah mundur    perlahan-lahan ke arah sofa. Kino mengikutinya sambil terus    mengusap-usap punggung Tris yang telanjang.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Sebelum sampai di sofa, Tris menggerak-gerakan bahunya, dan gaun    tipis yang resletingnya sudah terbuka itu kini meluncur turun. Sekejap    kemudian, Tris tinggal berpakaian dalam..... Kino melepaskan ciumannya,    memandang takjub tubuh molek di hadapannya. Tubuh inilah yang selalu ada    di mimpinya, dan ... memang, tak ada yang berbeda dari selama ini    dirindukannya! Semuanya tampak indah belaka!&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Buka bajumu, Kino..,&quot; bisik Tris dengan suara bergetar sambil mulai    membuka sendiri behanya. Dalam sekejap kedua payudaranya yang membulat    menjulang itu terpampang seksi di hadapan Kino. Pemuda ini menelan ludah    berkali-kali sambil dengan gugup membuka bajunya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Tris tersenyum melihat Kino baru bisa membuka satu kancing dan sedang    repot membuka yang kedua. &quot;Sini aku bantu,&quot; bisiknya sambil mendekat dan    dengan cepat membuka kancing baju pemuda itu. Kino meraih tubuh Tris    lebih dekat lagi, memegang mukanya dengan dua tangan, dan memagut    bibirnya yang menggemaskan itu. Tris mengerang pelan sambil memejamkan    kedua matanya lagi.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Sambil mengulum bibir Tris, tangan Kino dengan cepat meluncur ke    dadanya, meremas dua bukit indah yang menggairahkan itu, membuat Tris    mengerang lebih keras lagi. Sebuah sergapan kenikmatan memenuhi tubuh    wanita ini, yang kini sibuk membuka celana jeans Kino. Dengan satu    tangan lain, Kino membuka celana dalam nilon Tris, memerosotkannya    sampai ke paha, lalu meremas bagian belakang yang membukit mulus itu.    Tris mengaduh manja.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Sebentar kemudian pakaian keduanya telah berserakan tak beraturan di    kaki sofa, dan keduanya telah terhenyak di badan sofa dengan tubuh Kino    menindih tubuh Tris yang putih mulus. Kedua kaki Tris yang indah itu    melingkar memeluk pinggang Kino yang kini sibuk menciumi dada bidadari    pujaannya. Kedua tangan Tris mencengkram sandaran sofa karena sebuah    rasa geli yang amat sangat menyerbu tubuhnya, datang dari mulut Kino    yang tahu-tahu sudah mengulum salah satu putingnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Oooh!&quot; Tris menjerit sambil mendesis ketika merasakan ujung    kejantanan Kino yang sudah tegang keras itu menyentuh permukaan    kewanitaannya. Ia menurunkan kakinya dari pinggang pemuda itu agar bisa    mengangkat bagian bawah tubuhnya ... agar bisa segera dimasuki oleh    bagian yang kini sering diimpakannya itu.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino menggeliat kegelian merasakan kejantanannya tergesek-gesek di    sebuah lepitan yang agak basah dan hangat. Terus terang, ia belum pernah    melakukan percumbuan dengan tubuh sepenuhnya telanjang seperti ini. Ada    semacam rasa aneh yang memenuhi dirinya; semacam perasaan tidak berada    di dunia yang sesungguhnya. Seperti dalam dunia hayal yang sewaktu-waktu    bisa berubah atau lenyap. Seperti menjadi bagian dari sebuah mimpi    erotik yang sewaktu-waktu bisa membuatnya terjaga.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Lalu Kino merasakan dirinya pelan-pelan tenggelam ... Masuk ke sebuah    liang sempit yang licin dan berdenyut ... Ini belum pernah dialaminya    ... Sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya .. Sesuatu yang menakjubkan    mempesona melenakan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Kino...,&quot; Tris mendesah sambil merangkul leher pemuda itu. &lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Ia merasakan sentuhan kejantanan Kino berubah menjadi desakan lembut    yang menyebabkan sesuatu di bawah sana terkuak perlahan... Lalu ia    merasakan sebuah kehangatan menyerbu masuk .. Mula-mula perlahan, tetapi    kemudian cepat melesak ... Tris mendesis merasakan tusukan kenikmatan    menikam ke pusat kewanitaannya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino terhenyak dalam sekali di tubuh bidadari pujaannya. Ia mengerang    ketika merasakan dirinya seperti diselimuti oleh gumpalan daging lembut    hangat dan licin. Rasanya seperti terhenyak di kelembutan alami yang tak    berujung tak berpangkal. Rasanya juga seperti diremas-remas dengan    perlahan di sepanjang tubuhnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Lalu entah bagaimana keduanya mulai bergerak-gerak. Mula-mula gerakan    itu tak beraturan. Tetapi kemudian mereka menemukan irama sendiri. Kino    bergerak turun naik makin lama makin cepat. Tris bergerak berputar-putar,    juga semain cepat. Kino kini bertelektekan di kedua sikunya sambil    membenamkan mukanya di pangkal leher Tris yang sudah mulai berkeringat.    Tris merangkulkan kedua kakinya yang indah di pinggang pemuda itu,    sementara kedua tangannya merangkul erat leher Kino. Suara desah dan    erangan bercamput derit sofa dan kecipak-kecipuk seksi yang keluar dari    tempat berpadunya tubuh mereka. Ramai sekali. Bergairah sekali.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Entah kebetulan atau tidak, alam seperti sedang menyaksikan pecumbuan    dua anak manusia ini. Sebuah guntur menggelegar di kejauhan, gemanya    dipantulkan dinding-dinding gunung, menimbulkan geluduk berkepanjangan    seperti ada kereta api raksasa melintas di langit. Lalu rintik hujan    mulai turun diiringi angin yang berkesiut di puncak-puncak pohon.    Suasana cepat sekali berubah menjadi seperti senja hari, padahal ini    belum pukul 12.00.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino bergerak makin cepat dengan nafas semakin berburu. Tris berkali-kali    mengerang mendesah dengan kaki yang semakin tinggi terangkat, hampir    mencapai punggung Kino. Ia kini tak lagi bergerak, melainkan terkangkang    lebar dan pasrah menunggu datangnya badai klimaks yang sudah di ambang    pintu. Ketika Kino untuk kesekian kalinya menghujam dengan kuat dan    bergairah, Tris mengerang panjang sambil menyebut nama Kino. Tangannya    mencengkram sofa kuat-kuat, kepalanya tersentak ke belakang menekan    sandaran, seluruh tubuhnya menggeliat menggelinjang. Klimaksnya datang    bagai hendak menyita seluruh jiwanya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Kino merasakan pula sebuah desakan yang tak mampu dikendalikannya,    membuat tubuhnya bergetar hebat. Air bah birahi mengambur keluar deras    sekali, membuatnya meregangkan seluruh otot di tubuhnya. Tubuh bagian    bawahnya terhenyak dalam-dalam, menekan tubuh Tris ke sofa di bawahnya.    Lalu ......&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Oooh..,&quot; Tris menjerit pelan merasakan cairan panas menyeruak tumpah    ruah di dalam tubuhnya.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;&quot;Aaah!&quot; Kino menjerit pula, tidak hanya sekali, tetapi setiap kali ia    merasakan muncratan cairan cintanya berhamburan keluar tak tertahankan.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Air hujan bagai ditumpahkan dari langit. Suaranya ramai sekali    mencercah bumi, menghantam genteng villa menimbulkan suara gemuruh,    menenggelamkan jeritan-jeritan Kino dan Tris yang sedang menikmati    klimaks mereka yang panjang.&lt;/p&gt;   &lt;p&gt;Hari itu, di suatu siang yang basah oleh hujan, Kino menyerahkan    keperjakaannya kepada seorang wanita yang dianggapnya bidadari. Ia tak    menyadari hal ini, karena berkali-kali kemudian mereka bercumbu dan    bercumbu lagi. Tak pula sempat menimbang, betapa semakin lama mereka    melangkah semakin jauh. Bahkan mungkin terlalu jauh.....&lt;/p&gt;   &lt;p&gt; TAMAT&lt;/p&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8834056108203114607'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8834056108203114607'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/villa-asmara.html' title='Villa Asmara'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-2687069175070050336</id><published>2010-05-20T11:19:00.000-07:00</published><updated>2010-05-20T11:21:01.733-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Bercinta dengan yang lebih tua"/><title type='text'>Pengalaman Ngeseks dengan Ibu Rumah Tangga</title><content type='html'>&lt;p&gt;Entah kenapa setiap melihat ibu menyusui saya jadi kepengen ikut nyusu, dan akhirnya keinginan itupun terwujud.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Hampir tiap sore beberapa minggu ini, kegemaraanku untuk bersepeda ke lingkungan tempat tinggalku muncul kembali. Kesehatan memang salah satu alasan kenapa hal ini sering aku lakukan sekarang, namun ada alasan lain yang kemudian menjadi alasan utamaku yaitu seorang cewek atau lebih tepatnya seorang ibu Rumah tangga/tante di salah satu daerahku. Mbak Dewi, begitulah aku sering memanggilnya. Perawakan dengan tinggi 168 cm, berwajah khas orang kota gudeg dan padat berisi khas seorang ibu-ibu muda jaman sekarang. Aku, Dana, seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di Indo.&lt;span id=&quot;more-3&quot;&gt;&lt;/span&gt;&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Langsung aja ya?&lt;br /&gt;Saat aku bersepeda, aku selalu bertemu dengan mbak dewi, dia selalu menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun di sebuah SD dekat rumahku sambil menyuapi makanan ke anaknya. Dan sering pula aku memergoki mbak Dewi sedang menyusui anaknya tersebut, pemandangan itulah yang membuat saya sangat betah untuk melihatnya. Mbak Dewi tanpa malu-malu menyusui anaknya di tempat umum dan dilihat olehku. Sering pas aku melihat prosesi tersebut, dia malah tersenyum kepadaku.&lt;br /&gt;”Wah ada tanda-tanda sesuatu ini” pikirku&lt;br /&gt;Dasar otak ngeres, yang dipikir pasti yang itu-itu aja..hehe&lt;br /&gt;Malah kadang aku ngerasa dia sengaja memamerkan payudaranya kepadaku, yaitu waktu menyusui kadang dia membuka hampir separuh kancing bajunya sehingga telihat dua buah dadanya yang mengkal itu. Dan setelah beberapa lama aku baru tahu kalo ukurannya 34C. BH yang dia pakai tiap hari selalu membuatku merasa bahwa payudaranya semakin hari semakin merangsang saja. Kadang hitam, pink, merah, biru, ungu dan yang paling aku suka yaitu bentuk BH yang mempunyai renda. Hot banget rasanya.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Suatu ketika, aku beranikan diri untuk berbincang dengannya. Hari itu dia sedang memakai baju seperti baju tidur berwarna biru laut dengan rok longgar berwarna putih. Masih kayak anak muda aja deh walau umurnya telah menginjak kepala 3.&lt;br /&gt;”apa kabar mbak??lagi asyik ngapain ne??” tanyaku&lt;br /&gt;”ini dek, biasa nyuapin Didi sambil jalan-jalan”&lt;br /&gt;”sekalian nyari udara segar sore hari”lanjutnya..&lt;br /&gt;”wah sehat banget keliatannya mbak anaknya, pasti makannya banyak ya?”&lt;br /&gt;”ga juga si Dan, Cuma nyusunya itu loh, kenceng banget.”timpalnya&lt;br /&gt;Otakku yang ngeres langsung de mengarah ke hal yang iya iya…&lt;br /&gt;”wah susu yang mana ne mbak??” tanyaku sambil tersenyum mupeng.&lt;br /&gt;“ya susu botol dan susu ini.”sambil dia memegang payudaranya sendiri.&lt;br /&gt;“Glek, wah mau dong mbak minta susunya, biar aku juga sehat.” Hehehe sambil cengenges2an…..&lt;br /&gt;“wah susu yang mana ne dan, klo susu botol kan ga mungkin toh kamu uda besar.”&lt;br /&gt;”jangan-jangan yang ini ya??” sambil senyum juga mbak Dewi ini&lt;br /&gt;Wuiih…berani juga ne mbak Dewi, langsung aja de gue jawabh dengan ketawa juga ”emang bole ya mbak??”&lt;br /&gt;Tiba-tiba si Didi merengek dan minta susu ke Ibunya..” bentar ya Dan, Didi minta tetek ni.” sambil dia buka kancing baju 3 biji dan ngeluarin kedua teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam berenda itu.Wah pucuk dicinta ulam pun tiba, akirnya bisa ngeliat dari dekat prosesi ini. Tetek mbak Dewi sangat indah ternyata, apalagi BH yang dipakai sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat dan yang paling aku sukai ”BHnya berenda cuy”….yes yes yes&lt;br /&gt;Begitu teteknya terbuka satu, langsung de si Didi menyerobotnya dengan cepat dan menghisap dengan kencang.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;”pelan-pelan sayang, nanti tersedak lho” sambil mbak Dewi mengocok-ngocok teteknya yang sudah dikenyot anaknya itu.&lt;br /&gt;Wah jadi mupeng ne, putingnya yang coklat dan agak besar sempat terlihat sekilas oleh mataku. ”Dedek yang dibawah sudah mulai berontak ne, gawat” batinku&lt;br /&gt;Waktu itu kami berada di pinggir lapangan sebuah SD, tepatnya di tempat duduk di luar kelas yang terletak dipojokan gedung. Mbak dewi tiba-tiba meminta anaknya untuk berganti posisi agar anaknya mengenyot tetek yang satunya. (uda abis mungkin yang kiri??) Tetek yang uda selesai diisep anaknya dibiarkan menggantung bebas, ”Duh otong uda ga kuat ne, uda berdiri tegak didalam celana dan membuat aku jadi salting. Mbak dewi ternyata melihat gelagat anehku ini.&lt;br /&gt;”Kamu kenapa Dan??” tanyanya&lt;br /&gt;Dengan terkaget aku menjawab “anu..emm..eh ngga papa kok mbak.”&lt;br /&gt;“jangan bohong kamu Dan, kamu pengen ya??”&lt;br /&gt;Duh makin tegang aja dengan pertanyaan seperti ini. Tapi karena amin telah mengalahkan iman maka akupun jawab ”emangnya bole ya mbak? Nanti ada yang marah?”&lt;br /&gt;”ya asal ga rebutan sama Didi ya ga papa.”&lt;br /&gt;Wah bener-bener beruntung ne hari ini….”maksudnya Mbak?”sok sok belagak bego ne gue.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Sambil memutar-mutar teteknya yang sebelah kiri dia bilang ”ayo sini aja, masih ada satu kok.”&lt;br /&gt;”tapi pelan pelan ya, si Didi mau tidur ni kayaknya” lanjutnya.&lt;br /&gt;Langsung aja gua deketin mbak Dewi, pertama-tama gue masih ragu, namun dia terus menarik tanganku untuk menyentuh bukit yang indah itu.&lt;br /&gt;”jangan malu Dan…”sambil menyentuhkan tanganku ke buah dadanya itu..&lt;br /&gt;Ku elus-elus tetek itu dengan lembut, seru juga ya mainin tetek cewek yang menyusui sambil ada anaknya yang sedang netek. (ukurannya itu lho, manteb gan!!) Waduw kayak threesome aja, tapi yang satu masi anak-anak. Lama kelamaan remesanku terhadap teteknya ternyata membuatnya ON, terus gue beranikan untuk mencium putting yang imut itu.&lt;br /&gt;“mas di sebelah sana aja yuk?”dengan menunjuk sebuah pelataran kecil di pojok gedung dengan lokasi agak ke belakan.wah seru juga ne tempatnya..&lt;br /&gt;“ayo mas dilanjut lagi.” Ajaknya&lt;br /&gt;“mbak dibuka aja de bajunya, biar lebih leluasa.”pintaku&lt;br /&gt;Akirnya dia membuka baju itu dengan mudah karena tinggal beberapa kancing saja yang belum terbuka. Dengan BH yang masih menempel diatas teteknya, aku mulai mengisap, memilin, menjilat dan memainkan dengan lidahku. Tanganya mulai bereaksi terhadapku, menelusurlah tangan kirinya ke selangkanganku. Mulailah dia mengelus dari luar, kemudian tak berapa lama telah masuk ke dalam celana kolorku. Di tempat itu, terdapat sumur dengan sedikit lantai kering berbahan beton yang hangat karena terkena sinar matahari seharian. Dengan perlahan aku rebahkan dia di lantai tersebut dengan Didi masih mengenyot teteknya yang kanan tanpa terusik sedikitpun. Dia memintaku melepas celana dan baju yang kupakai sehingga hanya tertinggal celdam GTman ku yang menempel. Langsung akupun rebahan di samping mbak Dewi sambil saling berciuman. Ganas juga ciumannya, lidah kami saling bertemu, mulut pun beradu sambil tangan kiriku bergerilya di dalam roknya. Bergantian aku mencium bibir dan teteknya itu sambil tangan kiri mengelus gundukan selangkangannya. Tangan kananku tak mau kalah mulai melepas kaitan BH yang masih menempel itu. Mbak Dewi juga makin liar mengelus dedekku dari luar celana dalam, kemudian karena tidak puas dia masuk ke dalam celana dalamku dan mengelus+mengocok dedekku..mantap bener rasanya, namanya juga uda pengalam kali ya?&lt;br /&gt;”Dan, mbak ga bisa bangun ne, jadi tolong bukain celana dalammu ya?”&lt;br /&gt;Langsung kubuka celana dalamku sambil berdiri. Kulihat dia tersenyum menatapku, ketika terlepas, menyembullah dedek yang sudah tegang ini.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;”gede banget Dan?punya suami mbak aja kalah”&lt;br /&gt;Dedek ku masih standar dengan ukuran 17cm, namun gendut dari pangkal ke ujung.&lt;br /&gt;”masak si mbak?”tanyaku..&lt;br /&gt;”mbak, aku bole minta diemut ga dedeknya?”&lt;br /&gt;Sambil senyum dia mengangguk tanda mengiyakan. Aku arahkan dedekku ke mulutnya, dan langsung dijilati pelan-pelan sampai dia menelannya. Tanganku tak mau menganggur, aku raih tetek yang kanan dan dengan sedikit susah payah aku jangkau celana dalamnya yang berwarna hitam berenda pula, kemudian aku lepaskan namun dengan rok yang masih terpakai. Sambil terus menjilat dan mengulum dedekku, aku terkagum melihat vaginanya yang tercukur mulus dengan bibir merah dan sedikit menjulurkan kulitnya keluar, langsung saja aku memposisikan diri membentuk angka 69. dengan perlahan aku menjilat bibir vaginanya, aku julur-julurkan lidah ini kedalamnya secara perlahan. Sengaja aku memancing nafsunya agar terus naik, terlihat dari cara dia mengulum dedekku yang semakin liar. Disedot-sedot dengan kenceng ddedek ini sampai tertelan semuanya, ”wah hebat ne, dedekku sampai bisa ditelan abis” pikirku.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Jariku mulai ikut campur dengan lidahku, mulai aku masukkan sedikit ujung telunjukku ke miss V nya dengan terus menjilat, aku ga mau merusak vagina yang indah ini dengan tanganku. Hanya dedekku yang hanya boleh masuk lebih dalam lagi. Lenguhan mbak dewi yang terangsang dengan aksiku terdengar cukup keras, untung daerah tersebut sepi dan jarang dilewati orang. Anaknya, Didi, gak merasa terganggu dengan lenguhan mamanya itu namun tetap tertidur, mungkin ngantuk berat kali??hehehe tanpa terasa vaginanya uda basah banget dan tak berapa lama cairan benih agak putih keluar dari lubang surga tersebut, tubuh mbak Dewi agak terhentak dan mulutnya terasa sedikit menggigit dedekku. ”Pasti dia uda sampai duluan ni?” pikirku dalam hati. Aku hentikan aksiku dan aku cabut juga dedekku dari mulutnya, mbak Dewi terlihat sedikit lemas namun tetap tersenyum penuh gairah terhadapku. Aku sudah sangat terangsang dan pengen memasukkan dedek ini ke sarangnya, begitu juga mbak Dewi yang begitu terangsang melihat dedekku.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;”mbak, aku bole masukin ne?”tanyaku&lt;br /&gt;Dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku lebarkan pahanya itu, dengan agak menindih aku masukkan sedikit demi sedikit dedekku ini. Aku resapi tiap jengkal kenikmatan surga ini, belum sampai setengah mbak dewi terlihat sedikit meringis.&lt;br /&gt;” Pelan-pelan Dan…agak sesak ne rasanya..”&lt;br /&gt;”Dan…besar sekali punyamu, tapi nikmat banget Dan!”&lt;br /&gt;”terus Dan…..”sambil menggigit bibirnya&lt;br /&gt;Setelah masuk seluruhnya, aku genjot dia dengan posisi MOT dan sambil aku push-up mantep banget, rasanya dalem banget dedek ini menusuknya. Mulutku tak mau kalah, mencium dan mengemut teteknya secara bergantian. Hampir 15 menit kami dalam posisi seperti ini, karena sedikit lelah akupun berubah posisi. Aku cabut dengan cepet dedekku, serr sensasinya ruaar biasa. Kemudian aku rebahkan badan ku disampingnya dan miring kekanan, aku angkat kaki kirinya ke atas kemudian dari samping aku masukkan dedekku lagi. BLESSS….dedek ini telah tenggelam lagi kedalam lubang surgawi, aku goyang pelan, sedikit bertenaga dan kenceng…..sambil mulut ini beradu dan tangan kiriku meremas puting tetek sebelah kiri. Lagi asik-asiknya tiba-tiba anaknya terbangun.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;”Duh gawat ne?” kataku dalam hati. Namun mbak Dewi langsung mengelus anaknya dan mendekapnya agar tetap diam dan akirnya Didipun tertidur kembali sambil netek. Wah lengkap sudah yang mbak Dewi rasakan, uda yang bawah diganjal ama dedekku, kedua teteknya ada yang ngenyot dan mulut juga bergantian aku lumat. Erangannya semakin kuat hampir menuju puncaknya, akupun merasakan ada sesuatu yang mau menyembur dari ujung dedekku. Semakin ku percepat gerakan dedekku ke dalam vaginanya, semakin liar juga kami berciuman dan semakin ganas tanganku meremas teteknya. Setelah hampir 20 menit dalam posisi tersebut tiba-tiba aku ngerasa uda hampir sampai.&lt;br /&gt;”Mbak aku mau keluar ne..”&lt;br /&gt;”aku juga Dan, bareng ya…”pintanya&lt;br /&gt;Aku terus mnggoyangkan dedekku dengan makin cepat, 5 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi.&lt;br /&gt;”Mbak….k…k….aku keluarrrrrrr”&lt;br /&gt;”aku juga dek…k..k…”&lt;br /&gt;Crot..Crot..Crot…Crot…tumpahlah semua maniku ke dalam vaginanya.ahhh…..nikmat banget rasanya, sampai ke ubun-ubun rasa nikmat itu. Tapi walau uda keluar aku tetap membiarkan dedekku di dalam vaginanya. Kami masih saling berpagutan lembut menikmati tiap centi kenikmatan yang telah kami lewati., tanganku juga masih mengelus teteknya, anaknya juga masih mengenyot tetek yang satunya secara perlahan.&lt;br /&gt;”Makasih ya Dan….sensasi ini belum pernah aku dapatkan.”&lt;br /&gt;”sama sama mbak, makasih juga uda diberi kehormatan mencicipi tubuh mbak.”&lt;br /&gt;”udah lama aku pengen ama mbak setiap kulihat mbak neteki disini”&lt;br /&gt;”nakal kamu ya Dan!!”&lt;br /&gt;”mbak juga sengaja si ngeluarin tetek kok sampe dua duanya. Hehehehe”&lt;br /&gt;Aku cabut dedekku, ”Ploop..” bunyinya. Setelah itu aku bangun dan memakai semua bajuku, aku kenakan lagi celana dalam mbak Dewi sambil aku berikan kecupan kecil di bibir vaginanya. ”uhh…..”lenguh mbak Dewi. Diapun mengaitkan Bhnya tanpa memakai dulu karena Didi masih netek. Kamipun masih berbincang, dan aku masih merasa pengen menghisap teteknya. Mbak Dewi mempersilahkan aku untuk tetap mencium teteknya…sampai menjelang senja akirnya kami keluar dari SD tersebut dengan Didi yang mulai terbangun. Kami pun berjanji akan mengulangnya kembali. Sungguh sensasi yang luar biasa dari seorang wanita menyusui.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Demikian seks saya dengan seorang ibu menyusui, Seks dengan ibu rumah tangga biasa yang sebelumnya hanya khayalan dan akhirnya menjadi sebuah kenyataan.&lt;/p&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2687069175070050336'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2687069175070050336'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/pengalaman-ngeseks-dengan-ibu-rumah.html' title='Pengalaman Ngeseks dengan Ibu Rumah Tangga'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-125472765790354092</id><published>2010-05-20T11:18:00.000-07:00</published><updated>2010-05-20T11:19:08.651-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Bercinta dengan yang lebih tua"/><title type='text'>Sex Nikmat bersama Ibu Ita</title><content type='html'>&lt;p&gt;Baru sebulan ini aku pindah kantor, alasannya klasik, soalnya kantor baruku ini memberi gaji yang jauh lebih tinggi dari kantorku yang lama. Sebenernya sih aku agak heran dengan kantor baruku ini, soalnya waktu wawancara dulu gaji yang aku ajukan tidak ditawar sama sekali, langsung setuju ! Emang sih aku agak nyesel kenapa gak nawarin yang lebih tinggi lagi, tapi aku sadar diri, untuk posisi yang aku tempati sekarang aja, gajiku tergolong sangat tinggi.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Hari itu hari jumat, setelah makan siang, HPku tiba-tiba berdering. Itu dari Bu Ita, manager keuangan yang dulu menyetujui gaji yang aku ajukan. Mengingat “jasanya” dia ke aku, tentu aja aku sangat menghormati dia. “Halo bu, selamat siang” sapa saya menjawab telpon. “Halo rian..” jawab dia riang sekali. “Ada yang saya bisa saya bantu ?” tanya saya, basa-basi sih. “Ah enggak cuma ngecek kamu aja. Dah makan siang ?” tanyanya ramah. “Oh sudah bu, baru aja” jawabku. “Gimana kerja disini, ada masalah ?” tanya bu ita lagi. “Wah enggak bu, tapi memang saya baru mulai sih, baru membiasakan diri dengan keadaan kerja disini” jawab saya singkat. &lt;span id=&quot;more-17&quot;&gt;&lt;/span&gt;&lt;/p&gt; &lt;p&gt;“Gimana gajinya, dah cukup ?” tanyanya dengan suara menggoda. “He..he..he.. maunya sih tambah lagi bu” jawab saya sambil tertawa. “Hah.. segitu aja udah tinggi kan ?” balas bu ita sedikit kaget. “Iya bu, becanda tadi..” jawabku singkat. “Oh.. kirain.” jawabnya. “Eh rian nanti sore sehabis kantor kamu ada kerjaan gak ?” tanya bu ita. “Enggak kayaknya bu, ada apa emangnya” tanyaku sedikit heran. “Hmm.. ada yang ingin saya bicarakan, agak pribadi sih, makanya saya ingin bicaraiinnya sehabis kantor aja nanti” jawab bu ita. “OK bu, saya gak ada janji untuk sore sampe malem nanti” jawab saya. “OK nanti aku tunggu di kafe xxx nanti sore” kata bu ita. “OK bu” jawab saya. “Ok kalo gitu, oh iya, golongan darah kamu apa ?” tanya bu ita sebelum mengakhiri pembicaraan. “B” jawabku penuh kebingungan. “Perfect ! OK deh aku tunggu nanti sore” kata bu ita lalu menutup telponnnya. Sejenak aku terdiam penuh kebingungan, tapi aku kembali bekerja sebab pekerjaanku lumayan menumpuk. Setelah pulang kerja aku arahkan mobilku ke kafe xxx yang dijanjikan tadi. Dalam perjalanan aku diselimuti kebingan yang amat sangat. Bu Ita… Ada apa manager keuangan kantorku itu mau menemuiku, soal urusan pribadi lagi. Dan yang paling membuatku bingung adalah dia sempat menanyakan golongan darahku, untuk apa ? Sebagai informasi, Bu ita berumur sekitar 34-35 tahun. Masih cukup muda untuk menjadi manager keuangan, tapi memang dia berasal dari keluarga yang berteman dekat dengan pemilik perusahaanku. Ditambah lagi suaminya, pengusaha yang dulu jadi sahabat pak Faisal presdir perusahaanku sewaktu kuliah. Oh iya bu ita sudah bersuami, tapi sayang mereka belum dikaruniai anak. Tapi mungkin karena hal itu bu itu terlihat masih seperti wanita muda. Badannya tinggi semampai, ramping tanpa lemak. Kulitnya kuning langsat dengan rambut lurus sebahu. Matanya berbinar selalu bersemangat dan bibir tipisnya itu selalu menarik perhatiannku. Hanya ada satu kata yang dapat mewakili bu ita… Cantik. Sesampainya di kafe xxx, aku melihat bu ita melambai kearahku dari meja yang agak dipojok. Kafe itu memang agak sepi, pelanggannya biasanya eksekutif muda yang ingin bersantai setelah pulang kerja. “Sore bu, maaf agak terlambat” kataku sambil menyalaminya. “Oh gak pa-pa” kata bu ita sambil mempersilakkan aku duduk. Selanjutnya aku dan bu ita mengobrol basa-basi, bercerita tentang kantor, dari yang penting sampe gosip-gosipnya. He..he..he.. gak guna banget. Setelah beberapa lama akhirnya aku mengajukan pertanyaan. “Oh iya bu, sebenernya ada apa ya mengajak saya bertemu disini” tanyaku memulai. “Oh iya” jawabnya. Mendadak wajahnya sedikit pucat. Beberapa saat ibu ita terdiam. Kemudian mulai berkata “Begini Rian, kamu tau kan kalo aku sudah berkeluarga ?”. Aku menganguk kecil untuk menjawabnya. “Tahun ini adalah tahun ke 10 pernikahanku” lanjutnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. “Ini foto suamiku waktu sebelum nikah, gimana mirip kamu gak ?” Aku mengambil foto tersebut dan mengamati sebentar. Memang sih ada banyak kemiripan antara orang di foto terebut dengan aku, tapi gantengan aku dong (– ge-er mode on [Big Grin] ). “He..he..he.. kayak ngaca” jawabku sambil mengembalikan foto tersebut. Sebenernya aku makin bingung arah pembicaraan bi ita. “Kamu tau kan aku dan suamiku belum dikaruniai anak ?” tanyanya lagi “Iya…” jawabku bingung. “Jadi begini rian, aku dan suamiku sudah mencoba beberapa cara. Tapi belum berhasil. Sedang umurku semakin bertambah, makin sulit untuk bisa punya anak. Memang kami sudah tau masalahnya ada disuamiku dan dia sekarang dalam terapi pengobatan, tapi mungkin suamiku butuh bantuan lain….. dari kamu” kata bu ita. “Bantuan dari saya ? maksudnya bu ?” tanyaku yang sudah dipuncak kebingungan. “Mungkin kamu bisa bantu suamiku untuk membuahi aku” katanya pelan. “Maksudnya saya menyumbang sperma untuk bayi tabung ibu dan suami ibu ?” tanyaku tergagap. “Bukan, aku sudah pernah coba cara itu dan gagal. Sperma suamiku terlalu lemah. Kalau aku ulangi sekarang tentu suamiku curiga. Lagi pula sulit untuk menukar sperma suamiku dengan spermamu nanti” jawab bu ita. “Jadi ?” tanyaku lagi. “Aku pingin kamu meniduri aku, membuahi aku sampai aku hamil” jawabnya singkat. Aku cuma bisa ternganga terhadap permintaan bu ita yang ku anggap sangat gila itu. “Tenang, jangan takut ketahuan. Kamu mirip sekali dengan suamiku, apalagi golongan darah kalian sama, jadi anak yang lahir nanti akan sulit sekali diketahui siapa ayah sebenarnya.” kata bu ita meyakiniku. Akhirnya terjawab kenapa dia tanya golongan darahku tadi. Mungkin alasan bu ita begitu gampang menyetujui waktu aku wawancara dulu salah satunya adalah rencana ini… “Trus bagaimana kita melakukannya ?” tanyaku setelah menenangkan diri. “Kamu ada waktu malem ini ? Kebetulan suamiku lagi keluar kota sampai besok.”tanya bu ita. “Aku available.” jawabku. Kemudian bu ita menelpon kerumahnya, memberitahukan pembantunya dia tidak pulang malam itu sambil memberi alasan. Kemudian dia mengajakku ke hotel xxx. Setelah cek in, kami langsung masuk kamar. Didalam kamar, tidak ada pembicaraan yang berarti. Bu ita langsung ijin untuk mandi, setelah dia selesai, gantian aku yang mandi. Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku melihat bu ita yang hanya memakai bathrobe tiduran sambil menonton tv. Aku kemudian duduk di pinggiran tempat tidur. “Bagaimana, kita mulai ?” tanyaku dengan perasaan gugup.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Soalnya biasanya aku ML tujuannya cuma untuk senang-senang, bahkan pakai alat kontrasepsi agar pasangan MLku tidak hamil. Kalau ini malah tujuannya pengen hamil. “OK” jawab bu ita kemudian bergeser memberi aku tempat untuk naik ketempat tidur. Aku berbaring disampingnya kemudian berkata “Bu, mungkin tujuan kita supaya ibu bisa hamil, tapi apa bisa kita melakukan persetubuhan ini seperti layaknya orang lain yang mencari kepuasan juga ?” “Gak pa-pa sayang…” jawab bu ita. “Aku rela kok kamu tidurin. Malah sejujurnya kamu tuh bangkitin nafsuku banget. Ngingetin aku diawal-awal pernikahanku” jawab bu ita nakal. Aku kemudian mengecup dahi bu ita, sesuatu yang selalu aku lakukan sebelum meniduri wanita. Bu ita terseyum kecil. Kemudian aku mengecup bibir bu ita. Bibir tipis yang selalu menarik perhatianku itu ternyata nikmat juga. Kemudian aku mulai mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lama dan lebih dalam. Sambil mencium bibir mu ita, tanganku mulai bergerilya. Pertama-tama aku elus rambutnya, bu ita membalas dengan sedikit meremas kepalaku. Kemudian tanganku turun untuk mengelus-elus tubuhnya, walaupun masih dari luar bathrobe. Masih sambil berciuman, perlahan aku buka tali bathrobenya. Setelah membuka sebagian bathrobe bagian atasnya, aku langsung mengelus payudaranya, ternya bu ita sudah tidak memakai bra. Awalnya aku hanya mengelus, tapi kemudian berubah menjadi meremas. Payudaranya masih kenyal, walaupun sudah sedikit turun, tapi sangat nikmat untuk diremas. Kemudian aku mulai memilin-milin putingnya. Bu ita merintih pelan, kemudian melepaskan ciuman. Aku kemudian turun sedikit untuk mulai menjilati puting bu ita. Aku muail menjelati puting yang kiri sedang payudara yang kanan aku remas dengan tangan. Kemudian berganti aku menjilati yang kanan sambil meremas payudara yang kiri. Sesekali aku gigit-gigit kecil, tapi sepertinya bu ita tidak terlalu suka, dia lebih menyukai aku menyedot kencang putingnya. Tangan kananku kemudian turun kebawah untuk membuka bathrobe bagian bawahnya hingga tubuhnya terlihat semua. Bathrobe hanya menyangkut di tangannya. Tanganku mulai mengelus pahanya. Perlahan aku buka sedikit pahanya untuk mengeluspaha bagian dalamnya, begitu mulus kulit bagian itu. Tanganku naik keatas menuju selangkangan, ternyata bu ita masih memakai CD. Aku tak mau langsung ke vaginanya hingga tanganku beralih ke pantatnya. Aku meremas pantat yang bulat ini dari dalam CDnya, sebab aku selipkan tanganku ke dalam celananya. Jujur aku adalah penggemar pantat dan pinggul wanita. Apalagi wanita seperti bu ita ini. Pinggulnya ramping tapi pantatnya besar membulat. Perlahan remasan kepantat bu ita aku alihkan ke depan. Di garis vaginanya aku merasa sudah banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kemudian aku mengelus vaginanya mengikuti garis vagina.&lt;/p&gt; &lt;p&gt;Perlahan aku tusuk vaginanya dengan jari tengahku. Tubuh Bu ita tersentak, pinggulnya diangkat seperti mengantarkan vaginanya untuk melahap jariku lebih dalam. Jariku aku keluar masukkan perlahan, bu ita merintih semakin keras. Aku turun kebawah, ingin menjilat vaginanya. Tapi Bu Ita menahan tubuhku. “Gak usah rian, aku malu” kata Bu Ita. “Langsung masukin aja sayang, aku dah gak tahan” lanjut bu ita. Aku memposisikan tubuhku diatas bu ita. kemudian aku lebarkan pahanya nsehingga selangkangannya terbuka lebar. Aku arahkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku usahpak penisku ke permukaan vaginanya, tapi bu ita memandangku dengan penuh harapan supaya aku cepat memasukkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku dorong penisku untuk measuk ke vaginanya. Vaginanya masih seret, mungkin karena belum pernah melahirkan. Aku mulai mengeluar masukkan penisku dari vaginanya, sedangkan bu ita merintih keras setiap penisku menghujam vaginanya. Sesekali aku mencium bibirnya, tapi dia lebih suka merintih sambil memejamkan matanya menikmati setiap gesekan vaginanya dengan penisku. Tangan bu ita mencengkram bahuku, sepertinya dia ingin tubuhh kita bergesekan keras agar payudaranya tergesek oleh dadaku. “Mas terus mas, terus…” rintih bu ita. Sepertinya dia membayangkan suaminya yang menyetubuhinya. Sebenernya aku agak cemburu, tapi aku pikir-pikir lebih baik daripada dia merintih memanggil namaku, nanti dia kebiasaan bisa berabe kalau dia memanggil namaku waktu bersetubuh dengan suaminya. Tiba-tiba tangan bu ita mencengkram pantatku seakan membantu dorongan penisku agar lebih kuat menghujam vaginanya. Pinggulnya pun semakin aktif bergerak kekanan-kekiri sambil kadang berputar. Sungguh beruntung aku bisa menikmati tubuh molek bu ita yang sangat ahli bercinta. Tiba-tiba tangannya menekan keras pantatku kearah vaginanya. Sepertinya dia sudah orgasme. Tubuhnya menegang tidak bergerak. Akupun menghentikan pompaanku ke vaginanya sebab tangannya begitu keras menekan pantatku. Setelah tubuhnya berkurang ketegangannya aku mulai pompaanku perlahan. Cairan orgasmenya membuat vaginanya semakin licin. Memang vaginanya jadi berkurang daya cengkramnya, tapi kelicinannya memberikan sensasi yang berbeda. Aku mengangkat tubuhnya untuk berganti posisi. Tapi bu ita menolak sambil berkata “Rian please, kali ini gaya konvensional aja ya… aku pengen nikmatin… besok-besok ya”. Aku meletakkan tubuh bu ita lagi. Goyangan pinggulnya makin menggila, begerak kekiri dan kekanan, tapi aku paling suka saat berputar. Sungguh hebat goyangan bu ita. Mungkin itu goyangan terbaik dari wanita yang pernah aku tiduri. Tangannya kembali menekan keras pantatku, bu ita sudah sampai di orgasme keduanya. Tubuhnya sangat tegang kali ini, sampai perlu lama untuk kembali normal. Setelah berkurang ketegangannya, aku berkata “Bu apa kita sudahin dulu ? kayaknya ibu sudah lemas sekali.” kataku. “Gak pa-pa rian, aku pengen sperma kamu, terusin aja.” jawab bu ita. Aku mulai memompa lagi vaginanya dengan penisku. Kali ini vaginanya sudah benar-benar basah. Bu ita sudah mengurangi gerakannya, mungkin dia sudah terlalu lemas. Aku konsentrasikan pompaanku ke vaginanya hingga bu ita mulai merespon lagi. Sebenarnya aku sudah dikit lagi ejakulasi saat bu ita tiba-tiba berteriak kencang “Arrrhgh….. rian gila enak banget” jeri bu ita sambil menjepit tubuhku dengan kedua pahanya. “Adu gila rian…. aku dah 3 kali keluar kamu belum keluar juga. Ayo dong rian, aku cari pejantan bukan cari gigolo…” kata bu ita lemah. AKu sebenernya kasian dengan bu ita, tapi aku juga sedikit lagi ejakulasi. Aku goyang perlahan penisku. Kali ini aku benar-benar konsentrasi menggapai orgasmeku. Tak berapa lama aku merasa spermaku sudah sampai diujung penisku. “Bu saya dikit lagi keluar bu.” kataku sambil meniukmati sensasi luar biasa. Bu ita membantu dengan menggoyangkan pinggulnya sambil menahan pantatku agar penisku tidak lepas dari vaginanya. “Agkh….”, crot..crot..crot..crot empat kali spermaku ku siram derask ke liang vaginanya. Bu ita menahan pantatku kuat-kuat agar spermaku masuk kerahimnya dalam-dalam. “Tahan sebentar rian, supaya spermanya masuk semua” kata bu ita sambil menahan pantatku kearah selangkanyannya. Setelah beberapa menit baru bu ita melepaskan cengkramannya. Aku kemudian merebahkan tubuhku disampingnya. Malam itu aku menggagahi bu ita sampai 3 kali. Sama seperti yang pertama, aku tumpahkan seluruh spermaku ke liang vaginanya. Setelah itu persetubuhannku dengan bu ita jadi acara rutin. Minimal 2 kali seminggu aku menyetubuhinya. Aku bahkan dilarang bersetubuh dengan wanita lain, agar spermaku benar-benar 100% masuk ke rahimnya. 2 bulan kemudian bu ita positif hamil, tapi sampai saat ini, saat kehamilannya memasukki bulan ke 3, aku masih rutin menyetubuhi bu ita. Sepertinya bu ita tidak bisa menolak kenikmatan digagahi olehku, dan aku tentu aja gak mau kehilangan goyangan dasyat bu ita.&lt;/p&gt;&lt;p&gt;&lt;br /&gt;&lt;/p&gt;&lt;p&gt;TAMAT&lt;br /&gt;&lt;/p&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/125472765790354092'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/125472765790354092'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/sex-nikmat-bersama-ibu-ita.html' title='Sex Nikmat bersama Ibu Ita'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-3270835311518982134</id><published>2010-05-10T20:22:00.001-07:00</published><updated>2010-05-10T20:22:43.890-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>memancing perhatian</title><content type='html'>Semuanya berawal di th. 2008, saat saya naik kelas 2 SMA di kota S, saat saya berjumpa dengan sahabat-sahabat (Aluh yang paling sexy dan paling nekat, Anik yang cuek, dan Ririn yang pemalu). Kami berempat kebetulan memiliki keingintahuan dan kegatelan yang sama tentang masalah hubungan pria dan wanita. Kami mulai sadar bahwa cowok-cowok mengarahkan pandangan kepada kami, dan kami menyukai hal tersebut. Sering kali kami saling bercerita bagaimana si A mencuri-curi pandang pinggul Aluh, atau si B yang menjulurkan lehernya berusaha mengintip belahan dadaku saat aku membungkuk untuk mengambil bolpoin jatuh, atau Ririn yang diintip ketiaknya waktu membenahi ikat rambutnya. Merupakan kebanggaan jika ada cowok yang difavoritkan di kelas kami mencuri pandang ke arah kami.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kadang kami juga suka memancing perhatian, baik dengan berbusana seksi atau bertingkah laku menggoda. Misalnya menggunakan rok ketat dari bahan kaus yang mencetak pantat dengan jelas. Atau menggeliat dengan menarik tangan ke atas dan menekuk punggung untuk sekaligus memamerkan lekukan pantat dan payudara.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Salah satu kesukaan kami adalah acara ganti baju sebelum dan sesudah olahraga. Beberapa kali, tentu saja dengan mengunci pintu kelas sebelumnya, kami berempat dan beberapa cewek lain, nekat ganti baju di kelas. Satu persatu seragam kami berlolosan hingga tinggal bra dan celana dalam, sebelum berganti pakaian olah raga. Kami saling memperhatikan dan memperbandingkan kehalusan kulit, memperbincangkan model bra transparan yang dipakai si D, atau celana dalam Winnie the Pooh nya si Y. Dua tiga kali kejadian ada cowok yang mencuri lihat lewat lubang kunci, yang tentu saja kami tahu melalui bayang-bayangnya di celah bawah pintu. Namun kami cuek saja, berpura-pura tidak terjadi sesuatu. Malahan beberapa dari kami (termasuk saya) secara provokatif berpura-pura mengobrol sambil duduk di atas bangku, sambil membiarkan si pengintip menikmati tubuh kami. Bahkan pernah sekali saya dan Aluh pernah sengaja mencopot bra, lalu mengoles krim pelembap di dada, sambil sesekali melirik ke arah pintu berdoa semoga cowok itu masih di situ. Temen-temen cewek lain tertawa cekikikan sambil memuji kenekatan kami. Dan itu, pertama kalinya di kelas kami ada adegan seperti itu. Dan setelah itu beberapa teman cewek mulai berani meniru melepas bra di depan teman cewek yang lain, meski belum sampai taraf kenekatan Aluh dan saya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Meski pernah mempertontonkan tubuh dan sering berakting seksi, kami berusaha untuk tidak terkesan murahan. Kami dengan cerdiknya memancing cowok untuk melirik dan menikmati indahnya lekuk tubuh kami, tanpa bermaksud menantang mereka. Pergaulan sehari-hari berjalan seperti biasa. Pancingan-pancingan omongan dari cowok nekat jelas nggak kami tanggapin. Prinsipnya, kagumilah kami. Lebih dari itu, no way.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kegatelan kami semakin memperoleh penyalurannya di semester 4. Diawali dari Anik yang memperoleh buku porno dari seorang teman cowok, yang segera beredar di antara kami. Masih teringat jelas bagaimana sang tokoh merendam &#39;barang&#39;nya dengan teh basi setiap pagi sore untuk memperkokoh ototnya, bagaimana sang cewek tokoh utama kesakitan dan kemudian menikmati diperawani, bagaimana sang tokoh cowok menggoda dan menyetubuhi tetangganya, dan seterusnya. Beberapa kali kami mendiskusikan cerita itu. Tiap kata dan kalimat di buku itu membuat kami semakin penasaran.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Pada suatu hari, Anik kembali membikin &#39;ulah&#39; dengan menawari tontonan vcd porno. Katanya sih dia ambil dari kamar kakaknya yang udah kuliah. Berhubung kami masuk siang, kami punya banyak waktu buat nonton di pagi hari. Kebetulan bapak ibu Anik bekerja, jadi kami tinggal atur waktu pas kakaknya kuliah. Dan di suatu hari Jumat pagi, kami berempat untuk pertama kalinya menonton vcd porno, pertama kali kami melihat penis menembus vagina, pertama kali melihat cewek mengulum penis, bagaimana clitoris digelitik dengan jari atau lidah, pertama kali melihat indahnya penis meludahkan cairan putih kental. Dan reaksi kami... awalnya terpana, terpaku, tenggorokan kering, dan kemudian cekikikan, dan saling berkomentar seperti &quot;Gimana ya rasanya?&quot; (waktu adegan oral atau adegan cowok menebar benihnya di mulut pasangannya). &quot;Wii... banyaknya...&quot; atau &quot;Enak ya, mas?&quot; (adegan keluarnya air mani), &quot;Mmm... pengeeen...&quot; (adegan cewek orgasme), &quot;Ayoo... tembak, mas...&quot; (adegan cowok mo ngeluarin benihnya).&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dan itu adalah bekal saya untuk mengexplorasi tubuh saya sendiri. Di malam hari, setelah belajar, saya belajar untuk menyentuh tubuh saya, merangsang puting susu berdiri dengan rabaan ringan, cubitan lembut, atau dengan sentuhan ujung jari yang dibasahi dengan air ludah. Kemudian mencari-cari titik-titik di sekitar paha yang membuat &#39;greng&#39; bila disentuh, menikmati gesekan pantat dan bantal, mempertemukan paha dan guling, meremas pantat sendiri. Dan tak terlewatkan, sentuhan di daerah kewanitaan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Belaian di bibir luar, sentuhan ringan di klitoris, pelan-pelan membelai seputar liang persetubuhan, sambil berhati-hati untuk tak masuk terlalu dalam agar keperawanan tetap utuh. Mmmmh... orgasme-orgasme pertamaku. Bagaimana otot-otot daerah paha dan pinggul secara tiba-tiba terasa menegang, rasa lemas itu, rasanya takkan terlupakan.&lt;br /&gt;Hari-hari berikutnya aku belajar bahwa sentuhan di puting akan membuat orgasme makin kuat, bahwa orgasme dengan posisi terlentang sambil meregang punggung atau mengangkat kaki terasa lebih nikmat, bahwa dengan gesekan guling orgasme bisa didapat. Posisi tengkurap, terlentang, miring, duduk di kursi, bahkan berdiri sudah pernah kucoba. Telapak tangan, ujung jari, guling, bantal, kain lembut licin (semacam satin atau sutra), mug, atau es batu, pernah mengelus puting, membelai pinggang, menggelitik pantat, dan menyentuh pusat kenikmatanku. Kupelajari juga kalo benda dingin lebih dapat membuat syaraf kenikmatanku lebih terbuka.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Pengalaman menarik ini tentu saja kubagi dengan gank-ku. Anik dan Ririn cuma berani pakai guling. Aluh, yang memiliki kegatelan sama denganku, menganjurkan Anik dan Ririn untuk belajar menyentuh daerah kewanitaannya. Dan tanpa basa-basi, Aluh mengajak kami berempat untuk melakukan pesta &#39;self service&#39;. Acara direncanakan Sabtu pagi, di rumah Anik.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sabtu pagi kami berempat udah ada di rumah Anik sekitar jam 7 pagi. Sebentar kemudian, mas K (kakak Anik) pergi, katanya mo maen tenis. Setelah itu, Anik menyiapkan kamarnya buat acara &quot;have fun&quot; kami berempat. Ririn bilang kalo ia sedikit gemetaran. Sementara Anik sibuk mengecek kunci pintu, menjaga agar pembantu tidak masuk sembarangan. Atas usul Anik, kami saling membuka baju satu sama lain sambil membayangkan cowok favorit kami yang melakukannya. Aluh mulai dengan melucuti baju, rok, dan bra Ririn, sementara saya dan Anik cekikikan menonton. Nampak sekali kalo Ririn gemetar, sentuhan nakal Aluh di puting membuat Ririn beringsut mundur, lalu menolak untuk dilepas celana dalamnya. Lalu aku dapat giliran ditelanjangi oleh Anik. Cuek saja, sambil memejamkan mata, aku nikmati sentuhan jari Anik di puting, pinggang, lalu pantat. Setelah itu giliran Anik &#39;digarap&#39; Aluh, yang dengan berani mengelus pangkal paha Anik. Terakhir Aluh yang kutelanjangi, lalu kubelai putingnya yang mulai berdiri, kucubit lembut putingnya, kuremas pantatnya. Pokoknya semua jenis sentuhan yang pernah kurasakan kupraktikkan ke tubuh Aluh, yang nampaknya menyukainya. Aluh sempat memintaku untuk menyentuh kewanitaannya. Namun karena risih, kutolak permintaannya. Berikutnya kami berempat masing-masing mencari posisi yang enak, kemudian terbang ke alam khayalan. Setelah melewati puncak, kulayangkan pandangan ke Aluh, Ririn, dan Anik. Ternyata aku termasuk paling cepat mencapai klimaks, sehingga aku sempat melihat gaya sahabat-sahabatku merangsang diri. Satu persatu mereka mencapai puncak dengan gayanya sendiri-sendiri. Aluh terlentang, tangan kanan di pangkal paha tangan kiri mengusap dada. Ririn telungkup menjepit bantal. Sementara Anik duduk bersandar di tembok dengan kaki dilipat merangsang pangkal pahanya dengan kedua tangan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah semua &#39;sadar&#39;, kembali kami saling bercerita kenikmatan kami, saling berbagi teknik belaian dan informasi area &#39;greng&#39;, dan tentu saja, saling becanda seperti biasanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba terdengar suara gerbang dibuka. Kami mengintip melalui jendela. Ternyata mobil kakak Anik (mas K) masuk garasi. Sejenak kami kebingungan, namun Anik langsung menutup gordin. Jadi kami nggak usah buru-buru berpakaian.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sekonyong-konyong Aluh punya ide gila. Teringat waktu mengekspos dada di kelas, Aluh usul untuk bikin acara semacem itu dengan sasaran kakaknya Anik. Aku langsung setuju. Keinginan untuk dinikmati dan dikagumi muncul kembali dalam dadaku. Anik setuju dengan catatan dia nggak mau telanjang bulat. Ririn setuju dengan syarat yang sama. Kalo aku, justru pengen nunjukin miss V-ku, apalagi kepada cowok sekeren kakaknya Anik. Lalu kami ngebahas gimana pelaksanaannya. Kata Anik, setiap Sabtu kakaknya akan keluar sekitar jam 7 pagi buat latihan tenis, terus pulang sekitar jam 9 pagi. Karena kamar Anik di tepi jendela samping dekat garasi, kami punya kesempatan pamer pas mas K lewat jendela habis masukin mobil ke garasi. Rencananya, jendela dibuka, tapi gordin ditutup dengan disisakan celah di tepi jendela buat ngintip. Posisi juga udah diatur, Aluh di atas ranjang. Aku di karpet di bawah, bersama Anik. Ririn duduk di kursi belajar, membelakangi jendela. Dia sempat protes, entar nggak bisa liat expresi mas K, dong. pemecahannya gampang, taruh cermin di atas meja belajar, biar bisa liat mas K. Di karpet juga ditaruh satu cermin, kalo-kalo aku ato Anik tiba-tiba malu trus pengen membelakangi jendela. Sebelum pulang, Anik usul agar kami bawa kosmetik buat dandan sedikit, biar tambah cakep. Aluh dan aku sepakat untuk mencukur miss V sehari sebelumnya, agar lebih keren dan bisa kelihatan lebih jelas.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dan hari Sabtu berikutnya, jam 7 pagi kami udah standby di rumah Anik. Kali ini agak lain. Semua terlihat nervous. Ririn terlihat pucat, Anik juga. Tanganku gemetaran. Maklum, ini pertama kalinya daerah paling pribadi kami berempat akan dilihat seorang pria. Cuma Aluh yang santai. Dia juga yang ngajakin kami berempat untuk mandi bareng biar fresh dan keliatan seger. Jadilah kami mandi bareng. Ternyata bukan cuma aku dan Aluh yang mencukur bulu miss V, Ririn dan Anik juga, padahal mereka rencana semula mereka nggak mau telanjang. Malu-malu, Ririn bilang kalo aja berubah pikiran pengen pamer, &#39;kan keren. Anik idem. Abis mandi kami langsung dandan seperlunya, biar tambah cakep.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jam 8 lewat udah siap. Kami berempat cuma pake baju atas plus celana dalam, rok dan bra ditinggal. Anik dan Ririn pake G string, biar bisa pamer pantat tanpa melepas celana. Aku dan Aluh manas-manasin biar mereka mau copot celana juga. Entar nyesel lho. Jawabannya nyantai: entar deh gimana. Trus nungguin. Anik membuka jendela, terus menutup gordyn, tak lupa menyalakan semua lampu yang ada. Atas usul Anik, sambil nunggu, kami mulai merangsang diri untuk pemanasan. Sesekali kami bergantian melongok ke jendela, mengecek apa &quot;calon penonton&quot; sudah datang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jam 9 kurang sedikit terdengar suara pintu gerbang dibuka. Aku dan Aluh melongok ke jendela, mastiin mas K yang datang. Ternyata bener. Aku buka gordyn sekitar 20 senti-an, trus lepas celana dalam dan melepas semua kancing baju, lalu baring-baring di karpet. Aluh udah telanjang bulat di atas ranjang sambil mengusap-usap putingnya. Anik dan Ririn juga udah mulai. Aku baring-baring santai sambil pelan-pelan membelai putingku.&lt;br /&gt;Sesaat kemudian, mas K lewat dan, pas sekali, menoleh ke arah kamar Anik. Aku pura-pura memejamkan mata, trus asyik dengan putingku. Pelan-pelan tanganku turun ke daerah paha. Mataku yang terpejam kubuka kecil, mau liat reaksi mas K. Ternyata dia lagi liat ke arah Aluh. Ah, sial bener. Saat ujung jariku menyentuh clitorisku, secara refleks aku mengerang, ternyata menarik perhatian mas K. Dan... dia melihatku, tepat saat aku membuka lebar kedua kakiku. Aku tambah semangat. Dadaku berdegup kuat sekali. Pelan-pelan kutekuk kedua kakiku, lalu kuangkat pinggulku, agar miss V ku dapat dilihat lebih jelas. Aku bersyukur dapat posisi di bawah, dekat jendela karena mas K dapat langsung melihat ke arahku. Aku naik turunkan pinggulku, sambil sesekali memicingkan mata mengintip mas K yang nampak sekali menyukai show ku. Dan acara itu ditutup dengan orgasme yang nggak akan kulupakan seumur hidupku: orgasme pertamaku didepan seorang pria!! Saat kubuka mataku, tanpa sengaja tepat saat mas K melihat ke arahku. Mas K tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arahku. Wow... dia suka. Meski dalam hati aku merasa lega dan bangga, namun aku pura-pura tidak melihat. Aku pelan-pelan mengancingkan bajuku. Kedua kakiku masih kubiarkan terentang lebar, sambil berharap semoga mas K melihat ke arah bagian tubuhku yang paling pribadi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kulayangkan pandangan ke seputaran kamar. Ternyata, lagi-lagi aku yang pertama mencapai puncak. Tak lama menyusul Anik dengan posisi terlentang dan kedua kaki diangkat ke dinding. Aluh berikutnya, terlentang di atas ranjang, kedua kaki diangkat. Dan terakhir Ririn, si pemalu, yang dengan berani melorotkan celananya sampai sebatas paha dan membungkuk ke arah meja. Miss-V nya mengintip di antara sepasang pantatnya yang putih. Keliatan juga dia terus memandang ke arah cermin di atas meja, memperhatikan mas K.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah semua mencapai puncak, kulirik jendela, mas K udah nggak keliatan lagi. Aku tersenyum ke arah Anik, lalu ke Ririn, mengacungkan jempol tanda sukses. Aluh tersenyum mantap, berbisik &quot;sukses!&quot;.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba terdengar bunyi berisik dari halaman. Kami berempat melongok ke jendela. Ternyata mas K jatuh tersandung pot bunga. Kami berempat tertawa cekikikan, yang membuat mas K menoleh ke arah kami. Secara reflek kami berempat menutup dada dengan tangan. Tapi mas K tersenyum ke arah kami, trus bilang percuma kami nutupin dada, soalnya dia tadi udah sempat lihat. Abis gitu dia minta maaf, katanya nggak sengaja liat acara kami. Bagaimanapun juga, mas K bilang kalo tubuh kami keliatan seger dan menggemaskan. Trus dia permisi masuk rumah. Kami sekali lagi kami berempat saling pandang dan tersenyum lega. Sukses. Apa lagi? orgasme udah dapat, pujian dari kakaknya Anik juga diperoleh.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Nggak seberapa lama mas K ngetuk pintu kamarnya Anik. Kami saling pandang. Mau apa? Buru-buru kami pake baju seadanya. Setelah dibukain pintu, mas K nawarin vcd porno punya dia. Katanya biar kami tahu tubuh cowok. Kami ketawa, trus bilang kalo Anik udah pernah ambil vcd itu dari kamarnya mas K. Aku tambahin, kalo udah pernah, yang belum itu aslinya. Enggak taunya mas K nanggapin serius, dia mau bantu kalo kami pengen liat cowok telanjang. Kami cuma ketawa cekikikan, nggak berani mutusin. Mas K bilang kami boleh mutusin kapan aja, lalu dia pergi ke kamarnya. Trus kami tutup pintu kamar, ngebahas tawaran mas K. Anik nggak setuju kakaknya jadi obyek sexual. Aku bilang nggak apa-apa, kami sama-sama saling lihat, jadi impas. Lagipula kakaknya kan keren, siapa tau aku, Aluh, atau Ririn entar bisa jadi pacarnya. Aluh dan Ririn setuju pendapatku. Jadilah. Aluh jadi juru bicara. Kami rame-rame ke kamarnya, lalu minta mas K buat njalanin tawarannya tadi. Dia tertawa lalu bilang okey, sambil minta waktu buat mandi dulu, soalnya keringatan abis maen tenis. Mas K mempersilakan kami masuk ke kamarnya, biar lebih enak, katanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami berempat duduk santai, nungguin mas K mandi. Kami ngobrolin show kami yang sukses tadi. Ririn banyak digojlok karena hari ini pertama kali dia mau menunjukkan miss V nya, bahkan dua kali, waktu mandi dan show. Aluh sesekali mengintip ke kamar mandi dan berkomentar wow keren... Abis mandi, mas K keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya, rambutnya basah. Abis gitu dia duduk di karpet, ngajakin kami duduk di sekitarnya. Lalu dia cerita segala macam tentang cowok. Mulai dari apa yang disukai tentang cewek, apa yang diliat, kami jadi tau kalo cowok itu suka yang bikin penasaran, kemampuan ejakulasi maksimal seorang cowok, bagaimana membelai daerah paha dan bokong cowok untuk membuat ejakulasi makin kuat, supaya tidak tersedak kami harus menaruh lidah di ujung penis saat ia mau ejakulasi, dll.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Abis gitu dia nawarin kami untuk menyentuh tubuhnya. Mas K trus nyuruh kami bergantian meraba dada dan punggungya. Setelah kami semua dapat giliran, suasana agak cair. Kami mulai bisa cekikikan lagi. Terus Ririn tanya, boleh lihat &#39;itunya&#39; mas? Mas K melepaskan handuknya, lalu membelakangi kami. Pelan-pelan dia menurunkan celana dalamnya, lalu berbalik ke arah kami. Dan... wow... pengalaman pertama melihat cowok telanjang secara langsung. Dadaku berdegup kencang. Tenggorokan langsung terasa kering. Keindahan otot tubuhnya, pantat yang kencang, warna pink bagian &#39;kepala&#39; penis. Tak akan bisa terlupakan. Ririn pura-pura tidak melihat namun sesekali mencuri pandang, Anik cuek aja melihat kakaknya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Abis gitu mas K ngajarin caranya bikin cowok tegang anunya. Mas K meminta kami untuk membelai itunya. Langsung aja itunya mas K berdiri. Kami pun cekikikan kembali.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Berikutnya kami diajarin ciuman, french kiss, necking, lidah, dll. Kami bergantian ditraining mas K, kecuali Anik, cuman bisa liat aja. Abis ciuman kami ditunjukin gimana rasanya diraba-raba oleh cowok. Prakteknya, kami diminta mas K menghadap tembok seperti penjahat diperiksa polisi di film-film. Aku dengan senang hati minta giliran pertama. Mas K menyarankan untuk melepas baju seminim mungkin. Aluh, Ririn, dan Anik memberi semangat. Pelan-pelan kulepas penutup tubuhku satu persatu, tanpa ada yang tersisa. Lalu aku berbalik menghadap tembok dan menyandarkan kedua telapak tanganku ke tembok. Tangan mas K mulai menggerayangi rambut, pundak, punggung, puting, pinggang, pantat, paha, kaki, termasuk daerah kewanitaanku. Kemudian aku disuruh duduk di kursi, lalu... oh my God... mas K menggelitik daerah kewanitaanku dengan lidahnya! Tak tahan, aku orgasme dengan suksesnya. Kakiku sampai gemetaran merasakan nikmatnya. Mas K lalu bertanya apa ini pengalaman pertama diraba cowok? Malu-malu aku mengakuinya. &quot;Kirain udah biasa, habis shownya tadi hot bener&quot;. kami cuma cekikikan. Satu persatu semuanya dapat giliran, termasuk Anik. Satu persatu, kami diantar mas K ke puncak birahi. Seolah tahu kalo kami suka dipuji, Mas K mengomentari keindahan tubuh kami. Katanya bokongku paling bagus, montok, kenyal, dengan kulit halus dan lembut. Dia juga bilang kalo aku beruntung karena gampang terangsang dan cepat orgasme. Payudara Anik paling sexy, putingnya yang tegak amat menggoda. Kaki Aluh panjang, mulus, dan indah, serta proporsi tubuh paling seimbang. Dan yang paling senang adalah Ririn, yang selain dibilang mas K paling manis di antara kami berempat, juga dipuji miss V-nya paling rapat, montok, dan menggemaskan. Aluh, aku, dan Anik sedikit iri dengan keberuntungan teman kami yang pemalu ini. Sementara Ririn sedikit tersipu namun kelihatan kalo dia menyukai pujian mas K.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Abis itu, Aluh minta mas K buat nunjukin air maninya. Ia ketawa, trus bilang kalian aja yang ngeluarin, sambil ngajarin kami metode untuk memaksa air mani keluar, dengan tangan atau mulut. Kata mas K, kami cuma dapat mencoba sebentar-sebentar, soalnya kalo udah terlanjur ejakulasi pasti lemes. Lalu mas K duduk di kursi. Aluh langsung minta giliran pertama. Ia berlutut di depan mas K, langsung mengulum itunya mas K. Lewat 10 menit, mas K minta berhenti, hampir keluar katanya. Aluh cuek dan meneruskan, tapi kami bertiga protes, takut nggak kebagian. Trus istirahat sejenak. Setelah itu giliran Anik, cuma pakai tangan. Trus Ririn, juga cuma pake tangan. Aku dapat giliran terakhir. Berlutut di antara kedua pahanya, aku mulai dengan membelai dan memelintir pelan-pelan. Mas K memejamkan matanya, keenakan. Kurasakan otot itunya mas K menggelitik telapak tanganku. Mas K bilang, diemut dong. Karena ragu-ragu, aku cuma berani mengecup kepalanya saja. Rasanya asin. Beberapa saat, mas K bilang mau keluar lagi. Aku cuek aja. Kugenggam itunya erat-erat dan kunaik-turunkan tanganku. Dan... kurasakan ada sesuatu yang bergerak cepat di saluran bagian bawah penis, dan... crut... cairan putih kental melejit beberapa kali dari ujung penisnya. Yang pertama menembak dadaku. Pinggul mas K terangkat. Yang kedua, saking kerasnya, mengarah ke bibirku Mmm... terasa asin. Mas K terpejam, terlihat keenakan. Setelah selesai puncaknya, dia tersenyum dan bilang terima kasih dengan lembut. Lalu mengambil tisu untuk mengelap dadaku dan bibirku yang belepotan benihnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lalu mas K nawarin untuk ngajarin kami bersetubuh, kalo kami berminat. Kami cuma celingukan. Ririn trus tanya apa mahkota kami masih utuh jika udah pernah digituin. Katanya mas K, bisa ya bisa enggak. Aluh yang biasanya nekat kali ini juga nggak berani mutusin. Kata mas K, kalo kami udah siap, dia bisa bantu kapan aja. Abis gitu mas K bilang mo istirahat soalnya capek.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Di kamar Anik, kami ngebahas pengalaman pertama kami tadi. Rame banget. Kataku, enak Anik dong, serumah sama mas K. Anik bilang, &quot;Husy! dia kan kakak, paling cuma raba-raba ajah.&quot; Langsung aja aku, Aluh, dan Ririn bilang, &quot;Huuu. itu &#39;kan enak juga!&quot; Ririn, dengan malu-malu, tanya apa mas K udah punya pacar. Kalo belum, mau jadi pacarnya. Aku nyautin, ijin dulu sama aku, aku udah pernah ngeluarin benihnya dan bikin dia orgasme, jadi mestinya dapat prioritas. Aluh langsung protes, soalnya dia yang tadi minta mas K nunjukin benihnya. Sementara Ririn dengan optimis bilang mas K pasti suka sama dia karena dia paling manis dan miss V nya paling menggemaskan di antara kami berempat. Rame lah pokoknya. Akhirnya kami janjian kalo kami nggak bakalan memancing-mancing mas K untuk dijadiin pacar, kecuali dia yang meminta sendiri.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sahabat-sahabatku juga pada bertanya, gimana sih rasa cairan benih mas K? Gimana rasanya membikin cowok orgasme? Aku tersenyum, trus bilang minggu depan atau besok &#39;kan bisa coba sendiri, tinggal janjian sama mas K. Dalam hatiku aku berkata yang ini biarlah untukku, akan kusimpan sendiri gurihnya rasa benihnya, rasa bangga mengantar cowok ke puncak kenikmatan, dan tatapan lembut mas K saat mengucap terima kasih.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Kegilaan&quot; kami berempat ternyata tidak membuat kami terhanyut. Buktinya kami masih bisa mempertahankan mahkota kami sampai lulus SMA. Setelah itu Ririn dan Anik melanjutkan kuliah di kota yang sama. Aku dan Aluh melanjutkan kuliah di kota M, dan kadang melanjutkan penyaluran bakat genit kami berdua.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3270835311518982134'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3270835311518982134'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/memancing-perhatian.html' title='memancing perhatian'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-4471638468007871138</id><published>2010-05-10T20:18:00.001-07:00</published><updated>2010-05-10T20:18:50.366-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita bercinta pertama kali"/><title type='text'>malam pertama</title><content type='html'>Malam Pertama.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;...Saya terima nikahnya...&quot;, masih terbayang dalam ingatanku perasaan bahagia dan lega saat selesai mengucapkan ijab kabul di muka penghulu tadi pagi. Bahagia karena berhasil menyunting gadis yang kucintai, lega karena telah berhasil melewati cobaan dan rintangan yang sangat berat selama hampir sepuluh tahun hubungan kami.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Wangi melati harum semerbak sampai ke setiap sudut kamar pengantin yang dihias berwarna dominan merah jambu. Dan, di sisiku terbaring gadis yang amat sangat kucintai, berbalut daster tipis yang juga berwarna merah jambu. Matanya yang indah dan bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi halus dan mulus. Dia, yang kukenal saat sama-sama duduk di bangku kuliah, yang menjadi incaran para pemuda di kampus, sekarang telah resmi menjadi istriku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran. Masa pacaran kami memang tidak terlalu &quot;bersih&quot;, saling cium, saling raba bahkan sampai ke tingkat Heavy Petting sering kami lakukan. Tapi, dengan penuh rasa sayang dan tanggungjawab, aku berhasil mempertahankan kesuciannya sampai saat ini. Aku bangga akan hal itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Suasana yang romantis ditambah dengan sejuknya hembusan AC sungguh membangkitkan nafsu. Kupeluk dia, kukecup keningnya lalu kuajak dia untuk berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan mertua laki-lakiku tadi. Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung dan sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke payudaranya yang cukup besar. Sungguh pintar istriku ini memilih daster yang berkancing di depan dan hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini. Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster dan BH itupun segera terlempar ke lantai.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sementara itu, istriku juga telah berhasil membuka kancing piyamaku, melepas singlet dan juga celana panjangku. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dia tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati dan kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. Istriku mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam dan bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tanganku mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Aku tidak ingin buru-buru, aku ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, membuat kemaluanku yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara istriku rupanya sudah tidak sabar, dibelai dan digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran dan konsentrasiku tidak lagi terpecah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, dan semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah. Kubelai dan kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin dan basah. Tubuh istriku mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya. Dipeluknya aku dengan keras sambil berbisik, &quot;Ohhh, nikmat sekali. terima kasih sayang.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku tidak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi dia dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah. Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, dan sesekali kukunya yang tidak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya aku dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasku sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan dan kudorong masuk. Istriku merintih keras, dan karena mungkin kesakitan, tangannya mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Aku tidak tega, aku kasihan! Kupeluk dan kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah beristirahat beberapa lama, kucoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak tega untuk menyakitinya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Dia meminta maaf, dan dengan tulus dan penuh kerelaan dia kumaafkan. Malam itu kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk diakal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga?&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Malam Kedua.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jam 10 malam kami berdua masuk kamar bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok Saudara-Saudara Iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran-sindiran yang mengarah dari mulut Saudara-Saudara Iparku, kutanggapi dengan senang dan bahagia.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Siang tadi, kami berdua membeli buku mengenai Seks dan Perkawinan, yang di dalamnya terdapat gambar anatomi tubuh pria dan wanita. Sambil berpelukan bersandar di tempat tidur, kami baca buku itu halaman demi halaman, terutama yang berkaitan dengan hubungan Seks. Sampai pada halaman mengenai Anatomi, kami sepakat untuk membuka baju masing-masing. Giliran pertama, istriku membandingkan kemaluanku dengan gambar yang ada di buku. Walau belum disentuh, kemaluanku sudah menggembung besar dan keras. Istriku mengelus dan membolak balik &quot;benda&quot; itu sambil memperhatikannya dengan seksama. Hampir saja dia memasukkan dan mengulumnya karena tidak tahan dan gemas, tapi kutahan dan kularang. Aku belum mendapat giliran.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kemudian, kuminta istriku berbaring telentang di tempat tidur, menarik lututnya sambil sedikit mengangkang. Mulanya dia tidak mau dan malu, tapi setelah kucium mesra, akhirnya menyerah. Aku mengambil posisi telungkup di bawahnya, muka dan mataku persis di atas vaginanya. Terlihat bagian dalamnya yang merah darah, sungguh merangsang. Dengan dua jari, kubuka dan kuperhatikan bagian-bagiannya. Seumur hidupku, baru kali ini aku melihat kemaluan seorang wanita dengan jelas. Walaupun sering melakukan oral, tapi belum pernah melihat apalagi memerhatikannya karena selalu kulakukan dengan mata tertutup. Aku baru tahu bahwa klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kujaga utuh selama 10 tahun. Jauh dari bayanganku selama ini. Selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Ditengahnya ada lubang kecil. Sayang aku tidak ingat lagi, seperti apa bentuk lubang tersebut.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tidak tahan berlama-lama, segera kulempar buku itu ke lantai, dan mulai kuciumi kemaluan istriku itu. Kumainkan klitorisnya dengan lidahku yang basah, hangat dan kasar, hingga membuat istriku kembali mengejang, merintih dan mendesah. Kedua kakinya menjepit kepalaku dengan erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi. Kupilin, kusedot, dan kumain-mainkan benda kecil itu dengan lidah dan mulutku. Berdasarkan teori-teori yang kuperoleh dari Buku, Majalah maupun VCD Porno, salah satu pemicu orgasme wanita adalah klitorisnya. Inilah saatnya aku mempraktekkan apa yang selama ini hanya jadi teori semata.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Istriku semakin liar, bahkan sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat. Dia lalu menarik pinggulku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepalaku berada di depan kemaluannya, sementara dia dengan rakusnya telah melahap dan mengulum kemaluanku yang sudah sangat keras dan besar. Nikmat tiada tara. Tapi, aku kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta dia telentang di tempat tidur, aku naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan dan elusan lidahnya yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila dia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Karena hampir tidak tertahankan lagi, aku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali kutatap matanya yang sangat indah itu. Kubisikkan bahwa aku sangat menyayanginya, dan aku juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibirku dengan gemas, dia memintaku untuk melakukannnya pelan-pelan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kutuntun kemaluanku menuju vaginanya. Berdasarkan gambar dan apa yang telah kuperhatikan tadi, aku tahu di mana kira-kira letak Liang Senggamanya. Kucium dia, sambil kuturunkan pinggulku pelan-pelan. Dia merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahuku. Kuangkat lagi pinggulku sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kutahu bahwa dia juga sangat menginginkannya. Setelah kuminta dia untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti kutekan pinggulku, kumasukkan kemaluanku itu sedikit demi sedikit. Kepalanya terangkat ke atas menahan sakit. Kuhentikan usahaku, sambil kutatap lagi matanya. Ada titik air mata di sudut matanya, tetapi sambil tersenyum dia menganggukkan kepalanya. Kuangkat sedikit, kemudian dengan sedikit tekanan, kudorong dengan kuat. Istriku mengerang keras sambil menggigit kuat bahuku. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya, seluruh batang kemaluanku berhasil masuk ke dalam lubang vagina istriku tercinta. Aku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasku. Kucium istriku dengan mesra, dan kuseka butir air mata yang mengalir dari matanya. Dia membuka matanya, dan aku dapat melihat bahwa dibalik kesakitannya, dia juga sangat bahagia.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Perlahan kutarik kemaluanku keluar, kutekan lagi, kutarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap kutekan masuk, istriku mendesah, dan kali ini, bukan lagi suara dari rasa sakit. Kurasa, istriku sudah mulai dapat menikmatinya. Permukaan lembut dan hangat dalam liang itu seperti membelai dan mengurut kemaluanku. Rasa nikmat tiada tara, yang baru kali ini kurasakan. Aku memang belum pernah bersenggama dalam arti sesungguhnya sebelum ini. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepala istriku mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsuku semakin bergelora. Tangannya memeluk erat tubuhku, sambil sekali-sekali kukunya menancap di punggungku. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil menancapkan batang kemaluanku dalam-dalam, kusemburkan sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahim istriku. Aku kalah kali ini.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kupeluk dan kuciumi wajah istriku yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, &quot;sama-sama.&quot; Kutitipkan padanya untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara istriku cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, aku berhasil membawa istriku orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Aku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya istriku menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami berdua juga mempunyai hobby yang sama, yaitu ber-internet dan membuka situs-situs porno, yang biasanya kami gunakan sebagai tambahan referensi variasi dalam bercinta. Beberapa situs kami jadikan Favorite, yang selalu kami kunjungi dengan teratur. Situs yang berisi cerita terutama Cerita-Cerita Seru-nya Wiro, selalu memicu gelora birahi kami berdua untuk bercinta, yang sering kami lakukan di depan komputer yang masih menyala. Sayang, akhir-akhir ini UpDate-nya agak lambat. Itulah salah satu alasan mengapa aku mengirimkan cerita ini, atas ijin dari istriku tercinta tentunya. Katanya: Sakit dan Penderitaan jangan dibagi pada orang lain, tapi perasaan cinta dan kenikmatan perlu diketahui oleh orang lain, mudah-mudahan menular.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai istriku, begitupun yang kurasakan dari istriku.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/4471638468007871138'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/4471638468007871138'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/malam-pertama.html' title='malam pertama'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-3066292820770171149</id><published>2010-05-10T20:13:00.001-07:00</published><updated>2010-05-10T20:13:53.459-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Jum&#39;at Malam bersama Alina</title><content type='html'>Kejadiannya ketika aku sdh berkeluarga dan sudah memiliki 1 anak umur ±2 thn, usiaku kala itu 30 thn. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yg masih sangat baru. Belum banyak penghuni yg menempatinya, malahan di gang rumahku (yg terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yg ditempati, yaitu rumahku dan rumah Pras. Pras juga sudah beristri, namanya Alina, tapi biasa dipanggil Lina. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 thn. Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, kami jadi cepat sekali akrab.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku dan Pras jadi seperti sahabat lama, kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama, catur. Lina, yang berumur 26 thn, juga sangat dekat dgn istriku, Winda. Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja, dan soal seks juga sering mereka perbincangkan. Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Winda menyuapi Aria, anak kami. Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering &quot;menguping&quot; rumpian mereka dari kamarku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Lina dan suaminya. Intinya Lina kurang &quot;happy&quot; soal urusan ranjang ini dgn Pras. Bukannya Pras ada kelainan, tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu, sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ejakulasi ya sudah, dia tidak peduli dgn istrinya lagi. Sehingga Lina sangat jarang mencapai kepuasan dgn Pras. Sebaliknya istriku cerita ke Lina kalau dia sangat &quot;happy&quot; dgn kehidupan seksnya. Dan memang, sekalipun aku bukan termasuk &quot;pejantan tangguh&quot;, tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku. Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah. Sering Lina secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dgn tawa ter-kekeh² oleh Winda.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Wajah Lina cukup cantik, sekalipun tidak secantik istriku memang, tapi bodinya sungguh sempurna, padat berisi. Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Lina termasuk wanita yang &quot;berani&quot; sekalipun masih dalam batas² kesopanan. Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengaggumi tubuh Lina, diluar tahu istriku tentu saja. Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual, sering aku berpikiran kotor begitu. Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dgn akal sehatku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jum&#39;at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Winda, dan Aria tentu saja, paginya pulang ke rumah orangtuanya di M, karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi akan akan menyusul ke M. Kesepian di rumah sendirian, setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Pras. Maksud hati ingin mengajak dia main catur, seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Rumah Pras sepi² saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu, karena aku pikir mereka sedang pergi. Tapi lamat² aku dengar ada suara TV. Aku ketuk pintu sambil memanggil &quot;Pras .. Pras,&quot; Beberapa saat kemudian terdengar suara gerendel dan pintu terbuka.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku sempat termangu sepersekian detik. Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dgn rambut yang masih basah tergerai sebahu. Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dgn belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Eh .. Mas Benny. Masuk Mas,&quot; sapaan ramah Lina menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Lina. Sungguh aku belum pernah melihat Lina secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut, tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nnng ... Pras mana Lin?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Wah Mas Pras luar kota Mas.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Tumben Lin dia tugas luar kota. Kapan pulang?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Iya Mas, kebetulan ada acara promosi di Y, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Pras?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria ke M.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Wah kalo cuman main catur ama Lina aja Mas.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sebetulnya aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah. Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan: &quot;Emang Lina bisa catur?&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Eit jangan menghina Mas, biar Lina cewek belum tentu kalah lho ama Mas.&quot; kata Lina sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ya bolehlah, aku pengin menjajal Lina,&quot; kataku dgn nada agak nakal.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lagi² Lina tersenyum menjawab godaanku. Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan aku duduk di kursi tamu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Sebentar ya Mas, Lina ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang. Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu memnyembunyikan lekuk tubuh Lina yang begitu padat. Goyangan kedua puncak pantatnya yg berisi tampak jelas ketika Lina melangkah. Mataku terus melekat sampai Lina menghilang di pintu dapur. Buru² aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Pas ketika aku selesai menyusun biji catur, Lina melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Pras kalau lagi main catur. Ketika Lina membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat. Darahku berdesir kencang, ternyata Lina tidak memakai bra! Tampaknya Lina tak sadar kalau sudah &quot;mentraktir&quot; aku dgn pemandangan yang menggiurkan itu. Dgn wajar di duduk di kursi sofa di seberang meja.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Siapa jalan duluan Mas?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Lina kan putih, ya jalan duluan dong,&quot; kataku sambil masih ber-debar².&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar, Lina cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah Lina membuat aku harus berpikir keras. Lina pun tampakya kerepotan dgn langkah²ku. Beberapa kali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang² dia membungkuk di atas meja yg rendah itu dgn kedua tangannya bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Konsentrasiku mulai buyar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Satu dua kali dalam posisi seperti itu Lina mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya. Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja, dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dgn tangannya, seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini. Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku. Aku betul² terpesona, sehingga permaian caturku jadi kacau dan dgn mudah ditaklukkan oleh Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Cckk cckk cckk Lina memang hebat, aku ngaku kalah deh.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,&quot; jawab Lina sambil tersenyum menggoda. &quot;Ayo main lagi, Lina belum puas nih.&quot; Ada sedikit nada genit di suara Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami main lagi, tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi. Permainan berjalan lbh seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yg sudah &quot;mati&quot; ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dgn tangan kananku. Rupa²nya Lina juga melakukan hal yg sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing². Aku melihat ke arah Lina, dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam. Jari² tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku. Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Lina dgn sangat mesra.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dia sedikit terperanjat dengan &quot;langkah&quot;ku ini, tapi hanya sepersekian detik saja. Matanya masih memejam dan bibirnya yg padat sedikit terbuka dan melenguh pelan,&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;oooohhh ...&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Lina dengan bibirku, dia menyambutnya dgn mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami saling berciuman dgn posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kulumam bibir Lina ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dgn permainan lidahku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dgn sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Lina. Aku bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Lina. Belum sedetik aku duduk Lina sudah memeluk aku dan bibirnya yg kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yg bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini &quot;hot&quot;, bahkan dgn istriku sekalipun. Rasanya seumur hidup kami berciuman begini, sampai akhirnya Lina agak mengendorkan &quot;serangan&quot;nya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Lina yang putih jenjang merangsang itu. Rintih kegelian yg keluar dari mulut Lina dan bau sabun yg harum semakin memompa semangatku. Ciumanku aku geser ke belakang telinga Lina, sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya. Lina semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaaahhhh ... aaaahhhhh,&quot; rintihan pelan yang keluar dari mulut Lina yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke lehar Lina. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan menuju puncak buah dada Lina yg sebelah kanan. Wow ... payudara Lina, yang sedari tadi aku nikmati dgn sapuan mataku, ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari²ku mulai menari di sekitar puting susu Lina yang sudah tegak menantang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dengan ibu jari dan telunjukku aku pelintir lembut puting yang mungil itu. Lina kembali menggelinjang kegelian, namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun. Dia menolehkan wajahnya ke kiri, dgn mata yang masih terpejam dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dgn panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya. Reaksi kenikmatan Lina dia salurkan melalui ciuman yg semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Lina. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Lina. Lambat namun pasti, usapan tanganku aku arahkan semakin keatas mendekati pangkal pahanya. Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Lina di sekitar bukit kemaluannya, aku menghentikan gerakanku. Tangan kiriku aku kembali turunkan, aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut. Gerakan ini aku ulang beberapa kali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Lina dan mulut kami masih saling berpagutan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ciuman Lina semakin mengganas pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku. Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu. Entah hanya perasaanku atau memang demikian, aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Lina. Dengan jari tengah tangan kiriku, aku tekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan disana.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaahh ... Mas Ben ... aahhh .. iya .. iya,&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannnya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya. Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Lina. Bukitnya menyembul indah, bulu²nya cukup tebal sekalipun tidak panjang bergerombol hanya di bagian atas. Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan. Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yg terhampar di depan mataku ini.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kemudian jari² tangan kiriku mulai membelai semak² yg terasa sangat lembut itu. Betul² lembut bulu² Lina, aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini, hampir selembut rambut bayi. Lina mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk aku. Tangan kananku dari tadi tak berhenti me-remas² buah dada Lina yang sangat berisi itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jari²ku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Lina yang sangat halus itu. Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sediit lembab dan agak berlendir. Aku menyusup lebih dalam lagi sampai aku menemukan klitoris Lina yg sangat mungil dengan ujung jariku. Dgn gerakan memutar lembut aku usap benda kecil yang nikmat itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ahhhh ... iya ... Mas .. Ben ... ahhhh .. ahhhh.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Lina, sambil aku gosokkan naik turun. Lina meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanyan, namun gerakannya terhalang celana dalam yg masih bertengger di kedua lututnya. Sejenak aku hentikan gosokan jariku, aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Lina itu. Lina membantu dgn mengangkat kaki kirinya sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya. Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Lina dan gerankan Lina sudah tak terhalang lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dgn leluasa Lina membuka lebar kedua pahanya. Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Lina yang begitu tebal merangsang, hampir sama tebal dan sensualnya dgn bibir atas Lina yang masih menciumi leherku. Jariku sekarang leluasa menjelajah seluruh kemaluan Lina yang sudah sangat licin berlendir itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku gosok² klitoris Lina dgn lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek keatas kearah klitorisnya. Aku tahu ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita, tak terkecuali wanita molek yg di sampingku ini. Lina menggelinjang semakin hebat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaaaaahhhhh .... Mas .. Mas ..... ahhhhh .. terus ... ahhhhh,&quot; pintanya sambil merintih.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Iya ... ahhh ... iya .. Mas .. Mas .. Mas Ben.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina sudah lupa apa yang harus dia lakukan. Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak kebelakang, matanya tertutup rapat. Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya tak lagi memelukku. Tangan kananku pun sudah berhenti bekerja karena merangkul erat Lina agar dia tidak melorot ke bawah. Daster Lina sudah terbuka sampai ke perutnya, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Celana dalam Lina masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya menganngkang maksimal.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan Lina, yang semakin aku pandang semakin indah itu. Aku sengaja belum nenyentuh bagian dalam lubang surganya. Kepala Lina sekarang meng-geleng² kiri kanan dgn liarnya. Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak²an, malah menambah keayuan wajah Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Mas ... Mas .... ahhhhh .... enak .... ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku tahu Lina sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yg sudah sangat basah itu. Aku sorongkan sampai seluruh jariku tertelan lubang Lina yang cukup sempit itu. Aku tarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan keatas sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Gerakan ini aku lakukan berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, Tiba² Tubuh Lina menjadi kaku, kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak kebelakang. Mulutnya terbuka lebar. Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Lina, dan bersaman dgn itu aku rasakan kehangatan cairan yg menyiram jariku. Lina telah mencapai orgasmenya. Aku tidak menghentikan gerakan jariku, hanya sedikit mengurangi kecepatannya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tubuh Lina masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yg keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat dan pendek² yg dia keluarkan lewat mulutnya. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh Lina berangsur melemas, aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dgn sangat perlahan aku cabut dari liang kenikmatan Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Mata Lina masih terpejam rapat, bibirnya masih sedikit ternganga. Dgn lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Lina. Aku cium mesra bibirnya yang sangat sensual itu. Lina pun menyambut dgn tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yg saling jatuh cinta.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Agak berbeda dgn ciuman yg menggelora seperti sebelumnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nikmat Lin?&quot; Dgn lembut aku berbisik di telinga Lina.&lt;br /&gt;&quot;Mas Ben ... ah ... Lina blm pernah merasakan kenikmatan seperti tadi .. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter ... Makasih Mas ... Winda sungguh beruntung punya suami Mas.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Aku yg beruntung Lin, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ah Mas Ben bisa aja ... Lina jadi malu.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama, tapi aku tahu sesungguhnay tak lebih dari 5 menit. Oh, ternyata Lina wanita yang cepat mencapai orgasme, asal tahu bagaimana caranya. Sungguh tolol dan egois Pras kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini. Aku berpikir dalam hati.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina kemudian sadar akan kondisinya saat itu. Dasternya awut²an, kemaluannya masih terbuka lebar, dan celana dalamnya tersangkut di lutunya. Dia segera duduk tegak, menurunkan dasternya sehingga menutup pangkal pahanya. Gerakan yang sia² sebetulnya karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Lina mau cuci dulu Mas.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Aku ikut dong Lin, ntar aku cuciin,&quot; aku menggodanya.&lt;br /&gt;&quot;Ihhh Mas Ben genit.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ka kamarnya. Aku tahu ada kamar mandi kecil disana, sama persis seperti rumahku. Sampai di kamar Lina aku berkata:&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aku copot pakaianku dulu ya Lin, biar nggak basah.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lina tdk berkata apa² tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku semantara aku melepaskan kaosku. Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja. Lina melirik ke arah celana dalamku, atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yg ada di balik celana dalamku. Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Lina sampai keatas dan Lina mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Baru sekarang aku bisa melihat dgn jelas tubuh mulus Lina. Sungguh tubuh wanita yang sempurna, semuanya begitu indah dan proporsional, jauh melampaui khayalanku sebelumnya. Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dgn jelas di hadapanku. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dgn ukuran tubuh Lina yg sexy itu. Putingnya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri. Warna putingnya coklat agak tua, sungguh kontras dgn warna kulit Lina yg begitu putih. Perut Lina sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahanya sangat mulus dan padat, betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Rupa² Lina sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya. Dgn agak malu² di berkata:&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Mas curang ... Lina udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tanpa menunggu reaksiku, Lina maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku. Aku membantunya dgn melangkah keluar dari celana ku. Tongkat kejantananku yg sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Lina, aku maju langusng aku peluk erat tubuh Lina. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dgn kulit halus tubuh Lina tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Kamu cantik dan seksi sekali Lin.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ah Mas Ben ngeledek aja.&quot;&lt;br /&gt;&quot;Bener kok Lin.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sambil berkata demikian aku rangkul Lina lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi. Aku semprotkan sedikit air dgn shower ke kemauluan Lina yg masih berlendir itu. Kemudian tangan kananku aku lumuri dgn sabun, aku peluk Lina dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Lina dgn lembut. Rupanya Lina suka dgn apa yg aku lakukan, dia merapatkan punggungnya ke tubuhku sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya. Dgn gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Lina dgn sabun. Lina mengimbanginya dgn mengggerakkan pinggulnya seirama dgn gerakanku. Gesekan tubuhku dgn kulit halus mulus Lina seakan membawaku ke puncak surga dunia.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya selesai juga aku membantu Lina mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dgn handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Lina, betul² halus dan sempurna. Lina pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku ingin memberikan Lina kepuasan sebanyak mungkin malam ini. Aku ingin Lina merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dgn seorang pria. Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu krn, dari cerita Lina ke Winda, aku tahu tak ada pria lain yg pernah menyentuhnya kecuali Pras, dan sekarang aku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tubuh telanjang Lina aku telentangkan, kemudian aku melorot mendekati kakinya. Aku mulai menciumi betisnya, perlahan keatas ke pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ahhhhh Mas Ben .... ah .. jangan .. nanti Lina nggak tahan lagi .. ah.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sekalipun mulutnya berkata &quot;jangan&quot; namun Lina justru membuka kedua pahanya semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutku itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nikmati saja Lin .... aku akan memberikan apa yg tdk pernah diberikan Pras padamu.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Lina yg sudah menganga lebar. Aku lihat jelas bibir vaginanya yg begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Lina. Sambil &quot;berciuman&quot; aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Lina yg merangsang dan wangi itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ahhhh .... Mas Ben ... aaaaahhh .. please .. please.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Begitu mudahnya kata² Lina berubah dari &quot;jangan&quot; menjadi &quot;please&quot;. Bibirku aku geser sedikit keatas sehingga menyentuh klitorisnya yg berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya ber-kali². Sekarang Lina bereaksi tepat seperti yang aku duga. Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya. Aku segera memegang pantatnya sambil me-remas²nya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Lina.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaaaaahhhhhh .... enak Mas .... enak .... ahhhh .. iya .... ahhhh ahhhhh.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Hanya itu yang keluar dari mulut Lina menggambarkan apa yg sedang dia rasakan saat ini. Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku, aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Lina yg begitu mungil, Aku sedot lambat² benda sebesar kacang hijau itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Maaaaasss .... nggak tahaaaan ... ahhhhh .. Maassss.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dari pengalamanku tadi memasturbasi Lina dgn jari aku tahu pertahanan Lina tinggal setipis kertas. Lalu aku rubah taktik ku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Lina, kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya. Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Lina sejauh yg aku bisa. Sungguh luar biasa respon Lina. Tubuhnya menegang membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat, kedua tangannya mencengkeram kain sprei.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;AAAaaaaahhhhh ... maaaaaaaaaaaaaassssssss.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Bersamaan dgn erangan Lina aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yg keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku. Aku julurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yg bisa aku rasakan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba² Lina memberontak, segera menarik aku mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya. Sambil matanya masih terpejam, dia memeluk aku dan langsung mencium bibirku yang masih belepotan dgn lendir kenikmatannya. Aku tahu apa yg dia mau. Aku biarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3066292820770171149'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3066292820770171149'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/jumat-malam-bersama-alina.html' title='Jum&#39;at Malam bersama Alina'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-6682836068195729366</id><published>2010-05-10T20:10:00.000-07:00</published><updated>2010-05-10T20:13:04.197-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Kakak temanku yang binal</title><content type='html'>Pada hari itu kuliah semester awal telah kami selesaikan. Kami berencana untuk main ke villa milik Steven di Puncak. Rencana ini kami buat cukup mendadak, 2 hari sebelum keberangkatan, sehingga aku &amp; Steven hanya sempat menghubungi Erwin, telepon di rumah Wan Fu sepertinya sedang rusak karena tidak nyambung-nyambung. Berhubung rumahnya jauh maka besoknya, sehari sebelum berangkat kami bertiga dengan mobilnya Steven pergi ke rumahnya memberitahu sekalian membeli keperluan besok.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sesampai di sana, ternyata di rumah hanya ada kakaknya, Mei Fang yang membukakan pintu untuk kami. Ci Mei Fang orangnya sangat cantik, rambutnya sebahu lebih, wajah oval, kulit putih, tubuh jangkung seksi hampir 170 cm dan payudaranya itu lho, benar-benar aduhai, mungkin 35B. Mungkin pembaca tahu aktris top Jepang, Noriko Sakai, hampir mirip dialah Ci Mei Fang. Waktu itu umurnya 24 tahun, kuliah S2. Ketika menyambut kami, dia memakai kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek, sehingga makin terlihat keindahan tubuhnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Di rumah itu hanya dia sendirian, Wan Fu dan orang tuanya sedang mengikuti undangan di luar kota, besok sore baru pulang.&lt;br /&gt;&quot;Kok Cici nggak ikut, kan boring di rumah sedirian, Ci?&quot; tanya Erwin.&lt;br /&gt;&quot;Ahh, Cici kurang suka ikut pesta-pesta kayak gituan, terlalu banyak basa-basi, lagian banyak godaan makanan enak, Cici takut gendut nih.&quot; jawabnya ramah.&lt;br /&gt;&quot;Ngapain aja Ci sendirian gini, nggak takut malamnya, perlu kita temenin nggak?&quot; kataku bercanda.&lt;br /&gt;Tapi malah dia jawab, &quot;Bener nih mau temenin Cici, ya udah kalo gitu masuk aja, temenin Cici ngobrol, sepi nih.&quot;&lt;br /&gt;Kamipun agak heran mendengar jawaban itu, setelah saling pandang sejenak kami akhirnya setuju. Steven memarkir mobilnya ke pekarangan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba di ruang tamu, Ci Mei Fang menyuguhkan minum &amp; snack untuk kami. Dia juga menawarkan rokok, tapi hanya Steven yang menerima, yang lain tidak merokok. Ci Mei Fang menyulut rokoknya dan mulai membuka obrolan. Ternyata orangnya ramah dan enak diajak ngomong sampai obrolan-obrolan yang agak nyerempet. Sambil nonton kami ngobrol dan bercanda panjang lebar.&lt;br /&gt;Di tengah obrolan Erwin bertanya, &quot;Pernah nggak, Cici nonton film BF?&quot;&lt;br /&gt;Dijawabnya, &quot;Pernah, tapi jarang.. Oh iya, Cici baru ingat, 2 hari lalu papa pinjam VCD kayak gitu, mau liat nggak kalian, Cici tau kok tempat simpannya.&quot;&lt;br /&gt;Aku berpikir, &quot;Gile nih cewek, nggak malu-malu banget ngomong gitu sama cowok!&quot;&lt;br /&gt;Ditawarin begitu ya kami iya-iya aja, siapa sih yang nggak mau. VCD dinyalakan, adegan-adegan di film membuat ruang tamu yang luas itu hening karena semua terpaku pada TV.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kira-kira 1 jam kurang film itu berakhir.&lt;br /&gt;&quot;Rame ya Ci filmnya, nontonnya serius amat tadi&quot;, kata Steven.&lt;br /&gt;Ci Mei Fang berkata, &quot;Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak tadi?&quot;&lt;br /&gt;Kami semua menggeleng, &quot;Belum Ci, emang Cici pernah?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;Bukannya menjawab, Ci Mei Fang malah memanggilku duduk di sebelah kirinya, menyuruh Steven yang sejak tadi di sebelah kanannya agar lebih mendekat, dan Erwin disuruh duduk jongkok di depannya.&lt;br /&gt;Setelah kami mengelilinginya dia berkata, &quot;Mau nggak kalian Cici ajarin supaya jadi pria dewasa?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Hah, maksud Cici apa?&quot; tanya Erwin pura-pura tidak mengerti.&lt;br /&gt;&quot;Begini maksud Cici&quot;, katanya sambil meraih tanganku &amp; Steven lalu ditumpangkan ke kedua payudaranya. Aku kaget sekali waktu itu.&lt;br /&gt;&quot;Ahh, jangan gitu Ci, malu, Cici kan udah punya tunangan&quot;, kataku pelan.&lt;br /&gt;&quot;Nggak apa-apa kok ini cuma pelajaran bukan cinta, tunangan Cici orangnya liberal, dia juga pernah main dengan perempuan lain, yang penting kita berdua saling mengerti, seks bukan berarti cinta kan&quot;, jawabnya.&lt;br /&gt;Dia juga meraih tangan Erwin dan meyuruhnya meraba-raba kemaluannya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ternyata Mei Fang tidak memakai BH karena waktu kuraba buah dadanya, aku dapat merasakan puting susunya yang menonjol. Sekarang Erwin menarik lepas celana pendek Mei Fang dan aku membuka kaosnya, jadi sekarang Mei Fang hanya dibalut CD putihnya yang tipis, terlihat jelas bulu-bulu hitamnya yang tidak terlalu lebat. Payudaranya yang besar dan padat serta putingnya yang kecoklatan itu membuat nafsuku bangkit, tanpa diperintah lagi kukulum puting kirinya, sementara puting kanannya dikulum Steven, Erwin membuka lebar paha Mei Fang dan mengelus-elus belahan di tengahnya yang masih tertutup CD itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lidahku mulai naik ke lehernya, pipinya dan akhirnya aku beradu lidah dengannya, permainan lidahnya benar-benar hebat, sampai sesak nafasku dibuatnya, dia juga mulai horny, kurasakan dari nafasnya yang kacau. Sementara tangannya membuka reitsleting celanaku lalu masuk ke celana dalamku, batang kemaluanku yang sudah tegang sejak tadi seakan-akan mau meledak saja begitu tangannya mulai mengocoknya. Steven yang duduk di sebelah kanannya masih mengisap payudaranya dan tangannya masuk ke dalam CD Mei Fang sehingga sekarang kemaluan Mei Fang sedang dimainkan oleh Erwin dan Steven, CD-nya juga sudah mulai basah. &quot;Ahhh.. kalian hebat sekali, padahal kalian bilang belum pernah melakukannya.. uhhh..!&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sekarang dia mengeluarkan batang kejantananku dan menjilatinya, Steven melepas CD Mei Fang sehingga sekarang dia sudah polos sama sekali. &quot;Kalian juga buka baju dong, masa cuma Cici sendiri yang bugil kan nggak enak.&quot; Kami pun melepas baju, mula-mula sih memang agak risih karena baru pertama kali bugil di depan cewek, tapi lama-lama biasa saja. Setelah menyingkirkan meja ruang tamu, Mei Fang berbaring telentang di permadani di ruang itu. Erwin yang belum menikmati payudaranya mengulum benda kenyal itu sedangkan Mei Fang sendiri kini memainkan biji peler Steven dengan mulutnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kini giliranku menjilati kemaluan Mei Fang, cairan yang sudah membasahi liang kewanitaannya itu kujilati sampai bersih, lalu lidahku mulai menjelajahi daerah itu, kujilat klistorisnya, dan kulihat juga daging kecil di tengahnya, kumain-mainkan benda itu dengan jariku. Ulahku membuatnya berkelejotan, &quot;Ohhh, jangan gitu ah, Her, geli nih.. uhhh..!&quot; Tanpa mempedulikannya aku terus melakukannya. &quot;Aduh... Her, jahat kamu ah, ohhh.. ohhh.. geli nih.. gulppp.. emhh!&quot; Erangannya mendadak terhenti karena Steven memasukkan kemaluannya ke mulut Mei Fang, sehingga hanya terdengar suara, &quot;Emmhm.. emhh&quot;, saja.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sebelum memuntahkan isi kemaluannya, Steven melepaskan kuluman Mei Fang, &quot;Jangan Ci, jangan dikeluarin sekarang nanti aja biar lebih seru&quot;, kata Steven. Lalu Mei Fang berkata, &quot;Ahh.. Cici udah nggak tahan lagi, cepat tusuk Cici, jangan cuma jilat-jilat aja dong..&quot;. Aku yang berada di dekat liang senggamanya langsung mengambil inisiatif, kunaikkan kedua kaki Mei Fang ke bahuku seperti gaya di film tadi, perlahan-lahan lalu kumasukkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya. Dengan lancar kuterobos lubang itu karena Mei Fang sudah tidak perawan dan juga tidak terlalu ketat lagi. &quot;Cici ini pasti orangnya termasuk gila seks nih, masa masih 24 tahun udah nggak sempit lagi&quot;, kataku dalam hati.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Selama beberapa waktu kusetubuhi dia sampai akhirnya aku merasa ada cairan hangat keluar dari sana. Tubuh Mei Fang menegang menekuk ke atas, tangannya meremas rambut Erwin yang sedang menjilati payudaranya, pertanda dia sudah orgasme. Dia melepas kulumannya pada batang kemaluan Steven disertai erangan panjang &quot;Ooohh.. hebat kamu Her, hebat.. uhhh!&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku benar-benar lelah setelah menyemburkan maniku di liang kewanitaannya. Aku beristirahat sebentar dan membiarkan kedua temanku tetap bermain dengan Mei Fang. Kali ini Steven melakukan doggy style, batang kemaluannya dimasukkan ke pantat Mei Fang, sedangkan Erwin yang berada di bawahnya memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaan Mei Fang. Mei Fang kini sedang ditusuk 2 senjata, badannya bergerak maju mundur mengikuti gerakan kedua temanku itu. &quot;Ahhh.. yaa.. terus lebih dalam lagi.. uhhh.. uhhh.. kalian pintar baru pertama main sudah sehebat ini.. ahhh!&quot; Seluruh ruang tamu itu dipenuhi suara erangan Ci Mei Fang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sesaat kemudian Steven melepas batang kemaluannya dan berpindah ke depan wajah Mei Fang. &quot;Ci cepet buka mulut nih, gua mau keluar nih&quot;, dan, &quot;Croot...&quot; sperma Steven membasahi mulut mungil Mei Fang. Dia menelan semuanya dan membersihkan yang tertinggal di bibirnya, belum itu saja, dengan cepat diraihnya batang kemaluan Steven yang masih berlepotan itu lalu dikulum dan dijilati sampai bersih kembali. &quot;Aduh Cici ganas banget sih, emangnya rasanya enak gitu Ci, sampe nafsu gitu?&quot; tanya Steven. Tanpa menjawab Mei Fang terus mengulum batang kemaluan itu dengan rakusnya seperti binatang kelaparan. Sementara itu Erwin yang berada di bawahnya pun sudah ejakulasi dan dia membuang maninya di liang kewanitaan Mei Fang. Setelah itu tubuh Mei Fang terkulai lemas di atas Erwin dengan nafas terengah-engah, rupanya dia baru mengalami orgasme hebat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku yang sudah memulihkan tenaga mengatur posisi Mei Fang dan menyelipkan bantal kursi agar Mei Fang menyandarkan kepalanya. &quot;Her, kamu mau bikin posisi apa lagi sekarang?&quot; tanyanya. Lantas aku berlutut di tengah badannya dan kujepit batang kemaluanku di antara payudara padat itu. Aku mulai mengocok di daerah itu dan Steven sedang menikmati liang kewanitaannya, dia merentangkan kedua paha mulus itu dan menancapkan batang kemaluannya dalam-dalam sementara itu juga Mei Fang sedang mengulum batang kemaluan Erwin di sampingnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dalam waktu kira-kira 15 menit akhirnya kusiram wajah Mei Fang dengan maniku, ditambah lagi Erwin pun turut menyiramnya di mulut Mei Fang, tidak lama setelah itu Steven ejakulasi di payudara Mei Fang. Saat itu Mei Fang benar-benar basah kuyup oleh peluh dan sperma, dia merasakan kenikmatan yang luar biasa dari 3 laki-laki sekaligus. Mei Fang menyeka sperma yang membasahi dada dan wajahnya dengan jarinya lalu dijilatinya dengan rakus. Aku berkata, &quot;Ihhh, Cici kok seneng banget sih minum sperma, rasanya enak banget ya Ci?&quot; tanyaku mesra. &quot;Yaaa.. rasanya kayak kamu minum cairan cinta Cici aja kayak gitulah kira-kira?&quot; jawabnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tubuhku benar-benar lelah setelah bercinta dengannya, mungkin karena waktu itu masih amatiran. Jam 9 malam setelah istirahat dan mandi di sana baru kami pamitan pulang, sebelumnya Ci Mei Fang mentraktir kami di sebuah kafe dekat daerah itu. Dia menyuruh merahasiakan hal ini pada siapapun termasuk Wan Fu, dia juga bercerita pada kami bahwa waktu SMA dia adalah anak alim &amp; prestasinya menonjol, namun sejak putus dengan pacar pertamanya 2 tahun yang lalu dia sering bermain gila dengan berbagai laki-laki teman kuliahnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Hari itu adalah saat pertama dan terakhirku bercinta dengannya karena hari-hari selanjutnya ada Wan Fu, sehingga dia bersikap cuek bebek terhadap kami. Dan 1 tahun kemudian, Mei Fang pergi ke Canada dilamar tunangannya yang sudah bekerja tetap dan menjadi warga negara sana. Aku selalu mengingatnya karena bagiku dia adalah pengalaman pertamaku dan guru seks-ku.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6682836068195729366'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/6682836068195729366'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/kakak-temanku-yang-binal_10.html' title='Kakak temanku yang binal'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-3196076888256474668</id><published>2010-05-10T20:08:00.000-07:00</published><updated>2010-05-10T20:09:59.069-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Ganasnya Ibu Kostku</title><content type='html'>Saat itu saya tinggal di sebuah rumah yang oleh pemiliknya disewakan untuk kost kepada mahasiswa. Saya tinggal bersama 2 orang mahasiswa lain yang keduanya merupakan kakak kelas saya. Pemilik rumah kos itu adalah seorang Dosen yang kebetulan sedang studi di Jepang untuk mendapatkan gelar Doktor. Ia telah tinggal di Jepang kurang lebih 6 bulan dari rencana 3 tahun ia di sana.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Agar rumahnya tetap terawat maka ia menyewakan beberapa kamar kepada mahasiswa yang kebetulan kuliah di dekat rumah itu. Yang menjadi Ibu kost-ku adalah istri dari Dosen yang pergi ke Jepang tersebut. Namanya sebut saja Intan. Aku sering menyebut ia Ibu Intan. Umurnya kira-kira sekitar 30 tahunan dengan seorang anak umur 4 tahun yang sekolah di TK nol kecil. Jadi di rumah itu tinggal Ibu Intan dengan seorang anaknya, seorang pembantu rumah tangga yang biasa kami panggil Bi Ana, kira-kira berumur 50 tahunan, aku dan kakak kelasku bernama Kardi dan Jun.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ibu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku sering mengintip dia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering mencuri-curi pandang ke paha mulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi bareng. Ibu Intan sering memakai rok apabila dirumah sehingga kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan paha putihnya yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 165 cm dengan bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak terlalu besar kira-kira berukuran 34 B (menurut nomer dikutangnya yang aku liat di jemuran). Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut (mirip anak-anak). Dia sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang listrik dan uang telepon dia meminta dengan sopan dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Pada suatu malam (sekitar bulan maret), kebetulan kedua kakak kelasku lagi ada tugas lapangan yang membuat mereka mesti tinggal di sana selama sebulan penuh. Sedangkan anak Bu Intan yang bernama Devi lagi tinggal bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yang tinggal di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana tinggal di sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah utama yang dikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampus ada ujian Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit membuat kepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu, malamnya aku memutar beberapa film bokep yang kupinjam dari teman kuliahku.&lt;br /&gt;&quot;Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku&quot;, pikirku.&lt;br /&gt;Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusing karena kuliah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kamarku terbuka.&lt;br /&gt;&quot;Hayo Aldo, nonton apaan kamu?&quot; Ibu Intan berkata padaku.&lt;br /&gt;&quot;Astaga, aku lupa menutup pintu kamar&quot; gerutuku dalam hati.&lt;br /&gt;Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku jadi salah tingkah sekaligus malu.&lt;br /&gt;&quot;Anu bu, aku cuma..&quot; jawabku terbata-bata.&lt;br /&gt;&quot;Boleh Ibu ikut nonton?&quot; katanya bertanya padaku&lt;br /&gt;&quot;Boleh..&quot; jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku.&lt;br /&gt;&quot;Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya&#39; gini. Kamu sering nonton ya?&quot; katanya menggodaku.&lt;br /&gt;&quot;Ah, gak bu..&quot; jawabku&lt;br /&gt;&quot;Hmm.. bagus juga adegannya&quot; dia berkata sambil memandang adegan yang berlangsung.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia meremas-remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak. Dia memakai daster putih malam itu kontras dengan kutang dan celana dalam warna hitam. Kadang aku melirik dia dengan sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegang kemaluannya dan menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahan kencing. Pemandangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batang kejantananku berontak dengan sengit di dalam celana dalamku.&lt;br /&gt;Tiba-tiba dia bertanya, &quot;Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?&quot;&lt;br /&gt;Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya.&lt;br /&gt;&quot;Belum&quot; jawabku.&lt;br /&gt;&quot;Ah masa?&quot; tanya dia seakan tak percaya.&lt;br /&gt;&quot;Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok&quot; jawabku.&lt;br /&gt;&quot;Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku&quot; tanyanya sambil tersenyum kecil.&lt;br /&gt;&quot;Ah ga ngapa-ngapain kok bu, paling cuma diskusi masalah kuliah&quot; jawabku.&lt;br /&gt;&quot;Yang bener.. trus kalian ampe buka-bukaan baju ngapain? emang Ibu ga tau.. ayo ngaku aja, Ibu dah tau kok&quot; tanyanya sambil mencubit pipiku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Wajahku jadi merah padam mendengar dia berkata seperti itu, ternyata ia sering ngintipin aku ama pacarku.&lt;br /&gt;&quot;Iya deh.. aku emang sering bermesraan sama pacarku tapi ga sampai ML, paling jauh cuma oral dan petting aja&quot; jawabku jujur.&lt;br /&gt;&quot;Ohh..&quot;, katanya seakan tak percaya.&lt;br /&gt;Akhirnya kita terdiam kembali menikmati film bokep. Akhirnya film itu selesai juga juga.&lt;br /&gt;&quot;Do, kamu bisa mijit ga&quot;, tanyanya.&lt;br /&gt;&quot;Dikit-dikit sih bisa, emang kenapa bu?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana yang biasa mijetin dah tidur kecapekan kerja seharian, bisa kan?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Boleh, sekarang bu?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo&quot;.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama kali ini aku masuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dalam, kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di sebelahnya ada meja rias, lemari pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah.&lt;br /&gt;&quot;Ini minyaknya&quot;, Bu Intan menyerahkan sebotol minyak khusus buat memijat.&lt;br /&gt;Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat ini aku harus bisa. Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu&quot;.&lt;br /&gt;Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. &quot;&lt;br /&gt;Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.&lt;br /&gt;&quot;Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya&quot; katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya.&lt;br /&gt;Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya. Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.&lt;br /&gt;&quot;Ssshh.. ahh..&quot; dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus.&lt;br /&gt;&quot;Do, tolong pijat juga kakiku ya..&quot; katanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang indah. Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di betis. Pikiranku mulai omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya.&lt;br /&gt;&quot;Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya..&quot; pintanya sambil memejamkan mata.&lt;br /&gt;Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai &quot;panas&quot; akibat pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba dia berkata, &quot;Do, bisa mijit daerah yang lain ga?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Daerah yang mana bu?&quot;&lt;br /&gt;Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang bulat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan &quot;summit attack&quot; dengan jari jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ia mulai menggelinjang tak karuan.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. oohh.. sshh&quot;, dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya.&lt;br /&gt;&quot;Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..&quot;.&lt;br /&gt;Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas panggung.&lt;br /&gt;&quot;Oohh.. yyess.. uukkhh..&quot; Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di pundakku.&lt;br /&gt;Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam yang menutupi rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki.&lt;br /&gt;&quot;Aahh..&quot;, aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.&lt;br /&gt;Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.&lt;br /&gt;&quot;Oohh.. auhh.. sshh..&quot;, dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketiga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang sangat indah di daerah selangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah muda membuat darahku mendesir dan kejantananku semakin menegang.&lt;br /&gt;&quot;Oohh.. nikmaatt.. truss..&quot;, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.&lt;br /&gt;&quot;Oohh.. sshh.. Yess.. truuss..&quot;&lt;br /&gt;Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang harum yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya.&lt;br /&gt;&quot;Ohh.. Ssshh.. Ukhh&quot;, dia terus mendesah.&lt;br /&gt;&quot;Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih..&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ahh..&quot;, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.&lt;br /&gt;&quot;Aukhh..&quot;, tiba-tiba badannya menegang hebat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan pada kelentitnya.&lt;br /&gt;&quot;Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah&quot;, katanya sambil napasnya terengah-engah.&lt;br /&gt;Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, &quot;Do, aku punya sebuah permainan untukmu&quot;.&lt;br /&gt;&quot;Permainan apa?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;&quot;Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?&quot; tanyanya.&lt;br /&gt;&quot;Oke..&quot;, jawabku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaring terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia siapkan. Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisa bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatkan. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku merasakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke pangkal paha.&lt;br /&gt;&quot;Ahh&quot;, aku mendesah kecil.&lt;br /&gt;Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.&lt;br /&gt;&quot;Oohh.. Ssshh..&quot;, aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.&lt;br /&gt;&quot;Ohh.. yyeess.. uukkhh..&quot;, aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku.&lt;br /&gt;&quot;Aahh..&quot;, aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat sangat nikmat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Panjang juga ya punya kamu&quot;, Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. eenaakk.. sshh&quot;, aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk mulutnya.&lt;br /&gt;Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan pengulum yang mahir.&lt;br /&gt;&quot;Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss&quot;, aku memintanya supaya mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr&quot;, kataku&lt;br /&gt;Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.&lt;br /&gt;&quot;Aaahh..&quot;, aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan.&lt;br /&gt;Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak.&lt;br /&gt;&quot;Enak juga punyamu Do, protein tinggi&quot;, katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khas vagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya tepat di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.&lt;br /&gt;&quot;Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..&quot;, ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.&lt;br /&gt;Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.&lt;br /&gt;&quot;Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess&quot;, ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.&lt;br /&gt;Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat.&lt;br /&gt;&quot;Aku ga tahan lagi Do&quot;, katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia memindahkannya karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasakan sempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan.&lt;br /&gt;&quot;Aaahh.. uuhh&quot;, desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.&lt;br /&gt;&quot;Do.. giiillaa.. enaakk ssekali..&quot;, teriak bu Intan.&lt;br /&gt;Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.&lt;br /&gt;&quot;oohh.. yess.. ohh..&quot;, desah Ibu Intan.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. uhh.. goyang terruss buu&quot;, kataku.&lt;br /&gt;&quot;Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..&quot;, katanya.&lt;br /&gt;Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkan pinggulnya.&lt;br /&gt;&quot;Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..&quot;, Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan menggairahkan.&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..&quot;, desahnya.&lt;br /&gt;Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aaahh..!&quot;, aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara goyangannya yang mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap kemaluanku.&lt;br /&gt;&quot;Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya &quot;hisapan maut&quot;.. Ibu mempelajarinya melalui senam Keggel..&quot;, katanya sambil memandangku dengan liar.&lt;br /&gt;Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intan mulai menciumi leherku dan bibirku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami semain &quot;panas&quot; dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.&lt;br /&gt;&quot;Uhh.. ahh.. shh.. ahh..&quot;, aku mendesah.&lt;br /&gt;Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.&lt;br /&gt;&quot;Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..&quot;, kataku.&lt;br /&gt;&quot;Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..&quot;.&lt;br /&gt;&quot;Aku ga tahan lagi bu..&quot;.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang.&lt;br /&gt;&quot;Aaahh..&quot; sambil memelukku dengan sangat erat.&lt;br /&gt;&quot;Aaahh..&quot;. bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam vaginanya.&lt;br /&gt;Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku lakukan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti dua olahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil tersenyum manis. Aku hanya terdiam menatap langit-langit.&lt;br /&gt;&quot;Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?&quot;, tanya Ibu Intan kepadaku.&lt;br /&gt;&quot;Nggak bu..&quot;.&lt;br /&gt;&quot;Terus kenapa kamu termenung begitu?&quot;.&lt;br /&gt;&quot;Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cuma khawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Iya bu. &quot;&lt;br /&gt;&quot;Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor ngidul. Dan kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda dalam keadaan bugil tanpa busana sehelai benang pun menempel di tubuh kami.&lt;br /&gt;&quot;Do, kamu lapar ga? Ibu lapar&quot;, katanya.&lt;br /&gt;&quot;Iya bu&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?&quot;&lt;br /&gt;&quot;Boleh&quot;, jawabku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa memakai kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana pendek saja tanpa menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan di dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kami makan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis, teh celup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas kami makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda sedikit porno dan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa menggunakan kutang dan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobek daster yang dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan pemandangan yang indah.&lt;br /&gt;&quot;Ibu cantik dan seksi pake daster itu&quot;, kataku.&lt;br /&gt;&quot;Kamu ngerayu Ibu ya..&quot;&lt;br /&gt;&quot;Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem&quot;&lt;br /&gt;&quot;Ah kamu.. mulai nakal ya&quot;, katanya sambil nyubit pipiku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat dari mataku yang selalu tertuju pada gundukan hitam</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3196076888256474668'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/3196076888256474668'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/ganasnya-ibu-kostku.html' title='Ganasnya Ibu Kostku'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-1137657311967509460</id><published>2010-05-10T20:06:00.001-07:00</published><updated>2010-05-10T20:06:35.295-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Aduh Capeee Deeeeh</title><content type='html'>Sekarang memang musimnya orang nikah. Undangan bertubi tubi datang. Hampir setiap minggu aku mendapat undangan pernikahan kerabatku. Hari minggu itu aku di undang di sebuah resepsi pernikahan di daerah kemang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tempat resepsi itu tidak begitu besar. Namun sangat ramai. Hingga penuh sesak. Sampai sampai untuk mengambil makanan harus berdesakan sana sini. Tamu tamu undangan begitu banyak. Aku sendiri tidak terlalu kenal dengan kebanyakan tetamu. Yang punya hajat adalah salah seorang tetanggaku. Karena tidak enak akupun datang.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Bingung juga datang ke pesta seperti ini sendirian. Akhirnya akupun mencoba berkeliling keliling mencari makanan yang menarik selera. Ternyata itupun sulit karena begitu banyak tamu yang memenuhi ruangan. Ketika aku sedang berdesakan mengantri makanan kurasakan sebuah tangan berada persis di belahan pantatku. Ketika kutolehkan sedikit pandanganku ke belakang ternyata itu Pak Irawan salah seorang tetanggaku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Eh pak, sendirian” sapaku.&lt;br /&gt;Ia terkejut karena punggung tangan nya berada persis di belahan pantatku. Aku hanya pura pura tidak tahu saja.&lt;br /&gt;‘Mba Lily mana?” Tanyaku lagi.&lt;br /&gt;Dengan sedikit terbata ia katakan bahwa istrinya itu tak bisa ikut karena ada undangan di tempat kerabat yang lain.&lt;br /&gt;“Tetangga gak banyak yang datang ya kayanya” Lanjut Pak Irawan lagi.&lt;br /&gt;“Iyah gak ada liat siapa siapa dari tadi” kataku sambil berbalik kembali dalam antrian.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kurasakan Pak Irawan begitu dekat di belakangku. Aku diam saja. Sempat beberapa kali kurasakan nafas nya hangat di tengkukku. Ah biarlah hitung hitung amal pikirku geli.&lt;br /&gt;Ternyata ia semakin dekat dan merapat ke tubuhku. Kurasakan punggung tangan nya beberapa kali menyapu pantatku seolah tak sengaja. Masih juga kubiarkan saja.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kurasakan punggung tangan nya semakin intens. Mungkin ia sedang mencoba untuk mencari tahu reaksiku. Apakah aku benar benar tidak tahu apa yang di perbuatnya atau memang aku menerima. Berarti harus kuberi sinyal nih. Haha mulai rasa jahilku kumat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kutolehkan sedikit kepalaku kepadanya sambil berbisik&lt;br /&gt;“Rame banget, jangan jangan sampai disana makananya habis lagi” kataku.&lt;br /&gt;Pak Irawan yang tidak mendengar secara refleks mendekatkan kepalanya ke arah mukaku. Ia lupa kalau tangan nya masih berada di pantatku.&lt;br /&gt;“Apa?” Katanya. Benar dugaan ku ia pasti tidak mendengar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kuulangi masih dengan berbisik bahwa suasana terlalu ramai.&lt;br /&gt;Dia hanya menangguk angguk grogi. Namun kali ini tangan nya tidak di pindahkan nya. Alhasil selama mengantri makanan tangan nya terus berada di belahan pantatku. Walau tidak meremas tapi dapat kurasakan tekanannya beberapa kali yang memang di sengaja olehnya. Mungkin ia juga takut terlihat orang lain.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah keluar dari antrian itu kami pun kemana mana ber dua karena memang tak ada lagi yang kami kenal datang ke undangan itu. Beberapa kali aku terdorong ke arahnya dengan payudaraku menempel pada lengan nya karena desakan orang orang di belakangku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Seolah tak terjadi apa apa hal itu kubiarkan. Ternyata beberapa saat kemudian ia berani berinisiatif. Pak Irawan terkadang pura pura terdorong orang orang di belakangnya dan lengan nya beberapa kali menekan payudaraku. Aku hanya bersikap seolah tidak terjadi apa apa. Walau jelas sekali kadang ia melebih lebihkan dorongan nya. Jelas sekali ia hanya mencoba menyentuhkan punggung atau sisi lengan nya ke payudaraku ini.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kami terus saja mengobrol tentang ini itu. Seolah olah sentuhan sentuhan yang terjadi itu tak ada. Sampai akhirnya hal itu terjadi. Lengan Pak Irawan sekali lagi terdorong menekan payudara sebelah kiriku. Namun kini ia tidak mundur kembali ke posisi awalnya setelah orang di belakangnya lewat. Aku diam saja seolah tak ada yang terjadi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku terus saja cerewet mengajak nya ngobrol ini itu. Tanya ini itu. Sampai ia grogi sendiri.&lt;br /&gt;“Habis ini mau kemana?” Tanyanya dengan lengan nya masih menempel di dadaku.&lt;br /&gt;“Ngga ada rencana sih” Kataku&lt;br /&gt;:”Istriku kayanya pulangnya malam”&lt;br /&gt;“OOO” kataku tanpa mencoba memancing&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ah Pak Irawan benar benar salah tingkah kubuat. Untuk mengajakku ia tampak tak berani. Kubiarkan saja ia dalam diam.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Kalau gak ada acara, temanin aku aja” Katanya akhirnya dengan nada mengambang.&lt;br /&gt;“Boleh aja”&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ternyata ia terdiam. Mungkin kaget mendengar jawabanku yang spontan. Mungkin di otaknya sedang berpikir panjang mencari alasan yang bagus. Sementara aku menjawab ‘boleh’ begitu cepat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Memangnya mau kemana?” Tanyaku&lt;br /&gt;Ia pun tergagap.&lt;br /&gt;“Ngga tau juga sih, Cuma kayanya malas aja pulang” Kata Pak Irawan Lagi “Kalau kita nonton aja gimana?”&lt;br /&gt;“Boleh” kataku mengangguk.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Beberapa saat kemudian pun kami keluar dari ruang pesta dan menuju mobil Pak Irawan. Ternyata Pak Irawan tidak ada niat untuk mengajakku nonton di bioskop. Melainkan di sebuah Movie Box di bilangan Kebayoran.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Nonton nya disini aja ya, Aku risih kalau ada yang liat di tempat ramai” Katanya&lt;br /&gt;“Gak papa pak aku ngerti kok” Kataku sambil tersenyum&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Mau nonton apa?”&lt;br /&gt;“Terserah aja Pak, kataku sambil lihat lihat barang barang yang ditawarkan di etalase”&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kamipun di bawa ke sebuah ruangan 4 x 4 dengan pendingin ruangan yang sejuk. Sebuah Plasma TV dengan layar lebar ada disana. Tak berapa lama sebuah Film Drama percintaan diputar. Kami duduk hampir berhimpitan. Walau tak terlalu rapat. Karena Sofa yang ada hanya cukup diduduki dua orang. Pak Irawan pun duduk hampir ditengah dan hanya menyisakan tempat yang sedikit untukku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Dik Karen ini ternyata orangnya terbuka ya” Katanya memecah keheningan.&lt;br /&gt;“Terbuka gimana maksudnya pak?”&lt;br /&gt;“Ya beda dengan Istriku. Konservatif, Kita bisa berteman kan”&lt;br /&gt;Aku hanya senyum dan mengangguk ke arahnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya ia mulai berani dan melingkarkan tangan nya diatas bahuku.&lt;br /&gt;“Ngga papa kan tangan ku disini” Katanya penuh harap&lt;br /&gt;“Ngga papa pak” Kataku hampir tertawa.&lt;br /&gt;“Ngga ada yang marah kan?”&lt;br /&gt;“Kan ga ada yang lihat” kataku teratawa betulan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Rupanya Pak Irawan ini tidak punya banyak keberanian. Film pun habis begitu saja dengan hanya aku dirangkulnya. Terkadang dia mengenduskan napasnya di leherku. Itu saja tak ada yang lebih.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Nonton 1 Film lagi mau?” Katanya&lt;br /&gt;“Boleh aja” Kataku&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ia pun keluar dengan girang dan memesan untuk di putarkan sebuah film lain. Dan beberapa menit kemudian kembali duduk disampingku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kali ini ia tidak menyia-nyiakan kesempatan. Pipiku di kecupnya.&lt;br /&gt;“Maaf ya Dik, aku ga sengaja”&lt;br /&gt;“Gak papa, Pak”&lt;br /&gt;“Dik Karen ngga keberatan?” Waduh daritadi juga ngga pak kataku dalam hati sambil tersenyum.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Dik Karen, tau gak, Dik Karen itu kalau paki pakaian selalu menarik”&lt;br /&gt;Gaun Pestaku yang model halter memang menonjolkan belahan payudaraku yang cukup rendah.&lt;br /&gt;“Ah, Mba Lily juga cantik kok Pak”&lt;br /&gt;“Tapi ngga seseksi dan seberani Dik Karen” Katanya sambil memandang ke arah Cleavage ku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Lily mana punya baju seperti ini” Katanya lagi.&lt;br /&gt;“Ya orang kan beda beda pak”&lt;br /&gt;Beberapa saat kami terdiam lagi. Beberapa kali ia mencium pipiku ringan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Orang bule sering ngga pakai beha ya Dik” katanya ketika di tv ada adegan wanita sedang di lepas atasannya. Dan ternyata tidak mengenekan bra.&lt;br /&gt;“Ah orang kita juga banyak Pak”&lt;br /&gt;“Masa sih, Apa ngga malu?” Katanya pura pura heran.&lt;br /&gt;“Ya tergantung orangnya lah” Kataku asal saja.&lt;br /&gt;“Kalau Dik Karen gimana?”&lt;br /&gt;“Ya tergantung situasinya Pak. Kalau pakai baju kaya gini ya gak mungkin pakai beha kan” Kataku tertawa&lt;br /&gt;“Pak Iwan lucuh ih” kataku lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tangannya mulai merayap turun dari bahuku ke sisi payudaraku di sebelah yang berlawanan dan diam disana. Tanpa meremas tanpa melakukan apa apa. Hanya parkir disana. Kuangkat tangan kananku sedikit agar memberi ruang gerak lebih leluasa kepadanya. Sekarang ia merangkulku tapi tanganya tidak lagi di pundakku, melainkan di bawah ketiakku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya ia mulai berani untuk meremas. Lucu juga tetanggaku yang satu ini. Begitu takut takut akan tidakan selanjutnya. Benar benar mencari tahu apakah aku keberatan atau tidak untuk setiap langkah yang diambilya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Aku boleh cium Dik Karen?” Bisiknya tiba tiba&lt;br /&gt;“Kan dari tadi udah Pak” kataku sambil menatap mukanya gemas.&lt;br /&gt;“Di bibir?”&lt;br /&gt;Aku tersenyum saja sambil mengangguk. Ditariknya tubuhku setengah berbaring di pangkuan nya sebelum ia menciumku dengan ganas. Dan tanganya benar benar bergerilya di payudaraku. Meremas dan memilin putingku. Sampai akhirnya benar benar pakaianku di lepaskan satu persatu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ketika kami berdua sudah telangjang bulat, dan aku sudah terlentang mengangkang lebar dan dia sudah siap menembus diriku ia bertanya&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Dik Karen ngga keberatan kan?”&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;“Aduuuh… capee deeh….!!!!!”</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/1137657311967509460'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/1137657311967509460'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/aduh-capeee-deeeeh.html' title='Aduh Capeee Deeeeh'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-8615544569791215909</id><published>2010-05-09T01:25:00.000-07:00</published><updated>2010-05-09T01:26:06.811-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>windy oh nikmat</title><content type='html'>Nama saya Dino. Saya mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama di Surabaya. Saya adalah anak kembar (tetapi bukan kembar identik). Saudara kembar saya bernama Doni, dan dia juga kuliah di tempat yang sama dengan saya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sebelum kuliah di Surabaya, Doni kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Di sana, ia mempunyai seorang pacar bernama Windy. Setelah setahun kuliah di Jakarta, Doni &amp; Windy tidak betah, dan akhirnya mereka berdua pindah ke Surabaya (di universitas &amp; fakultas yang sama). Ketika pertama kali saya bertemu dengan Windy, saya terpana dengan parasnya yang cantik. Saya merasa Doni sangat beruntung mendapatkan pacar seorang gadis yang sangat cantik seperti Windy. Memang, Doni bercerita bahwa Windy merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya (baik di Jakarta maupun Surabaya). Ketika bersalaman dengannya, saya tidak dapat melepaskan pandangan dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah perkenalan pertama dengan Windy, dia selalu terbayang dalam pikiranku. Apalagi Windy sering main ke rumah kami (o iya, saya dan Doni tinggal berdua di sebuah rumah di Surabaya). Setiap Windy datang ke rumah, saya pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Windy adalah pacar saya sendiri (apa karena Doni dan saya kembar, jadi saya merasakan hal ini ya?). Kadang-kadang, Doni &amp; Windy suka berduaan di kamar Doni, dan saya sering mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Saya jadi merasa iri dengan Doni. Saya belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Doni, saya anaknya agak lebih pendiam. Saya tetap punya teman-teman cewek, tapi bukan pacar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Suatu kali, Doni sedang pergi keluar kota bersama teman-temannya untuk beberapa minggu (hampir sebulan kalau tidak salah). Windy tetap di Surabaya, karena dia mengambil semester pendek. Saya sempat merasa agak kesepian juga di rumah, karena saya hanya sendirian saja. Apalagi kalau Doni tidak di sini, berarti Windy juga nggak akan datang ke rumah saya kan?:(&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Nah, pada suatu siang di rumah, tiba-tiba saya seperti mendengar suara motor Windy dari kejauhan. &quot;Ah, aku pasti terlalu merindukan kehadiran Windy&quot;, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Eh, ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and guess what, itu memang Windy! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Windy datang ke sini, padahal Doni kan lagi pergi?&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Halo Dino.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal Doni sendirian. Pasti sepi ya?&quot;, kata Windy sambil menuntun motornya masuk.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng ke sini? Ada angin apa Win?&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ini No, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Doni. Soalnya ada perlu buat semester pendek.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Doni nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.&quot;, jawabku lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Windy pun masuk ke kamar Doni dan mencari catetannya di laci meja komputer Doni. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Doni menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Udah dapet nih No, catetannya.&quot;, kata Windy kepadaku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Oke deh. Itu aja yang perlu Win?&quot;, kataku dengan agak sedikit kecewa, karena kalau memang hanya itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Iya, ini aja. Aku pulang dulu deh ya No.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Windy, pikirku.:((Kemudian Windy keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Bawa apaan tuh Win?&quot;, tanyaku sama Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi habis. Sumurnya kering No. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih.. Jadi malu..&quot;, kata Windy dengan agak malu-malu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Wah.., kesempatan nih!&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?&quot;, cecarku dengan penuh semangat (campur nafsu:)&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Mmm.., nggak apa-apa nih No?&quot;, tanya Windy agak ragu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nggak apa-apa kok. Bener. Suwer. Samber geledek.&quot;, jawabku dengan sedikit bercanda.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ya oke deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Windy lebih lama lagi.. Windy langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Windy membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan bagaimana tubuh seksi Windy hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm.. penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Windy terbuka. Oh, ternyata Windy masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dino, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori ya ngerepotin.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ketika aku memberikan handukku kepada Windy, terlihat tali BH Windy yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan tentang Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Makasih ya Dino..&quot;, wah, suaranya benar-benar bisa membuatku terbang ke langit ketujuh..&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;eh, iya..&quot;, jawabku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Lalu Windy masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama kemudian sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti membayangkan tubuh Windy yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus.., putih.., dan badannya sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku.. Aku masuk ke kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar mandi tamu tempat Windy mandi).&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh pakaianku dan mengambil sabun untuk onani. Aku memegang penisku yang sudah sangat tegang (rasanya belum pernah &quot;dia&quot; sebesar ini.Bayangan akan Windy benar-benar telah membuatnya sangat keras..). Dengan sedikit sabun, aku mulai meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur.. mm.. aku membayangkan ini adalah tangan Windy yang mengocok penisku.. oohh Windy.. andaikan kamu mau mandi bersamaku di sini.. hhmm.. Imajinasiku telah melayang ke mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku diketuk dari luar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dino.. Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu ada sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi..&quot;, terdengar suara Windy memanggil.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Windy ngetuk pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Windy sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam bayanganku. Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Windy lagi jadinya. Aku lingkarkan handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu aku ambilkan sabun cuci mukaku untuk Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ini Win, sabun cuci mukanya&quot;, kataku sambil membuka pintu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Wahh.. ternyata Windy hanya mengenakan handukku yang kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi.. Tanpa bisa dibendung, penisku menjadi semakin tegang lagi..&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Makasih Dino.. Wah, bener-bener sori ya, jadi ngeganggu mandimu..&quot;, kata Windy lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ehm.., nggak apa-apa kok Win.&quot;, jawabku terbata-bata karena nggak kuat menahan nafsuku..&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat handukku hampir copot. Jarakku dengan Windy waktu itu sangat dekat, sehingga penisku yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Windy (penisku dan perut Windy sama-sama masih tertutupi handuk). Windy kaget, karena ada sesuatu yang menekan perutnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Eh, aku mandi lagi ya No.&quot;, kata Windy buru-buru dengan muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Mmm, iya.., aku juga mau mandi lagi&quot;, jawabku juga dengan penuh malu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Windypun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk lagi ke kamar mandiku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira tanggapan Windy atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Doni kalau aku berbuat kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dino.., sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi nih&quot;, kata Windy dari luar.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;oh iya, bentar..&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sekarang aku pakai CD &amp; celana pendekku. Aku nggak mau terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem CD?&quot;, candaku pada Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ah, kamu ada-ada aja.&quot;, kata Windy sambil tertawa. Hhh.., manis sekali senyumannya itu.. Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi. Seksi..!&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Gini No.. Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku tau kalo kamu sempat.. mm.. apa ya istilahnya? Terangsang?&quot;, kata Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Hah? Apa? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?&quot;, tanyaku pura-pura bego.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nggak apa-apa kok No. Nggak usah malu. Kuakui, aku tadi juga sempat membayangkan &quot;itu&quot; mu waktu aku masuk kamar mandi lagi. Aku bahkan hampir saja mau.. mm.. masturbasi sambil mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo &quot;barang&quot;nya ada di sebelah?&quot;, jawab Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Hhhaahh? Apa maksudmu Win? Aku jadi makin bingung? Aku nggak&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Windy sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ini yang kumaksud, Dino! Burungmu yang tegang ini! Aku menginginkannya!&quot;, kata Windy sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;hhmm.., Windy.. kamu..&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dino.. Walaupun aku pacarnya Doni, kamu nggak usah malu begitu. Sejak bertemu denganmu di Djokdja ini, aku selalu membayangkanmu dalam setiap fantasi seksku. Bukannya aku nggak cinta Doni. Tapi dengan membayangkan sesuatu yang &quot;tabu&quot;, biasanya aku selalu menjadi begitu terangsang, dan selalu kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan saudara kembar pacarku sendiri. Dino.. saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya mengulum burungmu dalam mulutku. Bagaimana rasanya memainkan burungmu dalam vaginaku.. hhmm.. You&#39;re always on my fantasy, Dino..&quot;, cerocos Windy sambil semakin kuat meremas penisku (masih dari luar celana pendekku).&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ohh.., oohhmm.., Windy.. Aku.., juga.. selalu membayangkanmu dalam setiap onaniku. Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu, sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Doni. Aku selalu membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku menginginkanmu Windy..&quot;, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu halus dan lembut.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Kemudian tanpa berpikir lagi, aku raih rambutnya dan kutarik mukanya ke mukaku, dan kucium Windy dengan buas. Kulumat bibirnya yang merah dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang sudah berdenyut-denyut dari tadi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Hmmpp.., mmhhmmhh..&quot;, Windy juga membalas ciumanku dengan lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku terus menghisap bibir &amp; lidahnya, dan tanganku mulai meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar. Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik handuk.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ohh.. Dino.. remas susuku! Remas, Dino.. Ohhmmhh..&quot;, desah Dino di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Windy, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang Windy yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Windy.. kamu sunguh-sungguh cantik.. Aku menginginkanmu..&quot;. Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu langsung kuhisap payudaranya yang bulat &amp; padat itu. Sebelumnya aku hanya dapat membayangkan betapa indahnya payudara Windy yang sering mengenakan kaos ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dino.. Mmmhhmm.. Kamu benar-benar hebat Dino.. Bahkan Doni tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini.. Ooohh.. hisap putingku Dino. Jilat.. hhmm..&quot; jerit Windy yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan sekali-sekali kugigit karena gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah. Tapi Windy tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Bosan bersikap pasif, Windy pun melepaskan celana pendekku dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah berdiri tegak hingga keluar dari pinggang celana dalamku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Besar sekali burungmu Dino! Wow.. Lebih besar dari pacarku yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Doni! Kukira punya sudah yang terbesar yang ada!&quot;, puji Windy dengan mata berbinar ketika melihat penisku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Windy menarik CDku hingga lepas, berlutut di depan penisku dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aahhmm.. enak sekali Windy..! mmhhmm.. Kamu memang hebat sekali..&quot;, aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;oohhmm.. aku suka sekali burungmu Dino.. besar, panjang, dan hitam.. oohhoohhmm..&quot;, Windy memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan menghisapnya dengan kuat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ahh.., Windy.. AAhhmmhh..&quot;, aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Windy yang sedang mengulum penisku ini.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Windy dangan penuh semangat terus menghisap penisku, dan karena ia memaju mundurkan kepala &amp; badannya dengan kencang, tampak olehku payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik penisku dari mulutnya, dan kupeluk Windy erat-erat sambil menjilati &amp; menciumi seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang mancung, pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan sampai merah-merah karena hisapan dan gigitan gemasku. Windy benar-benar menikmati perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan menghisap daun telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;oohh Dino.., kamu hebat sekali.. Belum pernah ada sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm.. you&#39;re the greatest..!&quot;, kata Windy lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Windy.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dinoo.. nikmat sekali.. kamu hebat sekali memainkan lidahmu.. mmhhmm.. aahhgghh..&quot;, Windy benar-benar menikmati permainan lidahku yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Windy.., boleh aku memasukkan penisku ke dalam&quot; belum selesai kata-kataku, Windy langsung memotong.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Nggak usah minta ijin segala, masukin burungmu yang gede itu ke vaginaku cepat, Dino!&quot;, potong Windy sambil memegang penisku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ahh.. sempit sekali Windy.. Mmmgghh..&quot;, vaginanya benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak banget!!&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ooohh Dino.. burungmu besar sekali!! HHhhmmhh.. aahh.. nikmat sekali Dino!&quot;&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku sehingga penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Windy pun juga menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami menjadi semakin cepat dan buas.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Diinoo.. hh.. hh.. hh.. aku suka burungmu! mmhh.. lebih cepat, cepat.. keras.. aku.. hhoohhmmhh..&quot;, racauan Windy makin lama makin tidak jelas.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aku hhaammpir keluuaar.. Winddyy.. hhmmhh..&quot;, campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Windy yang benar-benar seksi, merangsang, dan penuh keringat itu membuatku nggak tahan lagi.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Keluarkan di dalam saja, Dino.. Aku jugaa.. mauu.. sampai.. hh..&quot;.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;AAHHMMHH.. AARRGGHH.. OOHHMMHH.. NIKMAAT SEKAALLII.. AAHHMMHH..!!&quot; kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama terlelap di kamarku.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Windy langsung pulang karena takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari, karena kami berdua masih ingin melanjutkan hubungan yang &quot;tabu&quot; ini. Kami sama-sama menikmatinya. HHmm.. Can&#39;t wait &#39;til tomorrow comes.. ;-)</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8615544569791215909'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8615544569791215909'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/windy-oh-nikmat.html' title='windy oh nikmat'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-647660813065393480</id><published>2010-05-09T01:20:00.000-07:00</published><updated>2010-05-09T01:21:09.636-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'>Wanita Hamil Penggoda</title><content type='html'>Awal cerita saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Hamdan. Saya diperkenalkan oleh teman saya kepada salah satu tamu yang hadir di acara tersebut, dan ternyata setelah dipertegas, nama tamu tersebut adalah DB. Yang belakangan saya ketahui dia adalah salah satu artis Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Seminggu setelah perkenalan tersebut, saya ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Ulang Tahun oleh teman yang mengenalkan saya dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman saya yang mengenalkan saya namanya Shebi. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Shebi. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah DB, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Saya pun dipertemukan oleh Shebi dengan DB di rumah DB yang terlihat cukup megah. Saya dan Shebi menunggu DB yang sedang mandi di ruang keluarga. Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai dan sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yang memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dra.. coba kamu pegang perutku, sepertinya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!&quot; kata Shebi.&lt;br /&gt;&quot;Ah kamu bisa saja Sheb..!&quot; kata saya yang belum tahu arti sinyal dari Shebi itu.&lt;br /&gt;&quot;Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!&quot; ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat buncit.&lt;br /&gt;Dan benar, sepertinya ada yang bergerak-gerak dari dalam perutnya.&lt;br /&gt;&quot;Dra.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?&quot; ujar Shebi yang membuat saya kaget.&lt;br /&gt;&quot;Mmm.. mm, belum tuh Sheb..&quot;&quot;Memangnya enak apa rasanya..?&quot; tanya saya keheranan.&lt;br /&gt;&quot;Wah endang loh rasanya..&quot;&lt;br /&gt;&quot;Itu kuketahui dari suami dan brondong-brondongku..&quot; ujar Shebi yang membuat saya tersentak tambah kaget.&lt;br /&gt;&quot;Mmm.. begitu..&quot; kata saya agak sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.&lt;br /&gt;&quot;Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak mau nyobain..?&quot; ucap Shebi yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Shebi menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.&lt;br /&gt;&quot;Sheb.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!&quot; kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.&lt;br /&gt;&quot;Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra..&quot; balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.&lt;br /&gt;&quot;Kau harus tau bahwa DB itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain DB..&quot; kata Shebi mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap berada di atas dan Shebi pun mendesah.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada di daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya tertata rapih. Shebi pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yang merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya benar, liang kemaluan Shebi yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Achh.., achh.. kamu pintar Dra..! Truuss.. Draa..!&quot; Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.&lt;br /&gt;Shebi meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya. Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69. Saya di bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu gurih rasanya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;15 menit berlalu dalam posisi 69.&lt;br /&gt;&quot;Dra.. please..! Masukin sekarang Say..!&quot; pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi menahan gejolak nafsunya.&lt;br /&gt;Mendengar itu saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.&lt;br /&gt;&quot;Dra.., kamu jahat..!&quot; teriak Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yang cukup banyak dari liang senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa. Senjata kejantanan saya yang terhenti bergerak itu dikulum oleh Shebi. Karena orgasmenya, Shebi mengulum kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan kembali senjata saya itu ke dalam mulut Shebi sambil menaik-turunkan di dalam mulutnya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Aawww..!&quot; saya berteriak karena batang kemaluan saya tergigit Shebi, &quot;Kamu nakal ya..?&quot; kata saya sambil menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina Shebi.&lt;br /&gt;Saya tidak langsung memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai Shebi sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.&lt;br /&gt;&quot;Dra.., kamu jahat..!&quot; ujar Shebi kesal.&lt;br /&gt;&quot;Habis kamu duluan yang mulai..!&quot; jawab saya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yang entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya. Karena saya merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama Shebi. Memang awalnya sulit, tetapi karena Shebi minta untuk terus dipaksa, ya akhirnya masuk juga.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Achh.. achh..!&quot; teriak Shebi dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.&lt;br /&gt;Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan hangatnya liang senggama Shebi, membuat saya tidak dapat bertahan lama, meskipun goyangan Shebi tidak terlalu &quot;hot&quot;, tetapi tetap saja rasanya lebih asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.&lt;br /&gt;&quot;Sheb.. aku mau keluar..!&quot; kata saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.&lt;br /&gt;&quot;Aku.. keluarkan di mana Say..?&quot; tanya saya menambahkan.&lt;br /&gt;&quot;Terserah kau saja Dra..!&quot; jawab Shebi yang ternyata juga sudah orgasme kembali.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan cairan panas itu di dalam vaginanya, &quot;Cret.. cret.. cret..!&quot; mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.&lt;br /&gt;&quot;Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong start ya..?&quot; ujar DB yang membuka pembicaraan.&lt;br /&gt;&quot;Abis kita udah nggak tahan Mba..!&quot; jawab Shebi.&lt;br /&gt;&quot;Trus gimana proyek ultah-ku..?&quot; tanya DB sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB dari tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.&lt;br /&gt;&quot;Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!&quot; jawab Shebi sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang senggamanya.&lt;br /&gt;&quot;Ooo.., ok aku percaya..&quot; kata DB, &quot;Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu batang..!&quot; jawab DB sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Dra.., kamu besok bisa ambil dananya di sini..&quot; kata DB.&lt;br /&gt;&quot;Lo nggak mau nyobain punyanya Indra..?&quot; celetuk Shebi, &quot;Ntar nyesel..?&quot; tambahnya.&lt;br /&gt;&quot;Jangan sekarang deh, abis tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue..&quot; jawab DB.&lt;br /&gt;&quot;Ooo..&quot; jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa DB kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;&quot;Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu, biar besok si Indra saja yang datang ke sini sendiri..&quot; kata Shebi.&lt;br /&gt;Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut tanda setuju untuk datang lagi esok.&lt;br /&gt;&quot;Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!&quot; pinta DB.&lt;br /&gt;&quot;Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?&quot; pancing Shebi sambil tersenyum.&lt;br /&gt;&quot;Apa kamu mau ikutan Sheb..?&quot; tanya DB.&lt;br /&gt;&quot;Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.&quot;&quot;Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!&quot; kata Shebi sambil tertawa.&lt;br /&gt;&quot;Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?&quot; tanya DB.&lt;br /&gt;&quot;Ya..&quot; jawab saya singkat.&lt;br /&gt;&quot;Ya sudah kita cabut ya..?&quot; ujar Shebi ke DB.&lt;br /&gt;&quot;Ya, ok lah..&quot;&lt;br /&gt;&quot;Bye, Dra jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!&quot; sambil mencubit dagu saya.&lt;br /&gt;&lt;br /&gt;Begitulah kisah saya dengan Shebi, pembaca tunggu saja kisah saya dengan DB, artis ibu kota yang terkenal sampai sekarang masih singgle di edisi selanjutnya. Terima kasih atas perhatian rekan pembaca sekalian.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/647660813065393480'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/647660813065393480'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/wanita-hamil-penggoda.html' title='Wanita Hamil Penggoda'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-2309379439824136466</id><published>2010-05-01T19:36:00.000-07:00</published><updated>2010-05-01T19:38:07.241-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Nikmat"/><title type='text'></title><content type='html'>&lt;a name=&quot;top&quot;&gt;Nama saya &lt;strong style=&quot;font-weight: normal;&quot;&gt;Erwin&lt;/strong&gt; (25 tahun), WNI              keturunan yang tinggal di&lt;br /&gt;            Bandung dan kuliah ekonomi manajemen di Universitas Maranatha.              Kuliahku agak tersendat karena keranjingan membantu orang tuaku              menjalankan usaha percetakan keluarga kami, jadi SKS-nya kuambil              sedikit-sedikit biar tidak semerawut. Dalam materi aku sama sekali              tidak ada masalah, begitupun halnya dalam pergaulan, statusku              membuat orang-orang mudah dekat denganku, terutama wanita, sudah              beberapa kali aku gonta-ganti pacar dan hampir semua pernah ML              denganku. Orang tuaku sudah mempercayai perusahaan ini sepenuhnya              padaku sehingga mereka bisa menikmati hari tuanya dengan santai              dengan bepergian ke luar negeri atau mengunjungi sanak saudara              lainnya. Aku mempunyai seorang cici yang sudah menikah dan ikut              suaminya, jadi sekarang aku tinggal sendirian di rumah yang megah              ini mengurus bisnis sekaligus kuliah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kejadian gila ini terjadi pada bulan Agustus 2009 yang lalu. Waktu              itu aku baru putus dengan pacarku, dalam kesepian itu kalau sudah              tidak ada kerjaan aku menghibur diriku dengan nonton bokep, clubbing              (tapi tidak sering karena besoknya harus bangun pagi-pagi, malu dong              bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam. Suatu hari aku              membaca cerita-cerita &lt;strong style=&quot;font-weight: normal;&quot;&gt;ah-uh.tk&lt;/strong&gt;, disitu aku              menemukan hiburan yang menggairahkan, aku sangat terkesan dengan              cerita-cerita karya penulis wanita seperti Lily Panther, Citra              Andani, Dania, Deknas, dll dimana wanita-wanita itu terlibat dalam              seks liar, ternyata wanita jaman sekarang tidak kalah berani dari              pria. Lalu aku sampai pada cerita berjudul &lt;strong style=&quot;font-weight: normal;&quot;&gt;&quot;Kejutan Untuk              Teman-temanku&quot;&lt;/strong&gt; yang memberiku inspirasi mengadakan acara              gila ini.&lt;br /&gt;            Terbayang-bayang dalam pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy,              dan imut dikerjai&lt;br /&gt;            oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yang statusnya lebih              rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yang menggairahkan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku kemudian mulai memikirkan rencana untuk mewujudkan fantasi              liarku,&lt;br /&gt;            rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untuk              diadu dengan buruh-buruh bawahanku. Yang pertama harus kulakukan              adalah mencari ceweknya dulu, karena cukup sulit dan perlu lobi-lobi              yang jitu, kalau untuk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan              menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh. Besoknya aku              kuliah siang dan membicarakan hal ini dengan seorang teman wanita              yang pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah. Aku              jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai              bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana&lt;br /&gt;            aku bertemu Santi (22) dan Sandra (22) yang juga sefakultas              denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling              mengutarakan maksudku pada mereka. Mulanya mereka merasa risih              dengan ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Santi              bangkit juga gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Sandra,              meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan juga karena kudesak              terus (duh...kaya salesman aja nih !).&lt;br /&gt;            Setelah puas ngedugem, aku mengantar Santi pulang (Sandra naik mobil              sendiri), sambil menyetir Santi sempat mengoralku sampai keluar dan              dihisapnya habis.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Berikutnya aku mencari seorang lagi untuk lebih meriah, kutelepon              beberapa teman yang pernah kencan denganku dan mereka-mereka yang              bispak (bisa pakai). Dari tiga orang yang kuhubungi akhirnya ada              juga yang setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yang              pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus              dengan pacarnya.&lt;br /&gt;            Phew...akhirnya jerih payahku dengan menebalkan muka tidak sia-sia.              Kini tinggal&lt;br /&gt;            mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untuk menyeleksi kandidat              yang pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak              takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak. Sebentar saja aku              sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pada : Pak              Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yang telah bekerja              sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima              hadiah ini mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah              mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit karena terbiasa kerja keras;              Pak Usep, usianya sebaya dengan Pak Andang, sudah menduda, jadi              kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya;              Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi,              inilah yang menjadi pertimbanganku memilih dia; Mang Obar, tiga              puluhan, tampangnya mirip tikus dengan kumis tipis, kurus tinggi              seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua              puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan              kerjanya&lt;br /&gt;            bagus, patut mendapat hadiah ini.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Seusai jam kerja aku memanggil mereka untuk bertemu secara pribadi              di kantorku. Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti              ada salah saja. Namun setelah aku menjelaskan maksudku selama              beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang,              seperti tidak percaya apa yang baru kutawarkan.&lt;br /&gt;            &quot;Hah, serius nih tuan ?&quot; Pak Andang dan Mang Obar bertanya hampir              bersamaan&lt;br /&gt;            &quot;Iya, siapa yang main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan              nge-jos,&lt;br /&gt;            apa-apanya saya yang atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yang              tau lagi selain kita, atau tidak sama sekali&quot; jawabku meyakinkan.&lt;br /&gt;            Seperti yang kuduga, tak satupun dari mereka ragu atau menolak,              tidak sesulit mengajak para ceweknya. Ya, sifat dasar pria lah,              siapa sih yang bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu              saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yang bijak itu              saja tidak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan !&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi karena              Santi meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yang harus              diselesaikan, terpaksa acara ditunda besok lusa. Duh, aku jadi agak              bete, tidak sabar menunggu hari esok, satu jam jadi terasa setahun              karena sudah kebelet. Malamnya aku sampai masturbasi saking              bergairahnya, tapi sisi positif dari tertundanya acara ini aku bisa              mempersiapkan segalanya lebih baik. Ketiga pembantu wanitaku              kubebastugaskan hari itu, yang kebetulan sehari&lt;br /&gt;            sebelum hari kemerdekaan RI, kusuruh saja mereka berkunjung ke sanak              saudaranya atau kemana kek, pokoknya tidak mengganggu acara gilaku.              Kupompa kasur udaraku yang empuk (beli dari Dr. TV, hehe..promosi              nih ceritanya?) dan kuletakkan di ruang tamu sebagai arena              pertarungan nanti.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Akhirnya sampai juga hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah              membereskan segala dokumen yang harus kutangani, sisanya, pekerjaan              kecil lainnya kuserahkan pada staffku. Saat itu sudah ada SMS masuk              dari Ivana yang mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang              menunggu di depan kediamanku.&lt;br /&gt;            &quot;Pagi-pagi amat dia datang, baru juga jam segini&quot; pikirku. Aku pun              segera menuju ke rumahku yang terletak di samping pabrik, dibatasi              dua buah gerbang kayu. Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana              sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku.&lt;br /&gt;            &quot;Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah              bubar kerja&quot; sapaku&lt;br /&gt;            &quot;Tanggung, kalo pulang, nanti harus bolak-balik jauh lagi&quot; jawabnya&lt;br /&gt;            &quot;Naik apa kesini ?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana&quot;&lt;br /&gt;            Hari itu Ivana terlihat cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan              dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yang              panjang diikat ekor kuda. Walaupun pernah putus denganku akibat              ketidakcocokan sifat, namun kami masih berteman baik, bahkan              terkadang kita melakukan hubungan badan. Secara fisik, dia termasuk              perfect, buah dadanya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya              langsing bak biola, dia juga jago dancing dan piano.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD &lt;em&gt;Troy&lt;/em&gt;              sambil&lt;br /&gt;            ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik. Ketika film              lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik              yang memintaku datang.&lt;br /&gt;            &quot;Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua juga !&quot; omelku dalam              hati&lt;br /&gt;            &quot;Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah&quot;&lt;br /&gt;            Huh, ternyata cuma ada dokumen yang perlu kutandatangan, cuma itu              saja,&lt;br /&gt;            itulah kenapa aku tidak mengatur acaranya jam segini, ya banyak              gangguan seperti ini loh. Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik,              setelah yakin tidak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping.              Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Santi sudah ada di              halaman pabrik. Aku menengok arlojiku, wah...sudah mau jam setengah              lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta              gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe...aku              jadi ngeres.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Lho, si Santi mana, tadi ada mobilnya di depan ?&quot; tanyaku pada              Ivana karena tidak melihat Santi di rumah&lt;br /&gt;            &quot;Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan              nih ?&quot; tanyanya&lt;br /&gt;            &quot;Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang              gitu, ntar juga enjoy&quot; kataku&lt;br /&gt;            &quot;Yo, San darimana aja, you are so hot today !&quot; sapaku begitu keluar              dari kamar mandi&lt;br /&gt;            Waktu itu Santi memakai tank-top merah yang talinya diikat ke leher              dan membiarkan setengah punggungnya terbuka. Bawahnya memakai rok              yang mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yang putih mulus.              Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Santi yang tinggi              semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental namun ekspesinya agak              dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yang belum kenal dekat              dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan              pendengar yang baik,&lt;br /&gt;            setahuku dia ini orangnya pilih-pilih dalam memilih patner sex, tapi              mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yang kepingin atau              diplomasiku yang hebat.&lt;br /&gt;            &quot;Dari rumahlah, masa dari kampus pake baju glamor gini, eh tinggal              si Sandra ya yang belum ada ?&quot; jawabnya&lt;br /&gt;            &quot;Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga              dinyalain&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Lu pake ginian bikin gua kepanasan nih San&quot; kataku sambil              memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku juga mulai bangun.&lt;br /&gt;            Tak dapat menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Santi, tanganku              menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak              tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yang montok.&lt;br /&gt;            &quot;Nngghh...buru-buru amat sih, ntar aja ah !&quot; katanya antara menolak              dan menerima&lt;br /&gt;            &quot;Sori San...dikit aja, lu bikin gua nafsu sih&quot; sahutku seraya              memagut lehernya&lt;br /&gt;            Rambutnya yang pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati              lehernya yang jenjang hingga ke tenguknya. Dari sana bibirku              menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya              yang tipis. Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya              dengan panas, nafas kami yang memburu terasa pada wajah              masing-masing. Perhatian Ivana pada layar TV jadi tersita ke arah              mantan pacarnya yang berciuman dengan penuh gairah dengan temannya.              Dia menatapi kami tanpa berkedip dan terlihat gelisah, tangannya              secara sembunyi-sembunyi meremas payudara sendiri. Aku yakin              cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan              hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yang membuatnya horny.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Santi pun mulai merespon dengan meremas selangkanganku yang sudah              menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku              berbunyi, kami melepaskan diri. Hhmm...siapa ya, Sandra atau para              bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula,              aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga              baru dua yang datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dengan              adil.&lt;br /&gt;            &quot;Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ?&quot; si Endang              seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya&lt;br /&gt;            &quot;Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy !&quot; Pak Usep menepuk              punggung pemuda itu&lt;br /&gt;            Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dengan para cewek.              Ivana terlihat nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum              dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu. Sedangkan              Santi, meskipun agak gugup, namun lebih luwes, dia berdiri menyambut              kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan.              Ketika Mang Obar dengan nakal mencolek pantatnya pun, dia              membalasnya dengan senyum menggoda.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka              memilih sesuai selera mereka, dengan ini pesta resmi kubuka. Pak              Usep dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun              menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya.              Sedangkan sisanya yang memilih Santi mulai berdiri mengerubunginya.              Aku sendiri duduk di sebuah sudut yang strategis untuk menyaksikan              the hottest live show ini.&lt;br /&gt;            Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan              kedua adegan ini secara lengkap dan detail, karena tidak seru kan              kalau aku hanya menguraikannya sekilas-sekilas. Akhirnya setelah              kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus              berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun              turut menghayati kenikmatan yang kurasakan waktu itu, semoga metode              berceritaku ini memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya              dengan adegan Santi. (beberapa dialog disini, terutama yang              diucapkan para buruhku adalah dalam Bahasa Sunda, sebenarnya aku              lebih sreg menuliskan seperti aslinya, namun mengingat pembaca             &lt;strong&gt;ah-uh.tk&lt;/strong&gt; bukan cuma dari Jawa Barat, juga peraturan              dari admin yang mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik              dan benar, maka aku harus taat sama aturan mainnya)&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Santi dikerubungi ketiga orang itu Santi nampak tegang, namun dia              menutup-nutupi ketegangan itu dengan senyumannya dan juga menjawab              pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya              pertanyaan nakal yang membuat wajahnya memerah tersipu-sipu. Pak              Andang mulai berani mengelusi punggung Santi yang terbuka.&lt;br /&gt;            &quot;Eeemm...geli Pak !&quot; desahnya menggoda.&lt;br /&gt;            &quot;Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ?&quot; Mang Obar              meremas payudaranya.&lt;br /&gt;            Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya. Mang Nurdin juga              mulai merayapi lekuk tubuh Santi sambil menyingkap rok mininya, paha              mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga              menyentuh selangkangan Santi yang masih tertutup celana dalam biru              langit.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Bapak buka bajunya ya Neng&quot;&lt;br /&gt;            Tanpa menunggu jawaban Santi, Pak Andang membuka tali leher yang              menyangga pakaiannya. Santi tidak memakai bra karena tank top itu              mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot payudara              montok dengan puting kemerahan itu langsung terekspos. Pak Andang              dan Mang Obar mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin              kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Santi yang jenjang              dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu.&lt;br /&gt;            &quot;Neng, pahanya mulus amat...putih lagi&quot; puji Mang Nurdin sambil              menjilatnya.&lt;br /&gt;            Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang              Nurdin telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar,              jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya. Mang Obar              mengenyot payudara kanannya. Santi menengadah dengan mata terpejam,              mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Dia telah mabuk birahi,              tubuhnya menggelinjang saat Mang Nurdin menggosok vaginanya dengan              jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah              celana dalamnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ?&quot; kataku              menunjuk kasur pompa yang terletak tak jauh dari situ.&lt;br /&gt;            Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Santi di kasur empuk itu,            &lt;br /&gt;            lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi              di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Santi yang berpayudara kencang,              berperut rata, dan kemaluannya yang masih rapat ditumbuhi bulu-bulu              yang tidak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya,              mereka juga membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan              mengarah padanya bak meriam yang siap menembak, Santi sampai terpana              menatap ketiga senjata yang akan segera ‘membantainya’ itu.              Ketiganya kembali mengerubungi Santi yang terlihat nervous dengan              menutupi kemaluan dan payudaranya dengan tangan.&lt;br /&gt;            &quot;Hehehe...si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah !&quot;              kata&lt;br /&gt;            Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Santi yang menutup payudaranya.&lt;br /&gt;            &quot;Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya!&quot; kata Mang Obar yang              tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba              kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dengan              ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar              dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pada              sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan              digerayangi.&lt;br /&gt;            Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir              celana dalam lalu mulai memijatnya, ini jauh lebih spektakuler dari              film bokep dengan artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan              menjilat leher jenjang Santi sambil mengusap-usap payudara satunya,              lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan              Santi menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin              memagut bibir Santi, mulut lebar dengan bibir tebal itu seolah mau              menelan bibir Santi yang mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong              terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yang beradu. Santi nampak              sudah tidak merasa risih lagi, yang dirasakannya sekarang adalah              birahi yang menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari              matanya yang terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yang semula              pasif mulai berubah dengan meraih penis Mang Nurdin dalam              genggamannya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mang Obar sedang berlutut diantara kedua paha Santi, tapi dia belum              juga mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dengan              tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian              bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri              itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis,              pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yang lentik itu. Lagi              enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk,              kuraih HP-ku, oh...si Sandra, hampir lupa aku sama anak ini saking              asyiknya, pesannya berbunyi demikian :&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn              jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi,              tapi aha...terbesit sebuah cara untuk menghukumnya, hihihi...aku              nyeringai sambil mereply SMS-nya&lt;br /&gt;            &quot;Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta              skalian&lt;br /&gt;            mkn mlm aja, ok&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Wow, kini Santi sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang              dan Mang Nurdin yang berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya.              Sementara itu Mang Obar menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke              dalam vagina Santi, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan              kedua paha mulusnya ke kepala Mang Obar. Kini Santi membuka mulut              dan mendekatkan kepalanya pada penis Pak Andang, setelah masuk ke              mulutnya, dia mulai&lt;br /&gt;            mengulum benda itu dengan nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok              pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Mang Obar menghentikan              jilatannya dan merentangkan paha Santi lebih lebar, dia bersiap              memasukkan penisnya.&lt;br /&gt;            Santi juga menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yang              makin mendekati bibir vaginanya dengan deg-degan.&lt;br /&gt;            &quot;Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kontol Mang gede gitu              !&quot; ucap Santi memperingatkan&lt;br /&gt;            &quot;Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok !&quot; hiburnya sambil              mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Nampaknya Mang Obar kesulitan memasukkan penisnya ke dalam vagina              Santi karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dengan gerakan              tarik-dorong.&lt;br /&gt;            &quot;Aakkhh...nggghhh...sakit !&quot; rintih Santi menahan rasa nyeri,              padahal penis itu belum juga masuk seluruhnya&lt;br /&gt;            &quot;Masa pelan gitu sakit sih Neng ?&quot; kata Pak Andang yang memegangi              tangannya sambil membelai payudaranya&lt;br /&gt;            &quot;Mungkin si Neng aja yang memeknya kekecilan kali !&quot; sahut Mang              Nurdin cengengesan.&lt;br /&gt;            &quot;Aaaaahhh...&quot; jeritnya saat Mang Obar menghentakkan pinggulnya ke              depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dalam liang itu.&lt;br /&gt;            Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dengan buas tanpa              menghiraukan perbandingan ukurannya dengan vagina Santi. Sementara              di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti              menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dengan mulutnya yang lebar              menelan seluruh susu kanannya yang disedot dan dikulum dengan rakus.              Pak Andang menelusuri tubuh itu dengan lidahnya, bagian-bagian              sensitif tubuh Santi tidak luput dari jilatannya. Santi              mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan&lt;br /&gt;            kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sebentar saja Santi sudah mencapai klimaks, badannya menegang dan              menekuk ke atas, desahannya makin hebat. Namun Mang Obar masih belum              keluar, dia menaikkan kedua betis Santi ke bahunya dan memacu              tubuhnya makin cepat sampai menimbulkan bunyi kecipak. Akhirnya dia              menggeram dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Santi, cairan              itu nampak menetes dari daerah itu bercampur dengan cairan              kewanitaannya. Santi hanya sempat beristirahat kurang dari lima              menit sebelum giliran Pak Andang mencicipi&lt;br /&gt;            vaginanya. Mula-mula dia meminta Santi membasahi penisnya dulu,              setelah dikulum sebentar, dia menindih Santi sambil memasukkan              penisnya, pinggulnya mulai bergerak naik-turun diatas tubuhnya,              Santi yang gairahnya mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama              goyangannya. Pak Andang melumat bibir mungil Santi yang              mengap-mengap itu meredam desahannya. Waktu itu aku sudah keluar              sekali, kuambil tissue mengelap tanganku yang basah. Mang Obar              mengambil aqua gelas yang kusiapkan dan meminumnya, dia duduk di              sofa sebelahku.&lt;br /&gt;            &quot;Gimana Mang, sip ga ?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Enak banget Bos, Mamang ga pernah mimpi bisa dapet kesempatan ini,            &lt;br /&gt;            sering-sering bikin yang kaya gini ya!&quot; komentarnya dengan antusias&lt;br /&gt;            &quot;Tenang Mang, jangan boros tenaga dulu, ntar masih ada satu lagi loh              !&quot;&lt;br /&gt;            nasehatku, kemudian aku menjelaskan apa yang harus dilakukan pada              Sandra kalau dia datang nanti.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pak Andang tiba-tiba menggulingkan tubuhnya sehingga Santi kini              diatasnya. Dia lalu menegakkan badan sambil terus menaik-turunkan              pinggulnya diatas penis yang mengacung bagai pasak itu. Terkadang              dia memutar-mutar pinggulnya sehingga penis itu mengaduk-aduk              vaginanya. Matanya merem-melek dan mulutnya mengeluarkan desahan              nikmat. Keringat telah membasahi tubuhnya, menempel di dadanya              seperti embun, juga menetes-netes dari mukanya. Mang Nurdin berdiri              di sebelahnya lalu mendekatkan penisnya yang masih keras ke              mulutnya. Santi mulai menjilatinya dimulai dari&lt;br /&gt;            kepalanya yang disunat hingga seluruh permukaan batang itu, buah              zakarnya yang&lt;br /&gt;            besar dia emut beberapa saat.&lt;br /&gt;            &quot;Uuuhh...ayo Neng, enak gitu...mmm !&quot; desah Mang Nurdin&lt;br /&gt;            Semakin hanyut dalam lautan birahi, Santi tidak malu-malu lagi              mengemut&lt;br /&gt;            penis itu sambil mengocoknya dengan satu tangan. Payudaranya              bergoyang-goyang naik-turun seirama gerak tubuhnya, dengan gemas Pak              Andang menjulurkan kedua tangannya mencaplok gunung kembar itu serta              meremasnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Saat itu Endang baru saja selesai dengan Ivana, setelah menyemprot              perut Ivana dengan spermanya dia minum dulu dan langsung menuju              Santi, sementara itu Mang Obar mulai mencicipi Ivana. Endang duduk              di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yang sedang              menguasai kedua payudaranya untuk memberinya jatah satu saja.              Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Santi mengejang dan              mendesah tertahan di tengah&lt;br /&gt;            aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang              menarik-narik puting itu dengan mulutnya.&lt;br /&gt;            &quot;Ooohh...isep Neng...iseepp !!&quot; tiba-tiba Mang Nurdin mendesah              panjang dan makin menekan kepala Santi ke selangkangannya.&lt;br /&gt;            Spermanya menyembur di dalam mulut Santi, mungkin karena badannya              berguncang-guncang hisapan Santi tidak sempurna, cairan itu meleleh              sebagian di pinggir mulutnya. Mang Nurdin beranjak pergi              meninggalkan Santi setelah di cleaning service, diambilnya segelas              aqua dari meja untuk diminum.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tiba-tiba goyangan Santi makin gencar lalu berhenti dengan tubuh              mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua              tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai              klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya              ke atas menusuk Santi.&lt;br /&gt;            Tubuh Santi melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat              itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yang              sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari              belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu              diiringi rintihan pemiliknya.&lt;br /&gt;            Tubuh Santi kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua              penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dengan ganas.&lt;br /&gt;            &quot;Ooohh....oooh...aakkhh !&quot; gairah Santi mulai bangkit lagi,              vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yang sudah di              ambang klimaks.Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya              di dalam vagina Santi akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh              Santi dengan nafas terengah-engah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah ditinggalkan Pak Andang, Santi cuma melayani Endang saja,              namun pemuda ini lumayan brutal mengerjainya sehingga dia              menjerit-jerit.&lt;br /&gt;            Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yang menggantung di              remas dengan kasar. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit              lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di              pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Santi              sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan              masih terlihat pada kulitnya yang mulus, sperma bercampur cairan              kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan              melihatnya, maka aku menghampirinya dengan membawa air dan tissue.              Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pada lenganku, dengan tissue              kuseka keringat di dahinya, minuman yang kuberikan langsung              diteguknya habis.&lt;br /&gt;            &quot;Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan              lu!&quot; saranku&lt;br /&gt;            Namun dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma              perlu istirahat sedikit, dia juga bilang rasanya seperti diperkosa              massal saja barusan itu. Waktu itu Pak Usep menghampiri kami              bermaksud menikmati Santi, tapi kusuruh dia bersabar karena              kondisinya belum fit.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Karena tubuh Santi yang sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya              mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan              memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya.              Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya              dengan dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan              tanganku, sehingga aku harus cuci tangan.&lt;br /&gt;            &quot;Dah mandi dulu yang bersih, supaya nanti siap action !&quot; kataku&lt;br /&gt;            Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku              melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar,              waw...gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang              itu, dia sudah tidak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas              karpet, the hottest gangbang i&#39;ve ever seen ! Untuk lebih lengkapnya              lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ivana, Endang dan Pak Usep duduk mengapit Ivana masing-masing di              kanan dan kirinya. Ivana terlihat tegang sekali beberapa kali dia              memanggil-manggil namaku.&lt;br /&gt;            &quot;Kenapa Na, kok sekarang tegang gitu katanya mau ngebalas pacarlu              itu!&quot; kataku&lt;br /&gt;            &quot;Oh, jadi Neng udah punya pacar yah !&quot; kata Pak Usep&lt;br /&gt;            &quot;Ngga, baru putus kok&quot; jawabnya malu-malu&lt;br /&gt;            &quot;Putusnya kenapa Neng ?&quot; tanya Endang&lt;br /&gt;            Ivana cuma menggeleng tanpa menjawabnya.&lt;br /&gt;            &quot;Udah ah lu, kalau ga mau dijawab jangan maksa !&quot; kata Pak Usep pada              rekannya&lt;br /&gt;            &quot;Eh, Neng sama pacar yang dulu pernah ngentotan ga ?&quot; tanya Endang              cengengesan&lt;br /&gt;            Rona merah jelas sekali pada wajah Ivana yang putih mulus, dia hanya              mengangguk pelan sebagai jawabnya sambil tersenyum malu-malu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kalo gitu pernah diginiin dong Neng hehehe !&quot; Pak Usep tertawa-tawa              meremas buah dada Ivana.&lt;br /&gt;            &quot;Diginiin juga pernah !&quot; Endang meraih selangkangannya dan              meremasnya dari luar.&lt;br /&gt;            Ivana menjerit kecil sambil tertawa geli karena kejahilan tangan              mereka. Pak Usep makin gemas memijati payudaranya, si Endang sengaja              meniupkan udara ke kupingnya untuk memambangkitkan birahinya              perlahan-lahan sambil tangannya membantu Pak Usep meremas payudara              yang satunya. Ivana hanya diam menikmatinya dengan mata terpejam.              Keduanya mulai menyingkap kaosnya, Ivana sepertinya menurut saja,              dia mengangkat lengannya membiarkan kaos itu dilolosi. Dia tinggal              memakai bra warna krem dan celana&lt;br /&gt;            panjang selututnya.&lt;br /&gt;            &quot;Ini dibuka aja ya Neng&quot; pinta Endang&lt;br /&gt;            Ivana mengangguk, maka Endang pun dengan cekatan membuka bra-nya&lt;br /&gt;            sehingga dia telanjang dada. Endang langsung melumat yang kanan              dengan rakus.&lt;br /&gt;            &quot;Pentilnya bagus ya Neng, kecil, merah lagi&quot; komentar Pak Usep              sambil&lt;br /&gt;            memilin-milin putingnya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pak Usep menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pada leher              jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan              rangsangannya dengan mengecup lehernya membuat tanda kemerahan              disitu, rambut Ivana yang terikat ke belakang memudahkannya              menyerang daerah itu.&lt;br /&gt;            Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan              pelosok tubuh lainnya. Mendadak Pak Usep menghentikan kegiatannya              dan memanggil Endang yang lagi asyik nyusu dengan mencolek              kepalanya.&lt;br /&gt;            &quot;Eh, Dang, kita taruhan yu, yang menang boleh ngentot si Neng duluan              !&quot; tantangnya&lt;br /&gt;            &quot;Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Coba tebak, si Neng ini jembutan ga ?&quot; tanyanya dengan nyengir              lebar&lt;br /&gt;            Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku juga              jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan              pacarku ini dikerjai orang lain.&lt;br /&gt;            &quot;Hmmm...ada ga Neng ?&quot; tanya Endang sambil menatapi selangkangan              Ivana&lt;br /&gt;            &quot;Eee...nanya lagi, orang disuruh tebak !&quot; omel Pak Usep menyentil              kepalanya Ivana senyum mesem dan menjawab tidak tahu menjawab si              Endang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ada aja deh !&quot; tebak si Endang&lt;br /&gt;            &quot;Yuk kita tes, bener ga !&quot; kata Pak Usep dengan menyusupkan              tangannya ke balik celana Ivana&lt;br /&gt;            &quot;Eemmhhh...&quot; desis Ivana saat merasakan tangan Pak Usep merabai              kemaluannya&lt;br /&gt;            &quot;Weleh...sialan, bener juga lu Dang !&quot; gerutunya karena ternyata              kemaluan Ivana memangnya berbulu, lebat lagi.&lt;br /&gt;            Endang tersenyum penuh kemenangan karena dapat giliran pertama              merasakan tubuh Ivana. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya.              Tangan Pak Usep tetap didalam celananya mengobok-obok kemaluannya              sejak mengetes tadi. Endang mulai membuka sabuk yang dikenakan Ivana              dan menurunkan resletingnya, sebelumnya dia menyuruh Pak Usep              menyingkirkan tangannya dulu.&lt;br /&gt;            Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan              tangannya dari sana. Endang turun dari sofa dan jongkok di lantai              beralas permadani itu untuk menarik lepas celana Ivana. Tampak              kemaluan Ivana dengan bulu-bulu yang tebal dari balik celana              dalamnya yang semi transparan. Sesaat kemudian pakaian terakhir dari              tubuhnya itu dilepaskannya pula. Jadilah Ivana telanjang bulat              terduduk separuh berbaring di sofa.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Keduanya tertegun melihat tubuh putih mulus dan terawat di hadapan              mereka. Si Endang masih berjongkok di antara kedua paha Ivana, tentu              dia bisa melihat jelas selangkangan berambut lebat yang tampak              menggunung dalam posisi demikian.&lt;br /&gt;            &quot;Duh, cantik banget sih Neng ini, bikin saya ga tahan aja !&quot; kata              Pak Usep sambil mendekap tubuhnya.&lt;br /&gt;            Bibirnya mencium pipi Ivana, lalu lidahnya keluar menjilati pipi dan              hidungnya, menikmati betapa licin dan mulusnya wajah mantan pacarku              itu, belakangan bibirnya dilumat dengan ganas. Sementara kedua              tangannya tidak tinggal diam, selalu berpindah-pindah mengelusi              punggungnya atau meremas payudaranya. Wajah Endang makin mendekati              vagina Ivana sambil kedua tangannya mengelusi paha mulus itu. Tubuh              Ivana bergetar ketika jemari Endang mulai menyentuh bibir              kemaluannya, pasti dia bisa merasakan nafas Endang menghembus bagian              itu. Perlahan-lahan Endang membuka kedua&lt;br /&gt;            bibir bawah itu dengan jarinya. Erangan tertahan terdengar dari              mulut Ivana yang sedang dilumat Pak Usep, keringatnya mulai              bercucuran.&lt;br /&gt;            &quot;Wah...asyik, saya baru pernah liat memeknya amoy, dalemnya merah              muda, seger euy !&quot; komentar Endang mengamati vagina itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Pak Usep, mau liat ga nih, bagus banget loh !&quot; sahut Endang padanya&lt;br /&gt;            &quot;Hmmm...iya bagus ya, kamu aja dulu Dang, saya mau netek dulu !&quot;              kata&lt;br /&gt;            Pak Usep sambil mencucukkan sejenak jari tengah dan telunjuk ke              vaginanya, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu.&lt;br /&gt;            Pak Usep mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu              naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya              kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yang lain.&lt;br /&gt;            &quot;Hhhnngghh...Mang, oohh !&quot; Ivana mendesah menggigit bibir sambil              memeluk erat kepala Pak Usep.&lt;br /&gt;            Ivana makin menggelinjang saat wajah Endang makin mendekati              selangkangannya dan&lt;br /&gt;            &quot;Aaaahh...!&quot; desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat,              kedua pahanya mengapit kepala Endang.&lt;br /&gt;            Pemuda itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus              menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dalam vaginanya,              klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau              desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dengan desahan              Santi yang saat itu baru ditusuk Mang Obar.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong              kontolnya ke Neng Ivana pasti dah ga sabar dia !&quot; kataku pada Endang              dan Pak Usep.&lt;br /&gt;            Pak Usep nyengir lalu dia membuka kaos berkerah dan celananya hingga              bugil, dia menggenggam penisnya yang tebal dan hitam itu              memamerkannya pada Ivana&lt;br /&gt;            &quot;Nih, Neng kontol Mamang gede ya, sama pacar Neng punya gede mana ?&quot;              tanyanya sambil menaruh tangan Ivana pada benda itu&lt;br /&gt;            &quot;Gede yah Mang...keras&quot; jawab Ivana yang tangannya sudah mulai              mengocoknya&lt;br /&gt;            Ivana yang tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking              terangsangnya, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitar,              yang dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yang sudah membakar              demikian hebat itu.&lt;br /&gt;            Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Endang masih seperti kelaparan,              belum berhenti menjilati vaginanya sementara Ivana sudah mengapir              dan menggesek-gesekkan pahanya pada kepala Endang menahan birahinya              yang meninggi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Cepetan dong, kan kamu harusnya nusuk duluan, kalo ngga mau saya              tusuk juga nih !&quot; kata Pak Usep yang tidak sabar ingin segera              menyetubuhi Ivana.&lt;br /&gt;            &quot;Iya sabar atuh Pak, ini udah mau nih&quot; kata Endang yang mulai              menanggalkan pakaiannya&lt;br /&gt;            &quot;Yuk Neng, basahin dulu nih...isep !&quot; dia sodorkan penisnya ke mulut              Ivana sambil memegangi kuncirnya.&lt;br /&gt;            Ivana agak ragu memasukkan penis Endang, mungkin agak jijik kali              belum pernah merasakan yang sehitam itu. Namun Endang terus              mendesaknya, apalagi dengan kepala dipegangi seperti itu, akhirnya              dengan terpaksa Ivana membuka mulutnya membiarkan penis itu masuk.              Sebentar kemudian Endang mengeluarkan penisnya, diangkatnya kaki              Ivana ke sofa sehingga dia kini terbaring di sofa dengan kepala              bersandar pada perut tambun Pak Usep.&lt;br /&gt;            Endang memegang miliknya dan mengarahkannya ke vagina Ivana.              Pelan-pelan mulai memasukinya, tubuh Ivana menekuk ke atas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Aaakkhh...!&quot; demikian keluar dari mulutnya hingga penis Endang              mentok ke dalam vaginanya.&lt;br /&gt;            Endang pun mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan kemudian makin              lama makin cepat. Endang melakukannya dalam posisi satu kaki naik              sofa dan kaki lainnya berdiri menginjak lantai, kedia tangannya              memegangi betis Ivana.&lt;br /&gt;            &quot;Ah-ah-ah....uuhh...!!&quot; desah Ivana dengan mata terpejam&lt;br /&gt;            &quot;Enak ya Neng ?&quot; kata Pak Usep dekat telinganya&lt;br /&gt;            Sejak Endang menggenjot Ivana, Pak Usep terus saja menyangga              tubuhnya&lt;br /&gt;            sambil menghujani leher, telinga, dan payudaranya dengan ciuman dan            &lt;br /&gt;            jilatan. Kini dia sedang mengulum daun telinga Ivana dan tangannya              meremas&lt;br /&gt;            kedua payudaranya. Tentu puting Ivana sudah sangat keras karena&lt;br /&gt;            daritadi dimain-mainkan. Ivana sendiri tangannya menggenggam penis              Pak Usep,&lt;br /&gt;            dia mengocok-ngocok penis itu karena hornynya. Kedua kakinya              menjepit&lt;br /&gt;            pinggang Endang, seolah minta disodok lebih dalam lagi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tanpa mencabut penisnya, Endang memiringkan tubuh Ivana sehingga&lt;br /&gt;            posisinya berbaring menyamping, satu kakinya dinaikkan ke bahunya.              Wow...seru&lt;br /&gt;            sekali melihat paha Endang bergesekan dengan paha mulus Ivana dan            &lt;br /&gt;            penisnya keluar masuk dari samping. Pak Usep menempelkan penisnya ke              wajah&lt;br /&gt;            dan bibir Ivana, memintanya melakukan oral seks. Ivana masih sangat            &lt;br /&gt;            risih memasukkan benda itu dalam mulutnya, hanya berani mengocoknya              dengan&lt;br /&gt;            tangan, sepertinya dia masih merasa tidak nyaman dengan penis Endang              di&lt;br /&gt;            mulutnya tadi, belakangan dia bilang ke aku bahwa dia memang tidak            &lt;br /&gt;            terbiasa dengan penis hitam dan berbau tidak enak seperti itu, dan              dia juga&lt;br /&gt;            tidak suka dengan cara mereka yang suka maksa tidak tau diri,              makannya&lt;br /&gt;            dia tidak pernah mau ngeseks dengan orang-orang kaya gitu, cukup              kali&lt;br /&gt;            ini saja, pertama dan terakhir demikian tegasnya.&lt;br /&gt;            &quot;Jilatin dong Neng, jangan cuma main tangan aja !&quot; pinta Pak Usep              tidak&lt;br /&gt;            sabar merasakan mulutnya&lt;br /&gt;            &quot;Ngga Mang...jijik...ga mau..ahh !&quot; gelengnya dengan sedikit              mendesah.&lt;br /&gt;            &quot;Lho, gimana sih si Neng ini, tadi kan dia dikasih, masa saya ngga              ?&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ayo dong Neng, sebentar aja kok !&quot; Pak Usep terus mendesak dengan            &lt;br /&gt;            menekan kepalanya dengan tangan kanannya ke penis yang dipegang              dengan&lt;br /&gt;            tangan kirinya. Penis itu pun akhirnya memasuki mulut Ivana, karena            &lt;br /&gt;            mulutnya mengap-mengap mendesah, kesempatan itulah yang dipakai Pak              Usep&lt;br /&gt;            menjejalkan penisnya. Sesudah penisnya dimulut, Pak Usep              memaju-mundurkan&lt;br /&gt;            kepalanya dengan menjambak kuncirnya.&lt;br /&gt;            &quot;Emmhh..eehmm...Mang...saya...mmm !&quot; Ivana berusaha protes tapi              malah&lt;br /&gt;            tersendat-sendat karena terus dijejali penis.&lt;br /&gt;            &quot;Mmmm...gitu dong Neng baru namanya anak manis, udah lama Mamang ga            &lt;br /&gt;            diginiin uuh !&quot; Pak Usep melenguh dan merem-melek keenakan dioral              Ivana.&lt;br /&gt;            Kalau saja ada orang berani berbuat seperti itu padanya setengah              tahun lalu, pasti sudah kuhajar sampai masuk ICU, tapi sekarang              berbeda, aku malah terangsang melihat bekas pacarku ini diperlakukan              demikian sehingga aku makin cepat mengocok penisku, apalagi waktu              itu Santi juga sedang main &lt;em&gt;kuda-kudaan&lt;/em&gt; diatas penis Pak              Andang sambil mengoral penis Mang Nurdin dengan bernafsu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Akhirnya Ivana orgasme duluan, badannya berkelejotan dan mulutnya              terdengar erangan tertahan. Pak Usep rupanya cukup pengertian, dia              melepaskan dulu penisnya membiarkan Ivana menikmati orgasmenya              secara utuh.&lt;br /&gt;            Badannya menegang beberapa saat lamanya, Pak Usep menambah              rangsangannya dengan meremasi payudaranya. Endang pun menyusul              sekitar tiga menit kemudian, sodokannya makin dahsyat sampai              akhirnya dia melepaskan penisnya dan menumpahkan cairan putih di              perut yang rata itu. Sambil orgasme dia memegang erat-erat lengan              kokoh Pak Usep yang mendekapnya hingga tubuhnya lemas dan terbaring              dalam dekapan pria tambun itu. Si Endang cuma duduk sebentar, minum              dan menyeka keringat, lalu dia langsung beralih ke Santi seperti              yang telah kuceritakan di atas, posisinya segera digantikan Mang              Obar yang baru recovery setelah istirahat. Pak Usep memberikan&lt;br /&gt;            minum pada Ivana mengambilkan tissue mengelap keringatnya.&lt;br /&gt;            &quot;Euleuh...si Endang teh gimana, buang peju sembarangan aja !&quot; gerutu            &lt;br /&gt;            Mang Obar yang baru tiba melihat ceceran sperma di perut Ivana.&lt;br /&gt;            Pak Usep sambil tertawa meneteskan sedikit air dan mengelap ceceran              sperma itu sampai bersih, Ivana juga ikut tertawa kecil.&lt;br /&gt;            &quot;Udah, gampang Mang, dibersihin aja kan beres !&quot; hiburku padanya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mang Obar langsung mencumbui payudara Ivana yang masih didekap Pak            &lt;br /&gt;            Usep, mulutnya berpindah-pindah antara payudara kiri dan kanan.&lt;br /&gt;            &quot;Ooohh...oohhh !!&quot; desahnya ketika merasakan putingnya digigit dan            &lt;br /&gt;            ditarik-tarik dengan mulut oleh Mang Obar.&lt;br /&gt;            Tangan satunya di bawah sedang meremasi bongkah pantatnya yang              kenyal,&lt;br /&gt;            diremasnya berulang kali sekaligus mengelusi paha mulusnya. Dari              pantat&lt;br /&gt;            tangannya merayap ke kemaluan, tubuh Ivana bergetar merasakan              kenakalan&lt;br /&gt;            jari Mang Obar yang mengusap-usap klitoris dan bibir kemaluannya. Di            &lt;br /&gt;            belakangnya, Pak Usep sangat getol mencupangi leher, tenguk dan              bahunya.&lt;br /&gt;            &quot;Hehehe...liat nih udah basah gini !&quot; sahut Mang Obar mengeluarkan            &lt;br /&gt;            jarinya dari vagina Ivana &quot;Emm...enak pisan !&quot; dijilatinya cairan              yang&lt;br /&gt;            blepotan di jari itu&lt;br /&gt;            Kemudian Pak Usep menarik pinggang Ivana, mendudukkannya di              pangkuannya&lt;br /&gt;            dengan membelakanginya, satu tangannya meraih vaginanya dan membuka            &lt;br /&gt;            bibirnya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Masukin Neng, pelan-pelan !&quot; suruhnya&lt;br /&gt;            Ivana tanpa malu-malu memegang penis itu dan mengarahkan ke              vaginanya,&lt;br /&gt;            lalu dia menekan badannya ke bawah sehingga penis itu terbenam dalam            &lt;br /&gt;            vaginanya. Namun kerena besar penis itu baru masuk kepalanya saja,              itu&lt;br /&gt;            sudah membuat Ivana merintih-rintih dan meringis menahan nyeri.&lt;br /&gt;            &quot;Duh...sakit nih Mang, udah ya !&quot; rintihnya&lt;br /&gt;            &quot;Wah, kagok dong Neng kalo gini mah, ayo dong dikit-dikit pasti bisa              kok !&quot; kata Pak Usep&lt;br /&gt;            &quot;Nanti juga enak kok Neng, sakitnya bentar aja !&quot; timpal Mang Obar&lt;br /&gt;            Beberapa kali Pak Usep menekan tubuh Ivana juga menghentakkan              pinggulnya, akhirnya masuk juga penis itu ke vaginanya, mata Ivana              sampai berair menahan sakit. Pak Usep mulai menggoyangkan tubuhnya&lt;br /&gt;            &quot;Arrgghh...uuhhh...sempit amat...enak !&quot; gumam Pak Usep di tengah              kenikmatan penisnya dipijat vagina Ivana.&lt;br /&gt;            Sementara Mang Obar meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan&lt;br /&gt;            hup...mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan              lidah Ivana,&lt;br /&gt;            dia hanya pasrah saja menerimanya, dengan mata terpejam dia coba              menikmatinya lidahnya, entah secara sadar atau tidak turut beradu              dengan lidah lawannya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Limabelas menit lamanya batang Pak Usep yang perkasa menembus vagina            &lt;br /&gt;            Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang              dan&lt;br /&gt;            mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Pak Usep dan sofa di            &lt;br /&gt;            bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan).              Ivana memeluk&lt;br /&gt;            erat-erat kepala Mang Obar yang sedang mengenyot payudaranya.&lt;br /&gt;            Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan              Ivana, rupanya&lt;br /&gt;            Pak Usep juga telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya&lt;br /&gt;            melemas kembali. Nampak olehku ketika Pak Usep melepas penisnya,              dari vagina&lt;br /&gt;            Ivana menetes cairan sperma yang telah bercampur cairan cintanya.              Waktu&lt;br /&gt;            beristirahat baginya cuma sebentar karena Mang Obar langsung              menyambar&lt;br /&gt;            tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang              kenikmatan.&lt;br /&gt;            Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana              menggelinjang&lt;br /&gt;            setiap kali dia menghentakkan tubuhnya. Saat itu Mang Nurdin dan Pak            &lt;br /&gt;            Andang mendekati keduanya untuk menonton lebih dekat adegan panas              itu.&lt;br /&gt;            Mereka menyoraki temannya yang sedang berpacu diatas tubuh mantan              pacarku&lt;br /&gt;            itu seperti menonton pertandingan olahraga saja.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan karena sedang mengantar              Santi&lt;br /&gt;            ke kamar mandi, maka adegan yang hilang ini kuceritakan berdasarkan            &lt;br /&gt;            penuturan Mang Nurdin yang kuanggap paling akurat. Dari sofa, Mang              Obar&lt;br /&gt;            menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan              terus&lt;br /&gt;            menyodoknya. Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut payudara yang            &lt;br /&gt;            menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan              menjejalkan&lt;br /&gt;            penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi payudara Ivana.            &lt;br /&gt;            Endang dan Pak Usep yang nganggur kembali mendatanginya, merekapun              ikut bergabung mengerjai Ivana. Tangan-tangan hitam kasar              menggerayangi tubuh mulus itu, ada yang mengelus pahanya, ada yang              meremas payudaranya, ada yang memelintir putingnya, beberapa              diantaranya sedang dikocok penisnya oleh Ivana. Ikat rambutnya sudah              terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah              yang kulihat ketika keluar dari kamar mandi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya              aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika sperma mereka              muncrat di tubuhnya, ada yang nyemprot di dada, perut, dan mukanya.              Namun aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan              penis-penis mereka dengan mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan              paksa ke dalam mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya              ketika kulihat air matanya mulai menetes. Aku tahu semasa pacaran              denganku dulu dia memang tidak terlalu suka oral seks dan menelan              sperma, jijik katanya, apalagi sekarang dengan yang hitam-hitam              gitu, tentu saja aku tidak tega melihatnya dipaksa-paksa sampai              menangis.&lt;br /&gt;            &quot;Udah-udah Mang, cukup...jangan diterusin lagi, nangis nih dia !&quot;              kataku membubarkan mereka&lt;br /&gt;            Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap              sperma yang membasahi mukanya. Dia memelukku dan menangis sesegukan,              aku balas memeluknya dan menenangkannya, tidak peduli lagi dengan              tubuhnya yang masih lengket-lengket.&lt;br /&gt;            &quot;Duh...maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga              taunya nangis beneran !&quot; kata Mang Obar&lt;br /&gt;            &quot;Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut kontol, kita juga ga maksa, tadi              Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita juga tambah nafsu&quot; tambah              Pak Usep&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah              !&quot; hiburku mengelus-elus rambutnya&lt;br /&gt;            &quot;Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja              dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral&quot; katanya setelah lebih              tenang sambil membersihkan air mata.&lt;br /&gt;            Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal              trauma atau shock. Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya              bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Aku dan para              buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan              mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Sandra. Aku              ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan              apa yang harus dilakukan untuk menghukum Sandra yang terlambat              nanti. Sandra memang bukan type yang&lt;br /&gt;            malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap harus memperingatkan mereka              agar tidak bertindak kelewatan, aku tidak ingin terjadi hal-hal yang              tidak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku.&lt;br /&gt;            &quot;Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ?&quot; terdengar suara Santi              bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dengan handuk kuning              terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah&lt;br /&gt;            &quot;Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit...ya gitulah              !&quot; jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mang Nurdin mengajak Santi duduk disebelahnya saja, tapi Santi              menolaknya&lt;br /&gt;            &quot;Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra !&quot; tolaknya&lt;br /&gt;            Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yang misscall ke HP-ku, si Sandra,              semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ini dia, pikirku.&lt;br /&gt;            Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dengan membawa pakaian              masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman              baginya.&lt;br /&gt;            Kupakai celana pendekku untuk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata              bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam).&lt;br /&gt;            &quot;Hai, sori yah telat&quot; katanya begitu pintu terbuka &quot;gua jadi ga usah              main sama buruh-buruhlu yah&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk !&quot; ajakku&lt;br /&gt;            &quot;Ngapain aja seharian tadi ?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Nge-bowling di BSM, pada minta nambah game melulu sih, kan ga enak            &lt;br /&gt;            kalo gua pulang dulu, sori banget&quot;&lt;br /&gt;            Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi              kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok              daripada Ivana dan Santi, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow,              artis HK tahun 90an itu loh, dengan modal itu dia pantas bekerja              paruh waktu sebagai SPG.&lt;br /&gt;            Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dengan dada rendah              dan rok selutut dari bahan jeans.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sandra&lt;br /&gt;            &quot;Hi, baru lembur nih !&quot; sapanya pada Santi&lt;br /&gt;            Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya              dari belakang sehingga dia merintih kaget&lt;br /&gt;            &quot;Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Aww...aduh, ngapain sih sakit tau !&quot; rintihnya&lt;br /&gt;            Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ini psikopat atau apa,              dalam bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar,              karena dia juga menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan              tampar sih, tidak sampai masokisme dengan pecut, lilin, dan              sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan              tantangan padanya.Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya              habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba              selangkanganku. Setelah memberi syarat dengan gerakan tangan ke arah              dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari              selangkanganku&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kontol, kalo lu mau              kontol gua kasih lu lima sekaligus !&quot; makiku sambil mendorong              tubuhnya hingga tersungkur di lantai&lt;br /&gt;            Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah              berdiri para buruhku yang bugil yang senjatanya sudah di reload,              mengacung tegak siap untuk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat              bangun dia sudah diterkam kelima orang itu.&lt;br /&gt;            &quot;Heeaaa...sikat !&quot; seru mereka sambil menyerbunya&lt;br /&gt;            &quot;Win...sialan lu, gila !!&quot; jeritnya&lt;br /&gt;            &quot;Huehehehe...tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka              dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional              abis !&quot; aku menyeringai padanya&lt;br /&gt;            Sandra meronta-ronta, tapi dia tidak bisa menghindar karena kedua              kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu              mereka.&lt;br /&gt;            Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan              gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar              mandi untuk melihat apa yang terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang              nanti, mandinya belum selesai. Pak Usep meremasi payudaranya yang              masih terbungkus pakaian&lt;br /&gt;            &quot;Waw...teteknya gede nih, asyik !&quot; komentarnya&lt;br /&gt;            Mang Obar dan Pak Andang yang memegangi kakinya juga tak mau kalah,              mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yang              warna hitam dan pahanya yang putih mulus, tangan-tangan mereka              segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya,              bukan cuma itu, jari-jari itu juga mulai menyelinap lewat pinggir              celana dalam itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan              tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung              dan ada yang bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan              menggenggamkannya pada penisnya.&lt;br /&gt;            &quot;Kocok Neng, kocokin yang saya !&quot; suruhnya&lt;br /&gt;            &quot;Erwin...mhhpphh...Win...gua...mmm !&quot; desahnya di tengah cecaran              bibir Pak Usep yang akhirnya melumat bibirnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku menyaksikan adegan ini dari jarak satu meteran sambil duduk              merangkul Santi.&lt;br /&gt;            &quot;Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin              tiko!&quot; katanya sambil mencubit pahaku&lt;br /&gt;            &quot;Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo !&quot;              sambil memencet payudaranya.&lt;br /&gt;            &quot;Buka ah handuknya ngehalangin aja !&quot; kutarik lepas handuk yang              melilit badannya&lt;br /&gt;            &quot;Lu juga dong buka, biar adil !&quot; balasnya sambil melepasi pakaianku&lt;br /&gt;            &quot;Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih !&quot; suruhku&lt;br /&gt;            Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku,              jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yang sedang kusaksikan,              seperti popcorn yang menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati              liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri              lekuk-lekuk tubuhnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut              menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dalam              hasrat seksualnya, hasrat terliar dalam dirinya, dia menikmati              pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang              dengan sukarela, juga ketika Pak Usep menempelkan penisnya ke              mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis itu.&lt;br /&gt;            &quot;Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya !&quot; kata salah              seorang dari mereka&lt;br /&gt;            &quot;Iya bugilin, bugilin, ewe...ewe !!&quot; timpal yang lain&lt;br /&gt;            Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya              beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di              tubuhnya yang indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya.              Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip.&lt;br /&gt;            &quot;Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi !&quot; komentar seseorang&lt;br /&gt;            &quot;Wih, teteknya...jadi ga tahan pengen netek eemmm...!&quot; sahut Mang              Nurdin yang langsung melahap payudara kanannya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sebelah sini juga bagus&quot; sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah              pahanya.&lt;br /&gt;            Bersama Mang Obar dia memandangi daerah kemaluan Sandra yang berbulu              lebat dengan tengahnya yang memerah. Keduanya menjilati vaginanya              yang mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah              menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar              ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Pak Usep menjilati              bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan              pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh              kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru              selesai mandi, dia menjatuhkan&lt;br /&gt;            pantatnya di sebelahku, seperti Santi tadi dia juga memakai handuk              melilit badannya, rambutnya masih agak basah.&lt;br /&gt;            &quot;Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu !&quot; kataku menarik lepas              handuknya&lt;br /&gt;            Bekas cupangan memerah masih nampak pada kulit payudara dan lehernya              yang putih, kurangkul tubuhnya yang mulus itu di sisi kiriku. Santi              tidak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana, dia terus saja menjilat              penisku dengan gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu !&quot; kata Ivana&lt;br /&gt;            &quot;Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin              gitu, dah biasa&quot; jawabku santai&lt;br /&gt;            &quot;Ooo...ga kaya gua yah !&quot; sehabis berkata dia langsung menyambar              putingku dan menggigitnya&lt;br /&gt;            &quot;Adawww...!!&quot; jeritku refleks menepis kepalanya.&lt;br /&gt;            &quot;Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti&quot; kataku              mengelus-elus putingku yang&lt;br /&gt;            nyut-nyutan digigitnya.&lt;br /&gt;            Dia malah tertawa melihatku begitu, si Santi juga ikutan ketawa.&lt;br /&gt;            &quot;Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah              kaya disembelih hihihi !&quot; Santi mengejekku&lt;br /&gt;            &quot;Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila&quot; gerutuku.&lt;br /&gt;            &quot;Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah !&quot; kutekan              kepalanya ke bawah&lt;br /&gt;            &quot;Sini lo !&quot; kusambar tubuh Ivana yang masih cekikikan ke pelukanku&lt;br /&gt;            Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas              sehingga dia mendesah-desah kenikmatan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Bukan cuma menjilat, Mang Obar juga memasukkan jarinya ke liang              vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya              terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Mang Obar              menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra              dan menekankan penisnya pada belahan kemaluan itu, dia melenguh              ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan              lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda              sebesar itu menyeruak ke vaginanya.&lt;br /&gt;            &quot;Aaakkhh !&quot; erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Mang              Obar masuk seluruhnya dengan satu hentakan kuat.&lt;br /&gt;            Penis itu keluar-masuk dengan cepatnya, suara desahan Sandra seirama              dengan ayunan pinggul Mang Obar. Desahan itu sesekali teredam bila              ada yang mencium atau memasukkan penis ke mulutnya.&lt;br /&gt;            &quot;Hehehe...liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya !&quot; sahut Pak Usep              memperhatikan payudara yang ikut tergoncang karena tubuhnya              terhentak-hentak&lt;br /&gt;            &quot;Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya !&quot; kata Endang              yang lagi keenakan penisnya diemut Sandra.&lt;br /&gt;            &quot;Uuuhh...uuhh...iyahh !&quot; jerit klimaks Mang Obar, penisnya              dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam sana.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Posisi Mang Obar segera digantikan oleh Pak Andang, dia melakukannya              dalam posisi sama dengan rekannya tadi sambil tangannya              menggerayangi pahanya dengan liar. Sementara Endang mengerang lebih              panjang, wajahnya mendongak ke atas dan meringis. Rupanya dia telah              orgasme dan spermanya ditumpahkan ke mulut Sandra, dia menyedotnya,              namun sebagian meleleh keluar bibirnya, dikeluarkannya sebentar              untuk dikocok dan diperas, maka sperma itu pun nyiprat ke wajahnya.              Kemudian dijilatnya lagi penis Endang yang mulai menyusut              membersihkannya dari sisa-sisa sperma. Tugas Sandra menjadi sedikit              lebih ringan setelah dua orang yang telah dibuatnya orgasme              menyingkir, keduanya kini terduduk di pinggirnya, memulihkan tenaga              sambil sesekali megang-megang tubuhnya. Tubuh Sandra menggelinjang              merasakan sensasi yang selama ini belum dia rasakan, tangannya yang              menggenggam penis Pak Usep nampak semakin gencar mengocoknya              sehingga pemiliknya melenguh keenakan.&lt;br /&gt;            &quot;Aahhh...emm...gitu Neng, enak...oohhh !&quot; sambil tangannya meremasi              payudaranya.&lt;br /&gt;            Mang Nurdin yang tadi menyusu sekarang mulai menciumi perut Sandra              yang rata, tangan kirinya memainkan putingnya, tangan kanannya              mengelus pantatnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Saat itu aku sedang menikmati penisku dipijati oleh cengkraman              vagina Ivana yang duduk di pangkuanku dengan posisi membelakangi.              Aku membiarkannya mengendarai penisku sementara aku menikmati Sandra              digangbang, menonton sambil melakukan, suatu kenikmatan seks yang              sejati. Kudekatkan wajahku ke lehernya dan kuhirup aroma tubuhnya,              hhmm..wangi, habis mandi sih, di lehernya masih membekas cupangan              mereka, tapi aku tak peduli, kulit lehernya yang mulus kuemut dan              kugigiti pelan membuatnya semakin mendesah kesetanan. Tangan kiriku              mendekap Santi sambil memutar-mutar&lt;br /&gt;            putingnya, tapi kemudian Santi bangkit dan berdiri di hadapan kami,              dia dekatkan kemaluannya pada Ivana, tanpa disuruh Ivana              menjilatinya.&lt;br /&gt;            Santi mendesah menikmatinya, dipeganginya kepala Ivana, seolah              meminta dia&lt;br /&gt;            tidak melepaskannya. Aneh si Ivana ini, kalau diminta mengoral punya              cowok susah, harus dibujuk-bujuk baru terpaksa diiyakan, tapi ini ke              sesama jenisnya tanpa disuruh kok mau, mungkin sih akibat terlalu              horny, tapi peduli amat ah, yang penting enjoy aja (emang iklan LA              Light ?).&lt;br /&gt;            Kuminta Santi menepi sedikit karena sempat menghalangi pandanganku              terhadap Sandra. Ruang tamuku jadi dipenuhi oleh desah birahi yang              sahut menyahut.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sandra kembali orgasme oleh genjotan Mang Obar, badannya lemas              bercucuran keringat, namun mereka terus menggumulinya. Gerakan Mang              Obar semakin cepat dan menggumam-gumam tak jelas, tapi sebelum              spermanya keluar, dia mencabut penisnya dan langsung menaiki              dadanya.&lt;br /&gt;            &quot;Misi, minggir dulu dong, tanggung nih, pengen ngentot pake teteknya              sebelum ngecret !&quot;&lt;br /&gt;            Segera dia jepitkan penisnya diantara dua gunung kembar itu lalu              digesek-gesekkannya penisnya disana dengan lancar karena sudah licin              oleh cairan cinta. Tak sampai tiga menit spermanya sudah muncrat,              cipratannya berceceran di dada, leher, wajah dan sebagian rambut              Sandra. Setelahnya dia menyuruh Sandra menjilati penisnya hingga              bersih mengkilat. Dua orang lagi yang masih menggumulinya, Mang              Nurdin dan Pak Usep, mengangkat tubuhnya dan membaringkannya ke              kasur udara tempat Santi digarap. Mang Nurdin membalikkan tubuh              Sandra hingga telungkup, pantatnya diangkat hingga menungging,              dengan posisi ini dia memasukkan penisnya ke vagina Sandra dari              belakang. Disodokkannya benda itu berkali-kali dengan keras,              sehingga Sandra mengerang makin histeris.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pak Usep tidak meneruskan aktivitasnya dengan Sandra, dia              meninggalkannya berduaan dengan Mang Nurdin. Sementara dia sendiri              menghampiri kami dan kedua tangan gemuknya melingkari perut Santi              dari belakang, agaknya dia masih penasaran karena belum sempat              menikmati Santi. Telapak tangannya bergerak ke atas membelai              payudara Santi, sedangkan yang satunya ke bawah membelai              kemaluannya, mulutnya mencupangi bahunya. Santi memejamkan mata              menghayati setiap elusan tangan kasar itu pada bagian-bagian              sensitifnya, desahan pelan keluar dari mulutnya. Tangannya lalu              menarik wajah Santi ke belakang, begitu dia menoleh bibirnya              langsung dipagut.&lt;br /&gt;            Keduanya terlibat percumbuan yang panas, sedotan-sedotan kuat dan              permainan lidah terlibat di dalamnya. Dengan terus berciuman tangan              kanannya beraksi di kemaluan Santi, jari-jari itu menggosok-gosok              belahan kemaluannya, kadang juga masuk dan berputar-putar di              dalamnya. Permainan jari Pak Usep yang lihai membuat tubuh Santi              bergetar dan vaginanya melelehkan cairan. Sedangkan tangan kirinya              meraba-raba bagian tubuh lainnya, lengan, dada, perut, paha, pantat,              dll. Setelah mencumbunya selama beberapa menit, lidah Pak Usep kini              menjilati lehernya dan menggelikitik telinganya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Di pihakku, Ivana menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih kencang,&lt;br /&gt;            diantara desahannya terdengar kata-kata tak jelas, tanganku juga              diraih dan&lt;br /&gt;            diremaskan ke payudaranya, gelagat ini menunjukkan dia sudah di              ambang&lt;br /&gt;            orgasme.&lt;br /&gt;            &quot;Aaahh...Win, dikit lagi nih...enak !&quot; erangnya sambil meremas              tanganku.&lt;br /&gt;            Akupun merasa mau keluar juga saat itu, maka kupacu juga pinggulku              sampai sofanya ikut goyang, penisku menusuk makin keras dan dalam              padanya.&lt;br /&gt;            Penisku serasa diperas oleh jepitan vaginanya, himpitannya makin              lama makin kencang saja. Akhirnya cairan nikmat itu keluar dibarengi              desahan yang panjang, aku pun mendapat orgasmeku lima detik              setelahnya. Sperma bercampur lendirnya meleleh keluar dari sela-sela              vaginanya membasahi selangkangan kami dan sofa di bawahnya. Kami              saling berpelukan tersandar lemas di sofa, kubelai-belai lembut              rambut dan wajahnya selama cooling down.&lt;br /&gt;            &quot;Goyangan lu tambah asyik nih say, bersihin dong pake mulut, boleh              ya ?&quot; pujiku sekaligus memintanya melakukan cleaning service.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak mau, lu sendiri aja !&quot; jawabnya sambil manyun&lt;br /&gt;            &quot;Ayo dong say, lu kan baik, please dikit aja, yah...!&quot; mohonku lagi              memencet putingnya&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ok, tapi cuma bersihin aja yah, ga lebih&quot; katanya sambil turun dari              pangkuanku&lt;br /&gt;            Dia berjongkok diantara kedua kakiku, dipegangnya penisku, kemudian              mulai menjilati sisa-sisa cairan pada penisku hingga bersih. Di              kasur sana, Mang Nurdin menyetubuhi Sandra dengan ganasnya dengan              doggie style.&lt;br /&gt;            Mata Sandra merem-melek dan mendesah tak karuan akibat              sodokan-sodokan yang diberikan Mang Nurdin. Mang Obar menghampiri              mereka lalu duduk mekangkang di depan Sandra. Tangannya menjenggut              rambut Sandra dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya, tentu saja              benda sebesar dan berdiameter selebar itu tidak muat di mulut Sandra              yang mungil. Susah payah Sandra berusaha menyesuaikan diri,              pelan-pelan kepalanya mulai naik-turun mengisap benda itu. Desahan              tertahan masih terdengar dari mulutnya, pada dinding pipinya kadang              terlihat tonjolan dari penis Mang Obar yang bergerak maju-mundur.              Mang Obar mengelus punggung dan dadanya sambil menikmati penisnya              dikulum Sandra. Mang Nurdin hampir klimaks, genjotannya semakin              cepat, tak lama kemudian dia mendesah panjang dengan mencengkram              erat bongkahan pantatnya, spermanya menyemprot di dalam vaginanya,              ketika dia cabut penisnya, nampak cairan kental itu masih menjuntai              seperti benang laba-laba, sebagian meleleh di sekitar pangkal paha              Sandra.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Melihat vagina Sandra nganggur, Mang Obar menyuruhnya menghentikan            &lt;br /&gt;            kulumannya dan naik ke pangkuannya. Sandra yang klimaksnya tertunda              karena&lt;br /&gt;            Mang Nurdin sudah keluar duluan segera menaiki penis Mang Obar.              Sebelum&lt;br /&gt;            mulai, pria kurus itu meminta tissue basah pada Endang untuk              mengelap&lt;br /&gt;            ceceran sperma di sekujur tubuh Sandra. Sandra menaik-turunkan&lt;br /&gt;            pinggulnya dengan gencar di atas penis Mang Obar, payudaranya pun              ikut&lt;br /&gt;            terayun-ayun seiring gerak badan. Pemandangan itu membuat Mang Obar              tidak tahan&lt;br /&gt;            untuk tidak melumatnya, mulutnya menangkap payudara yang kanan dan            &lt;br /&gt;            mengenyot-ngeyotnya, sementara tangannya bergerilya menyusuri              lekuk-lekuk&lt;br /&gt;            tubuh yang indah itu. Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh              Sandra&lt;br /&gt;            yang sudah bekerja keras melayani lima pria sekaligus, rambutnya              sudah&lt;br /&gt;            acak-acakan, namun itulah yang menambah pesonanya. Desahan nikmat              Sandra&lt;br /&gt;            memacu Mang Obar untuk terus melahap dada, leher, dan ketiaknya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah puas melakukan foreplay bersama Santi, Pak Usep menyuruhnya            &lt;br /&gt;            nungging, masih dalam posisi berdiri, Santi mencondongkan badan ke              depan&lt;br /&gt;            dengan tangan bertumpu pada kepala sofa. Santi yang sudah horny              berat&lt;br /&gt;            itu pun tanpa sungkan-sungkan mengulurkan tangan ke belakang membuka            &lt;br /&gt;            bibir vaginanya, gatel minta ditusuk. Mang Obar mengerti bahasa              tubuh&lt;br /&gt;            Santi, dia pun segera melesakkan penisnya masuk ke lubang itu.&lt;br /&gt;            &quot;Aarrghh...enak Mang, terus...terus !&quot; jerit Santi&lt;br /&gt;            Adegan ini berlangsung tepat di sebelahku sehingga aku dapat              mengamati&lt;br /&gt;            ekpresi wajah Santi yang sedang menikmati sodokan penis Mang Obar,              dia&lt;br /&gt;            merintih-rintih dan sesekali menggigit bibir bawah. dari belakangnya            &lt;br /&gt;            Mang Obar menggerayangi tubuhnya sambil terus menggenjotinya,              payudaranya&lt;br /&gt;            tampak berayun-ayun menggodaku iseng meremas salah satunya. Beberapa            &lt;br /&gt;            kali tubuh Santi tersentak-sentak kalau Mang Obar memberikan sodokan            &lt;br /&gt;            keras padanya. Aku suka sekali melihat wajahnya yang seksi saat itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ivana yang tadi membersihkan penisku kini sudah diajak Pak Andang            &lt;br /&gt;            memulai babak berikutnya. Dia berdiri memeluk Ivana dengan kedua              tangan&lt;br /&gt;            kasarnya, mendekapkan tubuh Ivana ke tubuhnya hingga dada mereka              saling&lt;br /&gt;            melekat&lt;br /&gt;            &quot;Neng Ivana, mmm..&quot; dengan bernafsu dia memagut bibirnya dan              melumatnya&lt;br /&gt;            Ivana juga balas menciumnya hingga lidah mereka saling melilit,              mengeluarkan suara lenguhan, sepertinya dia mau membalas membuatku              terbakar api cemburu seperti ketika aku mencumbu Santi di depannya              waktu baru datang tadi. Tangan Pak Andang meremas payudaranya dan              tangan satunya mengelus punggung hingga pinggulnya. Kemudian dia              mengangkat satu kaki Ivana dan menempelkan penisnya di bibir vagina              Ivana. Secara refleks Ivana melingkarkan tangan ke leher Pak Andang              menahan badannya. Pelan-pelan Pak Andang mendorong pantatnya ke              depan hingga penisnya menyeruak ke dalam vagina Ivana. Mereka              mendesah hampir bersamaan saat penis itu menerobos dan menggesek              dinding vagina Ivana.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Lima menit setelah mereka berpacu dalam posisi berdiri, Pak Andang              menghentikan genjotannya sejenak, lalu dia angkat kaki Ivana yang              satunya.&lt;br /&gt;            Sambil menggendong Ivana, dia meneruskan lagi kocokannya, dengan              begini tusukan-tusukan yang diterima Ivana semakin terasa              hujamannya, kedua payudaranya tampak seksi tergoncang-goncang. Kata              Dr. &lt;em&gt;sex&lt;/em&gt; Boyke gaya ini disebut &lt;em&gt;monyet memanjat pohon              kelapa&lt;/em&gt; , hebat juga Pak Andang ini sampai tahu variasi seks              yang satu ini. O iya, masukan buat pembaca nih, kalau mau coba gaya              yang satu ini kudu liat-liat kondisi loh, kalau cowoknya kurus kecil              sedangkan badan ceweknya lebih besar atau bahkan gendut sebaiknya              jangan deh, bisa-bisa bukannya nikmat yang didapat malah patah              tulang, hehehe...Aku kagum oleh stamina Pak Andang ini, di usianya              yang senja dia masih sanggup melakukan gaya ini cukup lama, aku              sendiri tidak yakin bisa selama itu, sampai Ivana dibuat orgasme              dalam gendongannya. Badannya mengejang dan kepalanya menengadah ke              belakang serta mendesah panjang, dari selangkangannya cairan hasil              persenggamaannya menetes-netes ke lantai. Tubuhnya yang lunglai              mungkin sudah jatuh kalalu tangan Pak Andang yang kokoh tidak              memeganginya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pada saat yang sama, Mang Obar baru menuntaskan hajatnya terhadap              Sandra. Keduanya klimaks bersamaan, dia mencabut penisnya lalu              isinya ditumpahkan ke wajah Sandra, tidak sebanyak sebelumnya memang              tapi lumayan membasahi wajahnya. Endang yang sudah siap bertarung              lagi mendatanginya, dipeluknya Sandra dan dicium-cium bagian-bagian              tubuh sensitifnya sambil memberinya waktu untuk mendinginkan              vaginanya yang kepanasan. Mang Nurdin menghampiri Santi yang sedang              dikerjai Pak Usep.&lt;br /&gt;            &quot;Yuk Pak, siap action lagi nih ? gabung aja !&quot; kataku              mempersilakannya bergabung dengan mereka.&lt;br /&gt;            &quot;Iya dong, bos, saya kan belum sempat nyoblos si Neng ini tadi,              hehehe...!&quot; katanya berkalakar&lt;br /&gt;            Dia menyusup dan duduk di antara Santi dan sofa, tangan Santi              dipindahkan ke bahunya yang lebar. Mulutnya menangkap salah satu              payudara Santi yang berayun-ayun, dengan nikmatnya dia              menyedot-nyedot benda itu sambil meraba-raba tubuhnya. Di sisi lain,              Ivana sedang sibuk melayani Pak Andang dan Mang Obar, tubuhnya              terbaring di sofa dijilati dan digerayangi mereka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku duduk sambil mengocok penisku menyaksikan pertempuran tiga              mahasiswi melawan lima buruh kasar itu. Sungguh pemandangan yang              membangkitkan nafsu, pembaca bisa bayangkan tiga orang cewek muda              keturunan Chinese, cantik, putih, sexy, dan high class sedang              digumuli buruh-buruh kasar, hitam, beda ras dan beda status sosial              sungguh pemandangan yang sensual bagiku. Kami melupakan sejenak              harga diri, martabat, dan perbedaan lainnya demi kesenangan seksual.              My fantasy has come true, demikian kataku dalam hati. Tidak puas              hanya dengan menonton sementara yang lain melakukan, aku pun              mendekati Sandra yang sedang bergaya woman on top diatas Endang.              Kupeluk dia dari belakang dan kupegang kedua payudaranya yang              bergoyang-goyang.&lt;br /&gt;            &quot;Gimana San rasanya digangbang sama mereka San ?&quot; tanyaku dekat              kupingnya&lt;br /&gt;            &quot;Sadis...mhh...but it&#39;s pretty cool...aah !&quot; jawabnya terengah-engah            &lt;br /&gt;            &quot;Win lu-lu...masukin lewat...uuhh...belakang...yah !&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mereka berhenti sebentar agar aku bisa memasukkan penisku ke pantat              Sandra, kudorong tubuhnya ke depan hingga agak menelungkup. Aku              meringis ketika memasukkan penisku ke duburnya karena sempit              sehingga rasanya sedikit ngilu, hal yang sama pun dirasakan oleh              Sandra, namun setelah masuk rasanya jadi enak banget. Sandra              mendesah-desah merasakan dua penis yang memompa dua lubangnya.              Desahannya bertambah seru karena si Endang menjilati payudaranya              yang menggantung itu dijilati Endang dari bawah, sedangkan rambutnya              kujambak seperti mengendarai kuda. Tanganku yang satu tidak tinggal              diam, kadang meremas payudaranya, kadang mengelus punggung dan              pantatnya, serta sesekali kutampar pantatnya hingga dia menjerit.&lt;br /&gt;            &quot;Harder...harder please, Mang juga dong nyodoknya kencengin !&quot;&lt;br /&gt;            Detik-detik terakhir menjelang orgasme, gerakan Sandra semakin liar              saja, sodokanku pun kupercepat sesuai yang dimintanya. Akhirnya              ditengah sodokan kami yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti              dia orgasme yang ke sekian kalinya. Kami terus menggenjotnya tanpa              mempedulikannya yang sudah kecapean. Pada akhirnya aku dan Endang              menyiram tubuhnya dengan sperma kami, Endang menyiram dada dan              perutnya, sedangkan aku menyiram mukanya sampai rambutnya juga kena.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kulihat sekelilingku yang lain juga sudah hampir selesai. Mang              Nurdin bersadar di sofa sambil menengadahkan kepala, di pahanya              Santi yang tergolek lemas menyandarkan kepala dengan mata setengah              terpejam, tak jauh disebelah mereka Pak Usep juga terduduk lemas              memangku betis Santi di pahanya, sambil mengatur nafas, dia              mengelusi betisnya yang mulus. Pak Andang tidak terlihat karena              sedang ke toilet. Pertempuran terakhir pun selesai tak lama              kemudian, Mang Obar menumpahkan spermanya ke punggung Ivana setelah              ber-doggie style di sofa. Yang tampangnya paling semerawut ya si              Sandra, dia sudah dikeroyok dan digilir lima orang ditambah aku              lagi, tubuhnya sudah berlumuran keringat, sperma, dan ludah, belum              lagi pantatnya ada bekas tamparanku tadi. Kasihan juga sih              melihatnya, tapi dia sepertinya menikmati kok, dia              menggosok-gosokkan sperma itu pada beberapa bagian tubuhnya, juga              menjilati yang menempel di jari-jarinya.&lt;br /&gt;            Ya, pesta telah berakhir, jam tanpa terasa telah menunjukkan jam              delapan kurang sepuluh. Aku memberi uang rokok pada kelima buruhku              sebelum mereka berpamitan pulang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ivana dan Santi terpaksa harus mandi lagi karena badannya              berkeringat dan lengket-lengket lagi. Agar tidak mengantri kamar              mandi, aku memakai kamar mandi di kamar papa-mamaku yang ada bath              tub marmernya, itulah kamar mandi terbesar di rumahku. Asyik deh              rasanya, berendam di bath tub bersama ketiga cewek cantik ini,              disana kami saling gosok badan, ciuman, pegang-pegangan, di-Thai              massage lagi sama si Santi, wah serasa jadi kaisar aja deh. Habis              makan malam Ivana pulang menumpang mobil Santi karena sudah              ditelepon dari rumahnya. Sandra juga tadinya mau pulang, tapi              kuminta dia nginap saja disini supaya bisa menemaniku yang              sehari-hari kesepian ini, mumpung dia anak kost dan besoknya libur              hari kemerdekaan. Akhirnya dia setuju juga setelah kumohon-mohon.              Malam itu kami tidur telanjang di bawah selimut yang lembut, tapi              tidak ML, cuma pegang-pegangan dan ciuman saja, cape kan tadi sore              sudah lembur gitu, setelah ngobrol-ngobrol dikit langsung tertidur.              Keesokan harinya libur, aku banyak menghabiskan waktu bersamanya,              bangun pagi-pagi kami sudah melakukannya di kamar mandi, sepanjang              hari itu kami telanjang bulat di rumah dan sebagian besar terisi              dengan permainan seks di segenap pelosok rumah, mulai dari kamar,              dapur, taman belakang hingga meja makan. Sejak mengadakan liveshow              itu aku sebenarnya ingin mengadakan kembali acara seperti itu tapi              sebaiknya jangan sering-sering deh takutnya kalau banyak yang tahu              tidak baik juga buatku dan teman-teman cewekku itu.&lt;/a&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2309379439824136466'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2309379439824136466'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/nama-saya-erwin-25-tahun-wni-keturunan.html' title=''/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-8452872096638052717</id><published>2010-05-01T19:33:00.000-07:00</published><updated>2010-05-01T19:36:08.592-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Cerita Tante-tante"/><title type='text'>Dewi dan Tante Anis</title><content type='html'>&lt;a name=&quot;top&quot;&gt;Tante Anis Berenang adalah salah satu olahraga              rekreasi favoritku selama aku kuliah di Bandung. Tapi pada masa itu              sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman orang tua, aku              harus berhemat dan tidak bisa sering-sering berenang. Paling-paling              aku hanya berenang 2 atau 3 kali dalam sebulan. Kadang aku berenang              bersama teman-teman kampus, tapi lebih sering berenang sendiri              karena tidak banyak teman-temanku yang mau meluangkan waktu untuk              berenang secara rutin. Aku sering berenang di daerah Setiabudi, di              sana ada kolam air hangatnya sehingga aku bisa berenang sampai malam              tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Bandung.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan              gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap              berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang              saja yang ada di kolam renang. Langit sudah mulai gelap dan              lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan. Tapi aku              masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari              Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berrambut ikal yang berumur              sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda              lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy. Payudaranya tampak              agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah              dengan wanita-wanita yang lebih muda. Kulitnya putih dan wajahnya              juga masih tampak cantik...ah.. rasanya aku kenal wanita itu...              Kalau tidak salah dia Tante Anis, teman klub aerobik Tante Nita              bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa              waktu yang lalu. Pantas saja tubuhnya sexy.... Setelah meletakkan              barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam              renang, tepat di seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang              mengelilingi kolam renang. Saat ia berenang di depanku, kuberanikan              memanggil namanya, &quot;Tante Anis...&quot; Wanita itu berhenti dan berbalik              menatapku.&lt;br /&gt;            &quot;Hey... Doni ya... sama siapa berenang?&quot; tanya Tante Anis sambil              mencubit lenganku.&lt;br /&gt;            &quot;Biasa tante... sendirian aja, tante sama siapa?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Oh, sama Dewi teman kantor tante... tapi kayaknya dia masih di              kamar ganti tuh...soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil... nah              itu dia baru datang, tante kenalin yaaa...&quot;&lt;br /&gt;            Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin              umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya              lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada              montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV &quot;Bay Watch&quot;.              Tante Anis lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri              wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke              kolam renang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Wi.. ini kenalin... Doni, Don... ini kenalin..Dewi, teman kantor              tante,&quot; Sambil mengulurkan tangannya Dewi tersenyum dan menyebutkan              namanya, senyumnya manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil              menikmati kehalusan tangannya. Setelah berbasa-basi sebentar Dewi              berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Anis              mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang              sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Anis dan Dewi kayaknya              sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang              tidak seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya              berhenti.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Doni.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante              Nita lagi?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Lho... saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya              khan..?&quot; Tante Anis mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal.              Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.&lt;br /&gt;            &quot;Tante Nita suka cerita tentang kamu lho...hmm.. bikin kita-kita              penasaran deh,&quot; Tante Anis menggoda lagi, kini tangannya mencubit              perutku.&lt;br /&gt;            &quot;Aduh... sakit tante...,&quot; kataku pura-pura kesakitan. Dewi yang              tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tante Anis merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan              tangannya di pinggangku.&lt;br /&gt;            &quot;Dewi, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan..? Doni ini dulu              kos di tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget              di rumah kalau Doni lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia              dengan si Doni ini,&quot; Tante Anis tertawa genit sambil melirikku. Dewi              hanya tersenyum-senyum saja memandangku.&lt;br /&gt;            &quot;Ah... ati-ati Teh Anis... mahasiswa sekarang memang              nakal-nakal....!!&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat.              Aku merasa kegenitan Tante Anis sedang menantikan tanggapanku. Aku              mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Anis              dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Anis...              syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya              aku dan Tante Anis yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana              kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher              sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak              akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Dewi kelihatannya mengerti              apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja              berenang menjauhi kami.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang              lain di dekat kami, Tante Anis semakin berani. Tangannya mulai              dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku              tidak menolak perlakuannya Tante Anis mulai berani meremas-remas              penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Anis tersenyum nakal.&lt;br /&gt;            &quot;Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya.&quot; Aku              tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada              Tante Anis sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba              dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan              tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan kurasakan gundukan              yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Anis              sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu,              tampaknya dia mulai terangsang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ssstop Doni... jangan disini... kita ke hotel aja... mau?&quot; kata              Tante Anis setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan              birahi. Aku mengangguk setuju.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi Dewi gimana tante.... masak ditinggal?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Tenang aja, itu urusan tante... kamu naik dulu... tante mau bicara              sama Dewi.&quot;&lt;br /&gt;            Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat              aku kembali ke kolam renang tampak Dewi dan Tante Anis sudah duduk              di kursi sambil mengenakan handuk.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Doni, keberatan nggak kalau Dewi ikutan acara kita?&quot; tanya Tante              Anis sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.&lt;br /&gt;            &quot;Terserah Dewi aja, Doni sih nggak keberatan tante...&quot; kataku.              &quot;Iiih... emangnya acara apaan sih...?&quot; tanya Dewi, entah dia cuma              pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam              ini aku akan menikmati tubuh Tante Anis yang sexy. Belum terbayang              bagiku bagaimana kalau nanti Dewi ikut bergabung, aku belum pernah              ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering              berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu              meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Anis. Tidak berapa              lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Anis lalu mengajak              kami untuk makan malam di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan              Tante Anis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil,              &quot;Untuk bekal sampai pagi cukup nggak...&quot; tanya Tante Anis sambil              tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Dewi masih              pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di              sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena              mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar.              Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat              perselingkuhan, entahlah.....&lt;br /&gt;            &quot;Eh.. seperti yang aku bilang tadi.... kalau kalian mau ML aku nggak              ikutan yaa... aku cuma nunggu kalian di mobil aja.&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Aduh Dewi... kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan              di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau              ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey... kamu              bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa              kami pesankan &quot;extra-bed&quot;. Gimana..?&quot; tanya Tante Anis. Dewi              akhirnya mengangguk setuju.&lt;br /&gt;            &quot;OK aku di ruang tamunya aja... tapi kalian jangan ribut ya....              nanti aku nggak bisa tidur.&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku pikir Dewi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia              benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar              pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di              kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Dewi ini              sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam              yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja              memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut.              Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau              &quot;terpaksa&quot; ikut bergabung. Hmm... kalau Dewi mau ikutan, ini bakal              menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kamar hotel yang dipesan Tante Anis cukup besar, sebenarnya hanya              satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh              tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di              tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Dewi merebahkan              dirinya di kursi sofa.&lt;br /&gt;            &quot;Selamat ML yaa... aku mau disini aja menikmati bir dan tidur              nyenyak.&quot;&lt;br /&gt;            Sampai di kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan hanya              menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara              aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Anis lalu              mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku              langsung memeluk dan mencumbu Tante Anis, bibir kami saling memagut              dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun              mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing.              Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh... rupanya Tante Anis sudah              tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung              meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan ganas              berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah              menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling              meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana              jeansku sementara Tante Anis juga mulai melepas pakaiannya satu per              satu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai              busanapun.&lt;br /&gt;            &quot;Tante Anis... tante sexy sekali...,&quot; kataku memuji sambil meraba              payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya              Dewi bisa ikut mendengar.&lt;br /&gt;            &quot;Ah... kamu bisa aja,&quot; tampak wajah Tante Anis memerah, mungkin              merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Anis juga              tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha              mengecilkan suaranya.&lt;br /&gt;            &quot;Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Anis malam ini              sepuas-puasnya... lampunya Doni nyalain aja yaa...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Iihh... tante malu ah... khan udah nggak muda lagi...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Tapi tante masih sexy banget lho... swear deh.... Doni betul-betul              terangsang.&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Terserah Doni kalau gitu... emangnya Doni mau liat apa sih kok pake              nyalain lampu segala...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Doni mau menikmati tubuh Tante Anis yang sexy ini sampai puas, Doni              mau menikmati buah dada tante yang indah, Doni mau menikmati seluruh              bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat              klitoris tante, Doni pengen liat semua bagian dalam vagina tante.              Boleh khan...?&quot; kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.&lt;br /&gt;            &quot;Tentu boleh aja sayang...., malam ini tante jadi milik kamu. Doni              boleh liat apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun... pokoknya              boleh ngapain aja... sesuka kamu sayang..... Tapi sebaliknya Doni              juga jadi milik tante malam ini yaa.... Sekarang tante mau pegang              dan isep pisangnya Doni...gimana?&quot; tanya Tante Anis sambil              mendorongku ke tempat tidur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mulailah Tante Anis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante              Anis cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara              penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.&lt;br /&gt;            &quot;Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri... tante              udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak              sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante....&quot; kata Tante Anis              sambil terus menjilati kepala penisku. Dimasukkannya kembali penisku              ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku,              wow... rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.&lt;br /&gt;            &quot;Oohh... tante... enak banget tante....mmhh... isep terus tante...,&quot;              aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan              harapan supaya Dewi terpancing untuk ikut bergabung.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas              payudara Tante Anis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan              lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat              Tante Anis makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku.              &quot;Mmhh....mmhh.....&quot; Tante Anis mulai mendesah-desah menahan nikmat.              Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke              vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah              oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu              vagina Tante Anis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya.              Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya              yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke              dalam dinding-dinding vagina Tante Anis sementara ibu jariku              mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Anis menggelinjang              keenakan.&lt;br /&gt;            &quot;Ah... Doni.... mhh.... masukin sekarang sayang... tante udah              kepengen ngerasain penis Doni di dalam vagina tante,&quot; katanya sambil              melepaskan penisku dari mulutnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tante Anis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka              kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak              ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga              karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dewi.              &quot;Sabar dulu ya tante... Doni pengen banget jilat vagina tante...Doni              nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu... boleh....?&quot;              &quot;Terserah Doni sayaang.... tante udah kepengen banget sampai              puncak....&quot; Pantat Tante Anis kuganjal dengan bantal sehingga aku              tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan              kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua              jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Anis begitu merah dan              merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah              punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di              bagian atas bibir vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi              akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan              penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Anis, mulai dari              klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari              sapuan lidahku yang ganas. Tante Anis meremas rambutku dan terus              mendesah menahan nikmat.&lt;br /&gt;            &quot;Oohh... oohh... mmhh... Doni.... mmhh... adduhh....&quot; Suara Tante              Anis makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian              vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang              begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke              dalam liang vagina Tante Anis, sementara itu bibirku mengulum              klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya              dengan penuh nafsu.&lt;br /&gt;            &quot;Aaahh... Donii... tante nggak tahan Don.... adduuh...&quot; desahannya              makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan              keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang.              Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Anis akan mengalami orgasme.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai              bergerak, ah... rupanya Dewi mulai terpancing untuk melihat apa yang              kami lakukan di atas tempat tidur.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... Doni... mmhh... tante nggak tahan lagi... tante udah mau              keluar.... mmhh.... ahh...aahh...,&quot; akhirnya seluruh tubuh Tante              Anis menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas.              Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Anis              mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas              dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang              merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut              mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Anis perlahan-lahan mulai              pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan              orgasme.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... enak sekali orgasmenya... mmhh... tante sampe lemes....              rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua....&quot;&lt;br /&gt;            Aku hanya tersenyum. &quot;Gimana tante... udah siap lagi....,&quot; tanyaku              menggoda.&lt;br /&gt;            &quot;Bentar lagi ya Don... badan tante masih lemes.... dan lagi rasa              enaknya masih belum hilang....&quot;&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sementara itu kulihat Dewi sudah berdiri di samping tirai pembatas              ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.&lt;br /&gt;            &quot;Dewi, kalau mau gabung kesini aja... nggak apa-apa kok,&quot; kataku              memancing-mancing.&lt;br /&gt;            &quot;Iih... enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok,              soalnya suaranya seru banget sih... sampe Dewi nggak bisa tidur.&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Iya Dewi... sini aja lah..., ngapain kamu berdiri di situ... duduk              aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau              liat kita ML,&quot; Tante Anis ikut menimpali. Dewi kelihatan masih              malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi              tempat tidur.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dewi ikutan ngeliat di sini...?&quot;              tanyanya sambil duduk di kursi.&lt;br /&gt;            &quot;Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga              mau ikutan ML dengan kami, iya khan Don...... Ikutan ajalah              sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak              cerita ke suamiku,&quot; kata Tante Anis sambil melirikku dan aku              mengangguk mengiyakan. Wajah Dewi tampak merah, &quot;Ah.. Dewi cuma mau              liat kalian aja dulu....&quot; Betul dugaanku, sebenarnya Dewi mau ikut              bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma              sebuah alasan yang pas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sementara itu Tante Anis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya              mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di              selangkangannya.&lt;br /&gt;            &quot;Ayo sayang... kita lanjutin lagi.... sekarang punya kamu harus              dimasukkin ke sini ya...tante dari tadi pengen ngerasain punya              kamu...&quot; Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati              payudara Tante Anis dan mempermainkan putingnya diantara kedua              bibirku. Tubuh Tante Anis mulai menggeliat-geliat kembali.&lt;br /&gt;            &quot;Ah... Doni... tante jadi konak lagi... punya kamu masukin ya....              sekarang sayang... sekarang... tante udah kepengen banget ngerasain              penismu yang keras ini...&quot; Tante Anis terus merengek-rengek meminta              aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus              meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras. Akhirnya              perlahan-lahan kubuka paha Tante Anis sehingga bibir vaginanya              membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi              setiap lelaki.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante              Anis yang sudah siap menanti sejak tadi, dan... blesss... dengan              sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya. &quot;Aahh...&quot;              teriak Tante Anis sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut              penisku. Rupanya Tante Anis sudah sangat terangsang dan bernafsu              sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih              aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas              dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik              dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke              dalam dengan mantap.&lt;br /&gt;            &quot;Aduhh.. Doni... penismu sampai ke ujung... enak banget....mmhh...              terus sayang... tusuk yang kuat sayang... tante suka.... mmhh...              mmhh.... mmhh... mmhh ...mmhh ..&quot; Tante Anis terus mendesah              berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku. Suara kecipak              beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit ranjang              yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku              rasa dengan cara seperti ini Tante Anis tidak akan bertahan lama.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Beberapa saat kemudian Tante Anis minta ganti posisi, dia ingin              berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Anis              memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku              dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh              lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Anis lalu mulai              menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama              makin cepat dan desahannya makin keras, &quot;Mhh... mmhh.. mmhh....&quot; aku              belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante              Anis. Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Anis, beberapa              kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante              Anis dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga              menit Tante Anis di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang              kedua kali....&lt;br /&gt;            &quot;Aduh... tante mau keluar lagi sayang... aduuh... mmhh... mmhh...              mmhh... aahh!&quot; Tante Anis menjerit keras berbarengan dengan              orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan              kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis              penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan              intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas              dibandingkan Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian Tante Anis              terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Dewi, kulihat dia              mulai terangsang hebat melihat &quot;live-show&quot; di depan matanya...              Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya.              Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama              lagi. Permainan liar Tante Anis mau tidak mau membuatku makin dekat              menuju puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Dewi untuk              ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk              menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Anis saja. Setelah Tante              Anis mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia              kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku              menancapkan penisku ke dalam vaginanya.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... tante masih lemes... sabar sayang.... sebentar lagi....              mmhh... mmhh...&quot; Tante Anis mencoba mendorongku. Tapi tenaganya              tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian              tampaknya Tante Anis sudah mulai terangsang lagi. Apalagi setelah              telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita              dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka              bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau              mendapatkan rangsangan yang tepat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante              Anis.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... kamu nakal sekali... mmhh... mmhh .... dasar anak muda.....              mmhh... adduuh sayang... nanti tante bisa keluar lagi.... mmhh...              Doni... aduuhh...mmhh... tante jadi konak lagi... aahh... kamu ganas              sekali....&quot; kurasakan pinggul Tante Anis yang semula diam pasrah              kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan              penisku, pinggul Tante Anis menyentak ke atas sehingga penisku masuk              semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku              hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan              penis sedalam-dalamnya.&lt;br /&gt;            &quot;Tante... udah mau keluar belum.....?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Mmhh... iya sayang.... tante udah mau keluar lagi.... mmhh              ...mmhh...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Sekarang kita barengan ya... Doni juga udah mau keluar....&quot;              &quot;Hmmhh....... keluarin aja sayang... keluarin semuanya di dalam....              tante siap menampung.... tante udah nggak tahan sayaang.. ... tusuk              tante yang kuat....... mmhh.... uuh... rasanya penis kamu makin              besar..... dorong yang kuat sayang..... iya... seperti itu sayang...              iya... masukin yang dalam...mmhh... adduuh... tante keluar lagi....              aahh...aagh....!!&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Tante... mmhh... aduuh... Doni udah nggak tahan lagii.....              aahh...aahh..aagghh...!!&quot; Akhirnya sebuah semburan sperma yang              dahsyat ke dalam vagina Tante Anis menyertai kenikmatan orgasmeku.              Sementara itu tubuh Tante Anis juga kembali menegang dan              berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu.              Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami              tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa              nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan              dan keinginan kami selama beberapa saat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku dan Tante Anis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati              hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin              melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Anis.... Tidak berapa              lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Anis.              Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir              vagina Tante Anis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah              vagina Tante Anis lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental              tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Anis. Aku yakin              spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir              dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan              badannya dan mengelus-elus penisku.&lt;br /&gt;            &quot;Gila kamu Doni..... belum-belum tante udah keluar tiga kali...              kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Ah nggak apa-apa tante... khan ada Dewi, dia bisa gantiin tante              kalau tante udah capek... iya nggak,&quot; kami tertawa cekikikan melirik              Dewi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.&lt;br /&gt;            &quot;Iya Dewi, ayo kamu ikutan sini dong... bantuin aku ngerjain Doni...              aku nggak bakalan kuat kalau sendiri,&quot; kata Tante Anis ikut              memanaskan suasana.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ah... kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Anis..., tuh liat...              Doni punya udah lemes... kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat              lagi main dengan Dewi....,&quot; kata Dewi yang mulai menanggapi ajakan              kami dengan setengah menantang.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dewi mau ikutan nggak...?&quot;              pancingku.&lt;br /&gt;            &quot;Boleh aja... tapi buktiin dong kalau Doni punya masih sanggup              berdiri lagi seperti tadi,&quot; kata Dewi. Tampaknya Dewi sudah              mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.&lt;br /&gt;            &quot;Ok... aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan              keras seperti tadi tapi syaratnya harus Dewi yang bangunin yaa...&quot;              kataku tersenyum.&lt;br /&gt;            &quot;Iya... tapi dibersihin dulu dong... Dewi nggak mau bekas Teh              Anis... he... he.. he...&quot; Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk              membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan              Tante Anis. Saat keluar dari kamar mandi tampak Dewi sudah duduk di              tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Anis gantian duduk tanpa              busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap              rokok.&lt;br /&gt;            &quot;Ayo sini anak muda.... kita buktikan apa kamu masih sanggup              bertempur lagi...&quot; kata Dewi sambil tersenyum nakal. Setelah              mendapat alasan yang pas, Dewi yang sebelumnya tampak malu-malu              mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Anis. Aku              lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tanpa banyak basa-basi lagi Dewi langsung mengelus-elus penisku yang              masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan              Tante Anis. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dewi mulai              menjilat-jilat batang penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan lidah              Dewi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan              mulai menunjukkan tanda kehidupan. Dewi mulai memasukkan penisku ke              dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya              batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama              kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali              membesar dan mengeras, Dewi semakin bernafsu menghisap dan              menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.&lt;br /&gt;            &quot;Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan... sekarang giliran Dewi              memenuhi janji untuk ikut bergabung... gimana?&quot; Dewi cuma tersenyum              sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan              berbaring di sisiku. Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan              payudara Dewi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku              langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan              putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebenarnya dari tadi sudah              terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Anis,              meskipun sudah 3 tahun menikah Dewi belum memiliki anak jadi puting              susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis              perawan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai              menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dewi              dan kemudian akhirnya sampai ke daerah &quot;Segitiga Bermuda&quot;. Bulu              kemaluan Dewi tidak selebat Tante Anis sehingga belahan vaginanya              sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya. Setelah              puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu              vagina Dewi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang              vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya              segera membenamkan penisku ke dalamnya. Mungkin karena belum              memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak              menggelambir seperti punya Tante Anis. Secara refleks jari-jari              tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan              membuatnya melenguh keras, &quot;Oohh........&quot; Langsung lidahku menjilati              bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku              menjilati klitorisnya, pinggul Dewi bergerak maju seolah tidak              menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Setelah kurasa              cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku              mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin              segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dewi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dewipun              sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Anis              yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan              ganas. Dewi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya              berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua              pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan              penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala              penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi              pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam              vaginanya. Gila....nih cewek... vaginanya masih sempit sekali,              benar-benar seperti seorang perawan. Untung saja Dewi sudah cukup              terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang              vaginanya yang sempit dan basah. Dewi tampak menggigit bibir              bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir              mungkin Dewi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku              kuhentikan sejenak.&lt;br /&gt;            &quot;Sakit sayang...?&quot; tanyaku. Dewi menggeleng perlahan.&lt;br /&gt;            &quot;Enak sayang....?&quot; kataku lagi. Dewi hanya mengangguk sambil              tersenyum. Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dewi              terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Anis,              persetubuhan dengan Dewi terasa begitu lembut dan indah. Kontras              sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya              yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak.              Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh              menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku melepaskan diri              dan meminta Dewi untuk bergantian di posisi atas. Diapun              melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya              pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara              aku meremas-remas buah dadanya yang indah. Aku rasakan              dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga              membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Dewi makin              cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Dewi mulai              sulit mengontrol gerakannya sendiri....&lt;br /&gt;            &quot;Oohh... mmhh....mmhh... uuhh..&quot; tampaknya Dewi mulai dekat menuju              orgasme.&lt;br /&gt;            &quot;Ahh... Doni... mmhh... Dewi di bawah aja ya... Dewi takut keluar              duluan.....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Nggak apa-apa sayang, keluarin aja....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Enggak ah... Dewi mau keluar barengan sama Doni....&quot; Akhirnya Dewi              kembali berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi              diantara selangkangan Dewi dan kembali membenamkan penisku ke dalam              vaginanya. Di posisi ini tampaknya Dewi lebih bisa mengatur nafsunya              sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami              kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah              dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kamipun mulai              dibasahi oleh peluh.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai              menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan              bobol. Gerakanku makin kuat dan Dewi juga merasakannya sehingga              diapun mulai agak mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari              bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku              dengan maksimal ke dalam vagina Dewi. Rasanya tidak lama lagi kami              berdua akan sampai ke puncak kenikmatan....&lt;br /&gt;            &quot;Dewi... aku udah mau keluar sayaang.... mmh.... sshh... sshh...              mmhh...&quot; aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa              bertahan sedikit lagi.&lt;br /&gt;            &quot;Dewi juga mau keluar sayang... adduhh... penis kamu tambah besar...              Dewi nggak tahan lagi... mmhh... aaah......mmhh...&quot; Gerakan kami              berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya....&lt;br /&gt;            &quot;Aahh.... Donii..... mmhh.... aahh.... Dewi nggak tahan lagi              sayang... aahh... aahh...!&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Dewiii.... aduuh..... Donii keluaar............ aahh...!&quot; Tubuh              kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama              yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat              kami berpelukan, aku kembali mencumbu Dewi dengan lembut. Kemudian              aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling              berpandangan. &quot;Wow... keren.... hebat....&quot; tiba-tiba kudengar Tante              Anis bertepuk tangan memberi &quot;applaus&quot; untuk persetubuhan kami yang              cukup lama dan menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah              terlalu lelah untuk berkomentar.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dewi saling bergumul sebelum              akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dewi              tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum              penuh arti ke Tante Anis lalu kembali memejamkan matanya. Sementara              itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dewi              meskipun tidak sebanyak Tante Anis. Akupun hanya bisa terbaring              lemas, penisku tampak tak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat haus              dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap              sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras              habis oleh dua wanita bersuami ini.&lt;br /&gt;            &quot;Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya... melihat kalian ML              tante jadi kepengen lagi lho.... Doni masih kuat khan...?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Ok tante,.... Doni masih kuat kok... liat nih... sebentar juga              bangun lagi...&quot; kataku menanggapi tantangan Tante Anis. Kutunjukkan              pada Tante Anis penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar.              Melihat aku mulai segar lagi Tante Anis merebahkan aku ke tempat              tidur di samping Dewi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa              perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan              Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku              hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Anis              mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.              Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Anis menggerak-gerakkan              pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat.              Dewi yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan              menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,&lt;br /&gt;            &quot;Ah.. keterlaluan deh Teh Anis ini, si Doni belum sempat istirahat              udah diembat lagi.... nggak kasian sama anak orang...&quot; Tante Anis              cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama              kemudian Tante Anis melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta              aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... tante kepengen kamu masukin dari belakang ya...?&quot; Tante              Anis lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dewi sambil              tangannya meraba-raba payudara Dewi sambil sesekali lidahnya              menjilati putingnya. Sementara itu aku langsung memasukkan penisku              lagi ke dalam vagina Tante Anis yang sudah merah merekah dari              belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Anis pada mulanya Dewi              tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi              lama kelamaan dia membiarkan Tante Anis melakukan aksinya bahkan              tampaknya Dewi mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Anis.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina              Tante Anis tanganku mulai meraba vagina Dewi sehingga membuatnya              makin terangsang. Kemudian Dewi membuka kedua pahanya lebih lebar              agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya.              Sementara itu pinggul Tante Anis mulai bergerak tak teratur dan              desahannya makin keras.&lt;br /&gt;            &quot;Aaah... mmhh... mmhh.... mmhh....&quot; Aku tahu sebentar lagi Tante              Anis akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan              Tante Anispun makin tak terkontrol.&lt;br /&gt;            &quot;Donii.... aahh.... tusuk yang kuat sayaang.... iya... yang kuat              sayang... teruss... teruss... tusuk yang dalam.... tusuk sampai              ujung sayang... aahh... tantee keluar lagii......... aaghh...&quot; Tante              Anis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga              penisku masuk makin dalam. Kutarik paha Tante Anis ke arahku dengan              maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah              beberapa saat akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun              terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dewi              langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih              posisi Tante Anis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan              kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku ke dalamnya.              Dewipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam              vaginanya yang hangat dan basah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai              meraba-raba buah dadanya yang indah. Dewi tampak sangat menikmatinya              sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak. Setelah beberapa menit              berlalu, Dewi tampak mulai kelelahan dengan posisi &quot;doggy-style&quot;.              Dewi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali              menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka              lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku              kembali. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa              banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina              Dewi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa              persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri sekarang sudah mulai              berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai              berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah              dengan kuat. Rasanya Dewi yang sekarang tidak kalah ganas dengan              Tante Anis.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dewi              yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol              dan hampir mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya              sendiri, aku ingin Dewi juga bisa merasakannya padahal saat itu              kurasakan kondisi Dewi masih stabil dan belum mendekati orgasme.              Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat              datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dewi              yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat. Akhirnya              kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya              supaya Dewi juga cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam              waktu singkat gerakan pinggul Dewi menjadi makin kuat dan mulai              tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras. Aku              tahu Dewi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak              orgasme.... &quot;Dewi sudah mau keluar ya.......?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;            &quot;Hhmm... iya sayang... adduhh... sebentar lagi Dewi keluar....              barengan ya sayang....sepertinya penis Doni juga udah makin besar...              mmhh... enak banget..... vagina Dewi terasa penuh.... mmhh....              aahh..... fuck me honey....fuck me hard... aahh.... aahh....&quot; Begitu              kurasakan Dewi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat              gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil              mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam              dan nikmat. Dan akhirnya...&lt;br /&gt;            &quot;Dewi.... aku nggak tahan lagi... keluarin bareng sekarang              yukk......&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Iya sayang.... Dewi juga.... aahh... adduhh.... tusuk yang kuat              sayang... fuck me...... yess... aahh...uuhh... Dewi keluar              lagi....aahh...... aagh...!!&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Oohh.... Dewi.... mmhh Doni juga keluaarr...... aagh...!&quot; Akhirnya              kami kembali orgasme bersamaan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu              apakah aku masih sanggup kalau Tante Anis minta lagi. Tapi kulihat              Tante Anis juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat              yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat              saja. Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana dan hanya              ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara              adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ah...              ternyata Tante Anis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik              mengulum penisku. &quot;Aduh... tante... pagi-pagi udah sarapan              pisang...&quot; kataku sambil tertawa.&lt;br /&gt;            &quot;Hmm.. sorry ya Don,... tante tadi bangun duluan terus tante nggak              tahan liat penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak              banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Doni... nggak apa-apa              khan...?&quot; Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante              Anis. Tampaknya Tante Anis sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu              tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada              pada puncak birahinya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sementara itu Dewi tampak masih tergeletak pulas disampingku.&lt;br /&gt;            &quot;Doni sayang... tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa....              soalnya sebentar lagi khan kita pisah... jadi sekarang tante pengen              ML lagi dengan Doni... mau khan...?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Masukin aja tante... Doni juga suka ML dengan tante....pokoknya              hari ini Doni mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat              lagi.... tante mau khan?&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Hm.... dengan senang hati sayang..... ssttt... jangan keras-keras              nanti si Dewi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara              ML dengan kamu.&quot; Ah... kali ini aku akan memberikan sesuatu yang              lain untuk Tante Anis. Aku akan membuatnya mengalami orgasme              berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tidak terlau sulit              karena tampaknya Tante Anis tipe wanita yang sangat sensitif dan              mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga              kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang.              Kubiarkan Tante Anis menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam              vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku              meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan              pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin              terangsang. Benar saja tidak sampai lima menit Tante Anis mulai              kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang              kelima. &quot;Aahh... Doni.... tante keluar.... mmhh... adduuhh...              aahh... aahh.. aaghh...!!&quot;&lt;br /&gt;            Aku tidak memberi Tante Anis kesempatan beristirahat. Setelah              tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Anis dan membuka              pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam              vaginanya. Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan              cepat. Benar saja, Tante Anis tampak kaget dan tidak siap dengan              serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya              mulai bergetar hebat.&lt;br /&gt;            &quot;Adduhh... Doni... tante jadi pengen keluar lagi.... aahh... aahh...              aahh...&quot; Kurasakan badan Tante Anis mengejang dan kemudian lemas,              ini orgasmenya yang keenam. Sementara itu penisku masih keras dan              besar di dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku              kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tante Anis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya,              kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.&lt;br /&gt;            &quot;Donni..... kamu nakal.... nanti tante bisa keluar lagi... aduuhh...              mhh... aahh... mmhh.... Doni..... tante mau keluar lagii.....              aduuhh... aahh..... dorong yang keras sayang... iya... tusuk yang              dalam sayang... iya gitu... terus... terus.... jangan berhenti...              aahh... aahh... enak sekali sayang... mmhh... tante keluar lagiii...              aahh&quot; Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini              kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga              penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Anis berulang-ulang dengan              cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme              sebelumnya kembali tubuh Tante Anis bergetar hebat untuk mengalami              orgasmenya yang ke delapan.&lt;br /&gt;            &quot;Aahh... Donnii.... uughh.... masukin yang dalam sayang.... masukin              sampai ujung.... aahh.... enak banget..... aaahh... gimana nih....              tante bisa keluar lagi.... mmhh.... aahh... aduuhh... tante keluar              lagi sayang... aahh.. aahh.....&quot; kali ini tubuhnya menggelinjang              cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya              terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang              luar biasa.... Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku              meneruskan tusukan penisku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kali ini tante Anis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya              memelas memintaku untuk berhenti.&lt;br /&gt;            &quot;Udah dong sayang... tante capek banget.... vagina tante mulai perih              sayang jangan cepet-cepet dong... sakit... udah sayang... tante              istirahat dulu... sebentar aja... nanti kita lanjutin lagi... kasih              kesempatan tante istirahat dulu sayang...&quot; katanya sambil mencoba              menahanku. Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat              supaya Tante Anis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan              penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang              berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus              kenikmatan seperti Tante Anis. Setelah beberapa saat tampaknya Tante              Anis mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat              kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti              gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante              Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan              kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Anis              menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan              pinggulnya mengganas kembali.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan...              &quot;Ahh...oohh...Doni....kamu pinter banget sih... aahh... anak              nakal.... tusuk tante yang kuat sayang... aahh ... aahh... tante              keluar lagi.... aahh..... aahh aahh..!,&quot; teriakannya kali begitu              keras dan panjang sehingga Dewi yang tertidur kelelahan akhirnya              terbangun juga. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis              sambil menunggunya kembali siap.&lt;br /&gt;            &quot;Udah sayang... tante udah capek... tante nggak kuat lagi sayang....              udah ya sayang... vagina tante udah kebas...... please... tante udah              nggak sanggup lagi......&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Hmm... Doni masih pengen terus tante... soalnya sebentar lagi kita              pisah... Doni mau menikmati tubuh Tante Anis hari ini sampai              sepuas-puasnya...&quot; kataku sambil memulai lagi tusukan penisku.&lt;br /&gt;            &quot;Ayo dong sayang..... udah dulu... kapan-kapan kita khan bisa ketemu              lagi.... tante janji deh.... tapi sekarang udah dulu tante capek              banget... tenaga tante udah abis....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Yang ini terakhir tante... Doni juga udah mau keluar kok... boleh              yaa...&quot; kataku sambil mengecup bibirnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tante Anis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang              terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah              merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa              membesar dan memenuhi vagina Tante Anis. Tampaknya Tante Anis juga              merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai              mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.&lt;br /&gt;            &quot;Ahh... Doni.... keluarin punya kamu sekarang sayaang... tusuk tante              yang kuat... tante juga udah mau keluar sekarang....... aaaahhh..!!&quot;              &quot;Ayo tante kita barengan... ini yang terakhir.... aahh Doni              keluarr... aaggh...!&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Aahh...... mmhh... tante juga keluar lagii..... adduhh maakk...enak              bangeett...... aaghh...!&quot; Akhirnya kali itu persetubuhan kami              benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas. Kukecup bibir              Tante Anis dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam              vaginanya. Kulihat vagina tante Anis sudah sangat merah dan Tante              Anis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya              sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante              Anis, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dewi,&lt;br /&gt;            &quot;Hey... kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dewi sih... emangnya              kalian kira aku nggak pengen yaa....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Sudah berapa lama sih kalian main... kok kayaknya seru banget...              Anis sampai basah penuh keringat gitu...,&quot; lanjut Dewi lagi. Tante              Anis hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia              mengalami 6 kali orgasme pagi itu.&lt;br /&gt;            &quot;Enam kali...?? Ah gila juga... bener-bener teteh maniak ML.....              Dewi baru tau....&quot; kata Dewi melotot memandangi Tante Anis seolah              tidak percaya.&lt;br /&gt;            &quot;Swear... enggak juga Wi.... aku baru kali ini kok ML segila ini,              gak tau nih siapa yang gila, si Doni apa gue....&quot; kata Tante Anis              membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan.&lt;br /&gt;            &quot;Dewi juga pengen dong sayang.... nggak usah enam kali kayak Teh              Anis tapi Dewi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah... ya              sayang..... please... aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial              dari kamu. Ok, honey.....&quot; Tapi tampaknya Dewi menyadari kondisiku              yang masih lelah kehabisan tenaga.&lt;br /&gt;            &quot;Kalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah              kok..... dari tadi aku liat Teh Anis ML dengan kamu kok kayaknya              seru banget, Dewi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please              honey... jilatin punyaku seperti kemarin malam.... Dewi suka kok...              jilatin terus sampai Dewi puas... pokoknya jangan berhenti sebelum              aku puas yaaa...... please honey... eat my pussy.... please...&quot; Dewi              yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau              ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya              pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping              sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan              kelelahanku. Aku ingin membuat Dewi mengalami orgasme berkali-kali              tanpa istirahat seperti Tante Anis. Karena penisku masih lemas, kali              ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Dewi di atas              ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku              bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.&lt;br /&gt;            &quot;Nah... gitu sayang... jilatin vagina Dewi... hmmh... enak              banget.... Dewi belum pernah orgasme pakai oral... sekarang Dewi              pengen ngerasain... ayoo sayang... bikin aku terbang melayang ke              bulan.... c&#39;mon honey... lick my pussy.... mmhh... yesss... I like              it... yess... make me cum honey...&quot; Kujilati bibir dan liang              vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku              sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tampaknya Dewi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang              perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa              menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan              menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat              sehingga tubuh Dewi mulai bergetar tak beraturan. Sementara itu              jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya.              Ini membuat Dewi menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi,              pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya              yang ketiga.&lt;br /&gt;            &quot;Mmhh Doni... adduhh... Dewi nggak tahan lagi adduuhh... terus isep              yang kuat... c’mon honey.... mmhh... yess.... I’m cumming.... I’m              cumming...... aduh enak bangeett.... aahh... oohh.... oohh...!!&quot;              tubuh Dewi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam              dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak              menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang              sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dewi yang              menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dewi              merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Anis.              Dewi masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu              penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu              beristirahat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dewi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena              aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut              akibat orgasmenya yang terakhir.&lt;br /&gt;            &quot;Aduhh... Doni sayang... kamu ganas banget sih.... Dewi masih capek              nih.... istirahat dulu yaa.... please honey...&quot; Aku tersenyum dan              menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke              dalam vaginanya. Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dewi mulai              terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai              menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit              berlalu akhirnya pertahanan Dewi mulai bobol. Ia mulai kehilangan              kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang              ke-empat.&lt;br /&gt;            &quot;Donni..... mmhh... gimana nih... Dewi bisa keluar lagi              sayang....... aduhh... aahh... keluar lagi deh... aahh..... mmhh....              aahh...!&quot; kedua tangan Dewi mencengkeram punggungku sementara itu              kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan penisku tertancap              dalam-dalam di vagina Dewi dan membiarkan dia menikmati orgasmenya.              Begitu cengkeraman Dewi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan              goyangan penisku di dalam vaginanya. Dewi tampaknya kaget setengah              mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.&lt;br /&gt;            &quot;Doni... udah dulu dong sayaang... Dewi masih capek..... Dewi lemes              banget sayang.... please.... gimme a break, honey....&quot; Tapi sama              seperti dengan Tante Anis sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku              terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin              cepat... sampai akhirnya Dewi mulai terangsang lagi untuk yang              kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Doni... gantian ya... Dewi pengen di atas....&quot; Aku lalu merebahkan              diriku dan membiarikan Dewi menaiki tubuhku sambil membenamkan              penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Dewi benar-benar sudah belajar              banyak dari Tante Anis, gerakannya mulai ganas dan liar.              Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu.              Akhirnya Dewi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang              kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke              dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.&lt;br /&gt;            &quot;Donii.... aahh... Dewi udah nggak tahan...uuhh... mmhh .....Dewi              keluar lagi.... mmhh... yess.... I’m cumming... aahh...              aahh......!!&quot; Akhirnya pinggul Dewi menghujam keras ke bawah membuat              penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa              nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dewipun terkulai              lemas di atas tubuhku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kelihatan Dewi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima,              tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum              orgasme. Kubaringkan Dewi yang masih memejamkan mata, lalu              perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang              kenikmatannya. &quot;Aduh... jangan sayang... uuh... sakit sayang...              vagina Dewi udah mulai ngilu.... berhenti dulu yaaa... istirahat              sebentar aja... nanti boleh lagi....&quot; Dewi mencoba menolakku, tapi              tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke              dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku              yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dewi, sebaliknya aku              ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku              dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam              vaginanya yang sudah over-sensitif. Kalau Dewi terlihat kesakitan              aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan              yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan              telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan              tapi pasti libido Dewi mulai naik kembali.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya              mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil              kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat              kemudian tampaknya Dewi benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah              tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan              pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan              penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Dewi sebentar lagi akan              mencapai orgasme, dan begitu juga aku.&lt;br /&gt;            &quot;Doni sayang... Dewi mau keluar lagi..... adduhh... adduhh... enak              banget... mmhh... c’mon honey... fuck me harder.... yess.... aahh...              masukin yang dalam sayang... adduuh... mmhh.... adduhh... Dewi              keluar lagii.... mhh... aahh... I’m cumming.... aahh!&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Ayo Dewi.... kita barengan yaa sayang....... mmhh... aahh...!!&quot;              Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke              dalam vagina Dewi, sementara tubuh Dewi menggelinjang hebat menahan              nikmat orgasmenya yang keenam.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante              Anis masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja. Untunglah kami              bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari              kami yang berani meminta lagi. Tanpa sadar hari sudah terang dan              waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kamipun              akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel. Di              perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang              perasaan nikmat yang kami alami...&lt;br /&gt;            &quot;Doni... kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai              sekarang masih gemeteran. Veggie tante juga rasanya masih kebas...              belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin...              kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh....&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Iya nih... Dewi juga sampai teler banget, tega banget sih kamu              sayang... kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja....! But              anyway thanks ya... Dewi belum pernah ML senikmat ini... I feel              great.... kapan-kapan Dewi mau ikutan lagi yaa...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Aduh... Tante Anis dan Dewi juga nggak kira-kira ganasnya, Doni              sendiri juga sudah kehabisan tenaga. Untung aja tante nggak minta              nambah lagi, ML yang terakhir dengan Dewi tadi bikin Doni              bener-bener udah nggak kuat lagi. Tapi ngomong-ngomong kapan kita              bisa ketemu lagi tante... Terus terang ini pengalaman Doni yang              pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Doni kayaknya              ketagihan pengen lagi... Doni nggak bisa lupain pengalaman ini.&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Itu gampang diatur... ini kartu nama tante, Dewi juga kerja di              kantor yang sama. Nanti kapan-kapan kalau Doni pengen ketemu tinggal              telpon aja, bisa kita atur waktunya. Yang jelas tante nggak mau              ketemu sendirian dengan Doni, paling tidak tante akan ajak Dewi atau              tambah cewek lain biar gantian Doni yang kita habisin sampe nggak              bisa bangun...ha...ha...ha...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari              Jumat, Doni rutin berenang di sana setiap hari Jumat....&quot; kataku              memberi alternatif. Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk              mengambil motor kamipun berpisah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tante Anis sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang              seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku              tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini              menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku.              Setelah kejadian itu kami sempat beberapa kali mengadakan pertemuan              dan mengulangi pesta seks, kadang di Ciater, kadang di Puncak, atau              di Lembang lagi. Sekali waktu Tante Anis pernah mengajak seorang              temannya lagi dan itu benar-benar membuatku kehabisan tenaga karena              harus mengalami orgasme sampai delapan kali dalam semalam untuk              melayani tiga orang wanita yang haus akan kenikmatan syahwat. Sayang              sekali petualangan gila ini terpaksa harus berakhir setelah Tante              Anis dan Dewi terlibat perselisihan akibat urusan kantor. Meskipun              demikian pengalamanku bersama mereka masih terus kuingat sampai              sekarang dan sering menjadi fantasi seksualku saat aku bercinta              dengan istriku.&lt;/a&gt;</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8452872096638052717'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/8452872096638052717'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/dewi-dan-tante-anis.html' title='Dewi dan Tante Anis'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-2704180602692163592</id><published>2010-05-01T19:27:00.001-07:00</published><updated>2010-05-01T19:27:54.452-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita perselingkuhan"/><title type='text'>Asmara Dalam Selimut Duka</title><content type='html'>Mendung bergelayut diatas sekumpulan orang yang sedang bergerombol              mengitari liang di sebuah pemakaman umum di kota Surabaya yang              panas. Suasana sedih tampak jelas dari raut muka para hadirin di              tempat itu. Walau bermuka tegar dan berusaha tak menunjukkan              kesedihannya, tapi hati Antok meraskan kehilangan yang amat dalam.              Edo adalah sahabatnya sejak SMU dan sekarang meninggalkannya untuk              selamanya. Dengan tatapan tajam pada jenazah yang diturunkan ke              liang lahat, Antok melepas sahabatnya yang telah gigih berjuang              melawan penyakit kanker selama satu tahun terakhir ini.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kembali ke rumah duka, Antok hanya duduk dilantai dipojok kamar              tempat sahabatnya mengehembuskan nafas terkahir. Dia hanya melamum              mengenang kejadian 2 hari yang lalu dimana Edo yang terbaring lemah              diatas tempat tidur dalam kamar itu bercerita tentang rencana              pelangsungan pernikahan yang sedang digagasnya. Dalam hati Antok              merasakan sebuah peristiwa yang sangat ironis dari rencana              sahabatnya itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Hampir semua yang berada dalam rumah duka tersebut masih meneteskan              air matanya kecuali Antok. Sementara diluar masih ramai para teman              Edo yang juga temannya bercakap-cakap mengenang seorang teman yang              baru saja dimakamkan. Seorang teman mengajak Antok keluar untuk ikut              bercakap-cakap dan menerima tamu, tapi Antok hanya terdiam saja.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Calon mempelai Edo terlihat masih tersedu-sedu diruang tengah              berusaha ditenangkan oleh keluarga sahabatnya. Melihat kejadian itu,              Antok juga ingin menangis tapi otaknya yang penuh kenangan terhadap              sahabatnya mampu menghibur hatinya yang penuh kesedihan. Ingatannya              kembali pada masa lalu, masa dimana ia dan sahabatnya sering              menghabiskan waktu bersama untuk mempelajari hal-hal yang berbau              teknologi komputer. Kebersamaan Antok dengan sahabatnya yang baru              saja meninggal itu naik turun karena kesibukan masing-masing. Tapi              sejak sahabatnya pindah kembali ke kota Surabaya, kebersamaan Antok              dan sahabatnya kembali seperti saat-saat mereka di sekolah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Walau tak banyak yang dilakukan Antok di rumah duka sahabatnya              kecuali diam dan merokok, tapi ia tak segera pulang hingga malam              hari. Merasa merepotkan keluarga sahabatnya, iapun dengan berat hati              berpamitan pulang. Ketika melangkahkan keluar dari pintu rumah itu,              sebuah suara yang datang dari arah belakang memanggilnya. Rupanya              kakak perempuan sahabatnya dari luar kota yang telah lama tak              dijumpainya minta tolong untuk diantarkan ke hotel tempatnya              menginap. Antok sebenarnya sudah agak lupa dengan wajah Mbak Eka,              kakak sulung sahabatnya yang lebih tua 2 tahun darinya. Eka adalah              satu-satunya anggota keluarga sahabatnya yang tidak begitu dikenal              oleh Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Tok, Sorry ya ngrepoti, bisa minta tolong mengantar aku dan Lusi              balik?&quot;, tanya Eka tanpa basa-basi.&lt;br /&gt;            &quot;Bisa Mbak, saya lagi lowong kok!&quot;, jawab Antok dengan serta merta.            &lt;br /&gt;            Eka lalu balik kembali kedalam rumah dan tak lama kemudian keluar              bersama Lusi, calon mempelai sahabatnya. Berbeda dengan Mbak Eka,              wajah Lusi masih tampak sembab dan berjalan sangat pelan.&lt;br /&gt;            &quot;Sorry ya, aku nemenin Lusi di kursi belakang, kamu sendirian              didepan&quot;, kata Mbak Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak apa-apa kok Mbak&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;            Dilepas oleh beberapa anggota keluarga sahabatnya sampai depan              rumah, Antok segera menyalakan mobilnya dan mengantar Lusi dan Mbak              Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Didalam perjalanan Eka tak henti-hentinya berusaha menghibur Lusi              dan sesekali menasihatinya agar tetap tabah. Antok mengendarai              mobilnya dengan pelan sambil sesekali menanyakan arah tempat tinggal              keluarga Lusi pada Lusi karena sebelumnya memang belum pernah              ketempatnya. Sebelumnya memang Antok sudah dikenalkan sahabatnya              pada Lusi, tapi hal itu telah berlalu 6 bulan yang lalu saat ia              diajak Edo ke Jakarta. Karena perkenalan yang singkat dan tak pernah              bertemu lagi hingga sekarang maka Antok hanya mengenal Lusi sebatas              yang Edo ceritakan padanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah sampai di rumah keluarga Lusi, Eka mengantarkan Lusi hingga              ke kamarnya. Antok yang duduk di ruang tamu mendengar isak tangis              Lusi kembali muncul ketika akan ditinggal Eka. Demi menenangkan              calon adik iparnya yang batal sepeninggal Edo, Eka terpaksa harus              menunggu Lusi hingga tenang kembali. Sementara itu, Antok yang              banyak diam ditemui oleh ayah Lusi di ruang tamu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam benak Antok timbul sebuah penasaran mengenai Eka. Dia heran              terhadap ketabahan Eka menerima kematian adik kandungnya. Dan yang              membuatnya heran lagi adalah sikap Eka yang menunjukkan              kebijaksanaan dalam tutur katanya yang lembut ketika menenangkan              Lusi. Sebuah hal yang sulit bagi seseorang yang berduka cita              mendalam tapi mampu mengendalikan emosinya apalagi mengendalikan              emosi orang lain.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok tak mengenal Eka secara langsung tapi dari cerita-cerita Edo              dan anggota keluarganya yang lain, ia mengetahui bahwa Eka merupakan              wanita karier dengan prestasi yang membanggakan. Walau umurnya telah              menginjak kepala tiga tapi ia masih melajang. Antok yakin bahwa              kelajangan Eka bukan disebabkan oleh penampilannya. Penampilan Eka              meski tak menyolok tapi sangat menarik. Dengan tinggi 165 cm, berat              tak lebih dari 60 kg, tubuh atletis dan berparas manis mampu              membuatnya dengan mudah memilih pria yang disukainya bila ia mau.              Tapi mungkin karena pekerjaannya sebagai manajer HRD di sebuah              perusahaan asing di Jakarta banyak menyita waktunya sehingga saat              ini ia belum berkeluarga.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Jam dinding rumah keluarga Lusi berdenting hingga 11 kali ketika Eka              mengajak Antok untuk berpamitan pada kedua orang tua Lusi. Seperti              sebelumnya, Antok mengendari mobilnya tanpa banyak bicara. Dia hanya              menanyakan nama hotel tempat Eka menginap. Berkali-kali Eka membuka              bahan pembicaraan tapi Antok tetap tak banyak komentar. Sesampai              didepan pintu masuk hotel, Antok menghentikan mobilnya dan              berpamitan langsung pada Eka. Semula Eka memang hanya ingin              diturunkan di pintu masuk hotel. Tetapi setelah melihat seseorang              yang dikenalnya dari kejauhan ia meminta Antok untuk mengantarnya              kekamar.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Wajah tenang Eka berubah menjadi gelisah saat turun dari mobil.              Antok memang tak tahu apa yang terjadi pada Eka tapi ia merasakan              ada sesuatu. Ketika melewati lobby hotel, seseorang pria menyapa dan              menghentikan langkah mereka berdua. Eka menanggapinya dengan acuh              tak acuh meski tetap meladeninya bicara. Merasa bukan urusannya,              Antok mengambil jarak dari Eka. Seakan tak mau jauh dari Antok, Eka              memegang pergelangan tangan Antok dan menariknya agar tetap berada              disampingnya. Pria itu memperhatikannya dengan wajah cemburu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam keadaan masih berdiri, pria itu berbincang pada Eka dan              berusaha membujuknya segera balik ke Jakarta dengan berbagai alasan              perihal urusan kantor tanpa perduli terhadap kedukaan Eka              sepeninggal adiknya. Dengan tenang Eka meladeninya dan dapat              membalik kata-kata pria tersebut karena dia tahu maksud sebenarnya              yang tak terungkap dari omongan pria tersebut. Antok tetap saja diam              tak ingin mencampuri urusan Eka dan setiap kali berusaha mengambil              jarak, gandengan Eka pada pergelangan tangannya mampu menahannya.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kesabaran pria itu mulai sirna.&lt;br /&gt;            &quot;Meskipun Mr. Smith bos kamu telah memberimu cuti 5 hari, tapi dia              pasti akan menjadikanmu kambing hitamnya bila harga saham perusahaan              jatuh dalam minggu ini!&quot;, kata pria itu dengan nada tinggi.&lt;br /&gt;            Kata-kata itu membuat Eka terdiam karena dia merasa omongan pria itu              ada benarnya.&lt;br /&gt;            &quot;Maaf om, bukannya mau mencampuri urusan, tapi bukankah saham              perusahaan &quot;X&quot; habis rebound kemarin? Menurut prediksi malah akan              terus naik minggu ini karena masih under value. Dan lagi bukankah              pasar yang menentukan?&quot;, celetuk Antok dengan tenang tapi              mengejutkan Eka maupun pria itu.&lt;br /&gt;            Ucapan Antok mengingatkan Eka pada berita dari lantai bursa kemarin              dan semakin mengukuhkan pendiriannya untuk tidak segera kembali ke              Jakarta. Pada saat yang sama, pria itu merasa sangat marah pada              Antok karena mencampuri urusannya dan mematahkan argumennya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Tahu apa kamu tentang bursa saham?&quot;, tanya pria itu dengan nada              menghina dan mendekat pada Antok.&lt;br /&gt;            Pria itu berusaha agar dapat berkelahi dengan Antok untuk              melampiaskan rasa kekesalannya yang sudah muncul sejak tadi. Tapi              Antok hanya diam dan menggeleng kepala, sedikitpun tak terprovokasi.              Sumpah serapah yang diterima Antok selanjutnya hanyalah bagai angin              lewat tanpa sedikitpun mengusik emosinya yang ikut terkubur bersama              jenazah sahabatnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok tetap diam berdiri ditempat, tegar dan pasrah seakan siap              menerima apapun membuat pria itu makin marah dan mendorong-dorongnya              dengan keras tapi dicegah oleh Eka. Datangnya beberapa satpam dan              pegawai hotel tersebut membuat pria itu malu dan segera meninggalkan              tempat itu. Sepeninggal pria itu Eka menggandeng tangan Antok              mengajaknya ke arah lift untuk menuju kekamarnya di lantai 4.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Maaf ya Tok, aku jadi ngrepotin kamu!&quot;, kata Eka sesampai didalam              kamar.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak apa-apa kok Mbak&quot;, jawab Antok tanpa ekspresi.&lt;br /&gt;            &quot;Sebentar ya aku ganti pakaian dulu&quot;, kata Eka langsung masuk ke              kamar mandi.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu pandai masalah saham juga ya!&quot;, puji Eka sewaktu keluar              dari kamar mandi tanpa mengenakan lagi celana jeans-nya.&lt;br /&gt;            Pujian Eka memotong lamunan Antok yang sedang menatap pemandangan              malam kota Surabaya dari jendela kamar hotel. Setelah memutarkan              badan ke arah ucapan Eka ia melihat sosok wanita cantik berkaki              indah nan mulus hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan bercelana              dalam saja. Antok memperhatikan Eka yang sedang berjongkok mengambil              minuman kaleng dari lemari es kecil.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Maaf Mbak, maksud saya tadi bukannya sok tahu soal saham, saya              hanya penasaran soal saham perusahaan Mbak, saham yang baru saja              rebound apalagi masih under-valued bisa kembali anjlok lagi seperti              dibilang orang itu&quot;, ungkap Antok dengan nada datar.&lt;br /&gt;            &quot;Omongan pria itu hanya mengada-ada, dia itu yang sok tahu, analisa              sahammu cukup jitu&quot;, kata Eka sedikit menggoda sambil menyerahkan              minuman kaleng pada Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Analisa berita bukan analisaku&quot;, kata Antok tanpa ekspresi              sedikitpun.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka menatap pemuda yang duduk didepannya dan lagi sibuk membuka              kaleng dengan rasa kagum. Hatinya merasa bangga pada adiknya yang              tak salah memilih sahabat.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, aku bisa minta tolong lagi? Tapi kalau kamu nggak bersedia              nggak apa-apa!&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak usah sungkan Mbak, kalau bisa ya aku bersedia&quot;, jawab Antok              sambil mengusap ceceran minumannya di bibir.&lt;br /&gt;            &quot;Keberatan nggak kalau kamu bermalam disini untuk jagain aku malam              ini. Soalnya pria tadi baru saja kuputus 2 hari yang lalu dan              kelihatannya masih belum bisa terima. Aku takut kalau tiba-tiba ia              ngelabrak aku lagi seperti tadi&quot;, ungkap Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak masalah kok Mbak&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Pacarmu apa nggak marah kalau tahu kamu menginap di hotel berdua              dengan cewek?&quot;, tanya Eka agak penasaran.&lt;br /&gt;            &quot;Belum punya, Mbak!&quot;, jawab Antok singkat.&lt;br /&gt;            Berbekal salah satu gelar sarjana yang dimilikinya, psikologi,              ditambah dengan pengalamannya, Eka meyakini bahwa Antok tidak              berbohong dengan jawabannya. Keyakinan atas jawaban Antok beserta              sikapnya membuat Eka merasa terhibur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Tok, kalau ngantuk tidur aja disampingku, tempat tidurnya besar              kok&quot;, ajak Eka sambil membaringkan badan dan menarik selimut.&lt;br /&gt;            &quot;Silakan Mbak tidur dulu, saya nggak ngantuk kok&quot;, tolak Antok halus              dan kembali termenung dikursinya menatap langit dengan pandangan              kosong dari balik jendela kamar hotel.&lt;br /&gt;            Bagi Antok saat ini meninggalnya Edo masih memberinya perasaan hampa              dalam hatinya seakan mengunci pintu emosi dan nafsunya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Penolakan Antok akan ajakannya menimbulkan sedikit kekecewaan pada              Eka, meskipun sepenuhnya dapat memaklumi situasi dan kondisi Antok.              Dalam benaknya ia mempertanyakan kembali perasaan kecewanya. Sejak              melihat kembali Antok siang tadi setelah waktu yang sekian lama, ia              sudah menganggap pemuda itu sebagai adiknya. Dan ia yakin Antok              menganggapnya sebagai kakak yang tak pernah dia miliki. Tapi Eka              heran pada perasaannya sendiri. Munculnya getaran lain sewaktu              mendengar jawaban singkat Antok yang belum punya pacar dan timbulnya              rasa sedikit kecewa tadi membuatnya semakin penasaran. Dalam              pembaringannya Eka masih dapat melihat sosok Antok yang sedang duduk              menerawang ke langit. Keberadaan Antok sekamar dengannya memberinya              selimut rasa aman yang lebih hangat dari selimut yang sedang              dipakainya. Kehangatan itu membawanya ke alam mimpi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Berjam-jam Antok hanya duduk sambil terus menggali kembali              ingatannya ketika bersama Edo. Seperti orang gila, Antok sesekali              tersenyum seorang diri. Tiap detik waktu berlalu membawa ingatannya              setitik demi setitik semakin menuju masa-masa akhir berhembusnya              nafas Edo. Tak ada senyum lagi. Setetes demi setetes air matanya              meleleh hangat di kedua pipi dinginnya. Suasana hening kamar dan              sejuknya AC kamar hotel menambah kerinduannya pada sahabatnya yang              belum 24 jam meninggalkannya untuk selamanya. Semakin kuat ia              menahan perasaannya, isaknya semakin dalam.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Antok, kamu Kenapa?&quot;, suara khawatir Eka mengagetkan Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak apa-apa Mbak, masih gelap kok, tidur aja lagi!&quot;, jawab Antok              sambil mengusap air matanya berusaha menyembunyikan kesedihannya.            &lt;br /&gt;            Eka yang khawatir pada keadaan Antok dapat menebak beban              kesedihannya. Eka turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke              tempat duduk Antok. Lalu ia duduk di kursi yang berseberangan meja              dengan kursi yang diduduki Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, putar kursimu dan mengobrol denganku, tak baik membenam              kesedihan seperti itu&quot;, ucap Eka.&lt;br /&gt;            Walau menuruti perintah Eka untuk memutar kursi dan berhadapan              dengannya tapi Antok masih menyanggah perasaan sedih yang              membebaninya pada Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kamu nggak usah merasa malu menangis didepanku. Aku tahu bahwa kamu              sangat dekat dengan Edo. Selain Lusi aku dapat menebak bahwa kamu              orang selain keluargaku yang amat sangat kehilangan Edo. Bahkan              mungkin beban kesedihanmu bisa-bisa lebih berat daripada keluargaku              sendiri&quot;, ungkap Eka panjang lebar pada Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Kasihan Edo, masih muda seumur denganku, karier mantap, calon              pendamping sudah punya, tabungan hari tua juga cukup, tapi              penyakitnya..&quot;, kata Antok tak mampu meneruskan kata-katanya sambil              sesenggukan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka bangkit dari tempat duduknya mendekat ke tempat Antok duduk.              Tapi Antok sudah terburu menghamburkan tubuhnya ke tempat tidur dan              membenamkan mukanya diatas bantal. Eka menyusulnya dan memeluk              pundaknya.&lt;br /&gt;            &quot;Sudah Tok, lepaskan kepergian adikku! Biarkan dia tenang! Sahabat              sejati tak akan menambah penderitaan sahabatnya yang pergi, bukan?&quot;,              suara lirih Eka diatas telinga Antok yang masih menelungkupkan              mukanya. Nasihat Eka menyadarkan Antok dari keterpurukan suasana              kalut hatinya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sedikit demi sedikit beban kesedihan Antok mulai berkurang. Seiring              dengan itu ia mulai membalikkan badannya pelan. Kepalanya menengadah              ke arah plafon dengan muka masih berurai sisa-sisa air matanya.              Sentuhan tangan Eka yang lembut mengusapnya. Keduanya sangat dekat              hingga satu sama lain dapat merasakan nafas masing-masing.              Membangkitkan kembali kesadaran emosi dan nafsu Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok bingung dengan apa yang sedang dialaminya hingga tak mampu              mengeluarkan sepatah kata maupun berbuat sesuatu. Yang dapat              dilakukannya adalah memeluk bahu Eka yang saat ini tengah menidurkan              kepalanya diatas dada Antok. Eka merasakan pelukan tangan Antok pada              bahunya dengan hati tersenyum. Degup jantung yang didengar Eka dari              dada Antok bagaikan irama &quot;nina-bobo&quot; yang mengantarkannya kembali              tidur. Terbuai dengan kehangatan tubuh Eka yang sedang memeluknya,              Antok pun ikut tertidur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sinar matahari pagi membangunkan Eka dari tidurnya. Bangkit pelan ia              memberanikan diri mendekatkan mukanya pada muka Antok yang masih              tertidur pulas. Ditatapnya wajah sahabat adiknya itu. Dalam hati Eka              menanyai dirinya sendiri, dia heran mengapa dia bisa merasa sangat              dekat dengan Eko. Padahal sebelumnya ia sangat jarang bertemu              dengannya dan telah lama tak bertemu dengannya. Pertemuan-pertemuan              sebelumnya pun terjadi tanpa sengaja dan sangat sebentar. Memang Edo              pernah menceritakan perihal Antok tapi itupun tidak detil dan banyak              yang sudah ia lupakan. Yang ia tahu pasti adalah Antok merupakan              sahabat Edo dalam masa lebih dari 10 tahun. Dan keluarganya sudah              menganggap Antok seperti anggota keluarganya begitu pula keluarga              Antok juga sudah menganggap Edo sebagai keluarganya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kebiasaan rutin Eka setelah bangun adalah segera mandi untuk              menyegarkan badan. Tapi kali ini ia merasa berat untuk melakukannya.              Ia masih terbelenggu oleh perasaannya dan belum beranjak dari              tempatnya. Tak kuasa menahan kehendak hatinya, dengan pelan ia              mengusapkan bagian belakang jari-jari tangannya pada wajah Antok              yang imut dan lugu selagi pulas. Usapannya pelan dan lembut penuh              perasaan. Kembali hatinya menanyakan perasaannya pada Antok. Hatinya              tak mau diajak kompromi untuk menganggap Antok hanya sebagai adiknya              sepeninggal Edo. Perasaannya menginginkan lebih dari itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Semakin keras usaha Eka untuk melawan perasaannya semakin gundah              pula hatinya. Tapi berkat pengalamannya berhubungan dengan lawan              jenisnya, akhirnya Eka dapat menepis semua itu dengan rasionilnya.              Rasio sadarnya menyatakan bahwa perasaannya pada Antok muncul hanya              karena situasi dan kondisi serta pengaruh gairah nafsunya yang              sedang memuncak. Ciuman bibir basahnya ia layangkan pada kening              Antok untuk tanda ucapan perpisahan bagi perasaannya pada Antok.              Kemudian ia bergegas ke kamar mandi, khawatir ciumannya akan              membangunkan Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam guyuran air shower, rasio pikiran Eka ikut jatuh terguyur.              Perasaan yang telah ditepisnya kembali menghinggapi hati Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Kenapa aku sangat tertarik pada Antok? Apakah ini bukan sekedar              ajakan nafsu? Apakah hal ini benar-benar kata hatiku? Apakah aku              harus mengikuti kata hatiku? Ataukah harus kuhalau semua perasaan              itu? Tapi bagaimana caranya? Bagaimana dengan Antok? Bagaimana              sikapnya kalau dia mengetahui perasaanku padanya?&quot;, itulah sebagian              pertanyaan yang muncul dibenak Eka ketika ia mandi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ketukan pintu kamar dan suara perbincangan antara Eka dengan pegawai              room service hotelmembangunkan Antok dari tidurnya. Antok agak              bingung merasa seakan-akan ingatannya hilang sebagian. Lalu              dilihatnya Eka dengan troli makanan. Sedikit demi sedikit ingatannya              pulih dan akhirnya ia ingat akan semua kejadian kemarin hingga saat              ini.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu kupesankan nasi goreng untuk sarapan&quot;, ujar Eka sambil              buru-buru mengenakan celana jeansnya sementara masih mengenakan              piyamanya.&lt;br /&gt;            Lalu Eka memutar badannya dan mengganti piyamanya dengan kaos putih              berkerah. Celana dalam dan BH warna hitam yang dikenakannya sempat              terlihat oleh Antok tanpa sengaja. Pemandangan Eka berganti pakaian              itu membuat ereksi pagi yang sedang dialami Antok semakin kuat.              Segera saja ia turun dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi              karena tak ingin malu pada kakak sahabatnya itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Di kamar mandi ia hanya buang air kecil, membasuh muka dan              menyempatkan gosok gigi dengan sikat gigi dalam plastik dari              fasilitas kamar hotel.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak, sikat gigi hotelnya kupakai&quot;, kata Antok pada Eka yang lagi              minum kopi panasnya dengan hati-hati.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak apa-apa, aku juga nggak akan memakainya&quot;, jawab Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Cepat minum kopimu sebelum keburu dingin, eh kamu suka kopi atau              nggak?&quot;, lanjutnya.&lt;br /&gt;            &quot;Suka malah sudah jadi kebutuhan, Mbak kok repot-repot sih!&quot;, balas              Antok sedikit berbasa-basi.&lt;br /&gt;            &quot;Hitung-hitung punya bodyguard yang dibayar pakai sarapan&quot;, canda              Eka sambil tersenyum manis pada Antok.&lt;br /&gt;            Antok pun membalasnya dengan senyuman dan segera menghabiskan              sarapan yang telah dipesankan Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Omong-omong, mandimu cepat sekali, Tok!&quot;, komentar Eka seusai              sarapan.&lt;br /&gt;            &quot;Memang nggak Mbak&quot;, jawab Antok santai.&lt;br /&gt;            &quot;Apa? Kamu nggak mandi.. Uhh.. jorok kamu!&quot;, komentar Eka yang              sempat keheranan.&lt;br /&gt;            &quot;Sudah dari dulu Mbak&quot;, kata Antok polos tanpa rasa bersalah.&lt;br /&gt;            &quot;Pantas aja kamu belum dapat pacar!&quot;, olok Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Ah, Mbak bisa aja! Saya memang belum usaha cari kok Mbak!&quot;, tangkis              Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Hmm.. rupanya kamu pinter ngomong juga ya, kukira kamu pendiam&quot;,              kata Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Soalnya kuperhatikan sejak kemarin, kamu banyak diam&quot;, imbuh Eka.            &lt;br /&gt;            &quot;Bukannya gitu Mbak, tapi kenyataannya memang seperti itu&quot;, jawab              Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Terus kalau sudah usaha, apa kamu yakin dan pasti bisa dapat              pacar?&quot;, kejar Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Belum, namanya juga usaha, Mbak&quot;, jawab Antok tanpa beban.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka kemudian berdiri ke depan cermin dan menyisir rambutnya serta              melanjutkannya dengan sedikit merias wajahnya.&lt;br /&gt;            Sambil memperhatikan Eka, Antok berceloteh, &quot;Mbak meskipun aku belum              berusaha cari pacar tapi sudah ada kok cewek yang memperhatikan              aku&quot;.&lt;br /&gt;            Eka hanya melirikkan matanya ke arah Antok sambil tersenyum penuh              arti. Senyuman bibir mungil Eka diantara kedua lesung pipitnya              membuat Antok terpana sesaat dan salah tingkah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Eh, Mbak.. mm.. saya bisa bertanya sedikit soal Edo?&quot;, kata Antok              mengalihkan pembicaraan setelah ia teringat perihal yang lebih              serius.&lt;br /&gt;            &quot;Soal apa Tok?&quot;, tanya Eka sambil kembali ke tempat duduknya.&lt;br /&gt;            &quot;Ini soal hutang piutang Edo dengan saya, apa bisa kuutarakan pada              bapak dan ibunya Mbak Eka?&quot;, tanya Antok kemudian.&lt;br /&gt;            &quot;Sebaiknya jangan diutarakan hari ini, tunggulah 2-3 hari lagi, biar              bapak dan ibu agak tenang dulu&quot;, jawab Eka.&lt;br /&gt;            Antok hanya mengangguk mendengar penjelasan Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Begini saja, kalau kamu memang sedang butuh kira-kira berapa hutang              Edo biar kutanggung dulu&quot;, kata Eka agak tegang.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak, kalau Edo yang berhutang pada saya, sudah kurelakan sejak              kemarin, tapi ini kebalikannya Mbak&quot;, kata Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Maksudmu?&quot;, tanya Eka kebingungan.&lt;br /&gt;            &quot;Saya yang masih punya tanggungan pada Edo makanya saya merasa punya              beban hutang&quot;, jelas Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Kalau begitu sewaktu-waktu kamu bisa mengembalikannya baru kamu              ngomong ke bapak dan ibu&quot;, kata Eka kembali tenang.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak, ini bentuknya bukan uang tunai&quot;, kata Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Melihat Eka yang jadi bingung oleh penjelasannya, Antok menceritakan              dengan lebih rinci lagi soal investasi Edo yang dipercayakan              padanya. Dari penjelasan Antok akhirnya Eka mengetahui bahwa Edo              memutarkan sebagian tabungannya di pasar saham bersama Antok. Dan              sewaktu Edo meninggal sebagian besar investasi Edo masih berbentuk              saham yang belum diuangkan didalam account Antok. Dan saat ini Antok              sedang tidak tahu apakah investasi Edo tersebut ingin dicairkan atau              terus diputar karena si empunya sudah tiada. Tapi akhirnya Eka dapat              membantu memberinya saran solusi mengenai hal itu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sudah lama kamu bermain saham Tok?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Hampir 2 tahunan Mbak, tapi Edo baru ikut setelah kerjanya pindah              kesini, ya kira-kira 8 bulanan kalau Edo&quot;, jelas Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Makanya semalam kamu tahu soal saham, sungguh nggak mengira aku&quot;,              kata Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Semalam itu sebenarnya saya penasaran dengan perkataan temannya              Mbak dan ingin memancing keluarnya informasi baru mengenai saham              perusahaan Mbak bekerja kalau memang ada, eh tahunya malah dapat              caci-maki&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Tentu saja Tok, kamu cari informasi dengan orang yang lagi cemburu              padamu&quot;, komentar Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok terbengong mendengar komentar Eka, lalu beranjak dari kursinya              untuk menghindar dari subyek yang dikomentari Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak, aku pamit pulang dulu ya!&quot;, ujar Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Eh, tunggu! Tolong anterin aku ke rumah lagi ya&quot;, kata Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Iya Mbak, saya kan sudah dibayar sarapan, jadi ya tidak bisa              nolak&quot;, canda Antok sambil menuju ke arah pintu kamar.&lt;br /&gt;            Eka senang mendengar Antok dapat bergurau dan melupakan kesedihannya              tapi juga agak gemas terhadap kata-kata yang dilontarkan Antok              karena seperti tak pernah serius.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Setelah menyalakan mesin mobil Antok tak segera melajukan              kendaraannya. Ia menyempatkan mengambil hand phone nya dari laci              dashboard didepan Eka. Tanpa sengaja tangannya bergeser dengan paha              Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Oh, maaf Mbak!&quot;, kata Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Memangnya kenapa?&quot;, tanya Eka sengaja bergurau.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak, eh nggak apa-apa!&quot;, jawab Antok dengan muka agak merah dan              segera menyibukkan diri dengan HP nya menunggu mesin mobilnya panas.            &lt;br /&gt;            Eka pun hanya tersenyum melihat Antok salah tingkah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam perjalanan mereka berdua banyak berbincang tentang keadaan              kota Surabaya. Mereka berdua juga saling menukar nomer HP              masing-masing. Sesampai dirumah orang tua Eka, Antok langsung              melajukan mobilnya kembali tanpa mampir.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Di rumahnya yang sedang ramai dikunjungi oleh sanak famili              keluarganya, Eka kembali disibukkan oleh kesibukan-kesibukan yang              berhubungan dengan meninggalnya seseorang. Di sela-sela kesibukannya              ia sempat menanyakan perihal Antok pada adik-adiknya. Rupanya tak              hanya Edo yang mengenal Antok tapi adik-adiknya yang lain juga              karena ia memperoleh informasi lebih banyak yang ia perkirakan.&lt;br /&gt;            3 Hari Kemudian&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok sedang bercakap-cakap dengan kedua orang tua Edo, ketika Eka              datang bersama Edi adiknya, dengan membawa bungkusan makanan.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu kok tahu kalau ada makanan enak&quot;, ujar Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Ayo Mas kita santap bersama makanan ini&quot;, imbuh Edi.&lt;br /&gt;            Belum sempat Antok berkomentar, Edwin si bungsu keluar dari kamarnya              sambil berteriak, &quot;Kok lama sih kak, sudah lapar nih!&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Ah kamu bisanya ngomel melulu, antrinya nih bikin kaki capek&quot;,              hardik Eka tak dihiraukan Edwin karena sudah berlari menyusul Edi ke              ruang makan.&lt;br /&gt;            Tak mau ketinggalan Antok pun langsung menyusul Edi dan Edwin              meninggalkan sopan santunnya pada kedua orang tua sahabatnya. Ayah              dan ibunya Edo menyambut hal itu dengan bahagia karena kesedihan              keluarga sepeninggal Edo berangsur-angsur surut.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sewaktu Eka melangkahkan kaki ke ruang makan, Ayahnya memanggilnya.            &lt;br /&gt;            &quot;Ini Ka, tadi Antok menyerahkan ini tapi ayah masih belum mengerti              meski Antok sudah menerangkannya tadi&quot;, kata ayahnya sambil              menunjukkan cek dan beberapa lembar catatan.&lt;br /&gt;            &quot;Iya Ka, darimana sih kok Edo bisa dapat banyak uang?&quot;, lanjut              ibunya.&lt;br /&gt;            Eka pun menerangkan dengan bahasanya hingga kedua orang tuanya              mengerti.&lt;br /&gt;            Setelah agak mengerti, ibunya berkomentar, &quot;Edo tak pernah cerita              soal ini pada siapapun, beruntung ia punya sahabat seperti Antok&quot;.              Komentar itu diiyakan oleh ayahnya dan wajah Eka yang berbinar haru.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ramainya ruang makan terdengar hingga ruang tengah dan mengingatkan              Eka pada makanan yang dibelinya. Bergegas ia pun bergabung dengan 3              pemuda yang sedang melahap makan malam sambil bersenda gurau.&lt;br /&gt;            &quot;Awas kalian kalau sampai aku nggak kebagian&quot;, ancam Eka.&lt;br /&gt;            Antok, Edi dan Edwin saling menyalahkan dan mengolok yang makannya              banyak.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ketiga pemuda itu telah menyelesaikan makannya ketika Eka mengambil              lauk pauk yang ada di meja.&lt;br /&gt;            &quot;Sudah Kak, meski ada Mas Antok nggak usah malu-malu, ambil aja yang              banyak seperti biasanya&quot;, goda adiknya Edwin.&lt;br /&gt;            &quot;Iya, kemarin bisa menghabiskan 3 potong, masa sekarang cuman satu&quot;,              timpal Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Makanya kakakmu belum dapat jodoh, rupanya calon-calonnya takut              nggak bisa memberi jatah&quot;, tambah Antok yang langsung disambut tawa              oleh Edi dan Edwin.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka berusaha menahan emosinya dengan wajah bersungut dan diam seribu              bahasa.&lt;br /&gt;            &quot;Ngambek nih ye!&quot;, goda Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Marah, ya?&quot;, imbuh Edwin.&lt;br /&gt;            &quot;Eh, kalian kesini sebentar!&quot;, ajak Antok pada Edi dan Edwin agar              duduk mendekat disampingnya.&lt;br /&gt;            &quot;Coba lihat, wajah kakakmu, kalau lagi ngambek gitu tambah cakep ya,              tapi kenapa jodohnya pada lari ya!&quot;, kata Antok sambil tertawa              diikuti Edi dan Edwin.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mendengar kata-kata Antok, Eka pun tak kuasa menahan amarahnya. Ia              langsung berdiri memegang piring kosong yang ada disampingnya.              Ketiga pemuda yang ada didepannya segera saja lari ketakutan dan              berhamburan dari ruang makan. Dan Eka pun kembali duduk untuk              melanjutkan makannya karena memang dia hanya berniat menggertak              saja.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sesaat kemudian ayah dan ibunya ikut duduk di meja makan.&lt;br /&gt;            &quot;Kamu apakan mereka sampai pada lari keluar rumah?&quot;, tanya ayahnya              pada Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Uhh.. itu Yah, Edi dan Edwin kompak banget sama Antok menggoda              aku&quot;, keluh Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Mereka kan sudah kumpul lama jadi wajar kalau kompak, kamu sih              jarang pulang!&quot;, kata ayahnya.&lt;br /&gt;            &quot;Kok aku yang salah, mereka itu yang kekanak-kanak-an&quot;, tangkis Eka.            &lt;br /&gt;            &quot;Mereka kalau sudah kumpul memang gitu, Edo yang mau nikah pun juga              gitu kalau sudah kumpul dengan Antok&quot;, kata ibunya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam hati, Eka tertawa dengan kelakuannya sendiri. Ia merasa              menjadi muda kembali ketika bergurau dengan adik-adiknya dan Antok.              Sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan selama sibuk              bekerja di Jakarta yang selalu menuntut kedewasaannya. Keberadaan              Antok juga memberi suasana baru dalam hatinya, sayangnya hal itu              baru muncul sepeninggal Edo. Ketertarikannya pada Antok semakin              bertambah walau tanpa rayuan. Sebaliknya ia malah lebih sering              mendapat gurauan lugu nan cerdik tanpa dibuat-buat setiap kali              berbincang dengannya pada tiap kali temu dalam 2 hari ini. Tak              jarang pula ia menerima godaan kekanak-kanak-an dari Antok. Semua              itu cukup mengusik emosinya pada daya tarik Antok yang aneh dan              belum pernah ia jumpai pada pria-pria yang dikenalnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dari pengetahuan dan pengalamannya, Eka tahu bahwa Antok memiliki              wawasan yang luas dan sangat dalam di beberapa bagian. Ia juga tahu              bahwa Antok memiliki pola pikir mirip seperti teman-teman dan              bos-bosnya yang bule walau tak sepenuhnya meninggalkan adat              istiadatnya. Cara berpikir Antok juga cenderung praktis, dewasa dan              bijak. Sikap skeptis pada sekelilingnya sangat kuat membuatnya              selalu cepat merespon keadaan sekeliling. Satu hal yang membuat Eka              penasaran adalah kenapa Antok terlihat seperti menyembunyikan              sifat-sifat positifnya dibalik sifat-sifat kekanak-kanak-annya. Eka              memperkirakan ada sesuatu yang ditakuti oleh Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sebuah dering HP nya membuyarkan lamunan Eka. Setelah berbincang              lama ia menutup pembicaraan dengan rasa kecewa telah mengangkat              panggilan telepon dari pimpinannya tadi. Setelah berbincang sebentar              dengan kedua orang tuanya, ia pun bergegas masuk kamar dan mengemasi              pakaiannya. Sementara itu ayahnya memanggil Antok, Edi dan Edwin              yang masih ngobrol dan merokok di teras rumah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Eh, kakak masa ngambek sampai keburu balik malam-malam begini?&quot;,              tanya Edwin pada Eka yang dilihatnya sudah siap-siap bepergian.&lt;br /&gt;            Raut muka Edi dan Antok pun juga kaget dan tegang merasa bersalah              pada Eka. Apalagi Eka tak kunjung membuka mulut. Hal ini disengaja              Eka untuk membalas godaan yang dialaminya tadi.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak maafin kami deh, kami memang keterlaluan menggodanya tadi&quot;,              ujar Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Iya memang kalian keterlaluan, sorry ya tak ada maaf bagi kalian&quot;,              jawab Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Udah Ka, jangan bercanda lagi, ini udah malam, Malang itu nggak              dekat apalagi malam begini&quot;, kata ibunya.&lt;br /&gt;            Walau masih bingung tapi ketiga pemuda itu sudah merasa kalau              dikerjai Eka yang sekarang lagi menahan tawanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Rupanya kalian juga berat ya kutinggal&quot;, ejek Eka pada adik-adiknya              dan Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Jelas dong adikmu merasa berat karena nggak ada lagi yang              membelikan makanan lezat&quot;, kata Antok spontan.&lt;br /&gt;            &quot;Heh, Mas Antok juga ikut makan gitu lho&quot;, kilah Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi itu kan sedikit, cuman ngicipin doang&quot;, balas Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Enak aja, Mas Antok habis 2 piring kok bilang cuman ngincipin              doang&quot;, sergah Edwin.&lt;br /&gt;            Perang mulutpun terjadi antara Antok, Edi dan Edwin. Eka melihat              pemandangan itu sambil tersenyum.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Eh, sudah-sudah! Kalian kok seperti anak kecil saja, ini sudah              malam&quot;, bentak ayah Eka membuat semuanya terdiam.&lt;br /&gt;            &quot;Siapa yang bisa mengantar aku malam ini?&quot;, tanya Eka sambil              berharap Antok bisa.&lt;br /&gt;            &quot;Yuk, kita antar kakakmu ke Malang, kita bisa menghirup udara              pegunungan&quot;, ajak Antok pada dua bersaudara itu.&lt;br /&gt;            Tapi Edi dan Edwin beralasan dengan kesibukannya masing-masing              sehingga hanya Antok yang terlihat bisa.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Satu jam berselang, Antok dan Eka telah berkendaraan di jalanan luar              kota Surabaya-Malang. Antok melajukan kendaraannya dengan santai.              Berdua mereka menembus kegelapan malam sambil bercakap soal berbagai              hal ringan. Setiap hal yang mereka bicarakan selalu berkepanjangan              seakan mereka berdua memperoleh lawan bicara yang cocok. Diselingi              canda dan tawa, mereka berdua merasakan saat-saat yang tak akan              mudah mereka lupakan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Waktu mendekati pukul 12 tengah malam ketika mereka berdua sampai              ditempat tujuan. Di sebuah pelataran hotel berbintang 1 yang mereka              masuki telah menunggu 2 orang kolega Eka. Antok menolak turun dari              mobil ketika diajak Eka karena dia merasa tak ada kepentingan dengan              urusan perusahaan Eka. Tak lama setelah Eka masuk ke lobby hotel, ia              kembali ketempat Antok memarkir kendaraannya.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu tidur di kamar ini ya, aku langsung rapat sampai pagi dan              mungkin baru bisa ketemu kamu lagi besok agak siang karena setelah              rapat langsung menuju ke perkebunan&quot;, kata Eka sambil menyerahkan              sebuah kunci kamar hotel.&lt;br /&gt;            Antok segera bergegas turun dari mobilnya dan masuk kedalam hotel              mencari kamar yang nomernya tertera di gantungan kunci yang              dipegangnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam perjalanannya menuju kamarnya, Antok sempat berjalan              bersama-sama Eka sebelum akhirnya berpisah di lobby. Dalam              kesempatan itu, Antok menyempatkan curi-curi pandang ke arah Eka.              Wanita berparas manis dengan rambut hitam lurus sebahu yang berada              selangkah didepannya itu membuat hati Antok gusar. Sebuah perasaan              yang telah terpupuk di hati Antok makin tak kuasa ia hindari. Panah              asmara yang menembus hatinya ikut menyertai dinginnya kota Malang              yang menembus jaketnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tertegun didepan sebuah acara TV yang ramai, pandangan Antok masih              kosong dan hanya terisi oleh bayang-bayang wanita berwajah lonjong              agak oval dengan alis tebal, mata bersinar, berhidung mancung,              berlesung pipit dan berbibir mungil. Bayang-bayang itu tak lain              adalah Eka. Pikirannya berusaha berontak dan menaklukkan hatinya,              tapi semua itu sia-sia belaka. Hanya rasa kantuk akibat lelah yang              akhirnya menyapu kesadarannya hingga pulas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sendiri di dalam kamar, membuat Antok bermalas-malasan semenjak              bangun. Bosan didalam ia pun keluar dan berjalan-jalan disekitar              hotel setelah membasuh muka. Setelah sarapan dengan menu makan pagi              yang telah disediakan hotel secara gratis, Antok duduk-duduk di              lobby sambil merokok dan membaca koran. Merasa puas, ia pun kembali              ke kamarnya untuk melanjutkan bermalas-malasan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Eka kembali dengan raut muka              terlihat lelah dan langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur.              Melihat Eka yang capek, Antok membantu melepaskan sepatu yang masih              dikenakan Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Urusannya bagaimana Mbak?&quot;, tanya Antok yang hanya dijawab Eka              dengan kata &quot;beres&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Jam berapa Mbak kita bisa pulang?&quot;, tanya Antok lagi.&lt;br /&gt;            &quot;Santai Tok, aku masih capek!&quot;, jawab Eka sambil melelapkan matanya.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok lalu duduk di kursi yang tak berjauhan dengan tempat tidur dan              memandangi Eka yang terbaring dengan lemas. Meski matanya menutup              tapi hati Eka merasakan seseorang sedang memperhatikannya. Matanya              terbuka dan melihat Antok yang masih duduk memperhatikan dirinya.            &lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu kok duduk disitu, takut ya dekat denganku? Ayo sini kalau              berani!&quot;, tantang Eka dengan nada manja.&lt;br /&gt;            Mendengar tantangan itu, Antok memberanikan diri berbaring disamping              Eka yang masih telentang diatas tempat tidur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Hii.. dingin ya disini&quot;, sebuah kalimat meluncur dari bibir Eka              sambil memeluk tubuh Antok.&lt;br /&gt;            Antok hanya diam bagai guling yang bernapas. Sedikit demi sedikit              kedua kepala mereka berdekatan dan saling bersentuhan. Eka              memejamkan mata dengan bibir sedikit terbuka, menunggu reaksi Antok.              Tapi Antok hanya memandang saja wajah Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Ada apa Tok?&quot;, tanya Eka berbisik setelah membuka kembali matanya.            &lt;br /&gt;            &quot;Mbak cakep sekali&quot;, jawab Antok dengan pandangan mata beradu dengan              Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Perasaan Eka bergetar bagai lonceng yang berdentang membawa bibir              mungilnya menempel pada bibir Antok. Tanpa aba-aba, Antok melumat              lembut bibir Eka. Gelombang asmara menyapu rasio mereka berdua.              Kuluman demi kuluman datang silih berganti baik dari Antok maupun              Eka. Pertautan dua bibir menghasilkan pergumulan lidah dalam              kurungan asmara dan nafsu. Sebuah persamaan yang tidak ada              bandingannya dengan rumusan matematis yang ada sampai saat ini.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Saling memeluk masing-masing tubuh terjadi tanpa mereka sadari.              Gesekan tubuh dengan tubuh terasa nikmat bagai buaian mimpi walau              masih terhalang oleh pakaian yang masih dikenakan. Irama halus yang              menjadi awal berubah seiring dengan tindih menindih yang saling              mereka lakukan pada satu sama lainnya. Rotasi posisi mereka lakukan              sambil berciuman bibir tanpa ada habisnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sesaat kemudian, Eka menghentikan ciumannya pada bibir Antok.              Berpandangan mata dengan penuh arti, tangan Eka melepas kancing dan              membuka resleting celana Antok. Antok mereaksinya dengan membuka              kancing kemeja Eka dengan pelan. Satu persatu pakaian mereka              berjatuhan dari tempat tidur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Duduk berhadap-hadapan, mereka saling memandang tubuh bugil              masing-masing. Lekuk-lekuk tubuh yang ada didepan satu sama lainnya              merasuki pikiran mereka dan mengundang selera Antok dan Eka. Benak              mereka terisi dengan rasa bahagia akan kenikmatan yang akan segera              mereka rengkuh. Waktupun terasa berhenti bagi keduanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Api cinta menyulut asmara dan mengobarkan nafsu yang telah sampai              diubun-ubun Antok dan Eka. Embun duka telah mengering dan tak mampu              lagi memadamkan apa yang akan terjadi. Titik kritis dimana perbuatan              ini masih dapat dicegah telah mereka lewati. Yang tersisa saat ini              hanyalah lampu hijau traffic light yang takkan padam walau putus              kabelnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pelan tapi pasti, Antok dan Eka merapatkan tubuhnya. Sambil duduk              beradu pandang, mereka berdua mengusap lembut bagian tubuh              masing-masing. Bibir Eka makin terbuka mengeluarkan desahan-desahan              pendek ketika usapan tangan Antok melewati daerah kemaluannya yang              telah basah. Eka pun segera membelai batang kemaluan Antok dengan              perasaan. Lalu..&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Merangkul dalam pelukan masing-masing, menghantarkan hangat di tubuh              pada lawannya. Kelembutan kulit Eka menyentuh kulit berbulu milik              Antok. Pelan-pelan Eka naik keatas pangkuan Antok. Tangan Eka              merarangkul bagian belakan leher Antok. Sedangkan Antok memegang              punggung Eka dan mengusapkan tangannya naik turun. Keduanya beradu              ciuman kembali dengan sangat-sangat mesra dan dekat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tiba-tiba Eka melepaskan bibirnya dari bibir Antok sambil mendesah              panjang, &quot;Ahh..&quot;.&lt;br /&gt;            Batang kemaluan Antok yang tengah mendongkak keatas terselip masuk              kedalam liang kenikmatan Eka. Ciuman Antok mendarat di leher Eka              membuat ia tak kuasa untuk segera menurunkan tubuhnya dan              membenamkan seluruh batang kemaluan Antok kedalam lobang              kenikmatannya.&lt;br /&gt;            Eka pun mendesah makin keras dan makin panjang, &quot;Aaahh..&quot;. Lepas              pulalah kecupan nikmat bibir Antok pada leher Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mata Eka yang sedang terpejam membelalak menatap pandang mata Antok.              Pandangan Eka bagai menembus kalbu Antok. Daya tarik keduanya sudah              seperti 2 magnet yang beda kutub. Bibir menganga Eka disambut dengan              kuluman bibir juga Antok. Sedikit demi sedikit Eka menggerakkan              tubuhnya keatas kebawah di pangkuan Antok. Gerakan pelan Eka              sesekali membuat ciumannya terlepas dari bibir Antok dan berlanjut              dengan adu pandang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dua tubuh saling menempel dan bergesek. Dua nafas saling bersambung.              Kulit bertemu kulit. Dada Antok bagai dibelai payudara Eka yang              menegang. Belaian punting Eka yang mengeras menyentuh puntingnya.              Belaian yang lain daripada yang lain. Irama gerakan naik-turun Eka              terus berlanjut walau pelan.&lt;br /&gt;            &quot;Ohh Mbak.. ohh..&quot;, ucap Antok dalam kenikmatan dengan mata              berkejap-kejap.&lt;br /&gt;            Eka makin mempererat dekapannya dan berbisik pada telinga Antok,              &quot;Tok, aaku mauu..&quot;.&lt;br /&gt;            Tapi belum tuntas kalimatnya, Eka sudah mengejang hebat tak kuasa              menahan tumpahan kenikmatan dalam perasaannya yang terdalam.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Seakan mengerti apa kelanjutan kalimat Eka, Antok membalas bisikan              dengan bisikannya tepat ditelinga Eka, &quot;Lepaskan Mbaak, ohh..&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Ahh..&quot;, desah Eka tak bergerak lagi serta bergelinjang dalam              kehangatan dekapan Antok.&lt;br /&gt;            Dinding-dinding liang kenikmatan Eka terasa berdenyut mengantarkan              tumpahan kebahagiannya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Cairan orgasme Eka yang membasahi batang kemaluannya, dirasakan              Antok bagai guyuran gelombang asmara. Sesaat kemudian mereka berdua              tak bergerak maupun bersuara. Masih dalam dekapan Antok, Eka lemas              diatas pangkuan Antok sambil terpejam. Eka membelai rambut Antok              dengan rasa kasih sayang. Antok pun membalasnya dengan kecupan dalam              di pangkal leher Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Masih tegak bertopi baja bagai tentara siap perang dalam kegelapan,              batang kemaluan Antok tak kunjung keluar dari liang kenikmatan Eka.              Dengan segenap tenaganya, Antok mengangkat lalu membaringkan tubuh              Eka. Menindih diatas tubuh Eka, Antok memandangi kecantikan wajah              Eka yang makin mempesonanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tak kuasa menahan gejolak jiwanya, Antok kembali melayangkan              ciumannya pada bibir Eka. Pertautan lidah kembali terjadi walau              sesaat. Bergerak pelan dan penuh perasaan, ia menggerakkan              pinggulnya naik-turun maju-mundur.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kaki-kaki Eka yang semula terlempang lemas, kemudian mengapit              kaki-kaki Antok yang tengah berada diantaranya. Antok terus              menggerakkan pinggulnya dengan irama yang menghanyutkan. Membawa              dirinya bersama Eka meniti tangga gairah menuju puncak kenikmatan.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tangan-tangan Eka menggapai bantal dan seprei yang ada              disekelilingnya. Menggegamnya erat-erat seakan menahan sesuatu yang              tak ingin ia lepaskan lebih dahulu. Diiringi dengan desahan-desahan              menggairahkan yang jujur nan polos tak dibuat-buat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Pendakian bersama akhirnya mencapai tujuannya. Gerakan Antok              terhenti tiba-tiba dengan tubuh yang menegang. Didalam liang              kenikmatang Eka yang paling dalam, batangnya bergemuruh hebat.              Berdenyut tiada henti disambut dengan cengkeraman dinding liang.              Kehangatannya melumuri permukaan dinding, memicu sambutan              selanjutnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Melepas semua yang telah ia tahan sejak tadi, Eka melenguh dalam              kenikmatan, &quot;Ooaah..&quot;.&lt;br /&gt;            Tubuhnya bergelinjang dalam dekapan Antok. Waktu seakan berhenti              ketika denyut dan aliran kenikmatan mereka bersatu padu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ledakan nafsu asmara menyisakan bara kasih yang membahana didalam 2              jiwa yang sedang berdekapan. Kecupan bibir Antok pada kening Eka              menjalankan kembali alur waktu yang telah terhenti beberapa saat.              Lalu ia beranjak dari tindihannya pada tubuh Eka dan berbaring              disampingnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Keduanya merasa lemas seakan tak ada lagi sisa tenaga yang mampu              mereka keluarkan kecuali mendekapkan diri satu sama lain dibawah              kehangatan selimut. Dan tertidur pulas hingga sore.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dalam perjalanan pulang, mereka berdua hampir tak mengeluarkan              suara. Sikap Antok berubah dingin dan Eka juga tak mengerti apa yang              harus diperbuat menanggapi sikap Antok tersebut. Walau berbagai              usaha mengajak bicara yang dilakukan Eka pada Antok selalu dijawab              dengan hanya beberapa patah kata tapi ia tetap merasa bahwa Antok              adalah pria idamannya. Sesampai di depan rumah keluarga Eka, Antok              menurunkannya dan hanya mengucapkan kata perpisahan pendek lalu              tancap gas pulang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Diatas ranjangnya, Antok bersiap untuk tidur. Tapi aktivitas yang              biasa ia lakukan dengan mudah itu terasa sulit dilakukan saat ini.              Pikirannya berkecamuk, bingung dan ragu akan apa yang harus              dilakukannya selanjutnya. Disatu sisi ia menyesal telah melakukan              permainan cinta dengan Eka dan merasa mengkhianati sahabatnya Edo.              Tapi disisi yang lain ia menyesal telah bersikap dingin pada Eka,              kakak Edo.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok merasakan kecocokan ketika berhubungan dengan Eka. Tak hanya              oleh parasnya yang selalu mempesona dirinya tapi juga oleh semua              sikapnya yang mampu merebut simpatinya. Hatinya seakan berat melepas              Eka tapi wanita yang ada dalam hatinya itu adalah kakak sahabatnya              yang telah meninggal. Dalam benaknya, ia merasa harus memposisikan              Eka bukan sebagai kekasih tapi sebagai kakaknya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            2 Hari Kemudian&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Telah 2 hari Eka berusaha menghubungi Antok setiap ada waktu tapi              selalu gagal. Telepon dan SMS nya tak pernah memperoleh jawaban dari              Antok. Ia benar-benar tak mengerti atas sikap Antok yang telah              berubah sepulangnya dari Malang. Yang ia inginkan saat ini adalah              bertemu dengannya dan berbicara dengan Antok, karena besok pagi ia              harus balik ke Jakarta.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Rasa penasarannya membawanya menuju kamar adiknya, Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Ed, tumben ya Antok nggak pernah kesini lagi?&quot;, tanya Eka pada Edi              yang mengerjakan tugas kampus.&lt;br /&gt;            &quot;Tadi aku ketemu&quot;, jawab Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Di sini?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak, di rumahnya sewaktu aku pinjam bukunya&quot;, jawab Edi&lt;br /&gt;            &quot;Memangnya ada perlu apa kak sama Mas Antok?&quot;, lanjut Edi.&lt;br /&gt;            Eka hanya menggelengkan kepala.&lt;br /&gt;            &quot;Kangen ya, hehehe..&quot;, goda Edi pada kakaknya.&lt;br /&gt;            Eka hanya bisa cemberut dengan wajah yang agak merah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Mas Antok itu orangnya aneh ya kak?&quot;, kata Edi pada Eka kemudian.            &lt;br /&gt;            &quot;Aneh gimana maksudmu?&quot;, tanya Eka tidak mengerti.&lt;br /&gt;            &quot;Dia sepertinya lebih senang sendiri daripada punya pacar,              pergaulannya juga kurang, tapi kalau kita sudah berteman dan              mengenalnya, rasanya sulit untuk melepaskannya&quot;, jelas Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Lalu, anehnya dimana?&quot;, tanya Eka penasaran.&lt;br /&gt;            &quot;Kak, umurku jauh lebih muda dari Mas Antok, jelek-jelek begini              apalagi cuma bermodal dengkul, aku sudah gonta-ganti pacar sampai 5              kali, Mas Antok belum satu pun&quot;, jawab Edi sedikit menyombongkan              diri.&lt;br /&gt;            &quot;Hmm.. Kamu yang keterlaluan dan layak disebut playboy kampungan&quot;,              kata Eka meledek adiknya, tapi yang diledek malah tertawa cekikikan.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Eh Ed, cewek macam apa sih yang dicari Antok&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            Edi tak langsung menjawab tapi memandangi kakaknya dari ujung rambut              hingga ujung kaki, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil              berkata, &quot;Jelas, jelas bukan yang dicari, huahaha..&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Apa kamu bilang? Aku kurang cakep ya? terlalu tua ya?&quot;, tanya Eka              nerocos.&lt;br /&gt;            &quot;Kak, kak aku cuman bercanda, kakak memang cakep dan masih muda kok,              tapi..&quot;, jawab Edi tergesa-gesa tapi ragu untuk melanjutkannya.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi apa?&quot;, buru Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Tapi kakak ada hubungan saudara dengan almarhum kak Edo&quot;, jawab              Edi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kakak beradik itu lalu terdiam sesaat.&lt;br /&gt;            &quot;Apa hubungannya Ed?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Saya pernah mencuri dengar bahwa Mas Antok punya prinsip kalau ia              tak akan mengencani saudara ataupun relatif sahabatnya walaupun              cakep, alasannya bisa merusak persahabatan&quot;, kata Edi.&lt;br /&gt;            Eka hanya terdiam mendengar penjelasan itu. Ia mulai mengerti arti              sikap Antok saat ini.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka melangkahakan kakinya keluar dari kamar Edi. Tiba-tiba sebuah              bunyi SMS masuk dari HP nya Edi.&lt;br /&gt;            &quot;Wow, Mas Antok sakti sekali, baru di bicarakan sudah SMS aku&quot;, kata              Edi.&lt;br /&gt;            Eka menghentikan langkahnya dan menunggu reaksi Edi atas SMS Antok.            &lt;br /&gt;            &quot;Aduh! sayang sekali, Mas Antok ngajak kok pas lagi banyak tugas              gini, terpaksa dilewatkan nih&quot;, kata Edi dengan raut menyesal dan              sibuk menjawab SMS.&lt;br /&gt;            &quot;Emangnya, ngajak apa si Antok?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Ngajak latihan main game Counter-Strike dirumahnya yang lagi sepi&quot;,              jawab Edi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            1 Jam Kemudian Di Rumah Antok&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Bel rumah keluarga Antok berbunyi dan mengagetkan Antok yang lagi              asyik nonton acara TV.&lt;br /&gt;            &quot;Siapa sih malam-malam gini?&quot;, pikir Antok dalam hati.&lt;br /&gt;            Dengan enggan ia menuju kedepan rumah. Lalu ia bergegas membukakan              pintu setelah dipikirnya Edi yang datang walau SMS dari nya              mengatakan sebaliknya.&lt;br /&gt;            &quot;Paling SMSnya cuman bercanda saja&quot;, dalam benak Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kagetnya bukan kepalang setelah dilhatnya yang datang adalah Eka              bukan Edi. Antok sempat tertegun tak bergerak membiarkan Eka yang              masih berdiri di depan pintu pagar rumahnya.&lt;br /&gt;            &quot;Aku boleh masuk nggak nih?&quot;, tanya Eka dengan nada canda.&lt;br /&gt;            &quot;Sorry-sorry Mbak!&quot;, kata Antok dengan tergopoh-gopoh.&lt;br /&gt;            Lalu Antok membukakan pintu dan menyilakan Eka masuk.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sepi sekali Tok rumahmu, sendirian?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Eh, iya Mbak, keluarga lagi keuar kota semua, pembantu juga              pulang&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;            Eka berkeliling dirumah Antok yang luas dan melihat-lihat tempat              nongkrongnya adik-adiknya terutama Edo. Setelah puas berkeliling,              Eka duduk di sofa ruang tengah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Ada perlu apa Mbak kesini?&quot;, tanya Antok tanpa basa-basi.&lt;br /&gt;            &quot;Eh, jahat sekali kamu, masa cuma adik-adikku yang boleh main              kesini?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Bukannya jahat gitu Mbak, tapi Mbak kok berani kesini sendirian&quot;,              kata Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Apa yang perlu kutakutkan?&quot;, tanya Eka tegas.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak ada, malah aku yang takut, hehehe..&quot;, jawab Antok dengan              bergurau.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sejak dari Malang kenapa kamu nggak mau jawab HP dan SMS ku?&quot;,              tanya Eka.&lt;br /&gt;            Antok tertunduk malu mendengar pertanyaan itu.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, aku tidak menuntut pertanggung jawaban, aku hanya butuh              penjelasan darimu&quot;, kata Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Kita sama-sama dewasa dan aku bisa mengerti kalau kamu hanya              menganggap yang kita lakukan adalah sex&quot;, lanjut Eka semakin              blak-blakan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, &quot;Bukan Mbak, bukan              hanya sex tapi lebih dari itu, dan itulah penyebab perubahan sikap              saya. Saya memang sengaja menjauh dari Mbak, bukan karena saya tidak              suka tapi sebaliknya, saya suka sekali dengan Mbak. Mmm.. Saya              mencintai Mbak Eka..&quot;.&lt;br /&gt;            Kata-kata terakhir Antok menggetarkan hati Eka, membuatnya tak mampu              mengucapkan sepatah kata. Eka hanya diam dan memandang Antok,              menunggu dan menunggu.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kalau Mbak hanya menganggap yang kita lakukan hanyalah sex semata,              saya bisa mengerti. Maaf Mbak, sebenarnya saya tahu saya tak pantas              mengutarakan cinta pada Mbak. Apapun tanggapan Mbak terhadap saya,              saya akan menerimanya. Mbak jangan kasihan pada saya&quot;, lanjut Antok.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Eka mendehem mencoba dapat bersuara kembali, lalu berkata, &quot;Aku              nggak mengerti sama kamu Tok? Biasanya bila pria menyukai wanita, ia              akan mengejarnya bukan sebaliknya, apalagi menghindar. Kenapa kamu              menghindar dariku?&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Supaya saya dapat melupakan perasaan saya pada Mbak Eka&quot;, jawab              Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kenapa? Apa karena aku saudaranya sahabatmu?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            Antok terkejut dengan dugaan Eka yang benar. Ia hanya menganggukkan              kepalanya.&lt;br /&gt;            &quot;Sekarang sahabatmu, adikku Edo sudah tiada, apa kamu masih ingin              melupakan perasaanmu padaku?&quot;, tanya Eka lagi.&lt;br /&gt;            &quot;Edo memang sudah meninggal, jazadnya memang sudah tiada, tapi ia              masih ada di pikiranku sampai akhir hayatku&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;            Sebuah jawaban yang membuat haru hati Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Selanjutnya apa mau mu, Tok?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            Antok hanya geleng kepala dan mengangkat pundaknya. Keduanya terdiam              dan saling memandang.&lt;br /&gt;            Dengan ragu Antok bertanya, &quot;Mbak Eka, sebenarnya ada perasaan sama              aku atau nggak?&quot;.&lt;br /&gt;            Pipi Eka merona dan tersenyum mendekat kearah Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Menurutmu bagaimana?&quot;, bisik Eka dengan manja.&lt;br /&gt;            &quot;Mbak Eka cuma merasa kasihan saja padaku karena masih jomblo, tak              lebih dari itu&quot;, jawab Antok polos tak mengerti maksud dibalik              pertanyaan Eka.&lt;br /&gt;            Senyum Eka berubah jadi cemberut dan berkata, &quot;Huh, teganya kamu              ngomong gitu!&quot;.&lt;br /&gt;            Kali ini Antok jadi bingung dengan sikap Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Jadi, jadi..&quot;, kata Antok tak mampu melanjutkan kata-katanya karena              mulai mengerti maksud Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Jadi apa? ha..&quot;, tanya Eka dengan nada menantang sambil mendekatkan              wajahnya di dekat wajah Antok.&lt;br /&gt;            Mendengar nada Eka, Antok merasa apa yang tadi dimengertinya salah.              Ia pun lalu menunduk lemas.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dua tangan Eka memegang dan mendongkakkan wajah Antok hingga              memandang wajahnya.&lt;br /&gt;            &quot;Tok, kamu terlalu polos&quot;, kata Eka.&lt;br /&gt;            Belum sempat Antok menanggapinya, bibirnya telah dilumat oleh bibir              Eka. Karena agak kaget, Antok bergerak mundur. Tapi Eka mengikutinya              dengan merangsek maju, makin mendekat hingga tubuhnya condong ke              tubuh Antok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ciuman Eka dibibirnya, sempat membuat Antok bingung, tapi akhirnya              ia pun meresponnya.&lt;br /&gt;            Tiba-tiba Eka menghentikan ciumannya dan berkata, &quot;Aku takkan              melakukan hal itu pada sembarang pria. Saat ini mungkin kita belum              dapat menjadi kekasih. Tapi apakah kita juga harus berhenti menjadi              teman akrab?&quot;, tanya Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Saya selalu menganggap Mbak Eka lebih dari teman akrab meskipun              bukan kekasih&quot;, jawab Antok.&lt;br /&gt;            &quot;Kalau begitu beres kan urusan kita?&quot;, tanya Eka dengan senyum              manisnya.&lt;br /&gt;            Antok mengangguk tanda setuju.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mereka berdua lalu duduk berdampingan dengan santai diatas sofa              ruang tengah.&lt;br /&gt;            Lalu Eka mengeluarkan sebuah permintaan, &quot;Tok, besok aku balik ke              Jakarta. Sebagai teman akrab masa kamu tidak memberiku sesuatu&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Saya mau memberi kejutan, tapi Mbak Eka harus memejamkan mata              dulu&quot;, kata Antok.&lt;br /&gt;            Permintaan Antok dituruti oleh Eka.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dengan mata terpejam, Eka merasakan bibirnya memperoleh ciuman basah              dari Antok. Sebuah sentuhan hangat telapak tangan ia rasakan              mengusap payudaranya. Jiwanya seakan terbang ke awang-awang. Sekujur              tubuhnya terasa bergairah kembali.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ciuman bibir basah Antok bergerak ke arah leher lalu turun ke arah              payudara Eka. Eka heran dengan kecepatan dan kelihaian Antok membuka              kancing kemejanya serta melepas BHnya tanpa ia sadari. Keheranannya              sirna karena jalan pikiran Eka telah terbuntu oleh rasa nikmat yang              ia rasakan. Dengan mata masih terpejam, Eka dapat merasakan kedua              payudaranya memperoleh kuluman nikmat secara bergantian.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Tangan-tangan Antok bergerak lagi, membuka kancing dan resleting              celana jeans Eka. Lalu mengusap-usap celana dalam Eka tepat di              daerah kemaluannya.&lt;br /&gt;            Eka mengeluarkan desahan pertamanya, &quot;Ahh.. Oh.. Tok, lepaskan              sekalian, ahh..&quot;.&lt;br /&gt;            Tanpa kesulitan Antok telah melepaskan celana jeans dan celana dalam              Eka secara bersamaan karena Eka sudah mengangkat pantatnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mata Eka terbelalak ketika ciuman bibir basah Antok telah mencapai              liang kenikmatannya.&lt;br /&gt;            &quot;Ahh..&quot;, Desah panjang nan dalam membahana di ruang tengah yang luas              nan sepi.&lt;br /&gt;            Sesekali lidah Antok menjulur-julur kedalam liang kenikmatan Eka              menyelingi kuluman yang dibuat oleh bibirnya. Tak lama kemudian, Eka              mengerang, menarik kepala Antok dengan tangannya dan menjepitnya              dengan kedua kakinya. Tubuhnya mengejang dan akhirnya menggelinjang.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Oh, kamu nakal banget Tok&quot;, kata Eka manja dan tersenyum puas.&lt;br /&gt;            &quot;Itu tadi belum masuk katagori nakal Mbak! Apa Mbak ingin tahu              katagori nakal?&quot;, tanya Antok.&lt;br /&gt;            Eka hanya tersenyum dan mengangguk agak penasaran. Antok langsung              melayangkan ciuman di bibir Eka setelah mendapat anggukan dari Eka.            &lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sesaat kemudian Antok telah melepaskan semua celananya sambil tetap              memberi ciuman bibir pada Eka. Antok merebahkan Eka di sofa dan              segera menindih serta menyetubuhinya. Aksi tiba-tiba yang dilakukan              Antok membuat Eka terkejut dalam kenikmatan tingkat tinggi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Antok melepas ciumannya dan menegakkan tubuhnya untuk membuat              dorongan maju mandur yang makin lama makin cepat sambil memegang              kedua kaki Eka.&lt;br /&gt;            &quot;Ahh.. ahh.. Tok.. oh..&quot;, desah Eka.&lt;br /&gt;            Antok melepas pegangan pada kaki Eka dan segera memeluk tubuhnya.              Kedua tubuh yang saling bercengkerama itu sama-sama mengejang.              Akhirnya Antok dan Eka melepas muatan nafsu asmara yang telah mereka              tahan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kenikmatan dan kepuasan mereka raih bersama-sama dalam selimut duka              yang telah menyatukan mereka berdua.</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2704180602692163592'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/2704180602692163592'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/asmara-dalam-selimut-duka.html' title='Asmara Dalam Selimut Duka'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-2052117880363413473.post-5531498534359309032</id><published>2010-05-01T19:21:00.000-07:00</published><updated>2010-05-01T19:26:12.532-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="cerita Birahi"/><title type='text'>Boss lajang yang penuh gairah</title><content type='html'>Ayohh tutup pintunya, bisik Liza, dengan terengah dan mendesah. Aku              segera bergegas, menutup pintu dengan tangan kanan, sementara jemari              tangan kiriku sibuk mencoba mengeluarkan dua lembar bulu bawah Liza              dari rongga mulutku, sebagai hasil pemanasan berupa cunnilingus.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Gila juga. Kami bercumbu di kantor. Liza, tepatnya Ibu Liza              Permatasari (nama samaran), yang oleh kalangan dekatnya dipanggil              sebagai Sari, adalah bossku. Di kantor kecil ini lelaki cuma aku dan              pesuruh. Satpam cukup dari pengelola kompleks ruko. Lima belas staf              lainnya adalah cewek, lajang semua.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Malam telah merambat. Saat ini sudah pukul 20.45. Liza membatalkan              kepulangannya.&lt;br /&gt;            &quot;Kamu gila. Udah basah dan nikmat gini masa harus pulang. Belum              tuntas nih&quot;, katanya, ketika aku menggodanya, sambil memainkan              clit-nya, dan berpura-pura mengingatkan bahwa hari sudah malam,              kemacetan sudah berkurang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Maka kalimat susulan yang terlontar dari mulut mungilnya adalah              permintaan untuk menutup pintu. Artinya, sekalian mengunci pintu.              Para staff sudah pulang. Office boy sudah pulang. Pintu front office              di lantai bawah sudah dikunci. Lampu yang menyala cuma dikurangi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kini kuhampiri Liza (tanpa panggilan &quot;Ibu&quot;, karena ini acara intim,              bukan dinas) yang masih mengangkangkan kedua kakinya di sofa dekat              meja kerjanya. Pakaiannya masih utuh. Blazernya masih terpakai, tapi              seluruh kancing blus sudah terbuka, dan bra pembungkus bukit kembar              36B sudah tidak menyangga isi, hanya menggantung di atas bukit. Rok              mini sudah tersingkap paling atas, melingkar tergulung di              pinggangnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Celana dalam? Oh, segitiga mungil berenda itu berada di lutut kanan              Liza. Liza yang mengangkang, alangkah seksi-nya! Paha dan perut              putih mulus itu melingkungi segitiga lebat keriting, yang memayungi              labia majora dan minora merah basah. Basah karena lelehan kelenjar              bertholin dari vaginanya, dan juga karena cairan salivaku. Clit-nya              yang berdiameter 1 cm dan panjang 3 cm tampak mengeras. Inilah              pesona lajang kesepian, seorang wanita karir berusia 35 tahun.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Mungkin ini peristiwa ke-15 dalam hubungan kami, yakni percumbuan di              kantornya. Aku bisa bisa bilang begitu, karena seminggu dua kali              kami petting, Rabu dan Jumat, dan hal itu sudah berlangsung hampir 3              bulan, tentu saja tersela oleh kalender palang merah, bukan?&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku kembali membungkuk, atau mungkin bersila. Mulutku tanpa permisi              langsung menyergap vagina segar dan clitoris menegang itu. Labianya              kurentangkan dengan jari, lalu lidahku kutembuskan ke liang,              bergerak kanan-kiri-atas-bawah, memutar-mutar.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Auuwww...&quot;, desah Liza tertahan. Aku semakin nakal. Satu jariku              masuk ke liang, maju-mundur, berputar-putar. &quot;Kamu gilaa...&quot;,              desahnya.&lt;br /&gt;            Itu tak cukup. Kini jempolku ganti masuk liang vaginanya, sementara              ujung jempolku melesak ke lubang duburnya, yang sebelumnya sudah aku              olesi dengan cairan vagina agar sedikit licin. &quot;Gilaa!&quot; teriaknya.              Semoga satpam tak mendengar. Liza segera meraih kepalaku, untuk dia              benamkan ke pusat kewanitaannya. Aku gelagapan, susah bernafas. Tapi              dia tak peduli. Pinggulnya bergerak liar, agar vulva lajangnya bisa              mengerjai seluruh mukaku. Akhirnya aku kehabisan nafas. &quot;Lizaa              aahh....&quot;, desahku, sambil mundur menjauhkan kepala dan mukaku yang              basah oleh hajaran vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Jangan panggil aku Liza. Saat ini aku bukan bossmu. Panggil aku              Sari saja&quot;, desisnya. Muka, leher, dan dadanya mulai berkilat oleh              peluh. Ternyata AC tak mampu membendung keringat si lajang yang              sedang direbus oleh birahi. Aku sendiri merasa gerah. Lalu aku raih              remote control AC di meja, aku turunin suhunya. Sari terpejam-pejam,              terengah-engah. Tidak seperti biasanya, kali ini dia belum orgasme              oleh oral dan jariku. Selama ini kami bercumbu tanpa penetrasi              penis. Setelah dia klimaks, biasanya giliranku untuk menguras              muatanku, dengan mengocok sendiri, yang kemudian aku tumpahkan ke              lembaran tissu yang aku ambil dari meja Sari.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Terserah kamu, pokoknya aku mau puas total&quot;, desah Sari, masih              dengan mengangkang di sofa. Aku berdiri di depannya. Dengan terburu              kulepas bajuku. Dasi sudah sejak tadi tercampakan ke karpet. Lalu              kulepas pantalonku. Dengan kilat celana dalamku pun lepas. Tapi              ah..., masih ada yang mengganjal. Maka sepatu pantofelku itu seperti              aku tendangkan, tergeletak ke bawah mejanya. Kaos kakiku pun dengan              segera terlepas, dan tercampak entah ke mana. Kini aku bugil di              depanya dengan penis teracung ke atas. Liza melihat penisku terus.              Selama ini dia hanya memandang. Belum pernah memegang. Maka ketika              aku mengocok penisku pada setiap akhir percumbuan dia seperti              menikmati pria telanjang dari jarak dekat.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sebuah pemandangan yang kontras. Aku sudah bugil, dia masih tergolek              mengangkang di sofa dengan pakaian yang lengkap, meski acak-acakan.              Aku semakin mendekatinya. Dia terbelalak, ketika sadar penisku sudah              sekian cm dari mukanya. Sudah kepalang tanggung. Birahiku sudah              mendidih. Sekian lama hanya menahan diri. Lantas kusorongkan penisku              ke wajahnya, mengenai pipi. Lalu kena hidungnya, matanya, keningnya,              lalu bibirnya yang kini terkatup rapat. &quot;Sari, gantian dong&quot;,              bisikku meminta.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Dia buka sedikit mulutnya. Ujung penisku melesak masuk sekitar dua              cm. Terasa mulut yang hangat. Ketika mulut ternganga sedikit,              penisku kudorongkan. &quot;Blep!&quot; masuklah separuh penis ke mulut si              cantik langsing yang mirip artis Yenny Farida di masa mudanya itu.              Dengan cepat dia menyesuaikan diri agar tak tersedak. Lantas naluri              kewanitaannya pun bekerja. Dia menjilati penisku. Mulanya dengan              posisi menyamping, penisku terpalang horizontal di mulutnya, seperti              sate yang akan disantap. Kemudian posisi menjulur, &#39;senjata              terkokang&#39; itu dijilat dan dihisap seperti es lolly. Oh nikmat dan              bahagianya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Ternyata sambil melakukan jilatan di vaginanya, tangan kiri Sari              mengusap-usap vaginanya sendiri. Ketika dia berhenti sejenak dalam              meng-oral, jemari kiri yang mengkilat oleh cairan vagina itu dia              hisap dan jilat. Begitu berulangkali. Akhirnya aku tidak tahan.              Kalau menuruti nafsu, keinginku sih biar muncrat dan tumpah sekalian              seluruh maniku ke mulut dan wajahnya. Akan tetapi dia kan belum              puas. Kasihan.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Maka kucabut penisku dari genggaman tangan serta hisapan dan jilatan              mulutnya. Tapi ah..., dua atau tiga tetes maniku telanjur keluar,              langsung menetes di lidahnya. Dengan sigap dia tarik lidah itu, dan              tampaknya dia mencicipi rasa benda yang baru dikenal dalam hidupnya,              cairan sperma. Untunglah aku bisa menahan diri. Kucekik penisku              dengan jempol dan telunjukku, agar mani tak membanjir, sekaligus              agar batangku tetap ereksi.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kami sama-sama mengambil nafas. Lantas kuhampiri Sari, kupeluk,              kugendong, lalu kurebahkan di meja kerjanya yang luas. Dengan lembut              dan pelan kuciumi lehernya, sementara tanganku melepas blazer, blus,              dan branya. Payudara putih bersih nan kenyal, dengan puting              kemerahan yang mengeras, alangkah indahnya. Kucium dan jilati kedua              bukit itu berikut puncaknya. Kunikmati aroma khas yang memancar dari              lipatan bawah payudaranya agak kecut tapi merangsang.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Bossku itu seolah tak merasakan kerasnya meja kerjanya yang berkaca.              Dia terus merem-melek, meleguh, terengah, mendesis. Apalagi ketika              aku menciumi dan menjilati ketiaknya yang licin bersih. Ketiak wangi              yang mulai bercampur keringat. Oh.., indahnya. Oh..., merangsangnya.              Sementara itu tangan kananku merenggut rok mini itu, sehingga dia              kini telanjang bulat, sedikit kedinginan oleh semburan hawa AC.              Kuraba vulva itu. Bulu kemaluan yang lebat, rimbun, dan hangat itu              rupanya telah sedikit mengering oleh hembusan AC. Begitupun bibir              vaginanya. Namun clitorisnya masih mengeras. Ketika kupijat lembut              clitorisnya, Sari melenguh, &quot;Aouhh...&quot;&lt;br /&gt;            Kini mulutku menjelajahi pusar dan perutnya. Sari mengaduh-aduh.              Tanganku mengambil buku telepon, kuganjalkan ke pantatnya. Dengan              lidah terjulur kudekatkan mulutku ke vaginanya, tanpa menempel, lalu              berhenti. Aku diam saja. Sari tak sabar. &quot;Terlalu! Kamu terlalu.              Ayoh aku udah kebelet nih&quot;, dia seperti berteriak. Kedua tangannya              merenggangkan vulva selebar-lebarnya, sementara kakinya mengangkang              lurus menyamping seperti gadis plastik sirkus.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku melihat sebuah demonstrasi otot vagina yang dahsyat! Tangan Sari              sudah tidak menjereng vaginanya. Tapi kakinya masih kangkang lurus              menyamping. Astaga! Vagina itu bergerak-gerak, kembang kempis,              menggembung mengerut. Dinding vagina nan merah seolah mau melotot              keluar, untuk kemudian mengerut sehingga dinding merah mengkilat itu              tersembunyi sebagian.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Sedangkan clitorisnya tetap mengeras seperti teracung, menagih              jilatan. Aku jadi semakin gila. Kusosor vagina itu. Kumainkan mulut              dan lidahku, menggarap bibir vagina dan clitoris. Kujejalkan lidahku              ke liang hangat saat membuka diri. Wuhh..., banjir cairan vagina              menyembur, aku jilati liang vaginanya yang merupakan sumber dari              cairan itu. Rasanya asin. Aku ingin menguras cairan lajang yang 7              tahun lebih tua dariku itu. Kedua tanganku merentangkan kakinya,              lalu aku meng-oral vaginanya habis-habisan. Akhirnya Sari berteriak              tertahan, &quot;Aku sampe puncak!&quot;. Dia menjambak rambutku, membenamkan              wajahku ke vaginanya, sehingga aku gelagapan dan hampir tersedak              oleh banjirnya cairan vaginanya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku pun kian bernafsu. Kugendong Sari, kupindahkan ke selembar              karpet tambahan yang menyerupai bulu kambing, di atas karpet dasar,              di pinggir sofa.&lt;br /&gt;            &quot;Ibu Liz, Liza, Sari..., aku nggak tahan. Kalo aku memperkosa kamu              gimana?&quot;, tanyaku, menahan nafsu sambil berposisi seperti menindih,              tapi tubuhku tak menempel di tubuhnya karena tanganku masih              menyangga badanku.&lt;br /&gt;            &quot;Nggak usah memperkosa segala. Malam ini kita bisa bersetubuh,              sayang&quot;, katanya sambil meraih bahuku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Oh pucuk di cinta, vagina mendamba, clitoris menagih. Kucium              keningnya, matanya, hidungnya. Tapi pantatku masih seperti              mengambang di atas tubuhnya, sehingga penisku pun menggantung              menganggur, belum menyentuh kewanitaannya. Akhirnya aku pun capai.              Pantatku turun. Sari langsung mengangkang. Tapi ah, tidak, tidak.              Aku mau main-main dulu. Ini kan persetubuhan pertama kami. Maka              penisku kini cuma kugesek-gesekan ke bulu kemaluan, clitoris, dan              vaginanya. Dia terpejam nikmat. &quot;Gilaa, aku sukaa&quot;, bisiknya.              Lama-kelamaan kurasakan gesekan penisku seperti mengenai bidang              licin. Rupanya cairan vaginanya belum habis, terus membanjir. Hilang              sudah rasa permukaan bibir vagina yang merangsang penisku. Sementara              gesekan bulu kemaluan pun semakin licin karena bulu superlebat yang              membentuk segitiga, menyerupai celana dalam, itupun sudah basah.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku beringsut. Kuambil blus silk Sari. Kuusapkan ke vaginanya untuk              mengeringkan cairan. Dia sendiri pun tak peduli blus bagus itu buat              mengepel vagina. Kini vagina itu mengering. Aku menindihnya tapi              masih bertumpu pada tangan kananku. Sementara tangan kiriku memegang              penis, untuk dimainkan di vaginanya. Dia melenguh nikmat. Tapi              lama-lama aku capai juga. Oh Sari yang cantik. Dia akhirnya punya              inisiatif. Dibiarkannya aku menindihnya, tapi kini giliran tangannya              yang memegang penisku.&lt;br /&gt;            &quot;Pakai buat masturbasi Liza Sari sayang&quot;, bisikku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Wow! Nikmatnya penis dipegang jemari lentik dan dipakai untuk onani              vagina. Aku merasa terbang menumpang concorde. Hampir tak ingat              apa-apa, ketika tiba-tiba kurasakan &quot;Blessszzhh...&quot; Penisku sudahg              masuk. Lancar sekali, meski dalam jepitan, karena vaginanya memang              licin.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Kamu pikir aku tahan? Nggak. Aku udah birahi banget. Lima tahun              nggak bersetubuh setelah putus pacaran. Tiga bulan cuma petting.              Sekarang kepalang basah. Kita bersetubuh saja&quot;, bisiknya.&lt;br /&gt;            Kubenamkan penisku dalam vagina yang menjepit itu. Aku diam saja.              Pinggul Sari di bawah berputar-putar, naik turun, maju mundur, geser              kanan-kiri. Aku merasa termanjakan. Sampai akhirnya kurasakan maniku              mulai mendidih, seperti ruap soda dalam botol yang dikocok. Aku              beringas. Kupompa vaginanya dengan penisku. Kutekan selangkangannya              dengan bagian bawah tubuhku. Kuputar pinggulku.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Sari, kita hitung yuk. Kita hitung sampe 10 lalu puncak bareng              ya?&quot;, bisikku.&lt;br /&gt;            &quot;Sepuluh, seratus, seribu, sama saja. Aku sudah memasuki pintu              klimaks...&quot;&lt;br /&gt;            &quot;Satu, dua, tigaa...&quot;, aku menghitung.&lt;br /&gt;            &quot;Empaattt, Limaa burung, enam spermaa....&quot;, lanjutnya dengan              terengah.&lt;br /&gt;            &quot;Tujuh itil, delapan jembut....&quot;, aku menimpali.&lt;br /&gt;            &quot;Sembilann... Auwwwwww! Aku climaks! Gila! Mana manimu! Ayo dong              cepetan! Udah lima tahun vaginaku nganggur nggak ngerasain sosokan              burung dan semprotan mani!&quot;.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Inilah keajaiban. Tiba-tiba maniku seperti tertahan, tapi penisku              kian mengeras, sampai kulit penis ini agak perih, mungkin lecet              sedikit. Kupompa vagina Sari dalam orgasmenya. Kurasakan vaginanya              menyempit sementara cairan hangat kurasakan menyembur dari celah              liang yang terjejali oleh penis. Terdengar suara &quot;prepettt...&quot; Aku              tidak tahu, cairan ini dari vagina atau dari lubang kencingnya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Akhirnya, tubuhnya mengejang. Matanya terbelalak, lalu terpejam, dan              dia pun memelukku erat. Kudengar isak tertahan. &quot;Aku nikmat. Aku              lega. Aku bahagia&quot;, bisiknya. Air mata membasahi kelopaknya. Kucabut              penisku. Masih tegang. Aku juga ingin orgasme. Tapi aku kasihan              kalau harus menyetubuhi dia terus. Pasti vaginanya capai. Atau malah              lecet. Karena barusan tadi kurasakan bulu kemaluan ikut masuk ke              liangnya, bersama penisku. Mungkin bulu kemaluannya. Karena setiap              kali kami bercumbu, bulu kemaluannya banyak yang rontok.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Aku berdiri di sampingnya. Kukocok penisku. Pelan, pelan, lalu              cepat, cepat, cepat, akhirnya ah..., tak tahan. Aku pejamkan mataku,              sambil mengocok penis. &quot;Blap!&quot; kurasakan penisku masuk lubang, yang              ada giginya. Ya! Kubuka mataku. Penisku masuk ke mulutnya.              Kulepaskan genggamanku. Dia sudah bersimpuh di depanku, mengulum              penis, tangannya mulai mengocok penisku, terkadang lidahnya              menjilati.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Awas Sari, nanti muncrat ke mulut lho!&quot;, aku memperingatkan.&lt;br /&gt;            &quot;Biarin. Ini untuk pertama kalinya aku minum isi burung&quot;, katanya              menantang.&lt;br /&gt;            &quot;Oh ya?&quot;, tanyaku.&lt;br /&gt;            &quot;Iya. Ayo, kuras manimu, pejantanku!&quot;, ajaknya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            Kini aku kocok sendiri penisku. Ketika titik didih sudah mendekat,              genggamanku aku lepas. Tangan Sari segera menyambar. Dengan lima              kocokan maniku pun muncrat. Crat! Crat! Crat! Craatt! Mulutnya telat              mengantisipasi, mungkin karena belum pengalaman. Dalam sepersekian              detik maniku menyembur pipinya, hidungnya, keningnya, lehernya,              lalu, &quot;Slep!&quot;, penisku masuk ke mulutnya dengan mani terus              membanjir. Dalam kulumannya penisku terus dia kocok. Lama-lama aku              gemetar dalam lautan nikmat. Aku terduduk. Penisku tercabut dari              mulutnya. Kulihat si cantik ini mukanya berlepotan cairan putih              kental. Bibirnya berleleran sperma. Dia belum terampil menelan semua              sperma, sehingga ada sisa yang tumpah keluar. Yang pasti dia tampak              semakin cantik. Mungkin aku pun jadi mencintainya.&lt;br /&gt;           &lt;br /&gt;            &quot;Terima kasih bossku sayang. Ini bukan yang terakhir kan?&quot;, tanyaku              sambil mengusap rambutnya.&lt;br /&gt;            &quot;Tentu..., Kamu mau sama aku meski aku lebih tua?&quot;, jawabnya dengan              mesra.&lt;br /&gt;            &quot;Iya. Aku menyayangimu. Aku pingin mengeksplorasi semua pesona              kewanitaanmu&quot;, kataku.&lt;br /&gt;            &quot;Masih banyak waktu. Lain kali kamu ke studio apartemenku. Apa yang              akan kamu lakukan kepadaku Sabtu malam besok?&quot;.&lt;br /&gt;            &quot;Aku ingin mencoba anusmu, bossku sayang...&quot;&lt;br /&gt;            Aduh! Diam mencubit lenganku, lalu pahaku, lalu penisku.&lt;br /&gt;            &quot;Sakittttt boss!&quot; kataku.&lt;br /&gt;            Dia tak mempedulikan. Setelah cubitannya lepas, dia pun bangkit,              lalu membungkuk dengan menghadapkan pantat ke wajahku, yang masih              terduduk di karpet dengan kaki terjulur, sambil kedua tanganku              menyangga tubuhku. Jemarinya merentang anus yang merah dan dikitari              bulu halus lurus yang panjang.&lt;br /&gt;            &quot;Anusku masih perawan. Boleh juga sih kita coba Sabtu besok&quot;,              katanya.&lt;br /&gt;            Tiba-tiba pemandangan gelap. Kurasakan bau aneh, khas, tapi sedap.              Astaga! Anus yang terentang jari itu sudah menempel ke hidungku.              Awas, anus itu nanti menerima pembalasanku, dengan elusan penis dan              tetesan maniku, sementara jariku bermain di clitoris dan vulvanya.              Tunggu saatnya tiba, boss cantikku!</content><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/5531498534359309032'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/2052117880363413473/posts/default/5531498534359309032'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://klubseks.blogspot.com/2010/05/boss-lajang-yang-penuh-gairah.html' title='Boss lajang yang penuh gairah'/><author><name>klubseks</name><uri>http://www.blogger.com/profile/14132281492330750946</uri><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author></entry></feed>

If you would like to create a banner that links to this page (i.e. this validation result), do the following:

  1. Download the "valid Atom 1.0" banner.

  2. Upload the image to your own server. (This step is important. Please do not link directly to the image on this server.)

  3. Add this HTML to your page (change the image src attribute if necessary):

If you would like to create a text link instead, here is the URL you can use:

http://www.feedvalidator.org/check.cgi?url=http%3A//klubseks.blogspot.com/feeds/posts/default

Copyright © 2002-9 Sam Ruby, Mark Pilgrim, Joseph Walton, and Phil Ringnalda