Congratulations!

[Valid Atom 1.0] This is a valid Atom 1.0 feed.

Recommendations

This feed is valid, but interoperability with the widest range of feed readers could be improved by implementing the following recommendations.

Source: http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/posts/default

  1. <?xml version='1.0' encoding='UTF-8'?><?xml-stylesheet href="http://www.blogger.com/styles/atom.css" type="text/css"?><feed xmlns='http://www.w3.org/2005/Atom' xmlns:openSearch='http://a9.com/-/spec/opensearchrss/1.0/' xmlns:blogger='http://schemas.google.com/blogger/2008' xmlns:georss='http://www.georss.org/georss' xmlns:gd="http://schemas.google.com/g/2005" xmlns:thr='http://purl.org/syndication/thread/1.0'><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101</id><updated>2024-04-15T03:28:14.093-07:00</updated><category term="Umum"/><category term="Setengah Baya"/><category term="Sedarah"/><category term="Lain-lain"/><category term="Pesta Sex"/><category term="Softcore"/><category term="Tukar Pasangan"/><category term="Pemerkosaan"/><category term="Exibis"/><category term="Bisex"/><category term="Penyiksaan"/><category term="Fiction"/><category term="Ebook and Comic"/><category term="Cerita Dewasa - Beastiality"/><category term="Tips dan Info"/><title type='text'>PUSAT CERITA DEWASA</title><subtitle type='html'>CERITA DEWASA, CERITA SEX, CERITA SERU, CERITA PORNO, CERITA LUCAH, ADULT STORIES</subtitle><link rel='http://schemas.google.com/g/2005#feed' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/posts/default'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/'/><link rel='hub' href='http://pubsubhubbub.appspot.com/'/><link rel='next' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default?start-index=26&amp;max-results=25'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><generator version='7.00' uri='http://www.blogger.com'>Blogger</generator><openSearch:totalResults>1528</openSearch:totalResults><openSearch:startIndex>1</openSearch:startIndex><openSearch:itemsPerPage>25</openSearch:itemsPerPage><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-9062934316157441215</id><published>2011-08-28T13:18:00.000-07:00</published><updated>2011-08-28T13:18:17.306-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lia, Sekretaris Sexy - 2</title><content type='html'>Dari Bagian 1&lt;br /&gt;
  2. &lt;br /&gt;
  3. &lt;br /&gt;
  4. Setelah sampai di apartemenku, Junaedipun bertanya di mana PCku yang rusak.&lt;br /&gt;
  5. &lt;br /&gt;
  6. &quot;Nanti saja&quot; jawabku.&lt;br /&gt;
  7. &quot;Lho Pak..&quot;&lt;br /&gt;
  8. &quot;Iya aku ingin membicarakan hal yang lain dahulu&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  9. &quot;Duduk!!&quot; perintahku sambil menunjuk sofa yang ada di ruang tamu apartemenku.&lt;br /&gt;
  10. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  11. Lia sudah tersenyum geli sambil tetap menggelendot di pundakku. Wangi tubuhnya sangat merangsang..&lt;br /&gt;
  12. &lt;br /&gt;
  13. &quot;Ada apa Pakk&quot; Junaedi tampak takut dan gugup.&lt;br /&gt;
  14. &quot;Saya dengar kamu suka godain Lia ya? Hah?!!&quot; bentakku.&lt;br /&gt;
  15. &quot;Nggak Pak..&quot;&lt;br /&gt;
  16. &quot;Iya Pak bohong dia&quot; kata Lia.&lt;br /&gt;
  17. &lt;br /&gt;
  18. Kamipun duduk berhadapan dengan Junaedi. Lia aku rangkul di sebelahku. Tanganku mengelus-elus pundaknya.&lt;br /&gt;
  19. &lt;br /&gt;
  20. &quot;Kamu cinta ya sama Lia? Jawab yang jujur!!&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  21. &lt;br /&gt;
  22. Junaedi nggak menjawab.. Hanya diam menunduk memandangi karpet ruang tamuku.&lt;br /&gt;
  23. &lt;br /&gt;
  24. &quot;Kamu harus sadar diri donk.. Masa kamu mau sama cewek cantik seperti Lia&quot; kataku. Lia senyum-senyum sinis melihat Junaedi yang tetap menunduk.&lt;br /&gt;
  25. &quot;Kamu kalau diajak omong liat sini yach!!&quot; bentakku.&lt;br /&gt;
  26. &lt;br /&gt;
  27. Junaedi pun mendongakkan wajahnya penuh jerawat dan berkacamata tebal itu.&lt;br /&gt;
  28. &lt;br /&gt;
  29. &quot;Kesiann deh lo&quot; kata Lia sambil tertawa..&lt;br /&gt;
  30. &quot;Cewek seperti Lia itu hanya untuk orang sekelas saya tau!!&quot; kataku lagi.&lt;br /&gt;
  31. &lt;br /&gt;
  32. Lia mulai menciumiku. Akupun membalas ciumannya. Kemudian aku tarik Lia berdiri dan kami berjalan kehadapan Junaedi yang masih duduk di sofa. Lia berdiri didepan Junaedi dan aku dibelakang Lia sambil menciumi lehernya yang jenjang.&lt;br /&gt;
  33. &lt;br /&gt;
  34. &quot;Lihat nih.. Kalau aku sih bisa menikmati wanita pujaanmu. Kalau kamu sebatas lihat aja yach&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  35. &lt;br /&gt;
  36. Lia tertawa kecil sambil berkata&quot; dasar orang jelek nggak tau diri&quot;. Lia kemudian mengangkat tangannya ke atas memeluk kepalaku. Buah dadanya tambah membusung. Kubuka kancing bajunya satu persatu.. Akhirnya lepaslah bajunya ke lantai. Aku buka juga BHnya, Lia tampak tersenyum nakal melihat Junaedi. Junaedi tampak melongo melihat kejadian di depannya itu. Mungkin baru pertama kalinya dia melihat buah dada seindah itu. Aku remas-remas buah dada itu sambil aku pilin puting merah mudanya yang mulai mengeras.&lt;br /&gt;
  37. &lt;br /&gt;
  38. &quot;Hmm Pak robertt.. Enak..&quot; erang Lia.&lt;br /&gt;
  39. &quot;Jun, kamu pernah lihat buah dada seindah ini?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  40. &quot;Be.. belum Pak&quot; jawabnya menahan nafsu.&lt;br /&gt;
  41. &quot;Sekarang aku akan isap dan jilati buah dada Lia, wanita pujaanmu.. Kamu perhatikan baik-baik ya..&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  42. &lt;br /&gt;
  43. Juanedi tampak gelisah menahan syahwatnya. Kudekatkan kepalaku ke buah dada ranum milik Lia, dan kuisap dan jilati putingnya. Tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sambil melakukan foreplay ini, kami tersenyum kepada Junaedi&lt;br /&gt;
  44. &lt;br /&gt;
  45. &quot;Lihat nih jelek.. Kalau orang ganteng sih boleh menikmati buah dadaku&quot; Lia berkata sambil tersenyum menggoda.&lt;br /&gt;
  46. &lt;br /&gt;
  47. Tangan Junaedi sudah meraba-raba kemaluan di balik celananya. Melihat itu, Lia langsung aku lepas dari pelukkanku.&lt;br /&gt;
  48. &lt;br /&gt;
  49. &quot;Apa-apaan kamu.. Kamu mau mau masturbasi di sini? Jangan coba-coba yach!!&quot; bentakku.&lt;br /&gt;
  50. &quot;Mau dipecat lo?&quot; tanya Lia sambil tertawa kecil.&lt;br /&gt;
  51. &lt;br /&gt;
  52. Junaedi langsung menarik tangannya ketakutan. Tapi tampak celananya sudah menonjol terdesak kemaluannya yang berontak.&lt;br /&gt;
  53. &lt;br /&gt;
  54. &quot;Kamu saya kasih hadiah deh.. Coba kamu bukain rok dan celana dalam Lia&quot; perintahku.&lt;br /&gt;
  55. &quot;Benerr Pak?&quot; jawab Junaedi senang. Mungkin dia berharap nanti akan dapat lebih lagi. Padahal sih nggak mungkin kali ye..&lt;br /&gt;
  56. &quot;Cepetan monyong.. Kapan lagi lu bisa liat bodi cewek secantik gue?&quot; sahut Lia.&lt;br /&gt;
  57. &lt;br /&gt;
  58. Junaedipun bangkit dari duduknya dan berjalan ke belakang Lia. Diturunkannya retsleting rok mini sekretaris cantikku itu.&lt;br /&gt;
  59. &lt;br /&gt;
  60. &quot;Awas kalau berani pegang-pegang yach&quot; kata Lia.&lt;br /&gt;
  61. &lt;br /&gt;
  62. Liapun kini tinggal mengenakan celana dalam G-string hitam dipadu dengan stoking yang sewarna. Melihat pemandangan itu, aku berubah pikiran. Aku tak ingin celana dalam Lia dilepas. Rasanya lebih sexy kalau tetap dipakai.&lt;br /&gt;
  63. &lt;br /&gt;
  64. &quot;Celana dalamnya biarin aja&quot; kataku. Junaedi tampak kecewa&lt;br /&gt;
  65. &quot;Udah ngapain lo berdiri terus di situ.. Duduk sana. Gue mau ngentot sama Pak Robert nih.. Gue mau isepin kontolnya dulu.. Lo lihat aja ya.. Jelek&quot; Lia terus menggoda sambil mencaci Junaedi.&lt;br /&gt;
  66. &lt;br /&gt;
  67. Liapun berlutut didepanku. Celanaku dibukanya. Begitu juga celana dalamku. Sementara akupun membuka kemeja dan dasiku. Lia mengenggam kemaluanku yang sudah mencapai ukuran maksimal (20 cm) itu.&lt;br /&gt;
  68. &lt;br /&gt;
  69. &quot;Nih.. Baru cowok..&quot; kata Lia pada Junaedi yang sudah gelisah menahan nafsunya.&lt;br /&gt;
  70. &quot;Kamu baru tahu khan.. Untuk cewek secantik Lia.. Ukuran harus besar..&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  71. &lt;br /&gt;
  72. Liapun mulai menjilati kepala kemaluanku sambil matanya tak henti menatap Junaedi. Kemudian dikulumnya kemaluanku. Mulutnya yang mungil tampak penuh dengan kemaluanku. Tak mampu Lia menghisap semuanya, mungkin hanya setengahnya saja yang bisa ditampungnya. Kemudian Lia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, dan menjilati batangnya dan buah zakarku. Kemudian dia mengulum lagi kemaluanku, begitu seterusnya. Selama itu pula dia mendesah-desah sambil menatap Junaedi dengan pandangan menggoda. Akupun sibuk menyibakkan rambut Lia agar tidak menutupi pandangan Junaedi saat wanita pujaan hatinya ini sedang melakukan oral-sex kepada bosnya. Mungkin baru kali ini si Junaedi melihat adegan seperti itu.&lt;br /&gt;
  73. &lt;br /&gt;
  74. &quot;Lo liat khan.. Enak bangeth.. Ehm...&quot; Lia terus mengulum kemaluanku.&lt;br /&gt;
  75. &lt;br /&gt;
  76. Juanedi tampak sudah tidak karuan lagi tampangnya menahan gairah. Ingin dia melakukan masturbasi tetapi dia takut padaku dan Lia.&lt;br /&gt;
  77. &lt;br /&gt;
  78. Kami lalu pindah ke sofa di depan Junaedi. Lia duduk dipangkuanku menghadap Junaedi sambil membelakangiku. Aku ciumi pundaknya lalu, dia menoleh kebelakang, dan kamipun berciuman. Kusibakkan celana dalam G-stringnya, dan vaginanya yang bersih tak berambut tampak merah merekah. Kuusap-usap vagina dan klitorisnya.&lt;br /&gt;
  79. &lt;br /&gt;
  80. &quot;Uhh.. Pak Robert... Lia suka... Ahh.. Enak sekali Pak..&quot; Lia sudah meracau tidak karuan.&lt;br /&gt;
  81. &lt;br /&gt;
  82. Matanya sudah menutup menahan gairah. Dia mungkin sudah lupa akan tugasnya menggoda Junaedi. Saat tanganku meraba-raba vaginanya, Lia tampak meremas-remas buah dadanya sendiri. Aku ciumi pundak dan lehernya dari belakang sambil tersenyum menatap Junaedi penuh rasa puas bisa menunjukkan kekuasaanku dan keperkasaanku di depannya.&lt;br /&gt;
  83. &lt;br /&gt;
  84. &quot;Masukin Pak.. Please.. Fuck me.. Fuck me.. I beg you &quot; kata Lia meracau.&lt;br /&gt;
  85. &lt;br /&gt;
  86. Akupun mengarahkan kemaluanku ke liang vagina Lia. Kemudian Lia menurunkan pantatnya yang sexy itu sehingga kemaluanku perlahan memasuki liang nikmat sekertarisku ini.&lt;br /&gt;
  87. &lt;br /&gt;
  88. &quot;Oh.. My God... So big... I love you Pak Robert...&quot; Lia mengerang nikmat sambil menjerit tertahan. Memang menurut Lia, ukuran tunangannya tidak begitu besar. Hanya rata-rata saja, sehingga dia sangat puas bercumbu denganku.&lt;br /&gt;
  89. &lt;br /&gt;
  90. Lia nampak sudah tak bisa mengontrol dirinya lagi. Pantatnya dinaik turunkan dengan liar sambil mengerang dan meracau&lt;br /&gt;
  91. &lt;br /&gt;
  92. &quot;Ohh.. Yess.. Pak.. Fuck me.. Oh so good...&quot;&lt;br /&gt;
  93. &quot;Ohh... Yeah.. Ohh.. Yeah..&quot;&lt;br /&gt;
  94. &lt;br /&gt;
  95. Sekitar 15 menit kemudian diapun mencapai orgasmenya diikuti dengan lengkingan suaranya melepas beban hasrat seksualnya. Kemudian kutarik Lia berdiri dan aku ajak menghampiri tempat duduk Junaedi. Kusuruh dia berlutut didepanku tepat didepan mata Junaedi.&lt;br /&gt;
  96. &lt;br /&gt;
  97. &quot;Ayo sayang isap... Sampai keluar ya&quot;&lt;br /&gt;
  98. &quot;Sedangkan kamu perhatikan baik-baik&quot; kataku pada Junaedi.&lt;br /&gt;
  99. &lt;br /&gt;
  100. Lia pun menghisap dan mengulum kemaluanku tepat didepan Junaedi. Tangan kananku berkacak pinggang sedangkan tangan kiriku menyibakkan rambut Lia agar Junaedi dapat melihat dengan jelas bagaimana cara memperlakukan wanita secantik Lia.&lt;br /&gt;
  101. &lt;br /&gt;
  102. Tak lama akupun merasa ada cairan yang akan keluar, dan kemudian aku remas rambut Lia sambil menyemburkan cairan ejakulasiku ke dalam mulutnya. Sebagian tampak meleleh keluar membasahi dagunya dan jatuh menuju buah dadanya yang besar.&lt;br /&gt;
  103. &lt;br /&gt;
  104. &quot;Eh.. Lo jangan bengong aja.. Ambilin gue tisu&quot; bentak Lia pada si Junaedi yang sedang tertegun melihat adegan kami itu.&lt;br /&gt;
  105. &lt;br /&gt;
  106. Dengan menurut, Junaedi mengambil tisu di atas meja.. Dan memberikannya pada Lia. Lia membersihkan sisa-sisa spermaku di wajah dan buah dadanya, terus memberikan pada Junaedi.&lt;br /&gt;
  107. &lt;br /&gt;
  108. &quot;Jelek.. Nih buangin&quot; perintahnya.&lt;br /&gt;
  109. &lt;br /&gt;
  110. Aku tersenyum saja melihat perlakuan Lia pada si Junaedi ini. Tampak semakin sexy saja sekretarisku ini ketika dia menunjukkan kuasanya pada si malang kutu buku ini.&lt;br /&gt;
  111. &lt;br /&gt;
  112. Setelah bersih-bersih, kamipun mengenakan pakaian kami kembali. Kemudian kami memesan pizza untuk mengisi perut kami berdua yang keroncongan setelah bertempur tadi. Sementara itu si Junaedi aku suruh memperbaiki PC di kamarku.&lt;br /&gt;
  113. &lt;br /&gt;
  114. Tiba-tiba aku teringat janjiku dengan si bule Jason. Wahh.. Aku langsung telpon dia untuk minta maaf dengan alasan ada meeting mendadak dengan klien. Untung dia bisa mengerti dan bersedia mengubah janji untuk besok malam saja.&lt;br /&gt;
  115. &lt;br /&gt;
  116. Liapun lupa kalau dia belum telpon tunangannya. Dia kemudian menelpon dan minta maaf karena harus ikut aku ke klien dan lupa menelpon untuk tidak usah dijemput di kantor tadi. Dia tampak kelelahan, hingga aku tawarkan untuk menginap saja di apartemenku daripada pulang ke rumah ortunya di Tangerang. Diapun setuju lalu mengabari ortunya kalau dia tidak bisa pulang dengan alasan-alasan klise.&lt;br /&gt;
  117. &lt;br /&gt;
  118. Tak lama Junaedipun selesai mereparasi komputerku. Katanya ada masalah di memorinya. Memang pintar anak itu. Aku kemudian suruh Lia untuk memberi dia uang untuk ongkos pulang. Liapun mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya dan kemudian memberikannya pada Junaedi.&lt;br /&gt;
  119. &lt;br /&gt;
  120. &quot;Nih buat lo. Udah pulang sana. Awas ya kalau lo cerita-cerita&quot; ancamnya.&lt;br /&gt;
  121. &lt;br /&gt;
  122. Junaedipun kemudian pamit pulang. Entah apa yang tadi ada di benaknya menyaksikan adegan persetubuhanku dengan Lia wanita pujaannya. Aku rasa dia akan masturbasi habis-habisan sesampainya di rumah Ha.. Ha..&lt;br /&gt;
  123. &lt;br /&gt;
  124. *****&lt;br /&gt;
  125. &lt;br /&gt;
  126. E N D&lt;br /&gt;
  127. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/9062934316157441215/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lia-sekretaris-sexy-2.html#comment-form' title='82 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/9062934316157441215'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/9062934316157441215'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lia-sekretaris-sexy-2.html' title='Lia, Sekretaris Sexy - 2'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>82</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-5157344688829965855</id><published>2011-08-28T13:17:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:17:30.789-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lia, Sekretaris Sexy - 1</title><content type='html'>Hari itu aku datang ke kantor sekitar pukul 9.30 pagi. Sebenarnya aku malas untuk masuk kerja hari ini, tetapi akan ada rapat bulanan yang diikuti semua departemen. Terlebih ayahku akan datang juga dalam rapat itu, jadi akupun harus masuk kerja.&lt;br /&gt;
  128. &lt;br /&gt;
  129. Sebenarnya aku lebih suka pergi dengan teman kuliahku dulu di Amerika yang datang ke Jakarta. Dia ingin aku ajak jalan-jalan.. Tapi yach karena ada rapat sialan ini aku harus tunda deh sampai malam nanti. Aku sudah janjian dengan dia, akan aku jemput sehabis pulang kantor nanti. Eh.. Dia malah menolak dan bilang dia yang akan ke kantorku sore nanti. Dia bilang tidak apa harus menunggu karena dia bisa bertemu dengan sekretarisku, Lia.&lt;br /&gt;
  130. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  131. Temanku itu, Jason, orang amrik asli. Pernah dia main ke kantorku dan tampaknya dia terpesona dengan kecantikan dan kesexyan Lia. Memang sekertarisku itu cantik dan sexy sekali. Dia berumur 24 tahun, berkulit putih dengan tinggi 175 cm. Posturnya yang tinggi dan langsing, didukung dengan buah dadanya yang besar(mungkin 36C).&lt;br /&gt;
  132. &lt;br /&gt;
  133. Wajahnya sekilas mirip Lyra Virna bintang sinetron itu. Dia lulusan akademi sekretaris dan fasih berbahasa Inggris. Tak heran kalau si Jason suka sama dia dan selalu mengajak ngobrol kalau ketemu. Tetapi aku sudah peringatkan si bule itu, kalau sekertarisku tidak boleh diganggu. Hanya aku yang boleh menikmatinya.. (disamping tunangannya kali ye..).&lt;br /&gt;
  134. &lt;br /&gt;
  135. Begitu masuk ke lobby, aku berharap melihat Noni di sana. Tapi ternyata yang ada di meja resepsionis bukan dia tapi si Agus office boy kantor.&lt;br /&gt;
  136. &lt;br /&gt;
  137. &quot;Selamat pagi Pak&quot; Agus menyapaku.&lt;br /&gt;
  138. &quot;Pagi.. Lho kok kamu yang di sini, Noni mana?&quot;&lt;br /&gt;
  139. &quot;Hari ini nggak masuk Pak&quot;&lt;br /&gt;
  140. &quot;Kenapa?&quot;&lt;br /&gt;
  141. &quot;Maaf Pak.. Saya nggak tahu&quot;&lt;br /&gt;
  142. &lt;br /&gt;
  143. Wah.. Kenapa ya si Noni nggak masuk hari ini. Apa karena dia tidak tahan lagi dengan perlakuanku pada dia.. pikirku. Begitu masuk ke ruanganku, aku telpon Ibu Diana atasan langsungnya.&lt;br /&gt;
  144. &lt;br /&gt;
  145. &quot;Bu Diana.. Noni kenapa kok tidak masuk?&quot; tanyaku&lt;br /&gt;
  146. &quot;Oh.. Anu Pak Robert.. Anu. Si Noni minta ijin.. Apa.. Ibunya masuk rumah sakit.. Tadi pagi dia telpon saya.&quot; Ibu Diana ini memang selalu gugup kalau bicara denganku.&lt;br /&gt;
  147. &lt;br /&gt;
  148. Dia sudah bekerja lama di kantor dan sudah berumur juga. Sejak ayahku merintis perusahaan ini, dia sudah bergabung.&lt;br /&gt;
  149. &lt;br /&gt;
  150. &quot;Terus kamu ijinkan?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  151. &quot;Iiya Pak.. Maaf Pak..&quot;&lt;br /&gt;
  152. &quot;Ya sudah. Ijin berapa hari?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  153. &quot;Dua hari Pak&quot;&lt;br /&gt;
  154. &quot;Apa?? Dua hari?? Tidak bisa!! Bilang sama dia harus masuk besok!!&quot; perintahku.&lt;br /&gt;
  155. &quot;Baaiikk Pak Roobertt..&quot;&lt;br /&gt;
  156. &lt;br /&gt;
  157. Aku memang sedang nafsu dengan keindahan gadis belia Noni ini. Hari ini aku sudah berencana untuk memakainya sehabis meeting nanti. Beberapa kali memang aku pakai dia sewaktu jam kerja hanya untuk sekedar oral seks saja. Lain soalnya jika sudah jam pulang kantor. Jika sudah sepi aku setubuhi dia di kantorku sementara kadang kala pacarnya menunggu di lobby.&lt;br /&gt;
  158. &lt;br /&gt;
  159. Eh.. Ternyata dia nggak masuk!! Ya sudah besok saja akan aku hukum dia. He.. He... Hm.. Memikirkan apa yang akan aku perbuat esok terhadap si Noni ini aku tersenyum sendiri. Aku harus kreatif nih.. Sekalian untuk jadi bahan cerita di 17Tahun.com nanti.&lt;br /&gt;
  160. &lt;br /&gt;
  161. Meeting hari itu berlangsung sangat membosankan. Setiap kepala departemen memberikan presentasi tentang kinerja bagian masing-masing. Aku sudah tak sabar ingin cepat sore hari saja. Kulihat arloji Rolexku detiknya kok terasa lebih lambat dari biasanya. Tapi karena ayahku ada di ruangan itu, aku pasang wajah serius.. Walaupun dalam benakku yang terlintas bukan mengenai sales turnover, competitive analysis, dan lain sebagainya yang bikin orang ngantuk itu. Tetapi aku memikirkan mau aku ajak ke mana si bule gila anak buah george bush itu.&lt;br /&gt;
  162. &lt;br /&gt;
  163. Yang menarik perhatianku, para manajer di ruangan itu tampak sesekali melirik ke Lia yang duduk di sebelahku. Memang dia hari itu berpakaian sexy nan mengundang hasrat setiap lelaki normal. Bajunya berleher agak sedikit rendah sehingga belahan buah dadanya yang ranum nampak menggoda. Juga roknya yang mini dan stokingnya menjadikan Lia begitu menjadi perhatian manajer-manajer di ruangan itu. Akupun tersenyum dalam hati.. Bolehlah kalian pelototin sekertarisku.. Asalkan tidak boleh sedikitpun menyentuhnya.&lt;br /&gt;
  164. &lt;br /&gt;
  165. Setelah meeting selesai, akupun kembali ke ruanganku. Membalas e-mail termasuk beberapa e-mail dari pembaca forum 17 tahun ini. Tak lama Lia masuk ke ruanganku.&lt;br /&gt;
  166. &lt;br /&gt;
  167. &quot;Ada apa Lia?&quot; tanyaku sambil masih mengetik e-mail di notebookku.&lt;br /&gt;
  168. &quot;Ini Pak.. Saya ada masalah sedikit&quot; katanya.&lt;br /&gt;
  169. &quot;Coba ceritakan&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  170. &lt;br /&gt;
  171. Lalu dia menceritakan bahwa dia merasa terganggu dengan perhatian yang berlebihan dari seorang karyawan di bagian IT bernama Junaedi. Ternyata Junaedi ini jatuh cinta berat sama Lia. Dia sering membelikan coklat, kue, kartu, bunga, dll. Yang paling mengesalkan Lia, si Junaedi ini sering telpon ke rumah atau ke HP, kirim SMS dll.&lt;br /&gt;
  172. &lt;br /&gt;
  173. &quot;Padahal dia tahu saya sudah bertunangan Pak.. Tapi dia tetap nekat terus&quot; Lia menambahkan.&lt;br /&gt;
  174. &quot;Yach habis kamu cantik sih &quot; kataku.&lt;br /&gt;
  175. &lt;br /&gt;
  176. Lia tersenyum senang mendengar pujianku. Memang satu dua minggu terakhir ini Lia nampak cemburu karena perhatianku terfokus ke Noni. Sudah agak jarang aku berikan dia kenikmatan birahi seperti dulu. Tapi hari itu aku jadi horny sekali melihat dia. Mungkin karena kecewa Noni tidak ada, atau juga karena cara para manajer menelanjangi Lia dengan mata mereka yang membuat aku bergairah. Tetapi tentu saja penampilan Lia hari itu juga ok banget.&lt;br /&gt;
  177. &lt;br /&gt;
  178. Tiba-tiba saja ada ide terlintas di benakku. Aku tahu kalau Lia ini seorang eksibisionis. Dia memang suka kalau keindahan tubuhnya dikagumi orang, hanya dia tidak mau kalau disentuh orang lain kecuali tunangannya dan aku tentunya. Pernah aku setubuhi dia di depan anak SMA, dan dia tampak sangat menikmatinya. Dia sendiri yang punya ide seperti itu, dan menawarkan kepada anak cowok SMA yang kita temui di mal untuk melihat dan memfoto kita saat bersetubuh.&lt;br /&gt;
  179. &lt;br /&gt;
  180. Dapat dibayangkan betapa hornynya anak itu melihat Lia yang dengan sengaja menggoda dia saat bersetubuh denganku. Entah berapa kali anak tanggung itu beronani ria.., tanpa mendapatkan kesempatan sekalipun untuk menyentuh Lia. Mungkin hanya sedikit saat Lia meminta dia untuk membuka pengait BHnya yang ada di bagian depan itu.&lt;br /&gt;
  181. &lt;br /&gt;
  182. &quot;Bagaimana kalau kita kerjain si Junaedi seperti anak SMA dulu itu?&quot; usulku sambil tersenyum nakal.&lt;br /&gt;
  183. &quot;Hm.. Nanti kalau dia bilang-bilang sama yang lain gimana Pak?&quot; Lia tampak senang dengan ide itu walaupun agak cemas dengan resikonya.&lt;br /&gt;
  184. &quot;Ah.. Nggak mungkin dia berani begitu.. Terlebih dia juga nggak punya bukti&quot;&lt;br /&gt;
  185. &quot;Iya Pak. Kalau begitu boleh.. Biar tau rasa dia.. Masa jelek begitu mau sama saya&quot; kata Lia tersenyum. Hm.. Memang binal sekertarisku ini.&lt;br /&gt;
  186. &lt;br /&gt;
  187. Hari itu sekitar jam 3.30 aku pulang kantor. Aman.. Karena ayahku sudah pulang sejak meeting selesai tadi siang. Aku ajak Lia tentu saja dengan alasan mau ketemu klien. Sebenarnya aku tak perlu pakai alasan-alasan segala, tetapi Lia merasa nggak enak dengan rekan-rekan sekretaris lainnya. Jadi aku pura-pura bilang ke dia untuk bawa bahan presentasi buat si klien di depan teman-temannya. Sebenarnya aku yakin kalau kelakuanku dan si Lia ini sudah jadi rahasia umum di sini, tapi yach memang si Lia ini ada-ada saja..&lt;br /&gt;
  188. &lt;br /&gt;
  189. Tak lupa aku ajak si Junaedi. Aku telpon Pak Erwan manajer IT untuk meminjam Junaedi dengan alasan untuk memperbaiki PCku yang rusak di apartemenku. Memang PCku suka ngadat.. Nggak tau kenapa.&lt;br /&gt;
  190. &lt;br /&gt;
  191. Aku dan Lia sudah siap menunggu di depan lift, baru si Junaedi nongol sambil membawa perkakas reparasinya. Kurang ajar juga nih anak, pikirku. Masak bos disuruh nunggu.&lt;br /&gt;
  192. &lt;br /&gt;
  193. &quot;Maaf Pak.. Tadi ada yang ketinggalan&quot; katanya beralasan.&lt;br /&gt;
  194. &lt;br /&gt;
  195. Kamipun langsung meluncur dengan Mercy silver metalik kesayanganku menembus jalanan kota Jakarta. Lia duduk didepan disebelahku, sedang Junaedi duduk dibelakang. Sabuk pengaman yang dikenakan Lia makin membuat buah dada putih 36Cnya mencuat. Mata Junaedi sudah lirik sana-lirik sini, tampak dari kaca spionku. Dia melirik paha mulus milik Lia yang terbungkus stoking. Dari cara duduknya tampak Lia memang sengaja menggoda dia.&lt;br /&gt;
  196. &lt;br /&gt;
  197. Sebelumnya aku akan coba gambarkan tentang si Junaedi ini. Dia berumur 22 tahun, dan tampangnya &quot;nerdy&quot; sekali. Yach seperti professor linglung begitulah.. Memang orangnya pintar, tapi yach itu tadi.. Penampilannya ancur-ancuran. Pantas dia kerja di IT yang berhubungan dengan mesin bukan orang.&lt;br /&gt;
  198. &lt;br /&gt;
  199. Dia sering diledek dan diganggu oleh teman-temannya, terutama sih oleh Lia. Mungkin karena dia kesal kok bisa ditaksir orang macam Junaedi ini. Omongan &quot;najis&quot;, &quot;hey jelek..&quot;, &quot;gila lu ngaca dulu donk.. Mana nafsu gua ama lo&quot; itu yang pernah aku dengar diucapkan Lia padanya. Pernah aku dengar si Junaedi ini nangis karena nggak tahan dimaki-maki Lia. Gara-garanya si Junaedi nekat mau traktir Lia waktu sehabis gajian. Bukannya diterima eh.. Malah dimaki secara kasar oleh Lia di depan umum.&lt;br /&gt;
  200. &lt;br /&gt;
  201. &quot;Daripada traktir gue mendingan lo nabung deh buat operasi plastik.. Kalau lo jadi ganteng kayak Pak Robert mungkin gue baru mau ama lo&quot; desas-desusnya sih begitu yang dikatakan Lia saat itu. Wah.. Memang sekertarisku ini lain dari yang lain. Cantik bukan main tapi juga kejam sama orang yang lebih rendah dari dia. Juga liar di atas ranjang.. Hm.. Really my type of girl..&lt;br /&gt;
  202. &lt;br /&gt;
  203. Singkat cerita, kamipun sampai di apartemenku. Di dalam lift Lia sudah mulai beraksi. Dia menciumiku sambil matanya tak henti menatap Junaedi yang tak berkedip menatap. Lia tampak senang sekali melihat Junaedi sudah mulai bernafsu. Pintu lift terbuka di lantai 10, dua orang masuk.., sehingga Liapun melepas ciumannya, tetapi tetap aku rangkul pundaknya sambil kuelus-elus. Lia tersenyum menggoda sementara Junaedi wajahnya mulai memerah..&lt;br /&gt;
  204. &lt;br /&gt;
  205. &lt;br /&gt;
  206. Ke Bagian 2&lt;br /&gt;
  207. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/5157344688829965855/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lia-sekretaris-sexy-1.html#comment-form' title='41 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5157344688829965855'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5157344688829965855'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lia-sekretaris-sexy-1.html' title='Lia, Sekretaris Sexy - 1'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>41</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-5640262503005059808</id><published>2011-08-28T13:16:00.000-07:00</published><updated>2011-08-28T13:16:40.642-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Letter from My Friend</title><content type='html'>Surabaya, 14 Desember 2000&lt;br /&gt;
  208. Kepada sahabatku tempatku bersandar&lt;br /&gt;
  209. di tempat&lt;br /&gt;
  210. &lt;br /&gt;
  211. Halo sobat,&lt;br /&gt;
  212. &lt;br /&gt;
  213. Heran yah? Setelah sekian lama baru aku menulis surat kepadamu. Maaf, mungkin selama itu aku terbuai oleh mimpi indahku yang semu. Namun kuminta sedikit waktumu untuk mendengar ceritaku, sayang aku lebih suka menulisnya lewat surat namun cara ini lebih efisien daripada telepon bukan? Lagipula aku tak ingin mendengar ocehanmu yang selalu sok tahu dan sok dewasa.. ah jangan marah, aku hanya bergurau.&lt;br /&gt;
  214. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  215. Begini,&lt;br /&gt;
  216. &lt;br /&gt;
  217. Hari ini aku menangis sepuasnya, bukan, bukan karena hasil ujianku yang kutahu pastilah sangat-sangat jelek, bukan pula karena kemarahan Papa karena uang jajanku yang selalu habis. Tapi cintaku.. sayangku.. pergi..&lt;br /&gt;
  218. &lt;br /&gt;
  219. Masih ingat Raja? Raja adalah satu-satunya pria yang mampu membuatku tertawa, mampu membuatku menangis gembira, mampu menepis awan-awan kelabu yang singgah di hari-hariku, yang bisa memelukku dengan lengan-lengannya yang kekar dan dadanya yang bidang. Raja pulalah yang membangkitkanku dari ketenggelamanku dalam duka yang menyayat hatiku delapan bulan lalu, setelah secara begitu menyakitkan, seorang lelaki mencampakkanku demi mantan pacarnya, ah kau pasti tertawa mengingatnya. Raja menghiburku dengan kata-katanya yang manis, membuatku tertawa dengan gurauan-gurauannya, membuatku merasakan diriku sebagai seorang wanita seutuhnya dengan perlakuannya yang gentle terhadapku. Rajalah yang membantuku melalui masa-masa berat di kesendirianku sebagai seorang anak tunggal di keluarga yang terlalu pas-pasan untuk menggaji seorang pembantu rumah tangga.&lt;br /&gt;
  220. &lt;br /&gt;
  221. Ah.. betapa aku menyayangi Raja, bahkan melebihi kasih sayangku pada orangtuaku yang jarang di rumah. Kau tahu kan, profesi Papa sebagai seorang pegawai kantoran, dan Mama sebagai guru sangat menyita waktu mereka untuk menemaniku. Hanya di waktu malam saja mereka menyempatkan waktu untuk membelaiku, dan di hari Minggu, saat kami berangkat ke gereja. Jadi kurasa kau pun tak heran, di samping karena keberadaanku sebagai anak tunggal yang selalu haus akan seorang teman, aku adalah seorang wanita yang memainkan perasaan dalam setiap tindakan dan pikiranku, betapa aku membutuhkan sosok seorang kekasih yang mendampingiku di hari-hari sepiku. Menghangatkan dan menghiburku.&lt;br /&gt;
  222. &lt;br /&gt;
  223. Aku berharap banyak, padanya, kuakui hal itu, karena siapakah aku? Aku bukanlah anak seorang kaya yang mampu memikat lawan jenisku dengan pernik-pernik perhiasan dan baju-baju mewah, bukan pula gadis yang sangat cantik rupawan yang bisa membuat bahkan seorang pangeran pun bertekuk lutut dan mengemis cintaku. Alangkah berbedanya kondisiku dengan Raja, yang terlahir di sebuah keluarga kaya, yang selalu berganti mobil setiap tahun, yang selalu mengenakan pakaian dan parfum ternama di sekujur tubuhnya, yang selalu keluar masuk tempat-tempat gaul di sisi-sisi jalanan Surabaya. Seorang lelaki menarik yang dapat menjatuhkan hati wanita manapun dengan senyum dan daya persuasifnya yang luar biasa. Namun yang kupuja darinya hanyalah kenyataan saat itu bahwa ia begitu menyayangiku, begitu menunjukkan betapa ia tidak memandang harta dan kecantikan dalam kecintaannya padaku.&lt;br /&gt;
  224. &lt;br /&gt;
  225. Bagaimana mungkin seorang wanita tidak terlena oleh kesetiaan yang diberikan seorang pria kepadanya, bahkan perkenalanku dengan seluruh personil keluarganya semakin memicu tercurahnya kasih sayang dan kesetiaanku padanya. Kami telah berhasil menyatukan kedua kelompok kami, yang semula tidak saling mengenal satu sama lain, yang semula berbeda kultur dan kebiasaan, sehingga menjadi satu kelompok remaja yang cerewet dan menggemaskan. Semua sahabat kami, termasuk kau, ingat, mengakui kami sebagai pasangan yang paling serasi, di saat teman yang lainnya bermain layangan dengan kekasih-kekasih mereka (tahu maksudku?).&lt;br /&gt;
  226. &lt;br /&gt;
  227. Segalanya berjalan begitu sempurna, walaupun ada gejolak, namun semuanya terasa dapat terselesaikan dengan baik, di gereja, maupun di antara kami pribadi.&lt;br /&gt;
  228. &lt;br /&gt;
  229. Sobatku tersayang,&lt;br /&gt;
  230. &lt;br /&gt;
  231. Aku ingin mengatakan kepadamu mengapa aku merasa sangat bersedih hari ini, mungkin satu kata perpisahan yang biasa saja takkan membuat hatiku berkeping-keping. Namun kau tahu, sobatku? Ada orang bijak berkata, &quot;jangan melakukan hal yang dapat mencegah terlaksananya hal lain&quot; mungkin kau tak paham artinya. Ah.. mungkin setelah kuceritakan pengalamanku ini kamu akan mengerti.&lt;br /&gt;
  232. &lt;br /&gt;
  233. Sore itu, tiga bulan yang lalu, Raja datang ke rumahku seperti biasa. Dan seperti biasa pula tanpa basa-basi ia langsung menuju ke sudut ruangan dan memainkan jemarinya di atas tuts-tuts organ tuaku. Masih teringat saat itu, ia memainkan lagu &quot;Bunga Terakhir&quot; kegemarannya. Aku mendengarkan dengan seksama, menikmati suaranya yang berat mengiringi lagu itu, dan betapa kulihat dari sudut-sudut matanya terpancar penghayatannya yang begitu dalam terhadap lagu yang sedang dimainkannya. Membuatku terharu terbawa oleh perasaanku sendiri, memeluk punggungnya dan mencium rambutnya yang mulai sedikit panjang. Merasakan kehadiranku di belakangnya, Raja menghentikan gerakan jemarinya, membalikkan tubuhnya, dan menengadah menatap senyuman penuh kasih yang kuberikan padanya. Kulihat ia tersenyum, menarik tubuhku dan mengecup bibirku, membiarkan tanganku menopang berat tubuhku di pahanya.&lt;br /&gt;
  234. &lt;br /&gt;
  235. Ah, bahkan diriku merasa sangat romantis, saat bibirnya bergerak menyapu bibirku seakan menggumam, &quot;Aku sayang kamu..&quot; Bagaimana aku bisa menolak saat ia menciumiku dan menekan tubuhku ke dalam pelukan paha-pahanya yang membuka. Bagaimana aku bisa menolak orang yang begitu kusayangi, saat ia mengangkat bajuku dan memasukkan telapak tangannya untuk menyentuh buah dadaku. Sentuhan yang hangat di punggungku, gerakan jemarinya yang lincah saat membuka kaitan bra-ku. Ahh.. hanya kenikmatan yang dapat kurasakan saat jarinya menyentuh ketelanjangan puting susuku, dan mempermainkannya dengan bibirnya dan kecupannya yang lembut.&lt;br /&gt;
  236. &lt;br /&gt;
  237. Bagaimana kau pikir aku dapat membisikkan, &quot;Ada Mama..&quot; di telinganya saat ia membuka kancing celanaku dan menurunkannya menelusuri kaki-kakiku. Bahkan dalam keterlenaanku aku hanya bisa mendesah manja saat ia meraba celana dalamku dan menurunkannya dengan penuh kelembutan. Tak ada lain yang bisa kulakukan selain membungkukkan kepalaku dan memandangi ujung-ujung kaki celananya yang terlipat saat ia berdiri dan melepaskan celananya. Bahkan aku pun tak berani memandangi ketelanjangannya saat ia menjatuhkan celana dalamnya.&lt;br /&gt;
  238. &lt;br /&gt;
  239. Kupejamkan mataku saat jemarinya meraih ujung daguku dan mengangkat wajahku supaya ia lebih mudah mengulum bibirku. Tanpa terasa aku pun menaikkan tumit kakiku, saat pinggulnya turun dan mengangkat pinggulku dengan ketegangan kemaluannya yang terselip di pangkal pahaku. Dapat kurasakan telapak tangannya menempel di kulit pantatku, dan membantu ujung-ujung kakiku menopang tubuhku, menciptakan keleluasaan bagi kemaluannya untuk bergerak dan menggesek bibir-bibir kemaluanku. Hhh.. alangkah nikmatnya merasakan ketegangan itu bergerak-gerak di kemaluanku, mengusap dan membelai, terkadang menusuk dengan lembut, menimbulkan erangan lirih yang keluar dari bibirku. Lengannya merangkulku, mengangkat tubuhku dan membiarkannya bergelantungan pada tubuhnya dengan lengan dan kakiku, saat itu kurasakan betapa kemaluannya menegang dan menyesak di kemaluanku, kubayangkan dalam imajiku ketegangan itu berdiri dan menyusup di bibir kemaluanku, menyembunyikan ujungnya pada lubang keperawananku.&lt;br /&gt;
  240. &lt;br /&gt;
  241. Seluruh pesan Mama untuk menjaga harga diriku seakan hilang tatkala Raja menggendongku dan meletakkan tubuhku di sofa ruang tamu, berlutut di hadapan pahaku yang terbuka, dan bertanya dengan nada lembut dan mata yang penuh kasih,&lt;br /&gt;
  242. &quot;Kamu nggak pa-pa..?&quot;&lt;br /&gt;
  243. Tentu saja kamu tahu betapa hal itu sangat &quot;pa-pa&quot; bagiku. Namun yang kulakukan saat itu hanya tersenyum, dan memejamkan mataku. Sungguh saat itu seakan merupakan saat pembuktian seluruh kecintaanku padanya. Jadi kubiarkan saja saat ia mengecup ujung-ujung payudaraku, dan tangannya mempermainkan kemaluanku yang terasa sangat terbuka dan basah oleh kenikmatanku sendiri. Dan aku hanya bisa memejamkan mata menahan rasa nyeri yang menusuk-nusuk kemaluanku, saat kurasakan gigitan kecil di puting susuku diiringi tekanan-tekanan ketegangannya pada lubang kemaluanku.&lt;br /&gt;
  244. &quot;Ahh..&quot;&lt;br /&gt;
  245. Betapa rasa nyeri itu tak seakan tak kurasakan, bahkan kusadari aku pun membuka pahaku lebar-lebar, membiarkan lubang kemaluanku terbuka dan menerima setiap penetrasinya.&lt;br /&gt;
  246. &lt;br /&gt;
  247. Kurasakan punggungnya yang tertancapi kuku jemariku bergerak-gerak, dan bibirnya menempel, menghisap seakan berusaha menelan seluruh gumpalan payudaraku. Kunikmati aroma rambutnya sebagai pengurang rasa nyeri di pangkal pahaku. Dan kurasakan ketegangannya memasuki kemaluanku semakin dalam.. semakin dalam.. Dan sobatku terkasih, di sinilah masalah itu dimulai. Mendadak ia menghentikan gerakannya, memegangi ujung kemaluannya sambil terduduk, walaupun kemaluanku masih terasa sangat nyeri, kuusahakan untuk duduk dan betapa terkejutku saat kulihat cairan putih kemerahan keluar dari sela-sela jemarinya.&lt;br /&gt;
  248. &lt;br /&gt;
  249. &quot;Ahhrrgg.. &#39;adikku&#39;, &#39;sobek&#39; lagi.. aduh..&quot;&lt;br /&gt;
  250. &lt;br /&gt;
  251. Kudengar ia menggumam dan mengomel, peluh membasahi pelipisnya, segera aku berdiri, mengambil tissue dari meja dan menyodorkannya kepada kecintaanku. Ia mengerenyitkan wajahnya, seakan berusaha menahan sakit. Kuangkat lengannya membimbingnya ke kamar mandi, dan untunglah kamar mandiku ada di bawah tangga, sehingga tak mungkin terlihat oleh Mama yang saat itu kuduga sudah tertidur di kamar atas.&lt;br /&gt;
  252. &lt;br /&gt;
  253. Raja segera memasuki kamar mandi dan dapat kudengar desahan dan erangannya, dari balik pintu. Raja keluar beberapa saat kemudian, alisnya masih berkerenyit, dan tangannya menutupi ujung kemaluannya, mulutnya berkerut sekan mengungkapkan rasa sakit yang dirasakannya saat itu. Waktu itu aku sudah memakai celanaku lagi. Jadi kulihat saja Raja menutupi ketelanjangannya, sambil tetap memegangi kemaluannya dan mengerutkan wajahnya.&lt;br /&gt;
  254. &quot;Kamu pernah luka.. di situ?&quot;&lt;br /&gt;
  255. &quot;Iya.. enam bulan lalu, terjepit retsleting.&quot;&lt;br /&gt;
  256. Ahh.. sudahlah. Lagipula, aku sayang dan percaya kepadanya. Kukesampingkan rasa nyeri dan mual di perutku, kupeluk dia dan kusandarkan pipiku di dadanya dengan menggumam manja.&lt;br /&gt;
  257. &quot;Uuu.. thayang..&quot; kudengar ia tertawa lirih.&lt;br /&gt;
  258. &quot;Untung saja lukanya terbuka.. kalau tidak, bisa kebablasan kita.&quot;&lt;br /&gt;
  259. Ah.. apapun, honey! Kuanggukkan kepalaku dengan perlahan. Mungkin kamu tidak mengerti kenapa kuceritakan hal percintaanku di atas, mungkin pula kamu akan merasa aku kotor dan merendahkan harga diriku sebagai wanita, mungkin kamu merasa terlalu tinggi dan jijik untuk mambacanya, namun di sinilah letak permasalahannya, oh, aku tidak menyalahkanmu apabila kamu melewatkan bagian itu, namun apabila kau langsung membaca isi suratku berikutnya dan merasa bingung, kumohon kau membaca bagian yang kau lewatkan.&lt;br /&gt;
  260. &lt;br /&gt;
  261. Dan sobat, setelah kau mengerti permasalahannya, apakah kamu bisa menyalahkanku sebagai seorang wanita yang sangat menyayangi kekasihnya? Kita lanjutkan saja. Tepat sebulan yang lalu, kami bersama berikrar untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu, dan dapat kaubayangkan girangnya hatiku mendengar janji itu, betapa tidak..? Namun sobat tersayangku, betapa hidup ini terasa sangat getir, saat kemudian ia mengucapkan kata-kata yang menusuk hatiku, sekitar pukul 01.30 kemarin pagi.&lt;br /&gt;
  262. &quot;Lena, maaf.. aku nyeleweng.&quot;&lt;br /&gt;
  263. Ahh.. sobat.. bagaimana semua ini bisa terjadi? Apakah salahku kepadanya? Sehingga ia tega berkata demikian kepadaku?&lt;br /&gt;
  264. &lt;br /&gt;
  265. Raja pun bercerita mengenai pekerjaan sampingannya dan berbagai prosesi penempatan dirinya sebagai public relations di tempatnya bekerja. Raja lalu bercerita tentang tender seorang investor bernilai 2,5 miliar yang hanya bisa dimenangkannya melalui pendekatan dengan kekasih gelap si investor. Raja bercerita bagaimana ia terpilih sebagai si approacher. Raja bercerita bagaimana tender ini merupakan segala yang pernah ia cita-citakan, Raja pun bercerita mengenai percintaannya dengan si kekasih gelap di rumahnya. Raja mengatakan kepadaku betapa malunya ia menjumpaiku, dan ia mengatakan itulah alasannya mengapa ia terkesan manjauh dariku selama dua minggu ini, dan kau tahu? Saat kutanya beberapa hari lalu, ia selalu menghindar dengan mengatakan, &quot;Aku sibuk.. aku sibuk..&quot; Oh, pantaskah menurutmu seorang pria mengucapkan hal-hal menyakitkan seperti itu lewat telepon? Tidakkah ia ingin melihat air mata yang mengalir di pipiku? Walaupun aku berkata, &quot;Ya..&quot; terus, lalu seakan tanpa beban? Haruskah aku mengatakan kepadanya rahasia itu?&lt;br /&gt;
  266. &lt;br /&gt;
  267. Bahwa tiga bulan lalu, saat ia berpura-pura meratap dan mengaduh di kamar mandi, kumasukkan telunjukku ke lubang kemaluanku, dan menitikkan air mata kebahagiaan ketika kulihat gumpalan darah kental di ujungnya setelah kukeluarkan? Namun akankah kukatakan bahwa aku juga berpura-pura mempercayai alasan &#39;adik&#39;-nya yang &#39;sobek&#39; itu? Alasan yang konyol itu? Bahkan beberapa minggu kemudian setelah kejadian itu, aku masih sempat membuktikan kemulusan batang kemaluannya, sesaat sebelum ia memintaku memasukkannya ke dalam mulutku. Aku pun tahu, alangkah sulitnya bagiku membuktikan bahwa diriku bukan seorang perawan lagi, dan betapa lemahnya alasan bahwa hanya karena ia pacarku, berarti ia yang melakukannya. Betapa alasan yang sangat bodoh, bukan?&lt;br /&gt;
  268. &lt;br /&gt;
  269. Ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. ha.. ternyata selera humorku belum hilang. Dapat kubayangkan alis-alis dewan juri yang terangkat, sudut-sudut bibir mereka yang tertarik, entah karena menganggapku terlalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh cintaku, ataupun karena membayangkan oleh-oleh mewah yang bisa mereka bawa pulang untuk keluarganya dari uang segepok yang mereka terima sehari sebelumnya. Ahh.. malangnya nasib seorang wanita, bukan begitu pendapatmu sobat? Kamu tak usah bersedih untukku, jangan khawatir, aku tidak selemah itu untuk menenggak obat nyamuk ataupun mengunyah racun tikus, walaupun sempat terlintas di benakku, namun satu hal yang kutahu pasti, aku akan tetap berjalan tegak di atas kedua kakiku, menatap garang ke semua laki-laki perayu, dan mengatakan kepada mereka, sobat.&lt;br /&gt;
  270. &quot;Ke laut aje lu!&quot;&lt;br /&gt;
  271. Tapi, terima kasihku pada Tuhan yang menguatkan imanku dan kepada dirimu, sobat untuk waktu yang kauberikan kepadaku. Eh, mungkin kita bisa bersama menikmati sore lagi seperti dulu?&lt;br /&gt;
  272. &lt;br /&gt;
  273. Salam sayang,&lt;br /&gt;
  274. &lt;br /&gt;
  275. Lena&lt;br /&gt;
  276. &lt;br /&gt;
  277. TAMAT&lt;br /&gt;
  278. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/5640262503005059808/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/letter-from-my-friend.html#comment-form' title='38 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5640262503005059808'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5640262503005059808'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/letter-from-my-friend.html' title='Letter from My Friend'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>38</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-547208666908578570</id><published>2011-08-28T13:14:00.003-07:00</published><updated>2011-08-28T13:14:55.521-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Let It Rain 02</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 01&lt;br /&gt;
  279. &lt;br /&gt;
  280. Aku menghampiri tempat tidurnya yang tertata rapi. Perlahan kubaringkan tubuhku, dan rasa dingin sejuk merayap di sekujur kulitku.&lt;br /&gt;
  281. &quot;Sini.&quot; Ia tampak ragu, kembali kami saling berhadapan, tapi matanya menerawang jauh.&lt;br /&gt;
  282. &quot;Take your shirt off.&quot;&lt;br /&gt;
  283. Perintah itu seolah membawanya kembali ke bumi dan perlahan ia duduk di sisi tempat tidur. Ia menggigit bibir bawahnya, dan kembali lehernya berdetak.&lt;br /&gt;
  284. &quot;Slowly.&quot; Aku memberi petunjuk dengan senyum merekah.&lt;br /&gt;
  285. &quot;Ya,&quot; jawabnya singkat layaknya pasien yang terhipnotis.&lt;br /&gt;
  286. Jari-jarinya merenggut ujung bawah kaosnya dan melepasnya dengan sigap. Terpampanglah dada seorang pria dewasa di depanku. Putingnya yang kecil bulat menegang dengan bertaburkan bulu-bulu halus di sekelilingnya. Urat-urat kebiruan sedikit menonjol di sepanjang lengan dan tangannya. Ia memperhatikan mataku yang menyapu dadanya. Tiba-tiba lengannya terangkat dengan tangan terbuka.&lt;br /&gt;
  287. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  288. &quot;Kenapa,&quot; ujarnya penasaran.&lt;br /&gt;
  289. &quot;Gimme those hands.&quot;&lt;br /&gt;
  290. Ia merangkak mendekat di atas tempat tidur mendekatiku.&lt;br /&gt;
  291. &quot;Mau diapain?&quot; sepertinya dengan pikiran yang berkecamuk.&lt;br /&gt;
  292. &quot;Celanaku basah.&quot;&lt;br /&gt;
  293. Ia tersenyum tertahan. &quot;I hope so.&quot;&lt;br /&gt;
  294. &quot;No. no. Aku tadi sempat kedudukan bangku yang basah waktu di angkot. Mau bantu aku melepaskannya?&quot;&lt;br /&gt;
  295. Ia berkata, &quot;Boleh,&quot; tapi sama sekali tak bergerak.&lt;br /&gt;
  296. &quot;Want me to?&quot; Aku meraih ujung celanaku dan mengangkat pantatku. Ia meletakkan salah satu tangannya di perutku untuk menahanku. Ia menatap kakiku, dadaku, dan mulutku. Ketika ia menatap mataku, matanya kembali turun ke bawah. &quot;Sudah cukup lama,&quot; katanya muram.&lt;br /&gt;
  297. &quot;Dan kamu udach lapar sekali, khan?&quot;&lt;br /&gt;
  298. Ia menarik nafas panjang memenuhi setiap sudut paru-parunya. Badannya bergetar kembali. Aku dapat melihat ketegangan di balik celananya. Posisinya benar-benar merangsangku seperti gelembung balon yang mau pecah. Ia menggenggam dengan tangannya sendiri dan meremasnya. Keras. Menghembuskan nafas dari hidungnya dengan menggigit bibir bawahnya.&lt;br /&gt;
  299. &lt;br /&gt;
  300. Aku mengangkat kembali pantatku dan berusaha melepaskan celana katunku beserta underwear-nya. Aku menunggu usapan tangannya dengan berdebar-debar. Ketika tangan itu datang, elusannya benar-benar halus. Kewanitaanku bergejolak menanggapi sensasi yang dibuatnya. Ia menarik celanaku menggantikan kedua tanganku yang sudah meremas sprei tempat tidur. Aku mengangkat kedua kakiku ke atas untuk memudahkannya terlepas sempurna. Ia melipat celanaku rapi dan meletakkan underwear-ku diatasnya. Tangannya kembali merenggut kedua pahaku dan merenggangkannya.&lt;br /&gt;
  301. &lt;br /&gt;
  302. Wajahnya diletakkan sedekat mungkin dari kewanitaanku. Ia menghirupnya dalam dan menutup matanya. Sekarang giliran Indra yang melenguh tertahan. Tiba-tiba, ia melepas pegangannya di pahaku. Ia bangkit dan melepas celana jeans dan underwear. Kejantanannya mengacung lega di antara kami berdua, menghadap atap kamar yang gemuruh diterpa hujan. Bilur-bilur nadi di sekujur batang kemaluannya menambah nuansa tersendiri. Ia menatapku sesaat dan mengangguk tanpa arti. Tanpa sadar jari jemariku mulai melepas kancing kemejaku dan melempar ke mukanya. Ia tidak kaget, bahkan menangkap kemejaku dengan sigap. Dan ritual melipat pakaiannya terulang kembali. Aku memiringkan tubuhku.&lt;br /&gt;
  303. &lt;br /&gt;
  304. &quot;Would you mind?&quot; sambil membuat lirikan manja.&lt;br /&gt;
  305. Ia menghampiri dan menatapku tajam. Ia membantu melepaskan kaitan bra-ku dan dengan sedikit gemas aku menggaruk punggungnya. Aku sudah mulai tidak sabar. Aku tidak memperhatikan lagi kemana perginya bra-ku. Kedua tangannya mendorong pundakku dan aku hanya mengikuti pasrah. Tubuhku sudah mulai berkeringat dan kewanitaanku sudah semakin melembab. Dinginnya sprei tempat tidur hanya memberikan kesejukan sementara pada syaraf-syaraf kulitku yang terombang-ambing kenikmatan duniawi. Ia kembali menatap dengan mata yang semakin berbinar seolah seorang anak yang diberi mainan baru tanpa keinginan untuk memegangnya.&lt;br /&gt;
  306. &lt;br /&gt;
  307. Kemudian badannya berbaring dan kepalanya mengarah pada wajahku. Tapi perkiraanku ternyata meleset! Untuk beberapa saat ia mencari sesuatu di atas kepalaku. Ketika ia kembali pada posisi duduk, mulutnya sudah menggigit sebungkus kondom. Aku berusaha beranjak bangun dan menatap antusias apa yang akan terjadi selanjutnya. Jari-jari tangan kirinya menahan ujung penisnya yang sudah merah mengkilat dan menggulung karet pengaman itu menutupi seluruh kejantanannya dengan jari-jari tangan kanannya. Ia berlutut di atas tempat tidur dan jari-jarinya kembali mengurut penisnya seperti meyakinkan posisi karet yang benar-benar nyaman. Jujur saja, saat itu kepalaku sudah semakin pusing dan desiran-desiran yang menyelubungi kewanitaanku semakin menjadi-jadi. Kami melakukan foreplay tanpa sentuhan fisik yang berarti!&lt;br /&gt;
  308. &lt;br /&gt;
  309. Ia menyelinap di antara kedua kakiku. Kedua lututnya yang terlipat menahan kedua pahaku yang merenggang pasrah. I know this man is gonna rock me. Aku menggapai belakang kepalaku untuk sesuatu sebagai pegangan. Sesuatu yang bisa kugunakan sebagai jangkar sehingga aku dapat menahan serangannya nanti. Rongga kewanitaanku melemas terbuka bersiap untuk menelan sesuatu yang keras dan gemuk di hadapannya. Indra bergerak sangat perlahan. Ia menatap ke bawah tubuh kami dan terkesima melihat daerah pertempuran yang berada di bawah kontrolnya.&lt;br /&gt;
  310. &quot;Can I?&quot; ia bertanya, suaranya ketat dan tinggi, seperti kejantanannya.&lt;br /&gt;
  311. &quot;Terserah!&quot; dengan warna suara yang sudah tidak sabar lagi.&lt;br /&gt;
  312. &lt;br /&gt;
  313. Action! Ia mendorong keras memasukiku, memenuhi rongga vaginaku, mendesakku ke tempat tidur, dan badanku bergetar keras ketika ia menariknya keluar. Selalu berulang. Keras. Menuju dalamnya tubuhku, dan kembali. Menyusun irama kenikmatan menemani rain symphony.&lt;br /&gt;
  314. &quot;Rapatkan kakimu,&quot; kataku memohon.&lt;br /&gt;
  315. Ketika ia melakukannya, bukit kecil pelvisnya menabrak klitorisku. Sensasional dan menyenangkan. Denyutan orgasmeku semakin nyata, sayangnya belum cukup.&lt;br /&gt;
  316. &quot;I wanna roll over.&quot;&lt;br /&gt;
  317. &quot;Yeah.&quot; Ia berhenti bergerak di dalamku. Agak menarik mundur. Membiarkan lututku pergi. Aku berusaha berbalik mengelilingi kejantanannya, tanpa melepaskannya, sehingga tubuhku berada di atasnya sekarang. Ia meremas pinggulku, seperti pengungkit, ia mulai memompa, mendesak, dan menusuk. Kedua tanganku meremas dadanya, memilin puting payudaraku, dan menggaruk paha kakinya. Aku mengangkat tubuhku sehingga dapat melihat batang kemaluannya yang masuk-keluar menggesek-gesek bibir vaginaku. Aku menggenggam bola-bola kejantanannya dengan tangan kiri, dan menjepit klitorisku diantara telunjuk dan jari tengah tangan kananku.&lt;br /&gt;
  318. &lt;br /&gt;
  319. ----------&lt;br /&gt;
  320. &lt;br /&gt;
  321. Did u know? Pria lebih pendiam dibandingkan wanita pada saat bersetubuh? Hal ini disebabkan fungsi otak pria yang harus bekerja keras selama prosesi penetrasi/intercourse berlangsung. Aktifitas otak pria diambil alih oleh semua organ seksual dan syaraf-syaraf kenikmatannya. Sedangkan pada wanita, otak masih dapat bekerja secara normal. Hal inilah yang membuat wanita terlihat lebih liar dan tidak terkendali. Tapi wanita dapat dengan segera menyadari perubahan lingkungan di sekitarnya. Jadi jika pria ingin menahan orgasmenya, pada saat mau klimaks, alihkan perhatian otak anda ke sesuatu selain seks. Anda dapat memikirkan pekerjaan kantor/kuliah, rencana esok hari, jadwal/hasil pertandingan, atau susunan pemain team sepak bola. Normalnya, semakin otak pria berpikir keras, aliran darah dan sensitifitas syaraf di organ seksual akan semakin berkurang.&lt;br /&gt;
  322. &lt;br /&gt;
  323. -----------&lt;br /&gt;
  324. &lt;br /&gt;
  325. Indra menggeram sekarang, dan tekanan di antara kami berdua membuat udara di paru-paruku terlepas keluar membentuk desahan dan jeritan tertahan. Aliran kenikmatan telah menjalar dari tumit sampai ke ubun-ubun kepalaku. Ia menarik keluar penisnya dengan cepat. Vaginaku terasa hampa tanpa arti. Aku merendahkan kewanitaanku berusaha menemukan kembali kejantanannya. Batang kemaluannya terselip di antara bibir-bibir vaginaku, tanpa berusaha untuk menerobos masuk kembali. Kepala penisnya menemukan titik keras klitorisku lagi dan berulang. Aku menekan jari-jariku untuk menahan batang kemaluannya tetap pada posisi itu.&lt;br /&gt;
  326. &lt;br /&gt;
  327. &quot;Kayaknya sebentar lagi nich. Aku akan meledak sebentar lagi,&quot; kataku sambil terengah-engah.&lt;br /&gt;
  328. &quot;Bilang aja kalau udah deket,&quot; bisiknya di telingaku.&lt;br /&gt;
  329. Erangan kenikmatan sudah tidak bisa kukendalikan lagi. Mulut Indra berusaha untuk membungkamku, mengurangi keliaranku. Aku tidak bisa menahannya walau sudah berjuang keras. Dan aku benar-benar menikmatinya. Ia mendorong kembali pinggulnya dan memasukiku. Ia membenamkan wajahnya di leherku. Aku dapat merasakan denyut nadi di batang kemaluannya, dan kekagetanku yang membuatku melayang ketika tangannya meremas payudaraku dan memilin putingku dengan keras. Perlahan kami berusaha menormalkan kembali pernafasan. Ia membaringkan tubuhku kembali di atas tempat tidur dan meletakkan tubuhku di sisinya. Ia menciumi dengan lembut leher dan dadaku.&lt;br /&gt;
  330. &quot;Thanks,&quot; ucapnya lirih.&lt;br /&gt;
  331. &quot;Lagi..,&quot; jawabku manja.&lt;br /&gt;
  332. &lt;br /&gt;
  333. Hari ini terpaksa makan siangku digabung dengan makan malam. Indra benar-benar kujadikan pemuas dahagaku. Kerinduanku seakan terjawab ketika berbaring di atas kasur yang basah dan lengket. Aromanya membuatku mabuk dan lemas. Aku pun harus dibantu untuk melangkah keluar kamar. Selama aku di kamar mandi pun, Indra harus mengecek untuk memastikan bahwa aku tidak pingsan akibat staminaku yang terkuras habis. Ketika pulang, ia mengantarku sampai di depan kamar kostku dan memberikan ciuman kilat di bibirku. Ia menolak dengan tegas undanganku untuk mampir sebentar menikmati nyamannya kamar kostku. Aku mengerti mendengar alasannya yang harus menyelesaikan tugas kuliah malam ini. Sebetulnya staminaku telah kembali seperti semula. Dan aku siap untuk melakukan posisi-posisi bersetubuh lainnya.&lt;br /&gt;
  334. &lt;br /&gt;
  335. Dengan air hangat, aku membersihkan tubuhku dan meresapi kembali kenikmatan yang tersisa. Semua pikiran dan emosi yang mengarahkanku pada cinta telah kubuang jauh-jauh. Aku tak mau terjebak di antaranya. Biarlah pangeranku yang nun jauh di sana dapat merasakan getaran hatiku. Semoga kasihku berkenan datang dalam mimpiku malam ini. Aku berjanji takkan kulepas tubuhmu walau hanya sesosok bayangan. Selamat malam, my sweetheart. See you in dream.&lt;br /&gt;
  336. &lt;br /&gt;
  337. TAMAT&lt;br /&gt;
  338. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/547208666908578570/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/let-it-rain-02.html#comment-form' title='23 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/547208666908578570'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/547208666908578570'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/let-it-rain-02.html' title='Let It Rain 02'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>23</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-6962204189824725917</id><published>2011-08-28T13:14:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:14:23.330-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Let It Rain 01</title><content type='html'>Bandung, 6 Desember 1999&lt;br /&gt;
  339. &quot;Tok..tokk..tokk..&quot;&lt;br /&gt;
  340. &quot;Nes, kuliah nggak loe?&quot; suara Risa terdengar tak sabar menunggu di luar pintu kamar mandi.&lt;br /&gt;
  341. &lt;br /&gt;
  342. Aku masih sempat terbayang perlakuan pria itu semalam. Lidah-lidahnya benar-benar membuatku gila dan menyiksa semua syaraf-syaraf kenikmatanku. Perlakuannya yang sulit ditebak, kadang cepat dan kasar, kadang lembut penuh perasaan, membuatku terengah-engah melayang bergoyang dicabik badai. Tiada henti dia membiarkan diriku santai sejenak meresapi gesekan kulit dadanya di ujung-ujung payudaraku. Vaginaku diserang habis-habisan dengan tusukan-tusukannya yang semakin lama semakin menguras staminaku. Dansa kami di atas pembaringan berakhir pada saat musik indah tergantikan suara hujan di luar sana.&lt;br /&gt;
  343. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  344. Sial..!&lt;br /&gt;
  345. Aku mendapati diriku basah kuyup oleh keringat dan baju tidurku yang tak mampu menutupi tubuhku secara normal. Aku beranjak bangun dan membenahi baju tidurku. Sekali lagi aku menghampiri pintu kamarku untuk memastikan kondisinya yang masih aman terkunci. Jam 3:20, Masih beberapa jam untuk melanjutkan tidurku. Aku terpaksa mengganti underwear-ku yang basah oleh keringat bercampur cairan kewanitaanku. Mudah-mudahan pria itu datang lagi ke dalam mimpiku. Berharap semu birahiku terpuaskan kembali.&lt;br /&gt;
  346. &lt;br /&gt;
  347. Hari ini benar-benar lembab dan dingin. Hujan telah mengguyur kota sejak dini hari dengan tetesan-tetesannya. Kadang untuk beberapa puluh menit, tetesan-tetesan itu terhenti seolah memberi kesempatan kepada manusia untuk memikirkan langkah kehidupan selanjutnya. Langit temaram dengan ditemani sinar mentari yang bermalas-malasan. Beberapa gumpalan awan berkumpul seolah sepasang kaki wanita yang sedang berbaring manja.&lt;br /&gt;
  348. &lt;br /&gt;
  349. Untung Risa juga ada kelas yang sama denganku jam 8 ini. Aku bisa ikut menumpang mobilnya dengan aman dari rasa takut macet, basah, atau berdesakan di angkot. Seperti biasa jika bermobil di pagi hari, Risa menghindari simpang jalan D yang selalu macet dan semrawut. Tampaknya lampu lalu lintas sedang ngambek menjalankan tugasnya. Cerita lama..&lt;br /&gt;
  350. &lt;br /&gt;
  351. Kami dapat tiba dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun dan segera menuju kelas kami masing-masing. Selama perkuliahan aku sedikit terpecah berkonsentrasi dengan diiringi mulutku yang selalu menguap.&lt;br /&gt;
  352. &lt;br /&gt;
  353. Hari ini bergerak seperti biasanya. Tiada yang menarik untukku selama waktu yang berputar. Beberapa saat kemudian, aku sudah duduk termangu di sebuah angkot yang membawaku pulang dari kampus tercinta. Risa mungkin sudah pulang duluan. Aku ada kelas lebih dari satu mata kuliah hari ini, pada hari Senen pula! Payung kesayanganku tetap setia mendampingi, sambil sesekali tanganku mengibas rambut yang tertiup angin sejuk dari jendela angkot itu. Entah mengapa desiran angin membuat gairahku kembali bangkit. What&#39;s wrong with me? Begitu tersiksanyakah tubuhku berharap sentuhan dan lambaian seorang pria? Paddy, I really miss You, Honey! Aku hanya bisa mendengar suaramu yang membentang laut dan samudra.&lt;br /&gt;
  354. Kerinduanku memuncak saat hanya desahanmu yang terucap. Ohh.. Aku rindu guratan merah di dadaku, tanda nakal yanng tersisa darimu. Hembusan nafasmu yang melahap pori-pori perutku. Begitu cepatnya kewanitaanku melembab hanya dengan sapaanmu yang menggoda. Paddy.. I love you. I need you. I want you!&lt;br /&gt;
  355. &lt;br /&gt;
  356. Aku kembali duduk diam tanpa pikiran apapun. Dan tiba-tiba ia naik! Cukup tinggi dan ramping. Kepalanya bergerak ke segala arah untuk mencari tempat duduk yang cocok baginya. Ia menatapku sekejap seolah meminta ijin untuk duduk di tempat kosong di sebelahku. Dengan cekatan ia berbalik arah dan tanpa sengaja ransel di punggungnya menabrak dadaku. &quot;Damn!&quot; runtukku dalam hati. Dengan segera ia memperbaiki posisi duduknya dan tersenyum polos penuh penyesalan. Akhirnya ia bisa duduk dengan tenang ditemani ransel kulit di atas pangkuannya. Ia mengambil sapu tangan dari kantung jeansnya dan menyeka wajahnya. I don&#39;t know why but I like the way he is doing with his stuff. Tanpa sepatah kata, ia bergerak bersandar dan mulai memejamkan matanya seolah menikmati ayunan seorang ibu kepada anaknya yang mau tidur. He&#39;s really cool and rilex.&lt;br /&gt;
  357. &lt;br /&gt;
  358. Angkot bergerak membelah jalan mengarungi hujan. Satu persatu penumpang turun dengan bergegas memusuhi hembusan angin dan hujan. Di simpang Cisitu, angkot berhenti berharap tambahan penumpang yang hanya menyisakan kami berdua, selain supir angkot tentunya. Aku meyakinkan diriku untuk tidak membuang kesempatan ini.&lt;br /&gt;
  359. &lt;br /&gt;
  360. &quot;Pulang kuliah, Mas?&quot; tanyaku tiba-tiba dan cukup mengagetkan dirinya.&lt;br /&gt;
  361. &quot;Nope. Cuma ngasih laporan praktikum ke lab aja. Tadi mampir sebentar ke Aquarius nyari CD,&quot; tetap dengan gaya bicaranya yang membuatku semakin tertarik.&lt;br /&gt;
  362. &quot;Sekarang udach beli donk?&quot; tanyaku lagi menyelidik.&lt;br /&gt;
  363. Dia hanya nyengir dan kemudian menjawab lirih, &quot;Ketipu nich gue. Shit!&quot;&lt;br /&gt;
  364. Aku hanya menatapnya bingung.&lt;br /&gt;
  365. &quot;Temen gue kemarin bilang dia lihat ada CD yang udach lama gue incer. Gue datangi ke sana dan nggak ada tuch.. Pake acara kehujanan lagi!&quot; lanjutnya sambil menghela nafas.&lt;br /&gt;
  366. &quot;Emang cari lagu apa sich?&quot; tanyaku lagi.&lt;br /&gt;
  367. &quot;Jazz. Tau jazz?&quot; tanggapnya dengan suara berintonasi sedikit mengejekku.&lt;br /&gt;
  368. Kurang ajar nich cowok! runtukku dalam hati. Nggak tau apa dia berbicara sama aku yang penikmat jazz juga? Tapi kuakui juga sich, di antara teman-temanku yang cewek, populasi penikmat jazz-nya juga minim. Mungkin dia berpikir aku hanya cewek yang suka musik musiman atau yang biar dicap ikut trend doank.&lt;br /&gt;
  369. &quot;Aku suka Fusion. Kamu bukan penikmat mainstream, hip-hop, blues, ato swing khan? tanyaku lagi dengan tatapan penuh penasaran menunggu reaksinya. Tentu saja dia kaget! hihihihii..&lt;br /&gt;
  370. &quot;Aku tadi nyari The Best of Rippingtons. Di-release aja belum apalagi dijual..&quot; dengan suaranya yang dibuat lebih hati-hati.&lt;br /&gt;
  371. &quot;Russ Freeman, khan? Setauku juga emang belum ada,&quot; jawabku dengan suara bangga.&lt;br /&gt;
  372. &quot;By the way, aku Indra,&quot; tangannya terbuka dan segera kubalas bersalaman singkat. &quot;Nessa,&quot; sambil tersenyum.&lt;br /&gt;
  373. &lt;br /&gt;
  374. Tampaknya pembicaraan kami semakin menggairahkan sesuai kesamaan minat. Angkot sudah bergerak kembali menuju tempat mangkalnya yang terakhir. Apakah suatu kebetulan, rumah kost kami relatif dekat walau hanya berjarak 200-an meter saja. Aneh juga sich, di daerah kost kami di Cisitu Indah, angkot yang lewat cuma satu jurusan. Tapi kok nggak pernah ketemu yach? Mungkin itu yang namanya jodoh? Atau nafsuku saja yang menjebak? Aku menerima ajakannya untuk mampir ke tempatnya. Ia berasalan untuk saling bertukar koleksi CD dan berharap aku akan mampir kelak. Am I a slut or what? Tapi aku menikmati perlakuannya ketika kami sepayung berdua menembus rintik hujan dengan rangkulan tangannya di pundakku. Aku jadi teringat sebuah film Indonesia klasik yang pernah kutonton dan aku tersenyum sendiri dibuatnya. Di depan kamar kostnya, ia berhenti sejenak, membuka pintu, dan mempersilahkanku masuk.&lt;br /&gt;
  375. &quot;Tolong jaga sikap yach. Kamu di kamar orang!&quot; cetusnya tiba-tiba. Aku sempat bingung, tapi melihat senyumnya yang mengambang aku jadi mengerti. Aku sadar biasanya tuan rumah ngomong, &quot;Ayo silahkan jangan malu-malu. Anggap aja kamar sendiri.&quot; Tapi dia malah ngomong sebaliknya. Sebal!&lt;br /&gt;
  376. &lt;br /&gt;
  377. Sambil dia sibuk sendiri dengan barang-barang dan tas bawaannya, aku punya kesempatan untuk memperhatikan isi ruangan. Kamarnya ditata rapi walau agak sesak dengan barang-barang elektronik di sekelilingnya. Ada poster kartun Donald Duck, Batman, dan beberapa poster lainnya. Tapi ada poster yang membuatku lebih penasaran, &quot;The Funeral of Superman&quot;. Peti mati Superman yang diusung oleh 6 jagoan, dan diikuti oleh semua jagoan-jagoan DC Comics di belakangnya. Aku cukup terkesima melihat banyak sekali figure-figure jagoan dalam 1 poster.&lt;br /&gt;
  378. &lt;br /&gt;
  379. &quot;Ambil dech tuch poster, kalo mau. Tapi harus bugil dulu depanku.&quot; Lagi-lagi ia membuat pernyataan sumbang dan nakal yang membuat kupingku jadi agak panas. Kata-katanya memang kurang ajar untuk percakapan pada awal-awal perkenalan. Aku sama sekali tidak tersinggung! Tapi pilihan kata-katanya membuatku semakin penasaran. Berbeda sekali ketika kami bercakap-cakap di angkot tadi. Apakah keberanian Indra timbul ketika aku mau menerima ajakannya mampir? Apakah dia tipe pria yang membutuhkan waktu dan situasi spesial untuk membuka topeng hasrat dan gairahnya? Ia menyeruak masuk dengan tiba-tiba, sambil kedua tangannya membawa teh hangat mengepul yang sepertinya nikmat sekali. Aku hanya mencibir mananggapinya dan menghampiri teh hangat yang sudah diletakkannya di atas meja belajar. Baru beberapa saat aku menikmati minumanku, dia sudah melangkah keluar kamar lagi. Sibuk bener, pikirku singkat. Atau dia gugup.. Tampaknya ia memang menungguku untuk bergerak duluan. Ia seperti pria yang berusaha menahan situasi tetap terjaga, berharap sang wanita memohon untuk dipuaskan. Aku mengalihkan pandangan pada suatu benda yang kukenal sebagai CD tower. Kuhampiri dan dengan mata berbinar kutelusuri deretan-deretan CD di depanku. Beberapa nama masih kukenal seperti Boney James, Bob James, David Sanborn, Fourplay, Earl Klugh, atau George Benson. Tapi Kirk Whalum, Kevin Mahogany, Mark Whitfield?? siapa tuch? Harus lebih banyak dengar musisi baru nich. Atau mereka musisi senior? Atau aku saja yang kurang wawasan?&lt;br /&gt;
  380. &lt;br /&gt;
  381. Beberapa saat kemudian, suara hujan kedengaran kembali semakin deras. Suaranya bertalu-talu menampar genting dan dedaunan. Sesekali suara guntur menggelegar membahana menemani desiran angin. Aku menarik salah satu album Take 6 dan memainkannya di CD player Pioneer yang teronggok di sebelah CD tower. Alunan &quot;Biggest Part of Me&quot; memenuhi kamar dan aku kembali menyibukkan diri di depan CD tower seperti semula. Sekejap terasa hangat sensual kurasakan di sekitar leher dan telinga. Bulu-bulu halusku menegang menyapa hasratku yang merinding. Aku mengatup mataku perlahan dan meresapi gejolak yang melanda tubuhku.&lt;br /&gt;
  382. &lt;br /&gt;
  383. &quot;Liked that, did you?&quot; suara yang kukenal kembali menyapa.&lt;br /&gt;
  384. Untuk menjawab pertanyaannya, kukibas-kibaskan tanganku seolah mendinginkan diriku yang terasa terbakar.&lt;br /&gt;
  385. &quot;Let it get hot,&quot; katanya lagi.&lt;br /&gt;
  386. &quot;It already is.&quot;&lt;br /&gt;
  387. Tangannya menggosok punggungku. &quot;Warm, but not hot yet.&quot;&lt;br /&gt;
  388. &quot;Butuh seberapa panas nich?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  389. Indra bergerak perlahan menjauh dan menatap keluar jendela. Aku dapat melihat detak nadinya di tenggorokan, Adam&#39;s apple-nya bergerak sesaat setiap waktu.&lt;br /&gt;
  390. &quot;Bener-bener dingin yea di luar,&quot; katanya. Tapi sepertinya ia tidak membicarakan cuaca.&lt;br /&gt;
  391. &lt;br /&gt;
  392. Bersambung ke bagian 02&lt;br /&gt;
  393. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/6962204189824725917/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/let-it-rain-01.html#comment-form' title='22 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6962204189824725917'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6962204189824725917'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/let-it-rain-01.html' title='Let It Rain 01'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>22</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-4403908419788885533</id><published>2011-08-28T13:13:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:13:42.259-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lengah dan Terbuai</title><content type='html'>Aku seorang wanita walau belum pernah menikah tapi sempat berhubungan intim dengan seorang pria kekasihku beberapa tahun yang lalu. Hubungan kami terpaksa berhenti setahun yang lalu ketika orang tuanya yang kaya raya tidak menyetujui hubungan kami tersebut. Terakhir ku dengan mantan kekasihku itu telah menikah dan pindah kekota lain yang tidak ingin kuketahui persisnya dimana.&lt;br /&gt;
  394. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  395. Saat ini umurku 28 tahun dan bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan swasta asing sebagai salah satu staf public relation. Gaji yang kuterima cukup lumayan untuk tamatan sarjana publikasi, kemampuanku untuk berkomunikasi dengan baik dan ramah terhadap siapa saja membuat aku dipercaya untuk menghadapi persoalan-persoalan pelik, dan menerima tamu-tamu penting.&lt;br /&gt;
  396. &lt;br /&gt;
  397. Suatu hari aku dipanggil oleh big bossku, dia mengeluh karena ada inspektor dari kantor pusat di Australia yang datang dan nampaknya boss kewalahan menghadapi pertanyaan-pertanyaannya. Aku ditugasi untuk menemani tamu tersebut selama di Jakarta.&lt;br /&gt;
  398. &lt;br /&gt;
  399. Terus terang hatiku agak bergetar ketika pertama kali bertemu dengan Steve. Dia mempunyai sex appeal yang luar biasa, matanya tajam, mukanya bersih dan bicaranya jernih ditambah pakaiannya yang selalu rapih dan bermerk, termasuk wewangian yang digunakan. Mula-mula aku nervous juga di buatnya, tetapi setelah lama-lama hubungan kami makin relaks. Aku berusaha untuk menyembunyikan ketertarikanku padanya, tetapi dia nampak malah sengaja menggodaku.&lt;br /&gt;
  400. &lt;br /&gt;
  401. Mula-mula dia ajak aku makan beberpa kali sampai aku rileks. Terus satu hari dia ajakain aku ke cafe, nemenin dia minum, aku habis dua gelas wine kali padahal aku nggak pernah minum. Aku rasanya nggak mabuk tapi badan aku rada hangat dan rileks. Terus dia ngajakin nonton, aku mau aja karena nggak terlalu malam. Karena yang nonton sepi, dia bebas rangkul-rangkul aku. Anehnya aku diem aja, rasanya nyaman dipelukin dia. Ngeliat aku diem aja dia makin berani, mukanya mulai di deketin ke aku tapi aku nolak kalau dia mau cium bibir aku. Tapi tambah parah karena yang dia cium kuping dan leher aku lama-lama lagi. Padahal itu termasuk daerah sensitif.&lt;br /&gt;
  402. &lt;br /&gt;
  403. Kelihatannya dia tahu aku mulai ser.. ser an.. Tangannya mulai turun ke dada aku dari bahu. Tangannya lihai banget meskipun dari luar putaran-putaran jarinya mampu membuat aku sesak karena buah dadaku mengeras. Tangannya terus aku pegang, tapi yang satu ketahan yang lain aktif, dia berhasil buka kancing-kancing bajuku bagian atas, tangannya muter-muter diatas BHku yang tipis, malu juga rasanya kalau dia tahu pentilku keras banget. Bibirnya yang bermain dileherku, mulai turun ke bahu, dan.. Wah gawat ternyata dia sudah menurunkan tali beha dan bajuku sampai ke pinggang, bibirnya bermain dia atas behaku, dan sekali rengut buah dada kiriku terekspos pada bibirnya..&lt;br /&gt;
  404. &lt;br /&gt;
  405. Begitu buah dada aku terekspos dia nggak langsung caplok tapi pentil aku yang keras disengol-sengol dulu sama hidungnya. Napasnya yang hangat aja sudah berhasil membuat putingku makin keras. Terus dia ciumin pelan pelan buah dadaku yang 34C itu mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua bagian buah dadaku dicium lembut olehnya. Belum puas menggoda aku lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadaku. Aku tak tertahan mulai mendesah. Akhirnya apa yang aku khawatirkan terjadi lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan akhirnya..&lt;br /&gt;
  406. &lt;br /&gt;
  407. Akh.. Putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula mula, makin lama makin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika akau merasa nikmat dia melepaskannya.. Dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi.. Perlahan mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigit perlahan sementara lidahnya berputar putar menyapu puting itu. Sensasi yang ditimbulkan luar biasa, semua keinginanku yang kupendam selama ini serasa terpancing keluar dan berontak untuk segera dipuasi.&lt;br /&gt;
  408. &lt;br /&gt;
  409. Melihat aku mendesah di tambah berani. Selain menggigit-gigit kecil putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di lututku. Terus terang aja selama menjanda aku belum pernah ML lagi. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergolak. Itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan pahaku. Dia tahu tubuhku merinding menahan nikmat, karena kulitku mulai seperti strawbery titik-titik. Dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada diselangkanganku.&lt;br /&gt;
  410. &lt;br /&gt;
  411. Dengan lembut dia mengusap-usap pangkal pahaku dipinggiran CDku. Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aku tak dapat duduk tenang lagi, sebentar bentar menggelinjang. Aku sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang kualami. Hal ini dia ketahui dengan lembabnya CDku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu kutahan ketika dia memaksa menyelinap dibalik CDku dan langsung menemukan clitku. Dengan gemulai di amemainkan jarinya sehingga aku terpaksa menutup bibirku agar lenguhan yang keluar tak terdengar oleh penonton lain. Jarinya lembut menyentuh clitku dan gerakannya memutar membuat tubuhkupun serasa berputar-putar.&lt;br /&gt;
  412. &lt;br /&gt;
  413. Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental mulai mengalir keluar di vaginaku. Dan dia tahu persis sehingga dia mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang, kepeluk kepalanya dengan erat dan kuhujamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Dia dengan sabar tetap mengelus clitku membuatku bergetar-getar seolah tak berhenti. Lubang vaginaku yang basah dimanfaatkan denga baik olehnya. Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek lubangku mensimulasi apa yang dapat dilakukan laki-laki terhadap wanita. Aku menggap-menggap dibuatnya. Entah berapa lama dia membuatku seperti itu dan sudah beberapa kali aku mengalami orgasme, tapi tidak ada tanda-tanda bagaimana dia akan mengakhiri permainan ini.&lt;br /&gt;
  414. &lt;br /&gt;
  415. Akhirnya aku yang memulai.. Gila.. Entah apa yang mendorongku, tanganku tahu tahu meraba-raba selangkangannya.. Disana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras. Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Entah mengapa aku jadi senang menggodanya, jariku terus membelai turun naik sepanjang batang tersebut yang menurutku agar luar biasa ukurannya. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan besar menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali mencapai orgasme. Ketika orgasme tanganku secara tak sengaja meremas-remas bola-bolanya sehingga dia pun terangsang.&lt;br /&gt;
  416. &lt;br /&gt;
  417. Sambil mengecup daun telingaku Steve berbisik.. Shall we.. Go.. Aku tak tahu harus bagaimana.. Dan menurutinya saja ketika dia menarik tanganku bangkit dari tempat duduk dan berjalan mengikutinya.. Keluar bioskop.. Melewati mall dan akirnya sampai di lobi sebuah hotel yang menyatu dengan bioskop dan mall tersebut. Langkahku agak tersendat ketika melewati lobi.. tetapi jari tanganku tergengam erat padanya dan dia dengan sangat pasti menggiringku kerah lift yang mengantarkan kami ke kamar yang ternyata telah dipersiapkan sebelumnya olehnya. Di dalam lift Steve sempat mencium bibirku dengan lembut.. Seperti mencium kekasihnya.. Ini membuat tubuhku bertambah lunglai.&lt;br /&gt;
  418. &lt;br /&gt;
  419. Aku tertegun berdiri di depan kamar yang telah dibuka pintunya oleh Steve, dan dia dengan sopan mempersilahkan aku masuk. Beberapa saat aku berdiam di depan pintu bimbang. Melihat kebimbanganku Steve tidak memberi kesempatan dianggkatnya tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan dibopongnya kau masuk. Dengan cekatan dia menutup dan mengunci pintu. Aku sempat berontak tetapi kembali bibirnya melumat bibirku cukup lama dan dalam sehingga kenikmatan tak tuntas di bioskop tadi kembali muncul. Sambil membopong aku Steve terus melumat bibirku dan perlahan namun pasti dia berjalan ke rah tempat tidur ukuran king size yang ada dalam ruang suite tersebut. Aku agak gelisah melihat situasi ini.&lt;br /&gt;
  420. &lt;br /&gt;
  421. Steve menyadari hal itu dan tanpa melepaskan ciumannya dia menurunkan tubuhku dengan perlahan tepat dipinggir ranjang. Kami berhadapan berpandangan sejenak, dia tersenyum dan kembali bibirnya mengecup ngecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan gairahku kembali. Aku berdesah kecil ketika tangannya memeluk pinggangku dan menarik tubuhku merapat ketubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup bibirku, lidahnya merambat diantara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambutnya. Lidah itu begitu lihai bermain diantara kedua bibirku mengorek-ngorek lidahku untuk keluar. Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat yang belum pernah kurasakan, sehingga perlahan lidahku dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya dengan sigap dia mengulumnya dengan lembut, dan menjepit lidahku diantara lidah dan langit-langit. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul. Aku merasa melayang tak berpijak, pengaruh minuman juga menambah aku kehilangan kontrol.&lt;br /&gt;
  422. &lt;br /&gt;
  423. Pada saat itulah aku merasa Steve membuka kancing-kancing gaun malamku yang terletak dipunggung. Tubuhku sedikit menggigil ketika, angin dingin dari mesin AC menerpa tubuhku yang perlahan-lahan terbuka ketika Steve berhasil melorotkan gaun malamku kelantai. Aku membuka mataku perlahan-lahan dan kulihat Steve sedang menatap tubuhku dengan tajam. Dia nampak tertegun melihat tubuh mulusku yang hanya terbungkus pakaian dalam yang ketat. Sorotoan matanya yang tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan. Pandangannya agak lama berhenti pada bagian dadaku yang membusung. BH ku yang berukuran 34D memang hampir tak sanggup menampung bongkahan dadaku, sehingga menampilkan pemandangan yang mengundang syahwat lelaki.&lt;br /&gt;
  424. &lt;br /&gt;
  425. Tatapan matanya cukup membuat tubuhku hangat, dan dalam hati kecilku ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh kekaguman. Aku terseret maju ketika lengan Steve kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat ketubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku Steve mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya membisikan pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku. Akhirnya kecupannya sampai di daerah telingaku dan lidahnya secara lembut menyapu bagian belakang telingaku.&lt;br /&gt;
  426. &lt;br /&gt;
  427. Aku menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas dari kedua bibirku. Steve telah menyerang salah satu daerah sensitifku, dan dia tahu itu sehingga hal itu dilakukannya berkali-kali. Dengan sangat mempesona Steve berbisik bahwa dia ingin menghabiskan malam ini dengan bercinta denganku, dan di amemohon agar aku tak menolaknya, kemudia bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingaku hingga pangkal leherku. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan, tanpa sadar tanganku kulingkarkan di lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah cukup dimengerti oleh Steve sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya kini telah membuka kaitan BHku, dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di lantai.&lt;br /&gt;
  428. &lt;br /&gt;
  429. Tubuhku terasa melayang, ternyata Steve telah mengangkat tubuhku, dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian Steve menjauhi ku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya secara perlahan. Anehnya aku menikmati pemandangan buka pakaian ini. Tubuh Steve yang kekar dan sedikit berotot tanpa lemak ini menimbulkan gairah tersendiri. Dengan hanya mengenakan celana dalam kemudian Steve duduk di ujung ranjang. Aku berusaha menduga-duga apa yang akan dilakukannya. Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujunung-ujung jari kakiku. Aku menjerit kegelian dan berusaha mencegah, namun Steve memohon agar dia dapat melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang ditimbulkan. Akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan mengulum jari-jari kakiku.&lt;br /&gt;
  430. &lt;br /&gt;
  431. Aku merasa, geli, tersanjung dan sekaligus terpancing untuk terus melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak ketika kurasakan perlahan tapi pasti bibirnya makin bergerak ke atas menyusuri paha bagian dalamku. Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuat aku lupa diri dan tanpa sadar secara perlahan pahaku terbuka. Steve dengan mudah memposisikan tubuhnya diantara kedua pahaku. Pertahananku benar-benar runtuh ketika Steve menyapu-nyapukan lidahnya dipangkal-pangkal pahaku. Aku berteriak tertahan ketika Steve mendaratkan bibirnya diatas gundukan vaginaku yang masih terbungkus celana dalam. Tanpa memperdulikan adanya celana dalam Steve terus melumat gundungkan tersebut dengan bibirnya seperti dia sedang menciumkum.&lt;br /&gt;
  432. &lt;br /&gt;
  433. Aku berkali-kali menjerit nikmat, dan persaan yang telah lama hilang kini muncul kembali getaran-getaran orgasme mulai bergulung-gulung, tanganku meremas-remas apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal dan bahkan rambut Steve, tubuhku tak bisa diam bergetar, menggeliat, dan gelisah, mulutku mendesis tak sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara reflek dan beberapa kali terangkat mengikuti gerakan kepala Steve. Untuk kesekian kalinya pinggulku terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Steve tidak menyianyiakan kesempatan untuk menarik celana dalamku lepas. Aku agak tersentak, tetapi puncak orgasme yang semakin dekat membuat aku tak sempat berpikir atau bertindak apapun. Bukit vaginaku yang sudah lama tak tersentuh lelaki terpampang di depan mata Steve.&lt;br /&gt;
  434. &lt;br /&gt;
  435. Dengan perlahan lidah Steve menyentuh belahannya, aku menjerit tak tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku, puncak orgasme tak tertahankan. Tanganku memegang dan meremas ramput Steve, tubuhku bergerta-getar dan melonjak-lonjak. Steve tetap bertahan pada posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik klitorisku, ketika puncak itu datang. Aku merasa-dinding-dinding vaginaku mulai lembab, dan kontraksi-kontraksi khas pada lorong mulai terasa. Itulah salah satu kelebihanku lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan kontraksi, yang bisa membuat lelaki tak bisa bertahan lama.&lt;br /&gt;
  436. &lt;br /&gt;
  437. Steve nampaknya dapat melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga membuat bertambah nafsu. Kini lidah nya semakin ganas dan liar menyapu habis daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan bagian cairanku yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu. Aku tak lagi bisa menghitung berapa kali aku mencapai puncak orgasme. Steve kemudian bangkit, dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana dalamnya, beberapa saat kemudian aku merasa batang hangat yang sangat besar mulai menyentuh, nyentuh selangkanganku yang basah.&lt;br /&gt;
  438. &lt;br /&gt;
  439. Steve membuka kakiku lebih lebar, dan mengarahkan kepala kemaluannya ke bibir vaginaku. Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa merasakan betapa keras dan besarnya milik Steve itu. Dia mempermainkan kepala penisnya di bibir kemaluanku di gerakan ke atas ke bawah dengan lembut, untuk membasahinya. Tubuhku seperti tak sabar menanti tindakan yang selanjutnya. Kemudian gerakan itu berhenti. Dan akau merasa sesuatu yang hangat mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang sempit. Tetapi karena liang itu sudah cukup basah, kepala penis itu perlahan tapi pasti terbenam, makin lama-makin dalam.&lt;br /&gt;
  440. &lt;br /&gt;
  441. Aku merintih panjang ketika Steve membenamkan seluruh batang kemaluannya. Aku merasa sesak, tetapi sekaligus nikmat luar biasa, seakan seluruh daerah sensistif dalam liang itu tersentuh. Batang kemaluan yang keras dan padat itu disambut oleh kehangatan dinding vaginaku yang telah lama tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir dari dinding-dindingnya dan gerakan kontraksi mulai berdenyut, membuat Steve membiarkan kemaluannya terbenam agak lama merasakan kenikmatan denyutan vaginaku. Kemudian Steve mulai menariknya keluar perlahan-lahan dan mendorongnya lagi, makin lama makin cepat.&lt;br /&gt;
  442. &lt;br /&gt;
  443. Sodokan-sodokan yang demikian kuat dan buas membuat gelombang orgasme kembali membumbung, dinding vaginaku kembali berdenyut, kombinasi gerakan ini dengan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Steve seolah-olah diurut, kenikmatan tak bisa disembunyikan oleh Steve, gerakannya semakin liar, mukanya menegang, dan keringat menetes dari dahinya. Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat.&lt;br /&gt;
  444. &lt;br /&gt;
  445. Pinggulku kuangkat sedikit dan kemudian membuat gerakan memutar manakala Steve melakukan gerak menusuk. Steve nampaknya belum terbiasa dengan gerakan dangdut ini, mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah cepat tetapi tetap lembut. Akhirnya pertahanannya bobol, kemaluannya menghujam keras dalam vaginaku, tubuhnya ambruk menindihku, tubuhnya bergetar dan mengejang ketika spermanya mencemprot keluar dalam vaginaku berkali-kali. Akupun melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak orgasmeku tercapai.&lt;br /&gt;
  446. &lt;br /&gt;
  447. Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun harus kuakui kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya. Kami kemudian terlelap kecapean setelah mereguk nikmat.&lt;br /&gt;
  448. &lt;br /&gt;
  449. E N D&lt;br /&gt;
  450. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/4403908419788885533/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lengah-dan-terbuai.html#comment-form' title='27 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/4403908419788885533'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/4403908419788885533'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lengah-dan-terbuai.html' title='Lengah dan Terbuai'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>27</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-2805906488960801472</id><published>2011-08-28T13:12:00.002-07:00</published><updated>2011-08-28T13:12:49.973-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lelaki Bodoh dan Lelaki Baik 02</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 01&lt;br /&gt;
  451. &lt;br /&gt;
  452. Teman-teman saya akhirnya membantu membopong tubuh Shinta. Saya kembali ke mobil. Agnes terlihat tertidur nyenyak. Perlahan saya menggoyang tubuhnya..&lt;br /&gt;
  453. &quot;Ayo, tidur di dalam, di sini dingin,&quot; bisik saya.&lt;br /&gt;
  454. Dia hanya membuka matanya sebentar dan bermaksud untuk tidur lagi. Akhirnya dengan susah payah, berhasil membujuk dia untuk masuk ke bungalow yang terdiri dari 3 kamar tidur dan satu ruang tamu.&lt;br /&gt;
  455. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  456. Di ruang tamu hanya terlihat Guntur yang berbaring lemas di sofa. Saya membawa Agnes menuju ke ruang tidur. Melewati ruang tidur pertama, saya melihat Peter, Ian, Stephen dan Andi mengelilingi Shinta yang berbaring di kasur. Tanpa pikiran apapun, saya membawa Agnes ke kamar kedua dan membaringkan dia di tempat tidur. Parfumnya tercium semerbak dan tubuhnya terasa hangat.&lt;br /&gt;
  457. &lt;br /&gt;
  458. Karena merasa haus, saya melangkahkan kaki saya menuju mobil untuk mengambil aqua yang sudah kami persiapkan. Langkah kaki saya terhenti ketika melewati kamar pertama. Dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, saya melihat keempat teman saya mengelilingi tubuh Shinta yang hampir telanjang. Walaupun tertutup oleh tubuh teman saya, pandangan mata sempat menyapu indah dan mulusnya tubuh Shinta. Saya berjalan masuk ke kamar tersebut.&lt;br /&gt;
  459. &lt;br /&gt;
  460. Melihat saya, Ian membalikkan tubuhnya dan berbisik, &quot;Dia mabuk Gus, tetapi kayaknya mau-mau aja tuh.&quot;&lt;br /&gt;
  461. Saya berjalan mendekati kasur. Saat itu bra-nya disingkap ke atas, memamerkan sepasang buah dadanya yang montok. Celana dalamnya yang berwarna hitam terlihat sudah diturunkan sampai ke lututnya. Bulu-bulunya yang halus dibelai perlahan oleh Stephan.&lt;br /&gt;
  462. &lt;br /&gt;
  463. Tiba-tiba terdengar gumanan Shinta, &quot;Ah.. hehe.. sudah lama saya tidak bercinta, lelaki itu buaya.. semuanya.. termasuk kalian.. tetapi gua suka yang buaya.. hehe..&quot;&lt;br /&gt;
  464. &quot;Shinta, kamunya masih perawan..?&quot; bisik Peter di telinganya.&lt;br /&gt;
  465. &quot;Hehe.. masih..&quot; jawab Shinta dengan mata tertutup.&lt;br /&gt;
  466. Teman-teman saya terpaku mendengar jawabannya dan saling berpandangan.&lt;br /&gt;
  467. &quot;Tetapi itu tiga tahun yang lalu.. hehehe..&quot; lanjutnya kembali.&lt;br /&gt;
  468. Terlihat si Peter menarik nafas lega.&lt;br /&gt;
  469. &quot;Mungkin bukan cewek baik-baik..&quot; bisik Ian ke saya. Saya hanya berdiam diri.&lt;br /&gt;
  470. &lt;br /&gt;
  471. Tidak terlihat adanya penolakan dari Shinta ketika teman-teman saya menyentuh buah dadanya yang lumayan montok. Bahkan terlihat dia menikmati, terbukti dari rintihan-rintihannya dan gerakan tubuhnya yang menggelinjang.&lt;br /&gt;
  472. &lt;br /&gt;
  473. &quot;Udah Gus, sikat Agnes aja..&quot; saran Peter, &quot;Kitanya mau giliran neh, loe mau ikutan..?&quot;&lt;br /&gt;
  474. &quot;Kagak mau, gua ada Agnes..&quot; jawab saya.&lt;br /&gt;
  475. &quot;Hati-hati loe, keliatannya dia nggak mabuk..&quot; komentar Ian.&lt;br /&gt;
  476. Setelah itu teman-teman sepakat untuk menggilir Shinta dengan syarat yang lainnya menunggu di luar. Peter ngotot meminta giliran pertama dan disetujui teman-teman saya.&lt;br /&gt;
  477. &lt;br /&gt;
  478. &quot;Udah, punya gua yang paling panjang, jadi gua yang pertama..&quot; kata Peter, &quot;Punya gua ampe ke puser..&quot;&lt;br /&gt;
  479. &quot;Mungkin puser loe yang letaknya agak ke bawah..&quot; komentar si Stephan yang juga ngotot minta giliran pertama.&lt;br /&gt;
  480. &lt;br /&gt;
  481. Tidak tertarik oleh debatan mereka dan dengan nafsu yang sudah bangkit, saya kembali ke kamar kedua. Setelah mengunci pintu kamar, saya berjalan menuju ranjang. Agnes terlihat sudah tertidur pulas. Perlahan saya mencium pipinya, tiba-tiba membuka matanya yang terlihat merah dan mengantuk.&lt;br /&gt;
  482. &lt;br /&gt;
  483. &quot;Gus, saya pusing, pijatin dong..!&quot; dia berkata pelan.&lt;br /&gt;
  484. Saya duduk di ranjang dan Agnes menjatuhkan kepalanya di paha saya. Saya menggerakkan tangannya untuk memijat kepala dan dahinya. Dia menutup mata dan menikmati pijatan saya. Lima menit kemudian jari tangan saya turun memijat tengkuknya.&lt;br /&gt;
  485. &quot;Hihi.. geli.. Gus, tapi enak..&quot; kata Agnes tanpa membuka matanya.&lt;br /&gt;
  486. &lt;br /&gt;
  487. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencium bibirnya yang ternyata dibalas dengan penuh nafsu oleh Agnes. Masih dalam posisi Agnes berbaring di paha saya, ciuman kami berlanjut cukup lama. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya. Jari-jari tangan saya menarik kaosnya ke atas, dan terlihatlah buah dadanya yang tidak terlalu besar, tertutup oleh bra-nya. Dengan cekatan jari tangan saya menyusup ke dalam bra-nya sambil meremas perlahan.&lt;br /&gt;
  488. &lt;br /&gt;
  489. Ciuman si Agnes semakin liar dan buas. Kadang lidah saya dihisap dengan penuh nafsu dan kadang digigit perlahan. Ketika jari tangan saya berhasil mencapai puncak sepasang gunung kembarnya, dia mendesah keras, &quot;Ahh..&quot;&lt;br /&gt;
  490. Rintihan dan ciuman membuat nafsu saya menggelegak. Perlahan tangan saya menarik bra-nya ke bawah, akhirnya sepasang gunung itu menonjol keluar, kecil dan mancung. Puncak kecil dan terlihat tegang menantang mulut saya untuk menikmatinya. Tanpa menunggu lama, saya menjulurkan kepala saya dan lidah saya sudah mempermainkan puncaknya.&lt;br /&gt;
  491. &lt;br /&gt;
  492. Terganggu oleh kaos dan bra-nya yang kadang menghalangi tatapan dan perjalanan lidah saya, tangan saya melepas kaosnya dan bra-nya. Ciuman saya berlanjut ke perutnya dan bermain sebentar di titik tengah tubuhnya. Setelah itu celana panjang dan celana dalam putihnya segera menjadi korban tangan saya. Dengan posisi berbaring menghadap ke samping, lidah saya berjalanmenyusuri pahanya Agnes. Saat itu terasa sepasang tangan mungil Agnes berusaha melepaskan celana jeans saya. Terlihat dia bersusah payah walaupun akhirnya celana panjang dan celana dalam saya terlepas. Tangan-tangan Agnes menyentuh dan membelai belalai gajah saya yang sudah mengeras.&lt;br /&gt;
  493. &lt;br /&gt;
  494. Paha Agnes masih tertutup rapat walaupun berkali-kali saya berusaha membukanya.&lt;br /&gt;
  495. &quot;Malu.. Gus..&quot; kata Agnes sambil mempermainkan belalai gajah saya.&lt;br /&gt;
  496. &quot;Nggak pa-pa kok.. yang liat cuman saya kok..!&quot; bujuk saya.&lt;br /&gt;
  497. Cukup lama saya membujuk dia, akhirnya saat pahanya sedikit terbuka, segera kepala saya menyeruak di antara pahanya. Diterangi lampu kamar yang lumayan terang, kemaluannya yang kecil mungil terpampang di hadapan saya.&lt;br /&gt;
  498. &lt;br /&gt;
  499. Saat itu sebenarnya saya masih belum begitu berpengalaman dalam urusan puas-memuaskan wanita. Saya mencium perlahan kemaluan menyusuri bibir kemaluannya yang masih kencang, tanpa mengetahui titik-titik sensitifnya (hehe.. sekarang mah sudah ahli). Bau kewanitaanya sangat merangsang. Pahanya tertutup mengepit rapat kepala saya.&lt;br /&gt;
  500. &lt;br /&gt;
  501. &quot;Ahh.. geellii Gus.., guaa nggak tahan..!&quot; akhirnya dia menggerakkan pinggulnya ke belakang.&lt;br /&gt;
  502. &quot;Wah, geli Gus, gua nggak tahan, jangan dong..!&quot; demikian pintanya.&lt;br /&gt;
  503. &quot;Ah, nggak pa-pa, bentar lagi juga enak..&quot; kata saya sambil menggerakkan kepala saya menuju daerah kemaluannya lagi.&lt;br /&gt;
  504. Tetapi dia menjauh dan berkata serius, &quot;Jangan Gus, saya nggak tahan.. saya masih perawan. Saya tidak mau kehilangan keperawanan saya. Tolong, tolong.. dech..!&quot;&lt;br /&gt;
  505. Saya terdiam, saya memang tidak bermaksud merusak dia. Kalau memang dia mau mempertahankan keperawanannya, saya tidak akan memaksa dia.&lt;br /&gt;
  506. &lt;br /&gt;
  507. &quot;Iya..&quot; kata saya sedikit menyesal.&lt;br /&gt;
  508. Melihat saya terdiam, rupanya ada rasa bersalah di hati Agnes juga. Dia mendekati saya dan mencium saya kembali. Tangannya mempermainkan belalai gajah saya. Dalam sekejap perasaan sesal berganti oleh nafsu yang bergelora.&lt;br /&gt;
  509. &lt;br /&gt;
  510. Tiba-tiba Agnes mendorong saya untuk berbaring dan menduduki tubuh saya. Tubuhnya diangkat dan dia menggerakkan belalai gajah saya menggesek-gesek bulu kemaluannya yang masih halus, yang kemudian dilanjutkan di daerah kemaluannya. Rasanya sangat nikmat. Kadang dia mencoba memasukkan belalai tersebut di goa kenikmatannya yang masih tertutup rapat. Tetapi dia hanya memasukkan daerah kepala belalai tersebut, keluar masuk, keluar masuk.&lt;br /&gt;
  511. &lt;br /&gt;
  512. Mata saya tertutup menikmati perasaan hangat dan jepitan otot kemaluannya. Cukup lama dia melakukan hal tersebut. Akhirnya, dia menjatuhkan diri di samping saya.&lt;br /&gt;
  513. &quot;Capek Gus..?&quot; komentar dia.&lt;br /&gt;
  514. Kasian, saya menggerakkan tubuh saya ke atas tubuhnya Agnes. Saya membuka kedua pahanya yang kali itu terbuka dengan mudah. Perlahan saya memasukkan belalai tersebut, tetapi hanya sebatas daerah kepalanya dan saya menggerakkannya keluar masuk.&lt;br /&gt;
  515. &lt;br /&gt;
  516. Agnes mendesis liar. Saat itu sebentar terlintas dalam pikiran saya untuk menghujamkan senjata saya sedalam-dalamnya, dan mengambil keperawanan yang kelihatan sudah dipasrahkannya. Tetapi perasaan kasian membuat saya tidak melakukan hal tersebut.&lt;br /&gt;
  517. &lt;br /&gt;
  518. &quot;Gus.. masukkin Gus.. masukkin..!&quot; akhirnya Agnes meminta saya untuk memasukkan semua belalai tersebut.&lt;br /&gt;
  519. Tetapi terlintas dalam pikiran saya betapa dia tadi dia mempertahankan keperawanan dia. Saya merasa kasian dan hanya memasukkan belalai tersebut sebatas kepalanya sambil sesekali memutar belalai tersebut.&lt;br /&gt;
  520. &lt;br /&gt;
  521. Seperempat jam kemudian, sesudah terdorong keluar dari belalai tersebut. Dengan segera saya mencabut belalai tersebut dan muncratlah cairan hangat di sekitar kasur. Saya terbaring lemas sambil memeluk Agnes dengan nafas memburu.&lt;br /&gt;
  522. &lt;br /&gt;
  523. Ketika nafas kita mulai teratur, Agnes berbisik perlahan, &quot;Terima kasih Gus, kamu lelaki yang baik. Saya sebenarnya sudah tidak tahan dan merelakan keperawanan saya. Untung kamunya masih bisa menahan diri.&quot;&lt;br /&gt;
  524. Saya hanya membelai rambutnya, tersenyum, dan berkata, &quot;Berilah keperawanan kamu kepada cowok yang paling kamu cintai.&quot;&lt;br /&gt;
  525. &lt;br /&gt;
  526. Itulah perkataan terakhir saya sebelum kami terlelap. Dan jam lima pagi, teman-teman saya mengajak saya untuk meninggalkan bungalow tersebut. Dengan perasaan berdosa, saya meninggalkan Agnes dan Shinta saat mereka masih tertidur nyenyak.&lt;br /&gt;
  527. &lt;br /&gt;
  528. Dalam perjalanan saya mengetahui bahwa keempat teman saya bergiliran meniduri Shinta. Tetapi mereka mengakui bahwa Shinta masih sadar dan menikmati permainan mereka.&lt;br /&gt;
  529. &lt;br /&gt;
  530. Sesudah peristiwa berlalu, saya selalu berpikir, apa yang terjadi kalau seandainya saya mengambil keperawanan Agnes malam itu. Apakah saya akan menghancurkan masa depan dia? Apakah tidak ada bedanya, nanti juga akan diambil cowok lain? Bodohkah saya seperti kata teman saya? Atau baikkah saya seperti kata Agnes? Yang pasti, menjadi lelaki bodoh kadang membuat kita bisa tidur lelap dan bebas dari rasa bersalah.&lt;br /&gt;
  531. &lt;br /&gt;
  532. TAMAT&lt;br /&gt;
  533. &lt;br /&gt;
  534. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/2805906488960801472/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lelaki-bodoh-dan-lelaki-baik-02.html#comment-form' title='28 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/2805906488960801472'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/2805906488960801472'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lelaki-bodoh-dan-lelaki-baik-02.html' title='Lelaki Bodoh dan Lelaki Baik 02'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>28</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-7939921936490618918</id><published>2011-08-28T13:12:00.000-07:00</published><updated>2011-08-28T13:12:05.494-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lelaki Bodoh dan Lelaki Baik 01</title><content type='html'>Bandung, 22 Desember 1995&lt;br /&gt;
  535. 06:00, Cihampelas-Bandung&lt;br /&gt;
  536. &lt;br /&gt;
  537. Prolog&lt;br /&gt;
  538. &lt;br /&gt;
  539. Wajah enam pemuda di kamar kost saya yang berukuran 4 x 4 cm terlihat serius dan was-was. Ketakutan mencekam hati setiap orang di kamar ini. Kami sedang membahas kejadian yang baru saja kami alami.&lt;br /&gt;
  540. &quot;Gimana ya kalo dia melapor ke polisi?&quot; tanya Peter sambil di sela-sela asap rokoknya yang mengepul. Wajahnya terlihat gundah.&lt;br /&gt;
  541. &quot;Tapi dia juga mau kok, bukan salah kita,&quot; kata Andi mencoba membela diri dengan nada yang tidak begitu meyakinkan.&lt;br /&gt;
  542. &quot;Untung gua nggak ngelakuan apa-apa,&quot; komentar saya bersyukur.&lt;br /&gt;
  543. &quot;Ah, siapa yang tau? Lagipula di mata hukum loe juga bersalah tau, siapa yang menyaksikan kejadian yang melanggar hukum tanpa berusaha mencegah kejadian tersebut sama saja dengan melakukan kejadian tersebut,&quot; sela Peter, yang kesal oleh pembelaan diri saya.&lt;br /&gt;
  544. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  545. Kami semua kemudian terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.&lt;br /&gt;
  546. &quot;Gus, loe kayaknya lelaki paling goblok yang pernah gua temui,&quot; tiba-tiba Peter memberi komentar mengenai apa yang baru saja saya lakukan.&lt;br /&gt;
  547. Saya termenung, baru beberapa jam lalu seorang cewek mengatakan bahwa saya adalah lelaki yang paling baik yang pernah ia temui. Apakah lelaki baik sama dengan lelaki bodoh?&lt;br /&gt;
  548. &lt;br /&gt;
  549. Bab I: Pertemuan Enam Sekawan&lt;br /&gt;
  550. &lt;br /&gt;
  551. Bandung, 23 Desember 1995&lt;br /&gt;
  552. 17:30, Kampus X&lt;br /&gt;
  553. &lt;br /&gt;
  554. Dengan tergesa-gesa saya memasukkan buku saya ke dalam tas. Kuliah terakhir di tahun 1993 baru berakhir. Mata kuliah Konstruksi Bangunan yang biasanya sangat menarik bagi saya terasa seperti siksaan hari ini.&lt;br /&gt;
  555. &lt;br /&gt;
  556. Iya, empat orang teman saya yang kuliah di Jakarta akan datang hari ini. Bayangkan, dengan satu teman saya lainnya yang kuliah di Bandung, malam ini merupakan reuni terbesar kami sejak berpisah dua tahun yang lalu. Mereka adalah teman-teman saya sejak SMA, teman main saya, teman saya ketika masih hijau, teman saya ketika saya masih belum mengalami pahit dan kerasnya kehidupan ini.&lt;br /&gt;
  557. &lt;br /&gt;
  558. Tanpa menghiraukan teman kuliah lainnya, saya segera memacu Suzuki Katana saya menuju tempat kost saya di jalan Cihampelas. Mereka akan tiba jam 18:00. Tetapi keinginan untuk segera tiba di kost tertunda oleh kemacetan di jalan Cihampelas. Saya memperhatikan mobil-mobil di sekitar saya yang sebagian besar ber-plat B.&lt;br /&gt;
  559. &quot;Uh..&quot; pikir saya dengan perasaan sebel, &quot;Penduduk Jakarta hanya membuat kemacetan di mana-mana.&quot;&lt;br /&gt;
  560. Cewek-cewek cakep yang lalu lalang tidak saya perhatikan lagi. Biasanya saya selalu memperlambat mobil saya sambil cuci mata. Siapa tahu ada yang mau ikut.. hihi..&lt;br /&gt;
  561. &lt;br /&gt;
  562. Di kost ternyata teman-teman saya sudah menunggu. Ada Peter (tokoh ini pernah hadir di cerita Ketika Nafsu Menjadi Raja), Andi (tokoh ini pernah hadir di cerita Semerbak Teratai di Kolam Berlumpur), Ian, Stephen yang baru tiba dari Jakarta. Terlihat juga Guntur yang kuliah di universitas negeri di kota ini. Lengkap sudah dech.&lt;br /&gt;
  563. &lt;br /&gt;
  564. &quot;Wah, datang juga loe akhirnya..&quot; kata Peter ketika melihat saya, &quot;Give me five..!&quot;&lt;br /&gt;
  565. &quot;Haha..&quot; saya melayangkan telapak tangan saya yang terbuka untuk menepuk telapak tangannya Peter.&lt;br /&gt;
  566. Dia ini teman saya yang paling badung, playboy, dan aktif. Bersama dia, hidup menjadi ramai.&lt;br /&gt;
  567. &quot;Kecantol belon ama Mojang Priangan..?&quot; tanya dia.&lt;br /&gt;
  568. &quot;Udah dong,&quot; sahut dia, biar dia penasaran aja. Padahal belum ketemu tuh.&lt;br /&gt;
  569. &lt;br /&gt;
  570. Akhirnya kami mengobrol panjang lebar di kamar saya yang tidak terlalu luas. Pembicaraan berkisar mengenai kuliah, teman kuliah, dan masalah cewek tentunya. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika kami sepakat untuk makan malam.&lt;br /&gt;
  571. &lt;br /&gt;
  572. Menumpang dua mobil, akhirnya kami menuju Ayam Goreng Semar di dekat jalan Pasir Kaliki. Warung di pinggir jalan ini penuh sesak oleh pengunjung. Memang warung ini merupakan salah satu tempat makan yang cukup dikenal di Bandung. Selesai makan, kami menuju jalan Dago untuk duduk dan ngeceng di KFC - Gelael. Banyak cewek manis yang lalu lalang, tetapi tidak ada yang memberikan isyarat lewat tatapan mata mereka. Akhirnya jam 11 malam kami sepakat menuju diskotik yang berlokasi di jalan Cihampelas.&lt;br /&gt;
  573. &lt;br /&gt;
  574. Bab II: Shinta dan Agnes&lt;br /&gt;
  575. &lt;br /&gt;
  576. Jam 23.00, Diskotik SE, Cihampelas Bandung&lt;br /&gt;
  577. &lt;br /&gt;
  578. Diskotik yang terdiri dari dua lantai ini masih terlihat sepi, maklum jam 11 malam masih terlalu pagi bagi kalong-kalong malam untuk keluar menikmati kilau lampu diskotik. Mata saya segera berkeliaran mencari mahluk yang namanya cewek. Terlihat beberapa orang cewek sedang menikmati musik di lantai disco. Tetapi tidak ada yang menarik perhatian saya.&lt;br /&gt;
  579. &lt;br /&gt;
  580. Kami akhirnya setuju untuk duduk di meja yang berdekatan dengan lantai disco dengan harapan banyak cewek yang akan lalu lalang melewati meja kami. Maklum saja, toilet diskotik ini terletak di depan, satu-satunya tempat berdandan buat cewek di tempat yang gelap ini, ya di toilet. Jadi mereka biasanya selalu mondar mandir ke toilet.&lt;br /&gt;
  581. &lt;br /&gt;
  582. Saya dan teman-teman saya memesan bir. Kerasnya musik di diskotik ini tidak menghalangi kami untuk mengobrol, walaupun harus berteriak. Tanpa terasa ruangan diskotik semakin ramai, meja-meja hampir seluruhnya terisi dan lantai disco terlihat sesak oleh ramainya orang yang berdisco.&lt;br /&gt;
  583. &lt;br /&gt;
  584. Mata saya kembali bekerja, dua orang cewek yang sedang berdisco menarik perhatian saya. Goyangan tubuh mereka yang seronok menghidupkan khayalan saya. Kedua cewek tersebut terlihat masih muda, menurut taksiran saya, umur mereka masih di bawah dua puluh tahun. Yang menarik perhatian saya adalah kedua gadis tersebut sangat berbeda. Gadis yang pertama memakai rok pendek berwarna hitam, rambutnya yang pendek dicat merah. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, sekitar 155 cm, terlihat montok oleh tonjolan di dada dan pinggulnya. Gerakan mata dan tubuhnya sangat aktif dan liar.&lt;br /&gt;
  585. &lt;br /&gt;
  586. Temannya gadis yang memakai jeans ketat berwarna hitam terlihat sangat kalem. Tubuhnya tinggi, mungkin sekitar 165 cm, dan agak kurus. Tonjolan di daerah dadanya tidak mencolok. Rambutnya panjang dan hitam. Tatapan matanya sangat lembut, dan goyangan tubuhnya juga lemah lembut.Saya sendiri lebih menyukai cewek yang kalem, karena itu gadis kedua lebih menarik perhatiaan saya.&lt;br /&gt;
  587. &lt;br /&gt;
  588. &quot;Gus, liat dua cewek tuh. Yang satu goyangnya asyik banget,&quot; kata Peter, sedikit berteriak.&lt;br /&gt;
  589. &quot;Ya, gua tau. Gua lebih suka yang tinggi,&quot; sahut saya.&lt;br /&gt;
  590. &quot;Payah loe, liat aja goyangannya. Ampunn..&quot; kata Peter dilanjuti ketawa teman-teman saya yang lainnya.&lt;br /&gt;
  591. &quot;Kenalan tuh, ayo..! Jangan asal ngomong aja,&quot; kata Guntur mencoba memanas-manasi kami.&lt;br /&gt;
  592. &lt;br /&gt;
  593. Perhatian saya segera kembali ke kedua gadis tersebut. Terlihat beberapa orang cowok berjoget di samping mereka. Kelihatannya mereka mencoba menarik perhatian kedua cewek tersebut. Benar saja, terlihat seorang cowok mengatakan sesuatu dan menjulurkan tangannya. Ternyata kedua gadis tersebut hanya tersenyum dan meneruskan jogetan mereka tanpa menghiraukan cowok tersebut.&lt;br /&gt;
  594. &quot;Haha..&quot; pikir saya dalam hati, &quot;Malu dong..!&quot;&lt;br /&gt;
  595. &lt;br /&gt;
  596. &quot;Keliatannya bukan cewek murahan,&quot; kata saya ke teman-teman, &quot;Mereka nggak mau kenalan tuh ama cowok di sampingnya.&quot;&lt;br /&gt;
  597. &lt;br /&gt;
  598. Lima belas menit kemudian dua orang cowok lainnya mencoba mendekati mereka, lagi-lagi dicuekin. Dan tindakan cewek ini menarik minat saya, soalnya ini merupakan tantangan. Biasanya cewek-cewek di diskotik cukup gampang diajak kenalan.&lt;br /&gt;
  599. &lt;br /&gt;
  600. Cukup lama mereka berjoget, dan akhirnya mereka berhenti dan berjalan ke arah meja kami. Dalam hitungan detik, mata saya yang tajam segera menangkap lirikan dan tatapan penuh arti dari mata cewek montok yang ditujukan ke arah Peter. Teman saya ini memang sangat tampan.&lt;br /&gt;
  601. &lt;br /&gt;
  602. &quot;Pet.. gua jamin mereka mau kenalan ama loe,&quot; kata saya ke Peter ketika mereka lewat.&lt;br /&gt;
  603. &quot;Ah.. bisa aja loe,&quot; jawab Peter tidak percaya.&lt;br /&gt;
  604. &quot;Loe lupa kalo gua bisa membaca tatapan dan lirikan mata seseorang, ingat kejadian waktu SMA?&quot; kata saya mencoba meyakinkan dia.&lt;br /&gt;
  605. Sewaktu SMA saya juga memberitahukan Peter kalau ada cewek yang lagi memperhatikan dia. Dan ternyata benar, akhirnya cewek itu menjadi pacarnya sewaktu SMA. Saya sangat sensitif dengan tatapan mata seseorang.&lt;br /&gt;
  606. &lt;br /&gt;
  607. &quot;Tapi mereka cuek tuh ama cowok,&quot; kata Peter ragu-ragu.&lt;br /&gt;
  608. &quot;Percaya dech ama gua. Mata tidak bisa menipu,&quot; jawab saya.&lt;br /&gt;
  609. Akhirnya Peter mengajak saya untuk mendekati kedua cewek tersebut yang sekarang duduk di bar.&lt;br /&gt;
  610. &lt;br /&gt;
  611. &quot;Kenalan dong, nama saya Peter,&quot; kata Peter ke cewek yang bertubuh montok.&lt;br /&gt;
  612. Kedua cewek tersebut menatap tajam ke arah saya, seakan-akan menyusuri pikiran dan hati kami.&lt;br /&gt;
  613. &quot;Hmm, boleh kenalan?&quot; ulang Peter, kali ini ada keraguan di suaranya.&lt;br /&gt;
  614. &quot;Shinta,&quot; jawab cewek yang bertubuh montok, singkat saja tanpa menjulurkan tangannya. Tatapan matanya dingin.&lt;br /&gt;
  615. &quot;Saya Agus,&quot; saya memperkenalkan diri saya, &quot;Dan kamu..?&quot;&lt;br /&gt;
  616. &quot;Agnes,&quot; cewek yang tinggi kurus menjawab pertanyaan saya.&lt;br /&gt;
  617. &lt;br /&gt;
  618. Akhirnya kami mengobrol dan semakin lama kami semakin akrab. Ternyata kedua cewek tersebut sangat kuat menenggak minuman keras. Kurang dari setengah jam, Shinta sudah menghabiskan tiga gelas Rainbow! Dan istimewanya, mereka menolak ketika Peter bermaksud membayar minuman mereka. Jarang saya menemukan gadis seperti ini di diskotik.&lt;br /&gt;
  619. &lt;br /&gt;
  620. Bab II: Lelaki Bodoh/Baik?&lt;br /&gt;
  621. &lt;br /&gt;
  622. 02.30 Jalan Setiabudi, Bandung&lt;br /&gt;
  623. &lt;br /&gt;
  624. Dua mobil beriringan memasuki kompleks bungalow yang sudah di-booking Peter. Saya melirik Agnes dan Shinta yang hampir tertidur.&lt;br /&gt;
  625. &quot;Gus, gua pengen muntah,&quot; kata Shinta.&lt;br /&gt;
  626. Saya bergegas membuka pintu dan memapah dia keluar. Kalau muntah di mobil saya kan berabe. Rupanya Shinta mabuk berat, dia sama sekali tidak bisa berdiri tegak. Baru berjalan dua langkah dia sudah memuntahkan isi perutnya. Bau asam terasa menyengat.&lt;br /&gt;
  627. &lt;br /&gt;
  628. Bersambung ke bagian 02&lt;br /&gt;
  629. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/7939921936490618918/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lelaki-bodoh-dan-lelaki-baik-01.html#comment-form' title='0 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/7939921936490618918'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/7939921936490618918'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lelaki-bodoh-dan-lelaki-baik-01.html' title='Lelaki Bodoh dan Lelaki Baik 01'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-8950015763362749578</id><published>2011-08-28T13:11:00.000-07:00</published><updated>2011-08-28T13:11:23.985-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lari Subuh Bersama Dirga</title><content type='html'>Kenalkan nama saya, Anis. Usia 38 tahun, tinggi 150 cm dan berat badan 60 kg, warna kulit coklat kehitaman serta rambut lurus.&lt;br /&gt;
  630. &lt;br /&gt;
  631. Sekitar 40 hari yang lalu, tepatnya di hari minggu sekitar jam 5.00 subuh. Aku keluar rumah untuk olah raga atau berlari subuh sebagaimana yang kulakukan setiap hari minggu subuh. Namun, kali ini lari subuh yang kulakukan sangat bermakna, sebab aku ditemani oleh seorang tetangga dekat. Sebut saja namanya &quot;Dirga&quot;. Dia adalah istri sah orang lain yang sudah memiliki 2 orang anak, tapi penampilannya masih cukup menarik. Kulitnya mulus, putih dan tubuhnya langsing.&lt;br /&gt;
  632. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  633. Ketika aku keluar melewati pintu pagar, secara samar-samar aku melihat sesosok tubuh dengan kaos warna hitam melekat di tubuhnya serta celana setengah panjang tergantung di atas lututnya membuka pintu rumahnya lalu mengikutiku. Aku tetap saja jalan agak cepat dan berpura-pura tidak memperhatikannya, tapi saat aku memasuki sebuah lorong, iapun semakin dekat di belakangku. Aku sangat yakin kalau Dirga sengaja mengejarku untuk berlari subuh bersama.&lt;br /&gt;
  634. &lt;br /&gt;
  635. &quot;Pak, tunggu Pak&quot; panggilnya dari belakang, tapi aku tetap berlari, tapi sengaja kukurangi kecepatannya agar ia bisa lebih dekat denganku.&lt;br /&gt;
  636. &quot;Pak Nis, tunggu donk Pak, aku capek nih, kita sama-sama aja&quot; teriaknya dengan suara yang tidak terlalu keras.&lt;br /&gt;
  637. &lt;br /&gt;
  638. Setelah kudengar nafasnya terengah-engah karena jaraknya sudah semakin dekat denganku, mungkin sekitar 10 meter di belakangku, aku lalu berhenti menunggunya, sebab kedengarannya ia capek sekali.&lt;br /&gt;
  639. &lt;br /&gt;
  640. &quot;Ada apa Bu, kenapa ibu mengejarku?&quot; tanyaku sambil berhenti.&lt;br /&gt;
  641. &quot;Tidak ada apa-apa. Aku hanya mengejar bapak agar kita bisa lari bersama, biar lebih santai dan kita bisa sambil ngobrol&quot; katanya dengan nafas terputus-putus karena kecapean.&lt;br /&gt;
  642. &lt;br /&gt;
  643. Setelah Dirga berada di samping kiriku, kami lalu lari bersama, tapi kali ini tidak terlalu kencang, bahkan terkesan lari-lari kecil, yang penting tubuh kami bisa bergerak-gerak sehingga terkesan berolahraga pagi.&lt;br /&gt;
  644. &lt;br /&gt;
  645. &quot;Ngomong-omong, apa ibu juga secara rutin lari subuh setiap hari minggu?&quot; tanyaku pada Dirga sambil berlari kecil.&lt;br /&gt;
  646. &quot;Nggak kok, cuma kebetulan kudengar pintu rumah bapak terbuka dan kulihat bapak keluar berpakaian olah raga, sehingga tiba-tiba aku juga tertarik untuk menyegarkan tubuh dan menghirup udara subuh&quot; jawabnya.&lt;br /&gt;
  647. &quot;Kenapa Nggak sekalian keluar sama suami ibu atau anak-anak ibu?&quot; tanyaku lagi sambil tetap berlari.&lt;br /&gt;
  648. &quot;Anu Pak, suami saya itu baru saja pulang dari jaga malam, maklum kerjaan satpam jarang sekali bermalam di rumah&quot; jawabnya santai.&lt;br /&gt;
  649. &lt;br /&gt;
  650. Kebetulan suami Dirga tugas malam sebagai satpam pada salah satu perusahaan swasta di kota kami. Mendengar ucapan Dirga itu, aku jadi terpancing untuk bertanya lebih jauh tentang kehidupan rumah tangganya. Apalagi kami sudah sering bicara humor. Aku sangat paham kalau Dirga orangnya terbuka, lugu dan sedikit genit. Aku merasa berpeluang besar untuk bertanya lebih banyak padanya soal hubungannya dengan suaminya.&lt;br /&gt;
  651. &lt;br /&gt;
  652. &quot;Maaf Bu, kalau aku terlalu jauh bertanya. Jadi kedua anak ibu itu dicetak pada siang hari semua donk, sebab suami ibu jarang berada di rumah pada malam hari,&quot; kata saya pada Dirga, namun ia tetap tidak tersinggung, bahkan nampaknya ia tetap bersikap biasa-biasa saja.&lt;br /&gt;
  653. &quot;Bukan pada siang hari Pak, tapi pada subuh dan pago hari, sebab biasanya suami saya pulang pada subuh hari dan langsung saja mengambil jata malamnya, apalagi dalam keadaan ia haus,&quot; katanya santai.&lt;br /&gt;
  654. &lt;br /&gt;
  655. Setelah capek, kami beristirahat sejenak di atas jembatan sambil bersandar di pagar besi jembatan. Kebetulan di atas jembatan itu, banyak orang sedang ngobrol dan membahas masalahnya masing-masing.&lt;br /&gt;
  656. &lt;br /&gt;
  657. &quot;Bu Dir, kalau begitu waktu anda berhubungan dengan suami anda selalu singkat dan dilakukan secara terburu-buru, sebab anak-anak anda sudah mulai bangun, lagi pula suami anda sangat ngantuk&quot; pancingku padanya.&lt;br /&gt;
  658. &quot;Yah begutulah kebiasaan kami, lalu mau apa lagi jika memang waktunya yang paling tepat hanya saat itu. Sebab di siang hari, anak-anak kami pada berkeliaran dalam rumah dan tamu-tamupun yang datang harus disambut&quot; katanya serius, tapi tetap santai.&lt;br /&gt;
  659. &quot;Kalau begitu anda tidak pernah menikmati hubungan suami istri yang sebenarnya sebagaimana layaknya suami istri&quot; pancingku lagi.&lt;br /&gt;
  660. &quot;Kok kenapa tidak, kami merasa sama-sama menikmatinya. Buktinya kami punya dua orang anak&quot; katanya serius sekali sambil memandangiku.&lt;br /&gt;
  661. &lt;br /&gt;
  662. Tanpa berhenti bicara, kami lalu berjalan lagi memutar ke jalan menuju rumah kami kembali. Aku coba memikirkan apa lagi yang dapat kutanyakan pada Dirga mengenai hubungannya dengan suaminya. Ini kesempatan emas bagiku untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kehidupannya di atas ranjang bersama suami, sebab aku berniat membuat ia penasaran agar merasa membutuhkan sex lebih dari yang didapatkan dari suamianya. Aku sebenarnya ingin merangsang dia agar mau melakukan bersama denganku.&lt;br /&gt;
  663. &lt;br /&gt;
  664. &quot;Bu Dir, sex itu sebenarnya melebihi dari apa yang anda lakukan bersama suami anda. Suami-Istri harus menikmati kepuasan berkali-kali minimal selama 3 jam tanpa sedikitpun rasa tergesa-gesa dan takut. Menerapkan berbagaimacam gaya dan posisi. Anda tentu tidak sempat menikmati semua itu khan?&quot; jelas saya pada Dirga panjang lebar.&lt;br /&gt;
  665. &quot;Oh yah, tapi bagaimana caranya jika suamiku tidak memungkinkan melakukan hal itu atau tidak mau melakukannya?&quot; tanyanya serius.&lt;br /&gt;
  666. &lt;br /&gt;
  667. Nafas Dirga sangat keras kedengaran ketika ia selesai menanyakan hal itu, bahkan sempat memandangiku dengan penuh harap dan bergairah.&lt;br /&gt;
  668. &lt;br /&gt;
  669. &quot;Sekiranya ada orang lain yang bersedia memberikan kenikmatan itu pada Ibu Dirga, apa ibu tidak keberatan menerimanya?&quot; tanyaku lebih berani.&lt;br /&gt;
  670. &quot;Orang lain siapa misalnya?&quot; tanyanya sambil berhenti.&lt;br /&gt;
  671. &quot;Sa.. Sa.. Saya misalnya. Maaf ini hanya sekedar misal Bu&quot; jelasku sedikit khawatir kalau-kalau ia tersinggung dan memarahiku.&lt;br /&gt;
  672. &quot;Be.. Betulkah ucapan bapak itu? Mana bapak mau sama saya&quot; ucapannya.&lt;br /&gt;
  673. &quot;Boleh saja terjadi jika memang hal itu sama-sama dibutuhkan, apalagi terhadap wanita cantik lagi muda seperti ibu Dirga ini&quot; ucapku sambil tersenyum memandangi wajah ibu Dirga yang bertubuh langsing itu.&lt;br /&gt;
  674. &quot;Ha.. Ha.. Ha, bisa aja bapak ini. Gombal ni yee&quot; katanya terbahak.&lt;br /&gt;
  675. &quot;Betul Bu. Aku serius. Aku tidak main-main nih..&quot; kataku tegas.&lt;br /&gt;
  676. &lt;br /&gt;
  677. Mendengar ketegasanku itu, Ibu Dirga tersentak kaget dan tiba-tiba meraih tanganku lalu mengajakku berhenti di pinggir jalan. Sambil kami berhadap-hadapan dengan jarah sekitar 2 jengkal. Dirga lalu berkata:&lt;br /&gt;
  678. &lt;br /&gt;
  679. &quot;Bila ucapan bapak itu benar dan serius, akupun serius dan bersedia. Tapi bagaimana caranya Pak agar perbuatan kita lebih aman?&quot; tanyanya.&lt;br /&gt;
  680. &quot;Suamimu biasanya bangunnya jam berapa?&quot; tanyaku lebih mengarah lagi.&lt;br /&gt;
  681. &quot;Biasanya jam 11.00 atau 12.00 siang&quot; jawabnya serikus sekali.&lt;br /&gt;
  682. &quot;Kebetulan sekali istri dan anak-anakku mau pulang kampung membesuk keluarga. Mungkin jam 5.00 sore baru balik. Bagaimana kalau ibu bilang sama anaka-anaknya bahwa ibu mau ke pasar, lalu ibu masuk ke rumahku?&quot; tawaranku lebih lanjut.&lt;br /&gt;
  683. &quot;Oke, tunggu saja Pak. Sebentar aku akan masuk dari pintu belakang rumah bapak biar tidak ada yang melihatku&quot; katanya berbisik.&lt;br /&gt;
  684. &lt;br /&gt;
  685. Setelah kami sepakat, kami lalu berpisah dan lewat jalan yang berbeda agar tetangga tidak curiga pada kami, apalagi sudah jam 6.30 menit.&lt;br /&gt;
  686. &lt;br /&gt;
  687. Hanya sekitar 5 menit setelah aku masuk ke rumah, pintu belakang rumah kelihatan terbuka dengan pelan. Ternyata Ibu Dirga menepati janjinya. Ia masuk dengan pelan tanpa mengganti pakaian yang dipakainya tadi. Hanya saja bau tubuhya terasa lebih harum menyengat di hidungku.&lt;br /&gt;
  688. &lt;br /&gt;
  689. &quot;Bu, adakah yang melihat ibu ke sini?&quot; tanyaku setelah aku menutup dan mengunci pintu depan dan belakang.&lt;br /&gt;
  690. &quot;Tidak ada Pak. Suamiku masih tertidur nyenyak dan anak-anakku lagi main di luar dengan teman-temannya. Aku mengunci pintu dari luar&quot; katanya sambil jalan menuju tempat tidurku.&lt;br /&gt;
  691. &lt;br /&gt;
  692. Setelah kami duduk berdampingan di pinggir tempat tidur, kami sempat bertatapan muka tanpa sepata katapun sejenak. Namun, karena kami sudah saling penasaran dan saling terbakar nafsu, maka kami lalu segera berbalik arah sehingga kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang dekat sekali. Karena dekatnya, maka nafas Dirga terasa menyapu hidungku yang membuat aku sedikit gemetar.&lt;br /&gt;
  693. &lt;br /&gt;
  694. &quot;Ayo Bu kita mulai permainannya&quot; pintaku sambil kuulurkan kedua tanganku untuk meraih kedua tangannya.&lt;br /&gt;
  695. &quot;Terserah bapaklah. Aku turuti saja kemauan bapak&quot; katanya sambil menatap wajahku.&lt;br /&gt;
  696. &lt;br /&gt;
  697. Mula-mula aku menyentuh kedua tangannya, lalu naik ke lengan, bahu, leher, pipi dan telinganya sampai mengelus-elus rambut dan dagunya. Dirga hanya diam menerima perlakuanku. Namun setelah kedua tanganku merangkul punggungnya dan mencium pipi dan bibirnya, iapun mulai bergerak membalasnya, sehingga kami saling berpagutan dan mengisap.&lt;br /&gt;
  698. &lt;br /&gt;
  699. &quot;Boleh saya masukkan tanganku Bu?&quot; tanyaku sambil menyelusupkan kedua tanganku masuk di balik kaos yang dipakainya dan secara perlahan menembus masuk di balik BH tipis yang dikenakannya. Dirga hanya mengangguk sambil merangkulku dengan keras dan merapatkan tubhnya di tubhku, sehingga terasa hangatnya di dadaku.&lt;br /&gt;
  700. &lt;br /&gt;
  701. &quot;Boleh kubuka pakaiannya Bu?&quot; tanyaku lagi setelah puas memainkan kedua payudaranya dari dalam pakaiannya.&lt;br /&gt;
  702. &lt;br /&gt;
  703. Ia lagi-lagi hanya mengangguk dan melonggarkan rangkulannya guna memudahkan aku melucuti pakaiannya. Setelah kaos dan BH yang dikenakannya semuanya terlepas dari tubuhnya, aku sejenak melepaskan rangkulan dan pagutan untuk memperhatikan indahnya bentuk tubuhnya yang telanjang, terutama kedua payudaranya yang tergantung di dadanya. Aku sempat terperangah ketika menyaksikan kedua payudaranya yang sangat putih dan mulus, bahkan ukurannya cukup sederhana dan masih keras seperti belum pernah terjamah saja. Maklum kedua anaknya tidak pernah menetekinya, sebab keduanya sejak lahir memang dibiasakan meminum air susu kaleng dengan botol.&lt;br /&gt;
  704. &lt;br /&gt;
  705. Setelah puas memandanginya, aku segera meraih kedua bukit kembarnya dan menyerangnya secara bergantian dengan mulutku. Kuhisap putingnya berkali-kali agar ia cepat terangsang. Dirga hanya bergelinjang dan berdesis.&lt;br /&gt;
  706. &lt;br /&gt;
  707. &quot;Aduh, cepat buka Pak, aku sudah tidak tahan nih. Ayo Pak&quot; pintanya berkali-kali, namun aku sengaja tidak peduli ucapannya. Bahkan aku semakin mempercepat isapanku pada teteknya, lehernya, pusarnya dan seluruh tubuh telanjangnya.&lt;br /&gt;
  708. &lt;br /&gt;
  709. &quot;Ayo donk Pak, buka cepat pakaiannya, aku sudah tak tahan&quot; pintanya lagi.&lt;br /&gt;
  710. &lt;br /&gt;
  711. Kali ini kubuka bajuku lalu celana panjang yang kupakai berlari tadi. Setelah tersisa hanya celana kolorku saja, aku lalu menurunkan celana setengah panjang yang dikenakannya, sehingga kami sama-sama setengah bugil. Kami saling berpelukan dan bergulingan di atas kasur sambil saling meraba seluruh tubuh. Setelah itu aku mengangkanginya, lalu menelanjanginya setelah menelanjangi diriku. Kini kami sudah sama-sama bugil tanpa sehelain benangpun menutupi tubuh kami.&lt;br /&gt;
  712. &lt;br /&gt;
  713. &quot;Pak, ayo dong Pak. Masukkan cepat, aku sudah ingin sekali menikmatinya biar cepat selesai&quot; bisiknya sambil menarik tubuhku lebih dekat ke arah kemaluannya.&lt;br /&gt;
  714. &lt;br /&gt;
  715. Aku patuhi permintaannya. Aku dengan mudah membuka kedua pahanya, sehingga nampak jelas kelentitnya yang mungil berwarna merah jambu muda. Terasa sedikit basah oleh cairan pelicin yang keluar dari sela-sela vaginanya. Bulu-bulu yang tumbuh di sekitarnya cukup tipis dan rapi seolah terawat dengan baik.&lt;br /&gt;
  716. &lt;br /&gt;
  717. &quot;Tahan donk sayang, waktu kita masih panjang. Lagi pula kan aku akan tunjukkan semua permainanku yang belum pernah ibu rasakan&quot; pintaku sambil meraba-raba dan sesekali menusuk-nusuk dengan telunjuk pada lubang yang sedikit menganga di antara kedua pahanya itu.&lt;br /&gt;
  718. &quot;Boleh kucium dan kujilat inimu Bu?&quot; tanyaku sambil mendekatkan kepalaku ke selangkangannya.&lt;br /&gt;
  719. &quot;Terserah dech, tapi jangan lama-lama, sebab aku semakin tak tahan lagi&quot; katanya pasrah.&lt;br /&gt;
  720. &lt;br /&gt;
  721. Dirga bergelinjang kuat. Pantatnya terangkat-angkat ketika aku menusuk-nusukkan lidahku ke lubang kemaluannya, apalagi saat aku menggigit-gigit kecil kelentitnya yang agak keras dan kenyal itu. Ia semakin berdesis dan setengah berteriak akibat perlauanku yang mengasyikkan itu. Ia sangat menikmatinya, bahkan menekan kepalaku lebih dalam lagi.&lt;br /&gt;
  722. &lt;br /&gt;
  723. &quot;Boleh kumasukkan sekarang Bu?&quot; tanyaku meski aku yakin ia sangat mendambakannya dari tadi.&lt;br /&gt;
  724. &lt;br /&gt;
  725. Secara berlahan tapi pasti, ujung kontolku mulai menyentuh kelentitnya lalu bergeser mencari lubangnya. Setelah ketemu, sedikit demi sedikit mulai menyelusup masuk. Bahkan ketika masuk separoh, aku berniat berlama-lama disiti, tapi dasar wanita yang sudah sangat penasaran, maka ia segera menarik punggungku dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya, sehingga kontolku amblas seluruhnya tanpa bisa lagi kukendalikan.&lt;br /&gt;
  726. &lt;br /&gt;
  727. &quot;Aahhkkhh.. Uukk.. Hhmm.. Eeanaakk.. Sesekaali. Teerus Pak, ayoo.. Gocokk.. Llrr.. Hh.. Aauuhh&quot; itulah suara yang sempat dikeluarkan dari mulut Dirga ketika gocokan kontolku semakin keras dan cepat. Ia bagaikan orang kehausan yang menemukan air minum. Diteguknya keras-keras dan napasnya seolah terputus sejenak menahan rasa kenikmatan yang kuberikan. Tanpa bicara lagi, Dirga langsung memutar tubuhnya, sehingga ia berada di atas mengangkangiku. Ia bagaikan orang naik kuda. Bunyi pantatnya sangat keras beradu dengan perutku, karena ia duduk di atasku sambil membelakangi wajahku.&lt;br /&gt;
  728. &lt;br /&gt;
  729. &quot;Akkhh.. Uuhh.. Uuhh.. Aakkhh..&quot;&lt;br /&gt;
  730. &lt;br /&gt;
  731. Suara itulah yang sempat keluar dari mulutku ketika kurasakan nikmatnya vagina Dirga yang menjepit kemaluanku. Ia seolah tak kenal lelah dan tak mau berhenti melompat di atasku.&lt;br /&gt;
  732. &lt;br /&gt;
  733. &quot;Akkhh.. Buu.. Buu..&#39; berhenti dulu donk. Kita istirahat dulu. Aku kecapean nih&quot; teriakku ketika kurasakan ada cairan hangat yang mulai mau menyelusup keluar di ujung perutku. Tapi Dirga tetap saja bergerak dan bergoyang pinggul di atasku tanpa peduli ucapanku. Karena ia tak mau berhenti, aku segera bangkit dan berlutut sehingga ia secara otomatis nungging di depanku. Aku langsung hantam dari belakang dan menggocok keras serta cepat hingga terasa cairan hangatku sudah berada di ujung penisku. Aku sudah tidak peduli di mana mau tumpah, apa di luar atau di dalam kemaluan Dirga. Yang penting puas.&lt;br /&gt;
  734. &lt;br /&gt;
  735. &quot;Pak, cepat donk, terus gocok dengan keras, ayohh.. Uuhh.. Aahh.. Uummhh.. Auhh&quot; kata Dirga terputus-putus.&lt;br /&gt;
  736. &lt;br /&gt;
  737. Sedetik kemudian, Dirga berteriak sedikit keras:&lt;br /&gt;
  738. &lt;br /&gt;
  739. &quot;Aiihh.. Aakuu.. Kkeeluuaarr.. Paa&quot; dan saat itu pula aku tak mampu mengendalikan diri, sehingga cairan hangatkupun tumpah ke dalam rahim Dirga. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur. Kami saling memberi kenikmatan yang luar biasa. Pertemuan kemaluan kami terasa sangat rapat dan seolah melekat, sehingga terasa gemetar seluruh tubuh kami. Dirga langsung telungkup dan merapatkan perutnya ke kasur, sementara aku tetap menindihnya. Setelah hampir 2 menit kami tidak bergerak, akhirnya kami saling telentang puas.&lt;br /&gt;
  740. &lt;br /&gt;
  741. Namun, tiba-tiba muncul rasa ketakutan dalam hati saya kalau-kalau Dirga hamil akibat cairan kentalku masuk ke rahimnya.&lt;br /&gt;
  742. &lt;br /&gt;
  743. &quot;Pak, terima kasih atas kenikmatan yang kau berikan. Aku sama sekali baru kali ini merasakannya. Ternyata selama ini aku belum pernah merasakan kepuasan dan menikmati sex yang sebenarnya dari suami saya. Kepuasan yang kuterima dari suami saya selama ini hanyalah semu dan..&quot; belum selesai bicara, aku segera memotongnya dan berkata:&lt;br /&gt;
  744. &quot;Maaf Bu bila kenikmatan yang sempat kuberikan masih sedikit, sebab sedianya aku akan memberikan sebanyak mungkin, tapi lain kali saja, sebab aku capek sekali. Habis kita baru saja lari subuh&quot; balasku.&lt;br /&gt;
  745. &lt;br /&gt;
  746. Setelah itu, kami saling berpelukan dan memberi ciuman perpisahan, lalu kami bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Di dalam kamar kami saling berbisik karena takut ada orang lain yang mendengar pembicaraan kami.&lt;br /&gt;
  747. &lt;br /&gt;
  748. Setelah kami berpakaian lengkap seperti semula, aku lalu membuka pintu belakang rumahku dan memeriksa kalau-kalau ada orang lain yang lalu lalang dan mencurigakan, tapi ternyata sepih. Aku masih mau tahan agar Dirga istirahat sejenak untuk melanjutkan ronde berikutnya, tapi tiba-tiba Dirga melihat jam tangannya lalu segera pamit keluar karena katanya sudah pukul 10.10 menit siang. Suaminya sudah hampir bangun. Iapun cepat-cepat kembali ke rumahnya.&lt;br /&gt;
  749. &lt;br /&gt;
  750. Besoknya kami sempat ketemu seperti layaknya tetangga dan kami pura-pura bersikap biasa-biasa saja, namun hari minggu berikutnya, kamipun kembali berlari subuh bersama, tapi kami hanya sepakat untuk mengulangi persetubuhan kalau ada kesempatan kapan-kapan saja. Aku menjanjikan tip yang lebih nikmat lagi, dan iapun setuju.&lt;br /&gt;
  751. &lt;br /&gt;
  752. &lt;br /&gt;
  753. E N D&lt;br /&gt;
  754. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/8950015763362749578/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lari-subuh-bersama-dirga.html#comment-form' title='3 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8950015763362749578'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8950015763362749578'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lari-subuh-bersama-dirga.html' title='Lari Subuh Bersama Dirga'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>3</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-3408504387129850943</id><published>2011-08-28T13:09:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:09:46.209-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lani, Istri Temanku</title><content type='html'>Dia memang seorang wanita yang cukup menarik, umurnya lebih tua dua tahun dariku, dan dia adalah istri teman kantorku. Lani, namanya, memiliki tinggi badan yang lebih kecil dariku, sekitar 160 cm dan memiliki kulit yang bisa dibilang lebih putih daripada orang-orang Indonesia kebanyakan, tapi dia bukanlah keturunan chinese.&lt;br /&gt;
  755. &lt;br /&gt;
  756. Di kantorku aku merupakan satu-satunya keturunan chinese, tinggi badan sekitar 172 dan tidak gemuk, yah, wajar lah. Di kantor ini aku menduduki jabatan sebagai wakil kepala akunting. Aku sebenarnya tergolong baru bekerja di perusahaan ini, baru sekitar satu tahun dan aku sudah cukup akrab dengan salah satu pegawai yang bernama Roni. Aku pernah diajak berkunjung ke rumahnya di daerah Jakarta Utara. Disinilah awalnya perkenalan aku dengan Lani.&lt;br /&gt;
  757. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  758. Pada pandangan pertama, aku memang sudah menyadari kecantikan Lani namun pikiran itu aku buang jauh-jauh karena menyadari bahwa dia adalah istri teman aku. Pembicaraan di rumah Roni berlangsung cukup lama dan cukup akrab sekali. Roni tinggal bertiga dengan pembantunya dan istrinya. Aku sendiri sempat makan malam di rumah mereka. Harus aku akui, sambutan mereka di rumahnya benar-benar membuat aku merasa betah dan ingin berlama-lama terus disitu tapi akupun akhirnya harus pulang juga ke rumah.&lt;br /&gt;
  759. &lt;br /&gt;
  760. Setelah pertemuan itupun sikap aku terhadap Roni dan sebaliknya pun biasa-biasa saja, tidak ada istimewanya. Sampai suatu minggu sore jam 3-an handphoneku berbunyi, ternyata dari rumah Roni. Aku pikir Roni yang menghubungi karena perlu sesuatu, ternyata yang kedengaran adalah suara wanita.&lt;br /&gt;
  761. &lt;br /&gt;
  762. &quot;Halo, ini Hari ya?&quot;, kata suara disana.&lt;br /&gt;
  763. &quot;Ya, ini siapa ya?&quot;, jawabku.&lt;br /&gt;
  764. &quot;Aku Lani, istri Roni. Masih inget ga?&quot;&lt;br /&gt;
  765. &quot;Oh, iya, masih inget. Aku kira siapa..? ada apa nih Lan?&quot;&lt;br /&gt;
  766. &quot;Gini Har, aku ingin ketemu dengan kamu. Boleh aku ke rumah kamu? Kamu lagi sendirian di rumah?&quot;&lt;br /&gt;
  767. &quot;Boleh aja, dulu aku pernah ke rumah kamu, sekarang boleh aja kalian main ke rumah aku. Kalian datang berdua?&quot;&lt;br /&gt;
  768. &quot;Nggak, aku datang sendiri saja. Roni sedang pergi dengan temannya.&quot;&lt;br /&gt;
  769. &lt;br /&gt;
  770. Sempet bengong juga aku mendengar pernyataan itu. Ada apa gerangan? Mau apa Lani ke rumah aku sendirian sore-sore begini? Banyak pikiran campur aduk di otakku.&lt;br /&gt;
  771. &lt;br /&gt;
  772. &quot;Halo.. halo.. haloo.. Hari, kamu masih disitu?&quot;&lt;br /&gt;
  773. &quot;Eh.. oh.. iya Lan.. Oke, kamu boleh ke rumahku kok sekarang. Aku cuman bingung aja mau siapin makanan apa buat kamu.&quot;&lt;br /&gt;
  774. &quot;Ngga perlu repot-repot lagi Har, biasa aja. Aku berangkat yah sekarang.&quot;&lt;br /&gt;
  775. &lt;br /&gt;
  776. Jarak antara rumahku dengan rumah Roni memang cukup jauh, rumahku terletak di daerah Jakarta Barat sedangkan Roni di Jakarta Utara. Perlu waktu sekitar 45 menit untuk ingin ke rumahku jika dari Jakarta Utara. Rumahku tidak terlalu besar memiliki halaman depan yang cukup untuk satu mobil. Aku memelihara sepasang anjing jenis ukuran yang tidak bisa besar. Rumahku memiliki 4 ruangan kamar, satu kamar terletak di loteng rumah. Sebenarnya ini adalah rumah orang tuaku, namun mereka saat ini sedang pergi keluar negeri sehingga tinggallah aku sendiri di rumah dengan seorang pembantu yang tidak menginap, pembantuku ini hanya datang pada pagi dan sore hari setelah aku pulang kerja dan pada hari sabtu atau minggu, dia datang pagi hari untuk membersihkan rumah. Sedangkan anjing-anjingku aku sengaja sediakan makan dan minumnya berlebih di tempatnya supaya mereka tidak kehausan dan kelaparan jika aku pergi kerja.&lt;br /&gt;
  777. &lt;br /&gt;
  778. Setelah membersihkan rumah seadanya, aku menunggu kedatangan Lani sambil menonton televisi. Sambil menunggu, pikiranku tidak bisa konsen ke TV. Banyak pikiran yang berkecamuk dalam otakku mengenai kedatangan Lani yang sendirian ke rumahku. Sekitar setengah jam menunggu akhirnya terdengar suara mobil di depan rumah. Aku segera keluar untuk melihat; ternyata memang Lani yang datang sendirian. Langsung saja aku persilahkan dia masuk, begitu melihat ada tamu, langsung saja anjingku pada ribut.&lt;br /&gt;
  779. &lt;br /&gt;
  780. &quot;Ehh.. kamu pelihara anjing ya, lucu bangeet&quot;, kata Lani sambil mendekati anjingku lalu mengelusnya.&lt;br /&gt;
  781. &quot;Iya. Kamu suka anjing juga&quot;&lt;br /&gt;
  782. &quot;Suka banget&quot;&lt;br /&gt;
  783. &lt;br /&gt;
  784. Kemudian aku persilahkan Lani mauk dan duduk di ruang tamu sementara aku menyiapkan minuman untuk dia.&lt;br /&gt;
  785. &lt;br /&gt;
  786. &quot;Kamu kok tidak datang bersama Roni? Biasanya kemana-mana berdua melulu?&quot;&lt;br /&gt;
  787. &quot;Memangnya harus sama dia terus kalau kemana-mana?&quot;&lt;br /&gt;
  788. &quot;Iya dong, apalagi kamu sekarang datang ke rumahku, kalau ketauan sama dia kan, ntar gimana jadinya nanti?&quot;&lt;br /&gt;
  789. &quot;Ah.. sudahlah, hal kayak begituan biar aku yang urus dengan Roni&quot;, Kata Lani lebih lanjut.&lt;br /&gt;
  790. &quot;Gini Har, aku ingin ngobrol-ngobrol sama kamu nih tentang masalah bisnis.&quot;&lt;br /&gt;
  791. &lt;br /&gt;
  792. Kamipun berbicara masalah bisnis, ternyata dia kerumahku untuk berbicara mengenai bisnis baru yang akan dirintisnya dan meminta bagaimana pendapat aku dari segi akunting dan manajemennya. Pembicaraan tersebut berlangsung kurang lebih selama satu jam. Sambil berbicara konsentraasiku agak terganggu karena duduk bersebelahan dengan Lani dan hampir berdekatan. Kadang-kadang kalau sedang bicara bertatapan ingin sekali rasanya mencium bibirnya soalnya hanya berjarak sekitar 45 cm.&lt;br /&gt;
  793. &lt;br /&gt;
  794. Saat itu Lani berpakaian cukup sederhana, hanya mengenakan kaos dan celana jeans. Namun aku suka sekali apabila melihat perempuan yang berpenampilan seperti itu. Sedangkan aku sendiri tadinya hanya memakai celana hawaii dan kaos tapi setelah kedatangan Lani, aku langsung mengganti dengan celana panjang.&lt;br /&gt;
  795. &lt;br /&gt;
  796. Akhirnya pembicaraan mengenai bisnis pun selesai, kamipun bersandar lega di sofa yang kami dudukin. Sekarang otakku benar-benar sudah gak karuan deh, pengin rasanya untuk mencium Lani tapi bagaimana caranya? Otakku memutar dengan keras dan akhirnya aku mengambil keputusan untuk mencoba menyenggol tubuhnya. Tanganku dengan sengaja aku bentangkan kedepan badan dia seakan-akan aku sedang meregangkan otot dan menyentuh tangannya.&lt;br /&gt;
  797. &lt;br /&gt;
  798. &quot;Kamu cape ya Har setelah ngomongin bisnis?&quot;, kata Lani.&lt;br /&gt;
  799. &quot;Iya nih, kalo dipijit enak nih kayaknya&quot;, pancingku.&lt;br /&gt;
  800. &quot;Sini biar aku pijitin&quot;, kata Lani sambil memegang punggungku.&lt;br /&gt;
  801. &quot;Ntar dulu ah, mao nyalain musik dulu&quot;&lt;br /&gt;
  802. &lt;br /&gt;
  803. Akupun mulai menyalakan musik, maksduku supaya suasananya nyaman. Kemudian aku mulai duduk membelakangi Lani dan ia mulai memijit punggungku.&lt;br /&gt;
  804. &lt;br /&gt;
  805. &quot;Gimana har? Enak gak pijitanku?&quot;, kata Lani disamping telingaku.&lt;br /&gt;
  806. &quot;Enaak..&quot;&lt;br /&gt;
  807. &lt;br /&gt;
  808. Akupun memalingkan wajah menghadap Lani maksudnya ingin bicara sesuatu tapi karena wajah kita berdekatan seperti itu, aku lupa tidak tau mau omongin apa. Situasi saat itu sempat hening sebentar, lalu entah siapa yang mulai, kamipun berciuman dengan penuh hasrat. Langsung aku membalikkan badan dan memeluk tubuh Lani dan membaringkan dia di sofa. Lani hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Sepertinya dia menikmati banget ciuman ini. Aku tidak mendengar suara apapun dari Lani, hanya..&lt;br /&gt;
  809. &lt;br /&gt;
  810. &quot;Mmh.. urm.. ss..&quot;&lt;br /&gt;
  811. &lt;br /&gt;
  812. Itulah yang terdengar pada waktu kami ciuman. Aku menciumi bibirnya dengan sangat lembut meskipun aku sebenarnya bernapsu banget. Dengan lembut aku mainkan lidahnya, bibirnya. Aku memainkan lidahku didalam mulutnya, kadang-kadang aku tarik lidahnya dengan gigiku saat ada di dalam mulutku. Sambil berciuman aku melihat matanya, ternyata dia menciumku sambil memeramkan matanya, sungguh pemandangan yang menambah laju birahiku. Aku terus menciumi bibirnya, kadang ciumanku lari ke kupingnya serta lehernya. Sengaja aku tidak terlalu napsu menciumi lehernya supaya tidak meninggalkan bekas yang bisa mencurigakan. Demikian juga dengan Lani, ia menciumi seluruh wajah dan leherku dengan bibirnya, saat itu perasaan geli seakan-akan ingin memeluk Lani erat-erat sungguh tak tertahankan.&lt;br /&gt;
  813. &lt;br /&gt;
  814. Sejenak kemudian kami mengehentikan akivitas kami karena handphone Lani berbunyi,&lt;br /&gt;
  815. &lt;br /&gt;
  816. &quot;Kamu angkat dulu deh, siapa tahu suami kamu&quot;, kataku sambil tersenyum.&lt;br /&gt;
  817. &quot;Oke&quot;, jawabnya tersenyum pula.&lt;br /&gt;
  818. &lt;br /&gt;
  819. Lalu Lani mengangkat telpon dan memang benar dari Roni suaminya. Begitu tau dari suaminya, aku langsung mendekati dia, maksudnya untuk mendengarkan pembicaraan mereka dan membantu kalau-kalau Lani tidak bisa jawab. Tapi aku tiba-tiba berubah pikiran dan mendekati Lani dan memeluk dia dari belakang sambil menjilati kupingnya. Lani sempat berbalik dan memelototi aku tapi aku tidak perduli. Aku tetap mendekati dia dan menjilati lehernya. Tangankupun mulai menyusup ke dalam kaosnya dan lebih dalam lagi menyusup ke dalam BH-nya. Akupun bisa menjamah putingnya. Begitu aku merasakan putingnya, aku pun mulai memainkannya dengan jari-jari tanganku.&lt;br /&gt;
  820. &lt;br /&gt;
  821. Sementara itu Lani sudah tidak bisa mencegahku lagi, diapun mulai menikmatinya dan malahan dia membuka kaosnya dan duduk di sofa kembali. Semua itu dilakukan sambil ia berbicara dengan suaminya di telpon. Lani memberikan alasan bahwa dia sedang jalan-jalan di sebuah gallery busana. Aku juga segera melepaskan baju dan celana panjangku.&lt;br /&gt;
  822. &lt;br /&gt;
  823. Ketika Lani sudah duduk di sofa, akupun mulai menciumi tetenya, aku meremas-remas payudara Lani dengan napsu, aku jilatin putingnya dan kadang aku gigit putingnya dengan bibirku. Aku lalu melihat ke wajah Lani.. wahh.. wajah yang pasrah tapi dia masih melihat ke aku sambil memberi isyarat bahwa dia lagi telpon. Sebenarnya dia sudah tidak tahan lagi ingin melepas semuanya tapi karena ia masih nelpon maka ia terpaksa menahan semua gejolak tersebut. Aku tau bahwa saat ini dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak berteriak ataupun mendesah karena rangsanganku; yang Lani bisa lakukan adalah menggeliat-geliat tidak keruan berbaring di atas sofa di bawah tubuhku.&lt;br /&gt;
  824. &lt;br /&gt;
  825. Ketika kemudian telpon sudah selesai, Lani langsung mengeluarkan gejolak yang tertahan dari tadi,&lt;br /&gt;
  826. &lt;br /&gt;
  827. &quot;Aahkk.. Harrii..&quot;, teriak Lani.&lt;br /&gt;
  828. &quot;Gila kamu ya Har, itu tadi kan si Roni, kalau aku kebablasan tadi gimana coba?&quot;, katanya memarahi tapi dengan nada menggoda.&lt;br /&gt;
  829. &lt;br /&gt;
  830. Aku cuma tersenyum saja, &quot;Tapi kamu suka kan Lan?&quot;&lt;br /&gt;
  831. &quot;Iya sih..&quot;, lanjutnya tersenyum.&lt;br /&gt;
  832. &lt;br /&gt;
  833. Lalu kami pun melanjutkan kegiatan yang tertunda itu. Aku mulai membuka celana jeansku dan celana jeans Lani beserta dengan celana dalamnya. Aku menciumi paha Lani yang bagian kiri dan meremas pahanya yang kanan. Aku jilatin sambil terus bergerak bergerak ke bagian selangkangannya. Selama itu juga tubuh Lani tidak bisa diam, selalu bergerak dan mendesah. Sampai akhirnya aku menjilati pas di memeknya Lani. Aku terus melakukan kegiatan ini dengan penuh napsu, aku memainkan itilnya sambil kadang-kadang aku hisap dalam-dalam dan aku kulum dengan bibirku.&lt;br /&gt;
  834. &lt;br /&gt;
  835. Selama aku melakukan &#39;serangan&#39; kepada Lani, dia terus berteriak, mendesah, dan menekan kepalaku kuat-kuat seakan-akan tidak mau membiarkan kepalaku pindah dari selangkangannya. Suara yang ditimbulkan oleh Lani membuat aku tambah bergairah dalam melakukan kegiatanku tersebut. Aku menjilati memek Lani makin liar, aku permainkan memeknya sampai dalam dengan lidahku dan jari-jari tanganku juga mulai masuk ke dalamnya sampai akhirnya.. aku merasakan kaki Lani menjepit kepalaku dan tangannya menekan kepalaku sangat kuat serta pinggulnya terlihat menggelinjang dengan dahsyat.&lt;br /&gt;
  836. &lt;br /&gt;
  837. &quot;Aahh, Harii, uhh&quot;&lt;br /&gt;
  838. &lt;br /&gt;
  839. Ternyata Lani sudah mencapai klimaksnya yang pertama dalam permainan ini. Aku melihat sebentar ke arah Lani dan dia menatapku sambil tersenyum.&lt;br /&gt;
  840. &lt;br /&gt;
  841. &quot;Kamu hebat Hari, aku suka sekali&quot;, katanya.&lt;br /&gt;
  842. &quot;Masa sihh? Aku masih belum apa-apa nih&quot;, jawabku sambil mencium bibirnya.&lt;br /&gt;
  843. &quot;Aku maenin yah kontolmu?&quot;,&lt;br /&gt;
  844. &quot;Itu yang aku tunggu sayang&quot;, bisikku di telinganya.&lt;br /&gt;
  845. &lt;br /&gt;
  846. Maka akupun segera mengambil posisi duduk bersandar di sofa dan dia perlahan mulai jongkok di hadapanku. Mula-mula ia mengelus kontolku dengan tangannya, kontolku dielus olehnya dari bijinya sampai ke ujung kepala kontolnya. Lalu ia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung kontolku. Begitu lidahnya menyentuh kontolku, aku merasa agak sedikit geli. Kemudian Lani langsung memasukkan seluruh kontolku ke dalam mulutnya. Wah, perasaanku saat itu benar-benar nikmat sekali, urat-urat kontolku yang bergesekkan dengan bibir dan lidahnya memberikan suatu sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Saat itu yang bisa aku lakukan hanyalah menggeliat-geliat kenikmatan sambil membelai-belai rambutnya Lani. Terkadang giginya Lani menyentuh salah satu bagian kontolku, sakit dikit sih, namun itu tidak mempengaruhi sensasi nikmat yang diberikan.&lt;br /&gt;
  847. &lt;br /&gt;
  848. Saat itu kontolku benar-benar diberikan sensasi yang begitu dahsyat, titik-titik syaraf yang ada di seluruh kontolku tidak ada yang tidak tersentuh oleh bibir dan lidahnya Lani, benar-benar permainan yang membuat aku tidak dapat bertahan lama dan akhirnya aku mulai merasakan sesuatu yang mendorong dari dalam dan mengeluarkannya.&lt;br /&gt;
  849. &lt;br /&gt;
  850. &quot;Ahh..&quot;&lt;br /&gt;
  851. &lt;br /&gt;
  852. Hanya itulah kata yang bisa keluar dari dalam mulutku saat semuanya tertumpah keluar. Akupun terbaring lemas namun terasa rilex banget dengan Lani bersandar di dadaku. Tidak ada kata yang keluar dari mulut kami berdua saat itu. Setelah diam selama sekitar 10 menit, Lani mulai meremas-remas kontolku lagi sambil memandangku.&lt;br /&gt;
  853. &lt;br /&gt;
  854. &quot;Kamu mau lagi ya Lan?&quot;&lt;br /&gt;
  855. &quot;Hmm..&quot;, jawabnya sambil terus meremas kontolku.&lt;br /&gt;
  856. &lt;br /&gt;
  857. Diberi rangsangan seperti itu, tidak berapa lama kemudian kontolku sudah mulai kekar berdiri lebih tegak daripada tadi. Menurut pengalamanku dan cerita teman-teman, kontol seorang lelaki akan lebih kekar pada ronde kedua daripada ronde pertama dan akan berlangsung lebih lama. Lani terus meremas-remas dan mengelus kontolku kemudian mengulumnya di dalam mulutnya. Akupun mulai mencari-cari daerah dada Lani untuk memainkan kembali tetenya. Begitu aku mendapatkannya, langsung aja aku membaringkan Lani di sofa kembali dan melanjutkan mengulum puting susunya.&lt;br /&gt;
  858. &lt;br /&gt;
  859. &quot;Aacchh..&quot;, Lani menjerit keras-keras ketika aku menggigit-gigit putingnya&lt;br /&gt;
  860. &lt;br /&gt;
  861. Rambutku diacak-acak olehnya dan dia mendekap erat-erat kepalaku di dadanya sehingga aku agak kesulitan untuk bernapas. Setelah puas memainkan dadanya, akupun kembali turun ke selangkangannya. Pertama-tama aku mainkan bulu-bulu yang mengitari selangkangannya, aku jilatin bibir memeknya dan aku mainkan itilnya. Saat itu, Lani sudah mendesah dan menggeliat-geliat tidak karuan. Aku sudah merasakan memeknya Lani sudah basah lagi dan sepertinya dia akan mencapai klimaksnya kembali. Namun dengan segera aku menghentikan kegiatan menjilatku dan berdiri.&lt;br /&gt;
  862. &lt;br /&gt;
  863. &quot;Kenapa Har..?&quot;, tanyanya lemas.&lt;br /&gt;
  864. &quot;Ah, tidak&quot;, jawabku tersenyum.&lt;br /&gt;
  865. &lt;br /&gt;
  866. Kemudian aku membuka selangkangannya dan mengarahkan kontolku ke lubang itu. Mula-mula aku mengusap-usapkan ujung kontolku ke bibir selangkangannya dan pelan-pelan aku masukkan kontolku ke memeknya Lani.&lt;br /&gt;
  867. &lt;br /&gt;
  868. &quot;Aahh.. Har.. ayo..&quot;, desah Lani.&lt;br /&gt;
  869. &quot;Aku masukkin yah sayang..&quot;, kataku.&lt;br /&gt;
  870. &quot;Iyaah.. ohh.. c&#39;mon honey..&quot;&lt;br /&gt;
  871. &quot;Oke..&quot;&lt;br /&gt;
  872. &lt;br /&gt;
  873. &#39;Zleeb..&#39; kontolku langsung aku masukkan ke dalam memek Lani.&lt;br /&gt;
  874. &lt;br /&gt;
  875. &quot;Aacchh..&quot;, teriak Lani.&lt;br /&gt;
  876. &quot;Gimana sayang..?&quot;, kataku sambil menciumi bibirnya.&lt;br /&gt;
  877. &quot;Harr.. ochh.. yesshh.. teruskann..&quot;&lt;br /&gt;
  878. &lt;br /&gt;
  879. Kemudian aku mulai menggerakkan kontolku dalam memeknya, aku putar, aku goyang dengan berbagai macam cara, pendek kata aku mencoba untuk memberikan kenikmatan pada Lani dengan kontolku itu.&lt;br /&gt;
  880. &lt;br /&gt;
  881. &quot;Harr.. ah.. enak bangett.. uhh..&quot;, desah Lani sambil memandangku&lt;br /&gt;
  882. &quot;Enak yah Lan..?&quot;&lt;br /&gt;
  883. &quot;Iyah.. ohh.. goyang terus.. Har..&quot;,&lt;br /&gt;
  884. &lt;br /&gt;
  885. Kami melakukannya dengan penuh gairah, kadang aku mengambil posisi di atasnya menindih badannya sambil memegang telapak tangannya di telentangkan kiri kanan, kadang juga dia yang di atas menindih tubuhku dan aku mendekap dia erat-erat sambil meremas-meremas pantatnya dan dia terus bergoyang kadang berirama kadang tidak. Sampai akhirnya kami sama-sama merasakan ada sesuatu yang keluar dari diri kami masing-masing. Perasaan itu benar-benar merupakan sensasi yang luar biasa bagi kami berdua.&lt;br /&gt;
  886. &lt;br /&gt;
  887. Kamipun terbaring lemas di sofa itu, Nina berbaring didekapan dadaku. Pengalaman ini sungguh-sungguh diluar dugaanku sebelumnya ternyata aku telah mengkhianati temanku dengan meniduri istrinya dan mungkin juga pikiran Lani sama denganku bahwa ia sudah mengkhianati suaminya hanya karena selingan belaka.&lt;br /&gt;
  888. &lt;br /&gt;
  889. &quot;Lan, kamu menyesal sudah melakukannya denganku?&quot;, tanyaku padanya.&lt;br /&gt;
  890. &quot;Sedikit sih ada perasaan menyesal, tapi aku tau kok kalau Roni itu sering selingkuh di belakangku&quot;, jawabnya lagi.&lt;br /&gt;
  891. &quot;Jadi aku lakukan ini karena ingin membalasnya saja.&quot;&lt;br /&gt;
  892. &quot;Ohh begitu&quot;&lt;br /&gt;
  893. &lt;br /&gt;
  894. Tidak kusangka sama sekali, Roni yang aku kenal sebagai orang yang baik ternyata sudah menyakiti istrinya beberapa kali.&lt;br /&gt;
  895. &lt;br /&gt;
  896. &quot;Hari, kamu jangan marah ya dengan kelakuanku ini&quot;&lt;br /&gt;
  897. &quot;Tentu aja tidak&quot;, jawabku tersenyum.&lt;br /&gt;
  898. &quot;Kalau kamu butuh sesuatu lain hari aku bersedia kok bantu kamu.&quot;&lt;br /&gt;
  899. &quot;Terima kasih ya&quot;&lt;br /&gt;
  900. &lt;br /&gt;
  901. Waktu jugalah yang memisahkan kami hari itu, setelah membersihkan diri kemudian Lani pulang meninggalkanku yang penuh dengan pikiran, apa yang akan aku lakukan? Apakah aku akan terus berhubungan dengan Lani? Apakah aku akan berteman terus dengan Roni? Apakah yang akan terjadi kalau kami ketahuan Roni? Pusing aku memikirkan hal itu, akhirnya aku putuskan untuk menjalani saja semuanya sesuai dengan alurnya nanti, namun yang pasti aku menikmati masa-masa bersama Lani tadi sore. Dan akhirnya akupun pergi tidur dengan lelap malam itu memimpikan kejadian yang mungkin akan terjadi hari-hari berikutnya dengan Lani atau dengan siapapun?&lt;br /&gt;
  902. &lt;br /&gt;
  903. E N D&lt;br /&gt;
  904. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/3408504387129850943/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lani-istri-temanku.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3408504387129850943'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3408504387129850943'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lani-istri-temanku.html' title='Lani, Istri Temanku'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-260074383584928042</id><published>2011-08-28T13:08:00.002-07:00</published><updated>2011-08-28T13:08:45.840-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Language Partner</title><content type='html'>Namaku Lily. Usia 23 tahun. Kuliahku di Amerika barusan selesai, dan aku memutuskan untuk melanjutkan belajar Mandarin ke negeri Cina. Lalu mendaftarkan diri untuk sekolah di kota S, di salah satu province di Cina. Beruntung aku orangnya cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan orang-orangnya.&lt;br /&gt;
  905. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  906. Selang beberapa bulan aku sudah kenal banyak teman dari macam-macam negara, tapi yang terbanyak ya teman-teman sesama dari Indonesia juga. Bahkan, (bukannya ge-er), banyak yang teman cowok yang tertarik dan tergiur dengan bentuk lekuk badanku, dengan tinggi 167 cm, ukuran dada 36A, pinggang yang lumayan ramping, yah pokoknya kayak huruf S kalo dilihat dari samping, bagian dada dan pantat saja yang menonjol. Tapi sayang, aku tetap bersikeras pasang tampang &#39;cool&#39; saja di depan mereka. Ceritanya, jaga gengsi lah.&lt;br /&gt;
  907. &lt;br /&gt;
  908. Suatu hari kuputuskan untuk mencari seorang language partner, yang berarti mestilah orang lokalnya, yang bakal mengajariku Mandarin, dan sebagai gantinya aku ngajarin dia English. Maka, kemudian kupasang iklan language partner di beberapa tempat di sekolah ini.&lt;br /&gt;
  909. &lt;br /&gt;
  910. Selang 4 hari, telepon di kamar asrama sekolah tempatku tinggal, berdering keras. Suara seorang cowok, rupanya.&lt;br /&gt;
  911. &quot;May I speak to Lily, please?&quot; suara di seberang sana bertanya.&lt;br /&gt;
  912. &quot;Yes, it&#39;s me, Lily, who&#39;s speaking?&quot; aku balas bertanya.&lt;br /&gt;
  913. Singkat cerita, rupanya dia orang pertama yang membaca iklanku. Hm, menurutku sih, English-nya sudah ok dan tidak berkesan cadel, seperti umumnya English orang lokal. Lalu kututup telepon, setelah membuat janji kapan kami akan bertemu dan di mana.&lt;br /&gt;
  914. &lt;br /&gt;
  915. Kemeja kotak-kotak dan jeans biru, gumamku dalam hati. Kumasuki salah satu cafe yang masih di lingkungan sekolah. Dia mengambil tempat yang agak ke pojok, dan duduk membelakangiku. Baru mau kutegur, tiba-tiba dia menengok ke arahku.&lt;br /&gt;
  916. &quot;Lho, Denny, sendirian aja? Gue kirain language partner gue, abis dia bilang juga pake kemeja kotak-kotak dan jeans,&quot; jelasku kepadanya.&lt;br /&gt;
  917. &quot;Hehehe, emang gue language partner elo kok, Ly..&quot; katanya mengejutkanku, lalu lanjutnya, &quot;Sorry ya, gue bukannya mo ngeboongin elo, nih.&quot;&lt;br /&gt;
  918. Aku masih belum bisa mengerti mengapa dia begitu isengnya.&lt;br /&gt;
  919. &lt;br /&gt;
  920. Akhirnya Denny menjelaskanku, kalau dia sebenarnya selama beberapa bulan ini menyukaiku, tapi tidak tahu bagaimana cara deketinnya, padahal dia sudah tahu banyak tentangku, sampai nomor telepon dan asrama tempatku tinggal. So, rupanya dia secara kebetulan melihat iklan yang kupasang, dan menjadikan itu sebagai cara yang tepat buat menemuiku.&lt;br /&gt;
  921. &lt;br /&gt;
  922. Sebetulnya sih aku juga punya perasaan khusus ke Denny, hanya sebagai cewek yang selalu menjaga reputasi, aku kelihatan selalu cool-cool saja di depannya. Yah, pokoknya sejak pertemuan itu, kami jadi sering pergi-pergi, makan, nonton berdua, atau sekedar ngobrol, dan tidak lama kemudian kami jadian. Kami jadi sering saling curhat, dan kalau ngomong yang tadinya &#39;gue elo&#39;, jadi &#39;aku kamu&#39;.&lt;br /&gt;
  923. &lt;br /&gt;
  924. Dia pernah berterus terang kepadaku, kalau dia sudah pernah berhubungan sex dengan mantan pacarnya dulu, di Bandung. Tapi dia berusaha tidak mau mengulanginya lagi sekarang denganku, pacarnya yang baru.&lt;br /&gt;
  925. &quot;Aku cinta sekali sama kamu, Ly.. dan karena itu aku nggak pengen nodain kamu, seperti yang pernah kuperbuat dengan yang dulu.&quot; dengan penuh perasaan Denny mengutarakan itu kepadaku.&lt;br /&gt;
  926. Tapi tidak tahu kenapa, aku kurang suka mendengar kata-katanya, sepertinya gengsiku mulai keluar. Entah kenapa, suatu hari aku merasa horny. Kali ini entah ke mana, rasa gengsiku hilang begitu saja, mungkin penasaran dengan kata-kata Denny yang kemarin, yang tidak mau menyetubuhiku. Kutetelpon Denny, untuk segera datang ke kamarku, dengan alasan lagi merasa tidak enak badan.&lt;br /&gt;
  927. &lt;br /&gt;
  928. Tidak berapa lama kemudian, Denny yang asramanya tidak begitu jauh dari asramaku mengetuk pintu pelan.&lt;br /&gt;
  929. &quot;Yang..?&quot;&lt;br /&gt;
  930. &quot;Ya, masuk aja Yang, pintunya nggak dikunci.&quot;&lt;br /&gt;
  931. Sengaja waktu itu aku hanya memakai tanktop putih dan CD yang putih juga. Begitu dia melihatku, matanya langsung melotot melihatku yang berpakaian serperti itu saja, sedang bersender telentang di pinggir ranjang, sambil menonton TV.&lt;br /&gt;
  932. &quot;Kamu katanya sakit, kok malah cuman pake ini, Yang?&quot;&lt;br /&gt;
  933. Kubuat senyum semanis mungkin, tidak menjawabnya. Kutahu dia hanya berpura-pura alim. Lalu kudorong pundaknya sampai dia terduduk di pinggir ranjang. Lalu aku duduk di atas pahanya, berhadapan dengannya.&lt;br /&gt;
  934. &lt;br /&gt;
  935. Sementara dia masih gelagapan, kupeluk dia erat-erat, dadaku menyentuh dadanya, saling menempel. Lalu kubisikkan Denny dengan mesra, kalau aku lagi kangen berat sama dia. Lalu kedua tanganku memeluk lehernya, kuciumi leher dan telinganya, dan kujilat-jilati telinganya sampai dia tertawa kegelian. Aku tahu, sesuatu di balik celananya sudah tegak berdiri dari tadi, dan aku dapat merasakan sentuhannya di pantatku.&lt;br /&gt;
  936. &lt;br /&gt;
  937. &quot;Yang, aku belum pernah melihatmu dalam keadaan seperti ini, kamu betul-betul menggairahkan, Yang, sexy banget..!&quot; katanya sambil mengusapi pipiku dan kemudian mengecupku mesra dan balas memelukku.&lt;br /&gt;
  938. Kubalas kecupannya dengan mesra dan hangat. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong. Kugigiti bibirnya, dan dia balas mengulum bibirku, oohh, hangatnya betul-betul tidak terbayangkan. Musim dingin yang bikin orang menggigil, tiba-tiba tidak ada apa-apanya bagi kami berdua yang mulai naik birahi.&lt;br /&gt;
  939. &lt;br /&gt;
  940. Lalu, kunaikkan pantatku, dan dengan setengah berdiri, kubusungkan dadaku yang penuh berisi, dan putih menggairahkan itu ke depan wajahnya. Dapat kubayangkan nafsunya, dia melihat pemandangan di depan matanya, sepasang gunung kembarku yang sejak tadi sudah mengintip di balik tanktop tipis, tanpa bra.&lt;br /&gt;
  941. &quot;Kamu mau nyusu ini kan, Sayang? Nyusu yang puas, Yang, sampai kamu kenyang..!&quot; bisikku dengan suara serak, penuh nafsu.&lt;br /&gt;
  942. &lt;br /&gt;
  943. Seperti yang telah kuduga, Denny telah lupa janjinya kepadaku untuk tidak menyentuhku. Dengan cepat, tangan kanannya sudah naik ke balik tanktop-ku, melepas tanktopku dan melemparnya entah ke mana. Diremas-remas dan diciumi payudaraku berganti-ganti dengan buasnya, sementara tangan kirinya mulai masuk ke dalam CD-ku, dan memain-mainkan vaginaku yang sudah basah, lalu memeloroti CD-ku. Dia begitu menikmati sedotan-sedotan payudaraku yang kenyal, dengan puting berwarna coklat muda yang lumayan besar dan sudah mengeras.&lt;br /&gt;
  944. &lt;br /&gt;
  945. Pertempuran sudah dimulai. Pertama-tama aku jongkok di depan Denny, melepas kaosnya, dan membuka kancing jeans dan zipnya, dan kuturunkan jeans, dan CD-nya. Ooh, begitu besarnya batang ini, dan baru kali ini kulihat secara live. Dengan sedikit pengetahuan dari teman dan film, aku mulai menggenggam penisnya yang tegaknya sudah melebihi mistar. Denny melenguh, rupanya keenakan dia. Melihatnya begitu aku semakin bernafsu, kujilat-jilati penisnya, kugigit-gigit dan sedot-sedot. Denny mengerang, mencengkeram pundakku, lalu meremas kuat-kuat payudaraku.&lt;br /&gt;
  946. &lt;br /&gt;
  947. Kali ini kucondongkan dadaku, kuletakkan penisnya di antara payudaraku, dan aku mulai menggoyang-goyangkan dan menjepit-jepit penisnya dengan dua payudaraku. Lalu, tubuhnya yang tinggi atletis itu berdiri, menggendongku, mendorongku ke ranjang, dan menindihku. Wah, macan yang sengaja kulepas dari kandangnya itu sudah tidak terkendali untuk segera menerkamku. Dicium dan dijilatinya aku mulai dari wajahku sampai ujung kakiku. Kulebarkan kedua pahaku, dan mampirlah lidahnya ke vaginaku, dan menjilat-jilat semua yang ada di dalamnya, sambil dua tangannya terus meremas-remas payudaraku, dan memainkan puting susuku. Oh, dia begitu berpengalaman, kataku dalam hati. Goyangan lidahnya di vaginaku sanggup membuatku mendesah-desah hebat, dan membuat nafsuku naik sampai ke ubun-ubun.&lt;br /&gt;
  948. &lt;br /&gt;
  949. Aku tidak mau kalah. Kusuruh dia tengkurap, lalu kutindih dia dengan tubuhku. Kubuat dia mendesah-desah dengan menggesek-gesekkan kedua payudaraku yang menempel di punggungnya. Kubuat seperti sedang memijatinya tapi dengan payudaraku sambil tanganku yang kiri meraba-raba dadanya yang bidang, menarik-narik putingnya, dan tangan kananku turun menyentuh penisnya yang sudah betul-betul mengeras. Kuremas-remas penisnya dengan lembut sambil kadang kutarik-tarik. Denny mengerang keenakan sambil tangannya meremasi kedua pantatku dari bawah.&lt;br /&gt;
  950. &lt;br /&gt;
  951. Kuminta dia membalikkan tubuhnya, dan mulai kuraba kembali penisnya. Dengan leluasanya, kujilat-jilat penisnya, dan kusedot-sedot sekuat-kuatnya. Denny begitu menikmatinya, sambil terus mengerang, dia membelai-belai rambutku dan meremas-remas payudaraku lagi. Kupermainkan penisnya di dalam mulutku, kusodok-sodok dengan lidahku, dan memutar-mutari penisnya. Belum selesai aku memuaskan dirinya, Denny dengan tiba-tiba kembali menindihku. Rupanya, dia sudah tidak sabar mau menancapkan penisnya ke vaginaku. Lalu, kami ganti style.&lt;br /&gt;
  952. &lt;br /&gt;
  953. Denny mendorongku dan merapatkan punggungku ke dinding, diremas-remasnya pantatku dengan tangan kirinya. Denny yang juga berdiri berhadapan denganku, tangan kanannya mengangkat tinggi-tinggi kaki kananku, sambil tetap dipegangnya terus. Tidak berapa lama pelurunya mulai ditembakkan ke lubang vaginaku.&lt;br /&gt;
  954. &quot;Ahh.., shh..!&quot; rintihku setengah tertahan, takut kedengaran kamar sebelah.&lt;br /&gt;
  955. Vaginaku yang belum pernah tersentuh &#39;barang&#39; cowok terasa begitu sakit dan nyut-nyutan. Denny yang sabar menenangkanku, dan dia berhenti sebentar, sampai aku siap kembali.&lt;br /&gt;
  956. &lt;br /&gt;
  957. &quot;Akhh.. owww.., udah.. Yangg..!&quot; akhirnya penis Denny dengan penuh perjuangan bisa masuk sepenuhnya ke dalam vaginaku.&lt;br /&gt;
  958. Aku yang baru kali ini &#39;main&#39;, begitu takjubnya melihat itu semua, tidak menyangka vaginaku yang begitu sempitnya, bisa-bisanya dimasukkin &#39;barang&#39; yang cukup panjang dan besar, yang kira-kira ada lah 18 cm.&lt;br /&gt;
  959. &lt;br /&gt;
  960. Pelan-pelan, masih dengan penis yang &#39;parkir&#39; sepenuhnya di vaginaku, kami ganti posisi lagi. Denny duduk di atas pinggulku, sementara aku berbaring di bawah. Kunaikkan pinggulku dengan bertumpu di kedua siku. Denny membantu mengangkat pinggulku, dan terus menyodok-nyodoki vaginaku dengan ganas. Begitu ganasnya, sampai-sampai ranjangku berderit-derit, ditambah erangan dan desahan kami berdua. Aku begitu menikmatinya sambil meremas-remas dan menarik-narik seprei yang sudah berantakan sana-sini. Oh ya, sebelum &#39;main&#39;, aku sempat memperbesar volume TV untuk menetralisir &#39;permainan&#39; kami yang bertambah seru.&lt;br /&gt;
  961. &lt;br /&gt;
  962. &quot;Aghh.. shh.., Yangg, aku mau keluar..!&quot;&lt;br /&gt;
  963. Akhirnya Denny orgasme dan memuntahkan spermanya ke atas perutku.&lt;br /&gt;
  964. &quot;Thanks, Sayang..&quot; kata Denny sambil mengecupi keningku.&lt;br /&gt;
  965. &quot;Yayang belum keluar..?&quot;&lt;br /&gt;
  966. &quot;Ampir kok, Yang..,&quot; bisikku mesra.&lt;br /&gt;
  967. &lt;br /&gt;
  968. Lalu kuraba perutku yang terkena muntahan spermanya Denny. Tanganku yang kena muntahannya kupeperkan ke dadanya. Kujilati dan kuhisapi dada dan puting Denny yang berubah menjadi rasa sperma yang nikmat. Melihat tingkahku itu, dia kembali tegang dan melancarkan serangan lagi. Akhirnya barulah aku orgasme untuk pertama kali, sedangkan Denny kedua kalinya. Dijilat-jilatinya dengan amat rakus cairan-cairanku yang keluar dengan deras, sampai bersih. Sampai akhirnya kami bebaring telentang terengah-engah, dengan keringat mengucur yang membanjiri tubuh kami berdua.&lt;br /&gt;
  969. &lt;br /&gt;
  970. Kami berbaring saling berpelukan erat. Sambil penisnya masih tetap &#39;menginap&#39; di lubang vaginaku. Kami saling memandang mesra dan sebentar-sebentar saling berciuman.&lt;br /&gt;
  971. &quot;Yayang mainnya hebat lho, Denny sampe nggak nyangka kalo Yayangku yang kalem-kalem gini ternyata bisa nakal juga..,&quot; katanya sambil tersenyum nakal.&lt;br /&gt;
  972. &quot;Ih, ngeledek kamu ya..,&quot; kataku sambil siap mencubiti lengannya.&lt;br /&gt;
  973. Dengan cepat tanganku dipeganginya, dan &#39;menabrakkan&#39; ciuman ke bibirku, sambil kemudian memulai lagi the next round, again and again, dalam berbagai gaya.&lt;br /&gt;
  974. &lt;br /&gt;
  975. Yah, begitulah teman-temanku, meskipun aku tidak pernah bermain-main dengan yang namanya sex, tapi aku kan juga pernah nonton film-film yang berbau sex. Dan secara otomatis, action-action di film dapat dengan mudahnya terputar kembali di otakku ini. Sewaktu kami bergulat untuk pertama kalinya. Ah, semuanya karena gara-gara Language Partner, kami jadi partner-an, untuk ber-&#39;body language&#39;, ha ha..&lt;br /&gt;
  976. &lt;br /&gt;
  977. Akhirnya, sampai aku menceritakan pengalamanku ini, semenjak permainan perdana itu, kami selalu merasa ketagihan, dan terus mengulanginya lagi dan lagi di setiap pertemuan kencan kami, entah di kamar asramaku atau Denny, dan &#39;main&#39; semalam suntuk. Oh ya, kami punya kebiasaan khusus setelah ngesex, yaitu tetap membiarkan &#39;burung&#39; Denny bersarang di lubang vaginaku selama kami tidur berpelukan. Dapat kalian bayangkan betapa romantisnya kami?&lt;br /&gt;
  978. &lt;br /&gt;
  979. Teman-teman, kami tetap memutuskan untuk tidak tinggal bersama kok, karena memangnya peraturan asrama yang tidak mengijinkan untuk tinggal bersama, cewek dan cowok. Dan yang kedua, kami tidak ingin membuat gempar orang-orang di sekeliling kami, terutama yang suka bergosip, karena kalau sampai-sampai kedua orangtuaku di Jakarta tahu, bisa berabe kan tuh..!&lt;br /&gt;
  980. &lt;br /&gt;
  981. TAMAT&lt;br /&gt;
  982. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/260074383584928042/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/language-partner.html#comment-form' title='4 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/260074383584928042'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/260074383584928042'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/language-partner.html' title='Language Partner'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>4</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-4384278928495938703</id><published>2011-08-28T13:08:00.000-07:00</published><updated>2011-08-28T13:08:01.648-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lagu Kehidupan 03</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 02&lt;br /&gt;
  983. &lt;br /&gt;
  984. Sesaat kemudian kubaringkan tubuh Imel di sampingku, dan sekarang bibirku kembali bergerak merasakan asinnya keringat Imel di lehernya, terus menyusuri tepi belakang rambutnya.&lt;br /&gt;
  985. &quot;Fran.. ach.. ach.. ugh.. hhmm,&quot; desah birahi Imel yang kembali naik.&lt;br /&gt;
  986. Perlahan kucabut burungku, walaupun Imel masih berusaha menahannya, namun kubalikkan tubuh Imel dan sekarang dia tidur telungkup. Sementara itu jemariku kembali bergerilnya menyelusuri tubuh berkeringatnya, licin namun memberikan sensasi tersendiri. Bau khas parfum bercampur keringat seperti itu dapat terus mempertahan kejantananku.&lt;br /&gt;
  987. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  988. Kemudian masih dalam posisi tidur telungkup itu kuselipkan burungku dari belakang.&lt;br /&gt;
  989. &quot;Egh.. hhmm.. ach.. ach.. ach.. Fran.. enak.. ach..!&quot; rintih Imel tertahan.&lt;br /&gt;
  990. Hanya dengus napas memburuku sebagai jawaban dari rintihan Imel, dan perlahan aku mulai mengocok lagi seraya menikmati betul gesekan leher burungku di sarangnya. Keluar masuk, keluar masuk, perlahan dan semakin lama semakin cepat seiring dengan lenguhan Imel yang semakin panjang.&lt;br /&gt;
  991. &quot;Ach.. ugh.. ugh.. ugh.., Fran.., terus.. ach.. ach..!&quot;&lt;br /&gt;
  992. &lt;br /&gt;
  993. Hingga suatu saat, kucabut dan segera kubalikkan tubuh Imel menghadap ke arahku dan segera kupentangkan kakinya lebar-lebar dan kuraih betisnya untuk segera kunaikkan ke pundakku. Terbuka sudah hutan basah itu dengan bibirnya yang masih terpecah menganga dengan warna merah muda dominan di bagian dalamnya, sedangkan bibirnya berwarna lebih tua dan bengkak, nampak besar bibir itu tidak sebanding dengan panjangnya.&lt;br /&gt;
  994. &lt;br /&gt;
  995. Namun pantat itu tidak dapat diam, terus menggeliat, mencari cengkraman yang hilang.&lt;br /&gt;
  996. &quot;Fran.., cepet, gue.. ach.. ngga.. tahan.. ach..!&quot; pinta Imel seraya terus mengangkat-angkat pantatnya berusaha menutupi kegelisahan dan kekosongan liangnya.&lt;br /&gt;
  997. Dengan gagah dan sedikit sentakan kuat segera kuhunjamkan batangan itu masuk dan menyentuh hingga ke dasarnya.&lt;br /&gt;
  998. &quot;Aacchh..!&quot; desah Imel terpuaskan.&lt;br /&gt;
  999. &lt;br /&gt;
  1000. Sementara aku segera memompa dengan kecepatan tinggi yang terus meninggi hingga batas tertentu yang kurasa pas untuk kupertahankan untuk beberapa saat. Hingga pada suatu kesempatan, kepala Imel terangkat dan segera menghisap kuat dadaku hampir bersamaan dengan hentakan kuat batanganku sebelum melepaskan pelurunya tepat di dasar vagina Imel.&lt;br /&gt;
  1001. &lt;br /&gt;
  1002. &quot;Fran..,&quot; rintihnya halus bersamaan dengan ambruknya tubuhku menindih tubuh Imel setelah sebelumnya kubiarkan kaki Imel turun dari pundakku.&lt;br /&gt;
  1003. Lemas rasanya seluruh tubuhku, dan genggaman Imel di antara jemariku memberikan sensasi tersendiri. Kulit kami yang berkeringat juga memberikan rasa licin yang menambah kehangatan yang ada, dan tentunya juga bau khas keringat nafsu.&lt;br /&gt;
  1004. &lt;br /&gt;
  1005. Bab IV&lt;br /&gt;
  1006. &lt;br /&gt;
  1007. Gerakan daun pintu kamar sempat tertangkap oleh sudut mata Imel saat dia membuka matanya, sehingga secara reflek dia menoleh ke arah pintu kamarku yang tidak terkunci tersebut. Reflek aku juga ikut menoleh dan.., masih sempat terlihat Sandra ada di balik pintu itu sebelum dia tutup karena terkejut, tidak kalah terkejutnya dengan aku juga.&lt;br /&gt;
  1008. &lt;br /&gt;
  1009. Segera aku bangun dan meraih celana pendek serta kaos yang kusampirkan di kursi belajar tadi, dan segera aku keluar kamar. Tidak ada. Bagai lari kesetanan aku meloncati 3 sampai 4 anak tangga sekaligus dan mencari keluar, namun ketika aku sampai di luar hanya ekor dari Honda Civic coklat susu model terbaru yang sempat kulihat.&lt;br /&gt;
  1010. &lt;br /&gt;
  1011. Segera aku masuk dan menelpon, tentu ke HP Sandra yang kutuju, tapi tidak ada respon. Wah, pusing aku. Hancur lagi dech hidupku. Aku terduduk di kursi ruang tamu tanpa tahu apa yang harus kulakukan, bengong seperti orang bego habis ketangkap basah, mau apa lagi..?&lt;br /&gt;
  1012. &lt;br /&gt;
  1013. &quot;Siapa Fran..?&quot; suara lembut dari belakang itu menyadarkanku bahwa masih ada orang lain di rumah ini.&lt;br /&gt;
  1014. &quot;Sandra.., cewe gue,&quot; sahutku pendek.&lt;br /&gt;
  1015. &quot;Ooppss..,&quot; ada nada sedih, &quot;Fran, apa yang bisa gue bantu?&quot; tanya Imel lirih.&lt;br /&gt;
  1016. &quot;It&#39;s OK.., lo pulang aja dech..!&quot;&lt;br /&gt;
  1017. &quot;Fran..?&quot;&lt;br /&gt;
  1018. &quot;Gue ngga pa-pa kok..,&quot; sahutku lirih seraya berusaha memberikan senyum untuk meyakinkannya.&lt;br /&gt;
  1019. &lt;br /&gt;
  1020. Yach.., ini juga salahku, dan aku tidak mungkin menyalahkan Imel oleh karena tadi aku juga mau melakukan itu. Kemudian memang kebiasaanku dari dulu, siapa saja yang cari aku di rumah ini berarti temen dekat, dan biasanya mereka akan langsung naik ke kamarku. aku juga tidak dapat menyalahkan Pak Prapto, tukang kebun, atau Bik Imah, pembantu rumah ini, karena sudah tahunan mereka bekerja dan semuanya tahu kebiasaanku, kalau teman-temanku yang tahu rumah ini biasanya langsung ke kamarku. Kalau bukan teman dekat mereka tidak akan tahu rumahku yang ini, jadi aku juga tidak dapat menyalahkan mereka.&lt;br /&gt;
  1021. &lt;br /&gt;
  1022. &quot;Fran, gue sebenarnya mau ngucapin terimakasih lo udah bantu kesulitan keluarga gue,&quot; kata Imelda perlahan.&lt;br /&gt;
  1023. &quot;Yach..,&quot; sahutku pendek.&lt;br /&gt;
  1024. &quot;Sorry Fran, atas kejadian ini.., kalau lo butuh gue untuk jelasin ke Sandra nanti call gue yach..!&quot; pinta Imel merasa bersalah.&lt;br /&gt;
  1025. &quot;Oke,&quot; sahutku pendek.&lt;br /&gt;
  1026. Dan setelah itu Imel pun segera pergi dan berlalu.&lt;br /&gt;
  1027. &lt;br /&gt;
  1028. Segera setelah Imel pulang, aku mencoba menghubungi Sandra lagi via HP, tapi tidak aktif. Akhirnya aku mandi dan segera pergi ke rumah Sandra.&lt;br /&gt;
  1029. &lt;br /&gt;
  1030. &quot;Sore Tante,&quot; sapaku ketika pintu rumahnya terbuka.&lt;br /&gt;
  1031. &quot;Sore.. wah Fran, Sandranya ngga ada di rumah nich, katanya mau ke rumah kamu?&quot; jelas ibunya Sandra kebingungan melihat kedatanganku.&lt;br /&gt;
  1032. &quot;Eh.., anu Tante,&quot; bingung aku mau bilang apa lagi, &quot;Oh.., belum pulang Tante dari tadi?&quot; tanyaku selanjutnya.&lt;br /&gt;
  1033. &quot;Belum tuch,&quot;&lt;br /&gt;
  1034. &quot;Oh..ya udah Tante, biar Fran cari dulu.&quot; sahutku seraya ingin segera berlalu.&lt;br /&gt;
  1035. &lt;br /&gt;
  1036. &quot;Ribut lagi, Fran?&quot; penuh selidik beliau bertanya.&lt;br /&gt;
  1037. &quot;Eh.. ngga Tante.&quot; sahutku menyangkal.&lt;br /&gt;
  1038. Tapi senyum beliau yang memaklumi menyelamatkan perasaan kacauku yang sesungguhnya berkecamuk bagai badai di dalam dada. Ach.., memang aku yang salah.&lt;br /&gt;
  1039. &lt;br /&gt;
  1040. Beberapa tempat sudah kucari, mulai dari teman dekatnya Sandra hingga beberapa tempat yang biasa dia kunjungi, tapi batang hidungnya tetap tidak nampak. Sampai jam 12 malam lebih aku masih berusaha mencarinya. Sudah kuminta juga bantuan teman dekatku untuk menginformasikan keberadaan Sandra bila mereka melihatnya, tapi tetap tidak ada berita, seperti hilang di telan bumi, sementara di rumahnya tetap belum pulang.&lt;br /&gt;
  1041. &lt;br /&gt;
  1042. Hingga pada jam 24.45, &quot;Malam.. Fran..?&quot; suara lembut di seberang sana memanggil namaku ketika telpon itu kuangkat.&lt;br /&gt;
  1043. &quot;Malam Tante, gimana sudah ada berita dari Sandra?&quot; tanyaku cemas setelah aku dapat memastikan bahwa itu adalah telpon dari ibunya Sandra.&lt;br /&gt;
  1044. &quot;Baru saja Sandra telpon, katanya dia ngga pulang malam ini, tapi ngga mau bilang tuch dia ada dimana.&quot; jelas beliau.&lt;br /&gt;
  1045. &lt;br /&gt;
  1046. &quot;Oh.., tapi ngga kenapa-kenapa Tante?&quot;&lt;br /&gt;
  1047. &quot;Ngga ngomong tuch, cuma tadi pesennya ngga pulang aja malam ini.&quot;&lt;br /&gt;
  1048. &quot;Oh..&quot;&lt;br /&gt;
  1049. &quot;Ya sudah.., kamu pulang istirahat sana..!&quot; pesan beliau sebelum mengakhiri percakapan di telpon malam itu.&lt;br /&gt;
  1050. &quot;Baik Tante. Terimakasih dan selamat malam.&quot; sahutku kecewa.&lt;br /&gt;
  1051. &quot;Malam.&quot; sahut suara di ujung sana.&lt;br /&gt;
  1052. &lt;br /&gt;
  1053. Sampai 2 hari aku tetap tidak dapat menjumpai keberadaan Sandra, walaupun dia tetap telpon ke rumahnya, dan tentu saja hidupku semakin kacau. Gila.., satu urusanku belum dapat teratasi, perasaan salah itu kini bertambah lagi dengan kesalahan fatal yang kuperbuat sendiri. Semakin down rasanya, ingin menangis rasanya. Justru di saat aku susah gini, tidak ada teman yang dapat menghiburku. Tidak ada tempat aku dapat berkeluh kesah dan bermanja. Apakah semuanya salahku..? Memang aku sich yang salah.&lt;br /&gt;
  1054. &lt;br /&gt;
  1055. 4 hari setelah kejadian yang memalukan itu, ketika aku baru bangun tidur siang dan turun ke bawah untuk cari makan, &quot;Den Fran.&quot; panggil Bik Imah.&lt;br /&gt;
  1056. &quot;Ada apa Bik?&quot;&lt;br /&gt;
  1057. &quot;Tadi Nak Sandra datang tapi ngga masuk, dia cuma titip ini sama Bibik, katanya minta disampaikan ke Den Fran.&quot; sahutnya hati-hati.&lt;br /&gt;
  1058. &quot;Apa?&quot; bagai disengat kalajengking aku terkejut.&lt;br /&gt;
  1059. &quot;Kok Bibik ngga bilang sich?&quot; sahutku ketus menyalahkan seraya mengambil bungkusan kecil yang disodorkan oleh Bik Imah.&lt;br /&gt;
  1060. &quot;Nak Sandra bilang ngga perlu Den.&quot; sahut Bik Imah takut.&lt;br /&gt;
  1061. &quot;Ya sudah.&quot;&lt;br /&gt;
  1062. Memang aku juga tidak dapat menyalahkannya.&lt;br /&gt;
  1063. &lt;br /&gt;
  1064. &quot;Ada apa yach Den, kok mata Nak Sandra juga bengkak begitu kaya abis nangis.&quot; jelas Bik Imah selanjutnya.&lt;br /&gt;
  1065. Mataku yang melotot sudah cukup untuk membungkam pertanyaan selanjutnya dari Bik Imah, dan tubuh ringkih itu segera pergi kembali ke dapur menuju habitatnya.&lt;br /&gt;
  1066. &lt;br /&gt;
  1067. Isi dari bungkusan itu adalah selingkar cincin yang pernah kuberikan ke Sandra sebagai tanda cintaku saat pesta valentine tahun lalu. Aku beli cincin itu sepasang, satu buat Sandra dan satu lagi buat kupakai, yang sekarang sudah dikembalikan. Aku mengerti ini artinya Sandra sudah membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan kami, tapi rasanya aku belum puas kalau aku belum bertemu langsung dan berbicara dengannya.&lt;br /&gt;
  1068. &lt;br /&gt;
  1069. Sore-sore aku datang lagi ke rumahnya dan menunggu lama, hampir 1 jam sebelum akhirnya Sandra keluar dan menemuiku.&lt;br /&gt;
  1070. &quot;San..,&quot; panggilku lirih.&lt;br /&gt;
  1071. &quot;Ngapain lo datang-datang lagi?&quot; sahutnya ketus.&lt;br /&gt;
  1072. &quot;San.., gue mo minta maaf, gue bener-bener minta maaf dan gue mo jelaskan ke loe.&quot;&lt;br /&gt;
  1073. &quot;Mo nyangkal?&quot; sahutnya tetap ketus.&lt;br /&gt;
  1074. &quot;Ngga.. San, gue emang salah, tapi gue mo lo juga tau permasalahannya dan baru lo ambil keputusan.&quot; pintaku memelas.&lt;br /&gt;
  1075. &quot;Ngga perlu, biar gimana hati gue udah terluka dan gue ngga mungkin jalan sama lo.&quot;&lt;br /&gt;
  1076. &quot;San, tolong berikan kesempatan buat gue sekali lagi.&quot; masih aku mencoba meminta.&lt;br /&gt;
  1077. &quot;Sudah selesai dan tak ada penyesalan.&quot; senyum dingin menghias bibir Sandra kali ini.&lt;br /&gt;
  1078. &lt;br /&gt;
  1079. Ketegaran telah nampak di sikap Sandra, dan memang biasanya sulit sekali mengubah keputusannya. Aku sudah menceritakan semuanya ke Sandra tentang masalahku mulai dari kasus Irene yang selama ini kutanggung sendiri sampai juga ke soal Imelda yang akhirnya dipergokinya itu, namun semuanya tetap tidak mengubah pendiriannya untuk tetap mengakhiri hubungan kami. Aku juga sudah minta agar Sandra mau berpikir lagi 2 atau 3 hari lagi sebelum benar-benar mengambil keputusan, namun Sandra tetap menolak. Tegas sekali keputusannya dan tidak ada lagi langkah kompromi buatku.&lt;br /&gt;
  1080. &lt;br /&gt;
  1081. Rasanya seluruh dunia berputar saat itu, masa sich orang lain yang nyeleweng berkali-kali masih dapat tempat maaf, sementara aku baru sekali saja sudah tidak ada lagi tempat maaf. Sebenarnya aku masih berharap bahwa aku masih dapat menjumpainya 2 atau 3 hari setelah pertemuan sore itu, namun itu semua tinggal harapan karena besoknya Sandra sudah pergi ke pedalaman Sulawesi menemani junior kami yang akan melakukan kerja lapangan selama 3 minggu di sana, dan aku tahu pasti di sana sudah ada Andre.&lt;br /&gt;
  1082. &lt;br /&gt;
  1083. Andre adalah orang yang dulu sempat digosipkan pernah jalan sama Sandra, tapi disangkal oleh Sandra. Yang kutahu sich memang Andre naksir berat ke Sandra, tapi waktu itu Sandra yang menolak. Tapi sekarang sejarah sudah berubah, aku sudah mengecewakan Sandra, dan bukan salahnya kalau dia sekarang beralih ke Andre yang senantiasa setia menanti dan tidak ada lagi tempat buatku di hati Sandra.&lt;br /&gt;
  1084. &lt;br /&gt;
  1085. Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak berguna. Hidupku sudah hancur rasanya, namun roda kehidupan harus tetap berjalan. Dan semuanya harus kujalani. Aku harus tegar, dapat menegakkan kepala, aku lelaki bung. Demikian semangat yang selalu kubangkitkan dari dalam.&lt;br /&gt;
  1086. &lt;br /&gt;
  1087. Rasa sesal di dalam hati&lt;br /&gt;
  1088. Diam.. tak mau pergi&lt;br /&gt;
  1089. Haruskah aku lari dari,&lt;br /&gt;
  1090. kenyataan ini..&lt;br /&gt;
  1091. Lelah kumencoba,&lt;br /&gt;
  1092. &#39;tuk sembunyi..&lt;br /&gt;
  1093. Namun senyummu.. terus mengikuti&lt;br /&gt;
  1094. Lagu itu sayup-sayup terus bergayut dalam kalbu setiap malam menjelang tidur. Ach..&lt;br /&gt;
  1095. &lt;br /&gt;
  1096. TAMAT&lt;br /&gt;
  1097. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/4384278928495938703/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-03.html#comment-form' title='4 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/4384278928495938703'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/4384278928495938703'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-03.html' title='Lagu Kehidupan 03'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>4</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-8948678761544544583</id><published>2011-08-28T13:07:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:07:30.404-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lagu Kehidupan 02</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 01&lt;br /&gt;
  1098. &lt;br /&gt;
  1099. Kalau dibilang sport jantung, mungkin ya sekarang adalah waktunya buat Bapak Tedy karena kasus ini adalah sangat krusial sekali baginya. Kalau sampai gagal aku membeli BUSANA, maka habislah dia, tapi begitu kutanda tangani itu, hilang bebannya.&lt;br /&gt;
  1100. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1101. Begitu aku sampai di kantor BUSANA, seperti biasanya yang pertama-tama kucari adalah WC dulu, selain memang aku mau pipis, aku juga mau melihat kebersihannya. Hhmm.. &#39;lumayan&#39;. Suasana di kantor itu juga aku dapat merasakan adanya ketegangan dan nampak banyak bunga di sudut-sudut ruangan, sedangkan di show room memang tidak banyak pengunjung, dan pelayanannya juga nampak terganggu, mungkin masih menunggu kepastian akan nasib mereka sebagai karyawan.&lt;br /&gt;
  1102. &lt;br /&gt;
  1103. Puas melihat-lihat, ini sebetulnya adalah pertama kalinya kunjunganku ke kantor BUSANA, sehingga aku sama sekali tidak tahu mengenai seluk beluk gedung tersebut. Aku kemudian menuju ke meja receptionist.&lt;br /&gt;
  1104. &lt;br /&gt;
  1105. &quot;Ada yang bisa saya bantu Pak?&quot; tanya receptionis tersebut sopan.&lt;br /&gt;
  1106. &quot;Hhmm.., kalau ruang Bapak Tedy di mana?&quot; aku balik bertanya.&lt;br /&gt;
  1107. &quot;Bapak darimana yach, dan apakah sudah ada appoitment?&quot; masih receptionis tersebut bertanya, dan .., &quot;Nampaknya Bapak Tedy sibuk sekali hari ini dan sulit ditemui.&quot; demikian penjelasannya lebih lanjut.&lt;br /&gt;
  1108. &lt;br /&gt;
  1109. Belum sempat aku memberikan penjelasan kepadanya lebih lanjut, tiba-tiba, &quot;Selamat siang dok,&quot; sapa suara itu dari punggungku.&lt;br /&gt;
  1110. &quot;Selamat siang,&quot; sahutku secara refleks sambil membalikkan tubuhku untuk mengetahui siapa yang menyapaku.&lt;br /&gt;
  1111. &quot;Oh.., kamu Ris,&quot; sahutku selanjutnya seraya menyambut uluran tangannya.&lt;br /&gt;
  1112. &quot;Gimana kabar kamu?&quot;&lt;br /&gt;
  1113. &quot;Sehat dok.&quot;&lt;br /&gt;
  1114. &lt;br /&gt;
  1115. Gadis ini, Risma, ia adalah sekretaris dari Bapak Riandha dan mungkin dia dipilih kembali oleh Bapak Riandha untuk mendampinginya di perusahaan Busana ini.&lt;br /&gt;
  1116. &lt;br /&gt;
  1117. &quot;Mari jalan sini dok.&quot; sahutnya kemudian menunjukkan jalan.&lt;br /&gt;
  1118. &quot;Selanjutnya nanti kamu kerja di sini?&quot;&lt;br /&gt;
  1119. &quot;Benar dok.&quot;&lt;br /&gt;
  1120. Demikian perbincanganku bersama Risma sambil berjalan menuju ke ruang meeting yang telah ditentukan sebagai tempat acara diiringi dengan tatapan heran si receptionis. Bingung kali, kok bossnya masih muda. Memang aku masih muda lho.., ganteng lagi.&lt;br /&gt;
  1121. &lt;br /&gt;
  1122. Begitu aku masuk ruangan meeting tersebut, seluruh kegaduhan yang ada mendadak senyap dan aku melihat di bagian depan ruangan telah duduk di sana Bapak Riandha, Bapak Tedy dan masih tersisa sebuah kursi kosong lagi yang tentunya adalah tempat dudukku. Di sekelilingi ruangan itu juga sudah penuh dengan beberapa peserta pertemuan siang ini yang menjadi saksi pengalihan kepemilikan perusahaan. Beberapa diantaranya kukenali sebagai staf ataupun head of department di kantor papa.&lt;br /&gt;
  1123. &lt;br /&gt;
  1124. &quot;Selamat siang semua.&quot; sapaku kepada seluruh orang yang ada di ruang tersebut.&lt;br /&gt;
  1125. &quot;Selamat siang Pak.&quot; balasan serentak diberikan mereka kepadaku.&lt;br /&gt;
  1126. Segera aku mengikuti langkah Risma menuju ke tempat dudukku yang ditunjukkannya.&lt;br /&gt;
  1127. &quot;Selamat siang dok,&quot; sapa Bapak Riandha menyambut kedatanganku.&lt;br /&gt;
  1128. &quot;Siang.&quot;&lt;br /&gt;
  1129. &quot;Pak Tedy, perkenalkan ini dr. Fran.&quot;&lt;br /&gt;
  1130. &lt;br /&gt;
  1131. Dapat kulihat bagaimana pucatnya Bapak Tedy Gunawan, yang dahulu arogan dan pernah mengatakan bahwa masa depanku masih panjang, sekarang berada sebagai pihak pembeli dari perusahaan yang hampir bangkrut yang dipimpinnya. Walaupun dari hati terdalam harus kuakui bahwa modal yang diberikan ini juga masih dari papa.&lt;br /&gt;
  1132. &lt;br /&gt;
  1133. &quot;Kaa..uu,&quot; lirih sekali suara Bapak Tedy seraya memberikan tangannya dan bergetar.&lt;br /&gt;
  1134. &quot;Yach.., gimana kabar Pak Tedy, Tante dan juga Imel?&quot; sapaku selanjutnya.&lt;br /&gt;
  1135. &quot;Ba.. baik..,&quot; kegugupan dan kebingungan tentu masih melanda dirinya.&lt;br /&gt;
  1136. &lt;br /&gt;
  1137. Kemudian acara protokeler pun dimulai dan waktu itu aku tidak menyinggung atau berbicara banyak dengan Bapak Tedy, hanya aku bilang dalam kata sambutan waktu itu bahwa aku menaruh kepercayaan penuh kepada Bapak Riandha untuk menjalankan perusahaan itu dan beliau mengerti dengan baik akan misi dan visiku untuk perusahaan dan aku percaya beliau mampu menjalankannya dengan baik.&lt;br /&gt;
  1138. &lt;br /&gt;
  1139. Aku selaku Presdir tidak akan terlalu banyak untuk campur tangan dalam urusan ini, disamping tentunya sudah ada board of director yang tumbuh dan besar di bisnis ini, jadi silakan bekerja dengan baik dan berkarya untuk aktualisasi diri.&lt;br /&gt;
  1140. &lt;br /&gt;
  1141. Selesai acara protokoler pun aku hanya sempat makan sedikit sebagai bagian dari acara itu dan aku sempat mengucapkan selamat bertugas untuk Pak Riandha dan segera pergi untuk melanjutkan kerjaku, praktek.&lt;br /&gt;
  1142. &lt;br /&gt;
  1143. Bab II&lt;br /&gt;
  1144. &lt;br /&gt;
  1145. Usapan jari-jari lembut di punggungku dan hembusan napas hangat dekat tengkuk membangunkanku dari tidur siang.&lt;br /&gt;
  1146. &quot;Hhmm..,&quot; desahku menikmati kelembutan itu.&lt;br /&gt;
  1147. Sementara lagu &#39;Beautiful Girl&#39;-nya Jose masih terus mengalun lembut mengisi kamar tidurku, rasanya malas sekali untuk berbalik dan mengetahui siapa yang melakukan ini untukku.&lt;br /&gt;
  1148. &lt;br /&gt;
  1149. Mataku juga rasanya susah diajak untuk membuka setelah semalaman aku tidak dapat tidur. Entah rasanya ada suatu perasaan yang membuatku tidak enak dan mood sedang benar-benar down. Tapi usapan lembut kali ini yang sudah lama tidak kurasakan, rasanya sedikit memberikan ketenangan dan ingin rasanya aku dimanja dan dipeluk.&lt;br /&gt;
  1150. &lt;br /&gt;
  1151. Kecupan basah dan hangat sekarang menggantikannya mulai dari pundak kananku terus ke tengah dan ke kiri, berputar sejenak di situ kembali ke tengah dan naik ke tengkuk, perlahan berirama membuatku mendesah nikmat dan sejuk. Tenang rasanya, damai. Usapan jari lentik itu kini mulai beralih turun ke punggung bawah dan terus turun menuruni bukit gundul kupunya. Astaga nikmat benar, ada untungnya juga nich kebiasaanku untuk tidur bugil.&lt;br /&gt;
  1152. &lt;br /&gt;
  1153. Tidak lama kemudian disusul dengan jilatan kecil dan hisapan lembut yang mengiringi usapan lembut itu untuk terus turun ke bawah dan menyingkapkan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhku. Desah nafas tertahan dan embusan hawa hangat kembali menjalari telinga kanan belakangku disertai dengan jilatan basah dan desah napas yang mulai memburu, kemudian berpindah ke tengkuk bagian atas.&lt;br /&gt;
  1154. &quot;Hmm..,&quot; desahku tertahan seraya membalikkan kepala dengan mata masih terus terpejam.&lt;br /&gt;
  1155. &lt;br /&gt;
  1156. Sekarang giliran telinga kiri belakangku yang dapat giliran, dan bau parfum halus mulai kusadari dan membangkitkan gairah hidupku, terutama yang bagian bawah walaupun tertahan, namun kemudian menghilang.&lt;br /&gt;
  1157. &lt;br /&gt;
  1158. Gerakan jari lentik itu sekarang sudah mencapai paha bagian dalam dan terus turun ke bawah hingga ujung kaki, naik melalui punggung kaki dan terus naik dengan gerakan halus kanan dan kiri menyusuri bagian dalam pahaku dan berhenti sejenak di selakanganku, berusaha untuk mencapai namun sulit tertutup oleh tubuhku yang cukup besar. Tidak berusaha untuk mencapainya ternyata, dan sekarang yang kurasakan adalah bantalan halus yang mulai menindih punggungku.&lt;br /&gt;
  1159. &lt;br /&gt;
  1160. Dengan gerakan perlahan kurasakan sentuhan kulit perutnya yang mulai bergerak naik dan terus hingga kurasakan adanya sentuhan bukit kembar yang menempel pada punggung atasku, sejenak dan lenyap tertindih seluruh tubuhnya. Dan sekarang jilatan kembali bermain di tengkukku, serta usapan lembut jari-jari lentik yang bermain di rambutku. Kembali parfum lembut itu menebar aroma khasnya dan dengan segala kelembutan yang diberikan itu membuat gelora hidupku terpacu untuk bangkit dan menyala kembali.&lt;br /&gt;
  1161. &lt;br /&gt;
  1162. &quot;Ach..,&quot; desah napas tertahan berdenging di telinga kiriku.&lt;br /&gt;
  1163. &quot;Hhh.. mm..,&quot; balasku manja.&lt;br /&gt;
  1164. &lt;br /&gt;
  1165. Hei.., secara tiba-tiba aku tersentak dan baru menyadari bahwa parfum ini bukanlah milik Sandra pacarku saat ini. Parfum Sandra adalah White linennya Estee. Walaupun sama-sama lembut, tapi yang ini belum kukenal. Segera kubalikkan badanku, dan astaga..&lt;br /&gt;
  1166. &quot;Ii.. mel..?&quot; seruku terkejut.&lt;br /&gt;
  1167. &quot;What are you doing?&quot; tanyaku selanjutnya setelah berhasil mengatasi kekagetanku.&lt;br /&gt;
  1168. &lt;br /&gt;
  1169. Imel hanya tersenyum manis dan segera kembali naik ke pangkuanku yang tadi terjatuh gara-gara aku berbalik. Imel tampil benar-benar polos, tubuhnya putih mulus dengan buah dada berujung merah muda segar, tidak terlalu besar tapi kencang menempel. Sementara hutan lebatnya berusaha menarik masuk burungku ke dalam kegelapannya, tapi karena gelap dan terkejut burung itu terus menunduk dan mengecil, lenyap bagai tertiup angin malam dan tetap berada di luar jangkauan hutan lebatnya.&lt;br /&gt;
  1170. &lt;br /&gt;
  1171. &quot;I want to say thank you,&quot; katanya berbisik manja di telingaku, tentunya dengan menunduk sehingga seluruh buah dadanya menempel hangat di dadaku.&lt;br /&gt;
  1172. Debaran di dadaku tidak mampu menutupi hal itu yang kuinginkan juga.&lt;br /&gt;
  1173. &quot;Mel..,&quot;&lt;br /&gt;
  1174. &quot;Sstt..,&quot; tukasnya seraya memberikan jari tengah tangan kanannya menutup bibirku.&lt;br /&gt;
  1175. Sementara tangan kirinya sekarang bergerak lincah menyelusuri dada bidangku, mengusap dengan lembut menelusuri permukaan kulitku.&lt;br /&gt;
  1176. &lt;br /&gt;
  1177. Diantara kebimbanganku antara nafsu dan logika, burungku perlahan mulai bangkit kembali dan memasuki hutan lebat itu. Imelda terus menyunggingkan senyum manisnya seraya memainkan jari lentiknya terus menjelajah permukaan kulitku perlahan dan lembut. Tidak banyak yang dapat kulakukan saat ini selain memandang tubuh bagian atas dari Imel yang nyaris sempurna, berkulit putih dengan rambut panjangnya yang terurai, hidungnya mancung, bulu mata lentik dan bibirnya berwarna merah, lipstik kurasa, tapi tidak norak dengan puting susu berwarna merah muda tepat di tengah payudaranya yang memuncak kencang.&lt;br /&gt;
  1178. &lt;br /&gt;
  1179. Perlahan aku juga mulai menyentuh pinggang Imel dan mulai bergerak naik hingga mencapai kaki gunung itu dan segera ditepis oleh Imel.&lt;br /&gt;
  1180. &quot;Fran.., lo diam aja, gue yang mo kasih buat lo..!&quot; bisiknya perlahan dengan senyum yang terus menghias bibirnya.&lt;br /&gt;
  1181. Tulus dan tanpa terpaksa aku dapat menangkap kesan itu dari sorot matanya yang mulai sayu. Namun itu tidak kuindahkan, kembali tangan gue bergerak menyentuhnya. Kali ini Imel tidak menolak lagi, dan jemariku juga bergerak menyusuri hingga leher jenjangnya dan turun naik di antara kedua bukit kembarnya berjalan memutarinya perlahan pasti dan berakhir dengar puntiran di kedua putingnya.&lt;br /&gt;
  1182. &lt;br /&gt;
  1183. &quot;Ach.. Fran..!&quot; pekiknya tertahan.&lt;br /&gt;
  1184. Sekarang pantatnya juga mulai bergerak menggosok sepanjang batang leher burungku untuk membelah bibir jurangnya, perlahan-lahan dengan irama tetap. Tidak lama bibir itu menjadi semakin basah dan Imel menengadahkan kepalanya mencari sensasi nikmat, sementara jemariku bermain di belahan tengah lehernya yang putih jenjang dan terus turun membelah bukitnya dan berakhir di perutnya yang masih kencang tanpa lemak.&lt;br /&gt;
  1185. &lt;br /&gt;
  1186. Perlahan kutarik kepalanya dan mencoba mendekati bibirnya yang sekarang terbuka kecil dengan dengus napas yang mulai kehilangan irama tetapnya. Parfum khas halus itu kembali menerpa hidungku dan segera kudapatkan bibirnya. Kusentuh perlahan dengan bibirku sebelum kulalap dengan sedikit buas. Kuteroboskan lidahku membuka celah bibirnya dan mencari lidahnya disertai sedotan kuat seperti vacuum cleaner. Imelda membalas dengan memberikan kebuasannya dan bibir mungilnya itu mendapatkan sesuatu yang memberikannya kepuasaan tersendiri.&lt;br /&gt;
  1187. &lt;br /&gt;
  1188. Napas Imel semakin memburu, dan terus berpacu diantara pagutan lidahku dan gigitan kecil serta jilatan di bagian belakang telingannya. Matanya terpejam, namun degup jantung terus berpacu memompa darah ke seluruh penjuru pembuluh darah yang ada.&lt;br /&gt;
  1189. &lt;br /&gt;
  1190. Tiba-tiba Imel bangkit dan memegang burungku untuk dibimbingnya memasuki sarang yang sekarang telah siap dibangunnya sejak tadi. Perlahan burung kejantananku sekarang memasuki sarang kecilnya dan terasa ada lipatan-lipatan kecil di dalam yang harus burungku buka untuk mencari dasarnya. Terus masuk dan tenggelam burungku disertai dengan bibir tipisnya yang tidak kuasa ikut terlipat masuk ke dalam.&lt;br /&gt;
  1191. &lt;br /&gt;
  1192. &quot;Fran..,&quot; desahnya perlahan di sela napasnya yang memburu.&lt;br /&gt;
  1193. Kemudian secara perlahan Imel mulai bergerak naik turun mencari kesesuaian irama napasnya, sementara tanganku masih aktif terus memainkan peranan pentingnya untuk mengeksplorasi buah dadanya.&lt;br /&gt;
  1194. &lt;br /&gt;
  1195. Gerakan naik turun itu perlahan tapi pasti makin binal dan cepat, sementara buliran keringat mulai muncul pada bagian pundak Imel yang segera tersebar cepat ke punggung membasahi rambut panjangnya dan sebagian juga menempel pada leher jenjang di bagian depan. Gerakan naik turun itu juga memicu hentakan ringan pada payudara yang sekarang juga nampak berkilat berselimutkan keringat yang tidak dapat disembunyikan telah memicu seluruh kelenjar tubuh untuk ikut aktif memainkan peranan pentingnya mencari sensasi nikmat.&lt;br /&gt;
  1196. &lt;br /&gt;
  1197. Usapan dan belaian tanganku yang sekarang berbalur keringat menambah semangat dan nafsuku untuk terus bergerak merambat naik, dan rintihan halus Imel meningkahi birahi yang terus meninggi.&lt;br /&gt;
  1198. &quot;Ach.. Fran, gue hampir.. ach.. ach.. Fran..!&quot;&lt;br /&gt;
  1199. Sekarang Imel tidak lagi duduk di pangkuanku, tapi sudah menidurkan tubuhnya di atas tubuhku dengan jemarinya yang terus meremas rambutku, sementara pantatnya masih terus mempertahankan iramanya.&lt;br /&gt;
  1200. &lt;br /&gt;
  1201. &quot;Fran, gue.. ach.. ngga tahan..! Fran kasih buat gue.. ach.. ach.. hm.. ugh.. ugh.. ugh.. ach.. ach..!&quot; desahnya mengiringi gerakan tubuhnya.&lt;br /&gt;
  1202. Tiba-tiba Imel kembali duduk di pangkuanku dan bergerak makin cepat dan makin binal dengan tengadah dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan kiri yang diakhiri dengan teriakan panjang tertahan.&lt;br /&gt;
  1203. &quot;Acchh.. Fraann..!&quot;&lt;br /&gt;
  1204. &lt;br /&gt;
  1205. Hentakan pantatnya berusaha menekan semaksimal mungkin pantatku. Gerakan otot sirkuler vaginanya berdenyut cepat dan kencang yang kemudian perlahan mereda diikuti dengan ambruknya tubuh Imel menindih tubuhku. Jemari Imel bergerak dan berusaha membelah jemariku, dan digenggamnya dengan erat.&lt;br /&gt;
  1206. &lt;br /&gt;
  1207. Bersambung ke bagian 03&lt;br /&gt;
  1208. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/8948678761544544583/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-02.html#comment-form' title='3 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8948678761544544583'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8948678761544544583'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-02.html' title='Lagu Kehidupan 02'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>3</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-8200028461261756389</id><published>2011-08-28T13:06:00.001-07:00</published><updated>2011-08-28T13:06:46.944-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lagu Kehidupan 01</title><content type='html'>&lt;br /&gt;
  1209. Deringan lembut handyphone di saku celana meminta perhatianku diantara kesibukan siang itu.&quot;Selamat siang, dr. Fran di sini.&quot; sahutku menghentikan sejenak kegiatan membuat resume pasien siang itu.&lt;br /&gt;
  1210. &quot;Siang dok, Ini Yuli, mau mengingatkan nanti sore ada meeting di pabrik dok.&quot; sahut suara lembut di ujung sana.&lt;br /&gt;
  1211. &quot;Oh ya, terimakasih, nanti saya akan datang.&quot; tegasku.&lt;br /&gt;
  1212. &quot;Terimakasih, selamat siang dok.&quot;&lt;br /&gt;
  1213. &quot;Siang.&quot;&lt;br /&gt;
  1214. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1215. Demikianlah percakapan singkat siang itu sedikit mengusik keasyikanku dan sambil menunggu berlalunya waktu. Pikiranku melayang ke rencanaku selanjutnya selepas tugas. Yach aku harus ke tempat papa, pabrik garment di sekitar Pasar Rebo sana, sebab jam 4 sore nanti ada management meeting katanya.&lt;br /&gt;
  1216. &lt;br /&gt;
  1217. Masih terngiang permintaan papa tadi pagi agar aku menyempatkan diri untuk dapat hadir dalam meeting tersebut. Yach, papa ingin aku mau terlibat dan meneruskan usaha yang telah papa rintis sejak dulu.&lt;br /&gt;
  1218. &lt;br /&gt;
  1219. &quot;Sore dok.&quot; sapa Pak Budi satpam pabrik sopan ketika aku keluar dari mobil setibanya di pabrik sore hari itu.&lt;br /&gt;
  1220. &quot;Sore juga, sudah ngumpul Pak?&quot; tanyaku kemudian.&lt;br /&gt;
  1221. &quot;Baru team Bandung, dok.&quot; jelasnya seraya menutupkan pintu mobilku.&lt;br /&gt;
  1222. &quot;Oh..,&quot;&lt;br /&gt;
  1223. &lt;br /&gt;
  1224. Sebagai informasi tambahan, saat ini group yang papa pimpin sudah punya 3 lokasi pabrik, satu di Pasar Rebo ini, satu di Bekasi dan satu lagi di Bandung. Kapasitas produksi yang paling besar adalah yang di Pasar Rebo ini. Masing-masing pabrik memiliki Factory Manager, tapi keseluruhan operasional ada di bawah management pusat yang berkedudukan di Pasar Rebo, Jakarta. Pabrik-pabrik ini semula adalah milik perusahaan lain yang kemudian diakuisisi oleh papa.&lt;br /&gt;
  1225. &lt;br /&gt;
  1226. Pabrik yang di Pasar Rebo ini cukup luas, tanahnya saja kira-kira 20 m X 100 m, sedangkan yang jadi bangunan hanya 12 m X 90 m saja, oleh karena bagian depan untuk tempat parkir sedangkan sisi samping kiri untuk jalan masuk mobil box ke belakang, ke gudang maksudnya untuk bongkar muat. Di bagian depan terdiri atas 2 lantai, yang bawah menjadi ruang receptionist sekaligus show room, dan sedikit ruangan untuk departement designer dan pola, sedangkan di lantai 2 semuanya jadi kantor.&lt;br /&gt;
  1227. &lt;br /&gt;
  1228. Dan seperti biasanya, begitu masuk aku langsung menuju ke kamar kecil. Kata orang, kamar kecil harus bersih dan itu mencerminkan bagaimana jalannya suatu perusahaan. Hal ini kucermati benar oleh karena pasar eksport kami juga sebagian ke negara-negara Asia yang memperhatikan benar masalah ini. Nampak semuanya baik-baik saja.&lt;br /&gt;
  1229. &lt;br /&gt;
  1230. Setelah itu aku naik ke atas dan langsung masuk ke ruang kerja papa, tapi tidak ada papa di ruangan itu. Ketika aku mau keluar, sempat terlihat seberkas buku yang menarik perhatianku, dimana di sampulnya tertulis cukup besar dan menyolok &#39;PT. Adi Busana Tirta Mandiri&#39; dengan warna biru dan juga tertulis jelas &#39;CONFIDENTIAL&#39; yang berwarna merah.&lt;br /&gt;
  1231. &lt;br /&gt;
  1232. Jadi aku masuk dan mengambil buku itu yang cukup tebal dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Kubaca-baca buku itu tanpa tahu apa maksudnya, tapi isinya ada profil perusahaan, susunan management, daftar list customer, pasar eksport, jatah quota tahun fiskal berjalan dan lain sebagainya, lengkap sekali. Yang menarik adalah pemilik dari perusahaan ini, yaitu Bapak Tedy Gunawan, yang punya anak perempuan Imelda Gunawan, Imel.&lt;br /&gt;
  1233. &lt;br /&gt;
  1234. Aku pernah dekat dengan Imel, dua angkatan di bawahku dari FE dan waktu itu aku sudah di tingkat 4, dan aku kenal dia saat aku mulai aktif di senat. Waktu itu aku mulai coba-coba aktif di kampus, biar bergaul sedikit gitu. Terus kami berkenalan waktu sama-sama aktif di organisasi kampus, tepatnya saat membentuk kepanitiaan, dimana aku sebagai perwakilan dari Fakultas Kedokteran dan dia dari Fakultas Ekonomi.&lt;br /&gt;
  1235. &lt;br /&gt;
  1236. Dari situ aku sempat dekat dengan Imel dan beberapa kali main ke rumahnya, namun suatu kali bukan Imel yang menemuiku tapi Bapak Tedy Gunawan beserta nyonya. Aku sempat dikuliahin panjang lebar dech, dimana disinggung juga mengenai masa depan yang masih jauh dan perlu dipikirkan matang-matang, bukan hanya sekedar emosi dan lain-lain. Tapi inti yang dapat kutangkap sich hubungan kami tidak direstui, mungkin Bapak Tedy Gunawan hanya melihat dari sisi penampilan fisikku yang hanya mengendarai GL Pro.&lt;br /&gt;
  1237. &lt;br /&gt;
  1238. Jadi hubunganku dengan Imel rasanya tidak sampai 3 bulan, dan celakanya waktu kucoba menemui Imel setelah kejadian itu, dia nampaknya segan untuk melanjutkan hubungan. Tidak lama setelah itu aku sering melihat dia jalan dengan Ramli anak Fakultas Tehnik, dengan penampilan lebih yahud dariku (kendaraannya Civic model terbaru saat itu).&lt;br /&gt;
  1239. &lt;br /&gt;
  1240. Buat kusendiri yach tidak ada rasa sakit hati tuch, hanya kecewa saja. Gimana yach, namanya juga baru jadian, jadi belum membekas dan mendalam gitu, yach berlalu gitu saja tanpa kesan yang mendalam.&lt;br /&gt;
  1241. &lt;br /&gt;
  1242. &quot;Eh.., sudah datang. Sudah lama?&quot; suara khas itu sedikit mengagetkanku.&lt;br /&gt;
  1243. &quot;Baru Pa.., ini untuk apa?&quot; tanyaku seraya menunjukkan buku yang sedang kubaca ini.&lt;br /&gt;
  1244. &quot;Oh.., mau dijual tuch.&quot; tukas papa pendek.&lt;br /&gt;
  1245. &quot;Terus.. Papa berminat?&quot;&lt;br /&gt;
  1246. &quot;Memangnya kenapa..?&quot; tanya papa berbalik.&lt;br /&gt;
  1247. &quot;Gini dech.., biar Fran yang pelajari, oke..?&quot; pintaku cepat.&lt;br /&gt;
  1248. Papa mengerutkan kening, tanda heran sekaligus tidak setuju.&lt;br /&gt;
  1249. &lt;br /&gt;
  1250. &quot;Gini Pa, saat ini kita memang punya 3 pabrik dan seluruhnya di bawah management kantor pusat ini. Fran kira kita punya tim management yang sangat solid, tapi perlu diingat hal ini sudah berlangsung cukup lama, dan kita perlu memikirkan peningkatan karier bagi para manager yang ada. Intinya Fran ingin mengembangkan mereka untuk masing-masing berkembang dan membentuk tim yang solid sekaligus membagi resiko.&quot; jelasku menyakinkan.&lt;br /&gt;
  1251. Tidak tahu apakah papa menangkap maksudku atau tidak, tapi yang pasti dengan isyarat papa mengangkat bahu, itu sudah cukup.&lt;br /&gt;
  1252. &lt;br /&gt;
  1253. Segera aku pergi ke ruang Pak Ferdinand, yang kutahu benar dia jago di bidang accounting dan sangat berpengalaman, beliau sudah bekerja dengan papa sejak perusahaan ini berdiri. Setelah basa basi sejenak, kuungkapkan keinginanku agar beliau mempelajari proposal PT. Adi Busana Tirta Mandiri tersebut dan kuminta jawaban itu minggu depan.&lt;br /&gt;
  1254. &lt;br /&gt;
  1255. Dalam meeting juga tidak ada yang istimewa, semuanya seperti biasa, hanyalah hal-hal rutin (laporan masing-masing pabrik mengenai produksi, rencana produksi, kemudian dari marketing mengenai program kerja yang dijalankan dan rencana kerja, yang tentunya juga berkaitan dengan divisi kuota dan lain sebagainya).&lt;br /&gt;
  1256. &lt;br /&gt;
  1257. Yang menarik justru issue yang dilemparkan oleh Bapak Yunus selaku personalia pabrik di Bandung yang mengungkapkan adanya rencana aksi buruh untuk menggoyang pabrik. Katanya gejala ini sudah melanda Bandung selatan dan mulai bergerak ke lokasi pabrik kami, provokatornya juga sudah menghubungi Pak Yunus dan mengungkapkan bahwa di pabrik kami ada tuntutan buruh, walaupun itu di luar normatif, namun mereka meminta agar kami mempertimbangkan masalah itu, bila tidak dipenuhi dapat terjadi demo.&lt;br /&gt;
  1258. &lt;br /&gt;
  1259. Kesannya ini memang serius bahwa ada usaha untuk menggoyang, tapi seberapa jauh merasuk ke lingkungan pabrik. Pak Yunus belum dapat memberikan prediksinya. Usulku dalam meeting itu agar Pak Yunus dapat langsung menghubungi Pak Asep yang diinformasikan sebagai provokatornya, tapi aku yakin pasti ada orang lain di belakang Pak Asep itu, dan hal ini sudah kupesankan ke Pak Yunus untuk mencari tahu siapa dalangnya, lalu kami beli saja dia, daripada repot-repot mengurusinya, asal jangan terlalu mahal.&lt;br /&gt;
  1260. &lt;br /&gt;
  1261. Buatku ini adalah masalah yang cukup serius, sambil nanti kami menginstropeksi di bagian mana yang perlu kami benahi untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, yang penting jangan sampai meledak dulu. Kalau sudah meledak akan sulit bagi kami untuk meredamnya, dan akan lebih mahal lagi kami membayarnya. Nampaknya semua setuju.&lt;br /&gt;
  1262. &lt;br /&gt;
  1263. Bab II&lt;br /&gt;
  1264. &lt;br /&gt;
  1265. &quot;Sore Pak Ferdinan, ini Fran, saya sedang menuju ke sana dan tolong siapkan laporan analisa Bapak mengenai busana, kita diskusi sore ini.&quot; demikian pintaku melalui telephone sore itu.&lt;br /&gt;
  1266. &quot;Baik dok.&quot;&lt;br /&gt;
  1267. &lt;br /&gt;
  1268. Demikianlah sore hari itu aku berdiskusi panjang lebar mengenai status financial dan prospektif dari perusahaan dengan Pak Ferdinan, serta beberapa kemungkinan pos-pos yang dicurigai, sehingga dapat menimbulkan neraca defisit demikian besar. Istilah kerennya sich studi kelayakan gitu, tapi dari sisi financial saja termasuk pos kuota yang terkenal pos basah untuk bermain dan korupsi. Selesai itu aku berdiskusi lagi masalah itu dengan papa dan juga mengenai visi dan misiku panjang lebar, dan akhirnya papa menyetujui dibentuknya tim sukses.&lt;br /&gt;
  1269. &lt;br /&gt;
  1270. Tim yang kuminta adalah Bapak Riandha selaku Project Officer, beliau saat ini menjabat sebagai Export Director dan aku yakin beliau memiliki kemampuan memimpin yang baik, dan dari bagian itu juga sudah ada calon penggantinya, sehingga kalau Bapak Riandha kuambil untuk posisi Managing Director di BUSANA, bagian export tidak akan terganggu.&lt;br /&gt;
  1271. &lt;br /&gt;
  1272. Kemudian dari finance kuminta Bapak Hernadi, beliau adalah binaan Pak Ferdinan yang merupakan calon potensial, tapi tidak akan naik posisinya selama masih ada Pak Ferdinan. Jadi kuminta beliau untuk menangani BUSANA.&lt;br /&gt;
  1273. &lt;br /&gt;
  1274. Aku juga punya keyakinan bahwa Pak Riandha dan Pak Hernadi dapat bekerja sama dengan baik dan aku juga yakin dengan komposisi ini ditambah nanti dengan pilihan mereka sendiri aku akan punya tim yang tangguh untuk mengatasi persoalan yang membelit BUSANA selama ini.&lt;br /&gt;
  1275. &lt;br /&gt;
  1276. Dua bulan setelah pembentukan tim itu, disimpulkan bahwa kami jadi untuk mengakuisisi PT. BUSANA ADI TIRTA MANDIRI dan pada keputusan akhir disepakati bahwa Bapak Tedy Gunawan masih menjadi board of Director, sedangkan aku sendiri sebagai Presdirnya. Itu juga atas rekomendasi Bapak Riandha yang menilai bahwa Bapak Tedy pada dasarnya memiliki kapabilitas untuk itu, hanya saja hampir seluruh director dan head departementnya dicopot, yang masih dipertahankan beberapa orang saja termasuk dari bagian marketing.&lt;br /&gt;
  1277. &lt;br /&gt;
  1278. Ini asli aku tidak ikut campur tangan terhadap analisa dan pembentukan kepengurusannya. Aku hanya menyetujui saja. Jadi benar-benar murni bisnis atas dasar kemampuan Bapak Riandha selaku Managing Director yang baru yang kuberikan wewenang penuh untuk pembentukan dan negosiasi dengan backup dari aku dan papa. Memang agak terbalik, tapi aku percaya dengan loyalitas dan kemampuan Bapak Riandha, tentunya di samping itu aku juga sebenarnya tidak mengerti sekali urusan garment ini.&lt;br /&gt;
  1279. &lt;br /&gt;
  1280. Bapak Riandha sendiri juga tidak mengetahui adanya latar belakang atau ambisi pribadiku untuk mengakuisisi perusahaan itu. Yang selama ini kutunjukkan kepadanya adalah bahwa sudah saatnya Bapak Riandha berkembang dan menunjukkan kemampuannya dan lepas dari bayang-bayang kesuksesan papa selama ini untuk memimpin. PT. Busana Adi Tirta Mandiri ini juga berada di luar group papa, sehingga tidak ada nama papa di susunan kepemilikan perusahaan ini sekaligus untuk membagi resiko, demikian argumentasi yang kuajukan waktu itu dan nampaknya dapat dimengerti oleh papa.&lt;br /&gt;
  1281. &lt;br /&gt;
  1282. Yang seru sebenarnya waktu penandatanganan berita acara pengalihan kepemilikan, waktu itu memang sudah agak terjepit posisi Bapak Tedy terhadap bunga hutang dan hutang pokok yang sudah jatuh tempo serta perjanjian-perjanjian lainnya dengan pihak lain. Sehingga bilamana waktu itu aku mundur dari rencana semula, maka habislah riwayat Bapak Tedy, mungkin rumah dan harta miliknya akan disita oleh Bank. Tapi bila aku masuk dengan fresh money dan pengambilalihan saham kepemilikan, maka beban biaya menjadi tanggunganku, sehingga Bapak Tedy dapat terhindar dari tuntutan hukum itu.&lt;br /&gt;
  1283. &lt;br /&gt;
  1284. &quot;Selamat siang dok, ini Yuli.., mau mengingatkan siang ini dokter di tunggu di kantor Busana,&quot; demikian pesan sekretaris papa.&lt;br /&gt;
  1285. &quot;Oh ya, sebentar saya menuju ke sana.&quot; aku memberikan kepastian.&lt;br /&gt;
  1286. &quot;Dok.., Riandha nich..!&quot; tidak lama setelah Yuli telpon, Bapak Riandha juga mencoba untuk mengingatkan aku bahwa siang itu aku harus menandatangani berita acara jual beli sekaligus serah terima kepemilikian perusahaan.&lt;br /&gt;
  1287. &lt;br /&gt;
  1288. Kulirik jam tanganku, hehehe.., aku memang terlambat hampir 1 jam dari yang seharusnya. Yach, memang selain aku sengaja terlambat, sebenarnya aku juga tadi banyak pasien, sehingga aku baru selesai lebih siang dari biasanya.&lt;br /&gt;
  1289. &lt;br /&gt;
  1290. Bersambung ke bagian 02&lt;br /&gt;
  1291. </content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/8200028461261756389/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-01.html#comment-form' title='1 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8200028461261756389'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8200028461261756389'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/08/lagu-kehidupan-01.html' title='Lagu Kehidupan 01'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>1</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-67885581920750483</id><published>2011-07-26T10:10:00.000-07:00</published><updated>2011-07-26T10:10:29.841-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Lady In Red</title><content type='html'>Kisahku berawal dari perkenalanku dengan seorang pengunjung cafe, yang cukup terkenal di lokasi pariwisata yang bersebelahan dengan pulau Bali. Namaku Adietya dan aku seorang pemain musik di cafe, yang mana di cafe tersebut kita bermain bertiga, satu memegang melody satunya lagi memegang biola, dan aku memegang rythm sekaligus vokal.&lt;br /&gt;
  1292. &lt;br /&gt;
  1293. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1294. &lt;br /&gt;
  1295. Seperti pada umumnya cafe yang menawarkan musik hiburan dengan live accoustic, malam itu yang kebetulan bersamaan dengan malam minggu, cafe sudah dipenuhi dengan pengunjung yang rata-rata anak muda semenjak pukul 20.00 kebanyakan dari mereka berpasang-pasangan. Diantara sekian banyaknya pengunjung, ada satu kelompok beranggotakan 3 cewek cantik, salah satu diantaranya adalah Cornelia nama gadis yang berambut sebahu lebih dan berkulit mulus, tingginya kira-kira 170 dengan dipadu gaun malam warna merah yang cukup sexy yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang menggiurkan dengan ukuran dada 36c, ukuran dadanya aku ketahui setelah malam itu aku dan Cornelia mereguk kenikmatan berasama di sebuah hotel di kawasan wisata tersebut.&lt;br /&gt;
  1296. &lt;br /&gt;
  1297. Perkenalanku dengan Cornelia, secara tidak sengaja, diawali dengan sebuah permintaan lagu yang mana pada saat itu pengunjung cukup menikmati suasana romantis yang di dukung penampilan dari beberapa lagu-lagu yang aku bawakan bersama teman-temanku, cukup membuat susana sedikit syahdu.&lt;br /&gt;
  1298. &lt;br /&gt;
  1299. Pada saat itu seorang waiter datang dengan secarik kertas yang berisikan permintaan lagu dari meja yang di sudut dekat taman kecil yang isinya minta dibawakan sebuah lagu yang berjudul &quot;Lady in red.&quot; Tak lama berselang setelah aku berkomunikasi dengan pengunjung, aku menyebutkan bahwa ada permintaan lagu special dari meja sudut, yang aku lanjukan dengan memetik senar gitar dan melantunlah sebuah lagu romantis yang diminta oleh Cornelia.&lt;br /&gt;
  1300. &lt;br /&gt;
  1301. Setelah lagu itu usai aku sempatkan memandang kearah meja yang disudut yang berisikan 3 cewek cantik-cantik yang mana Cornelia memberikan senyumnya yang manis, sambil mengucapkan sepata kata yang nggak terdengar dengan jelas.&lt;br /&gt;
  1302. &lt;br /&gt;
  1303. Setelah show sekitar 1 jam aku dan teman-temanku break sebentar, ketika aku turun, aku melihat cewek yang bergaun merah di 3 kelompok cewek cantik-cantik, melambaikan tangannya. Dengan sedikit berdebar aku berjalan kearah mereka. Aku mengulurkan tangan sebagai tanda keramah-tamahan terhadap pengunjung cafe, sambil menyebutkan namaku, &quot;Adietya &quot;! ujarku.&lt;br /&gt;
  1304. Dan disambut dengan cewek yang bergaun merah &quot;Cornelia,&quot; ujarnya, diiringi senyumnya yang menawan. Setelah itu dilanjutkan dengan kedua orang temannya yang aku nggak begitu hafal nama-nama mereka.&lt;br /&gt;
  1305. &lt;br /&gt;
  1306. Kemudian dia menawarkan aku untuk duduk bergabung dengan mereka sambil menawarkan minuman kepadaku &quot;Kamu boleh pesan minuman apa aja yang kamu suka,&quot; kata Cornelia kepadaku.&lt;br /&gt;
  1307. Setelah aku duduk, tak lama kemudian Cornelia bilang, &quot;Thanks ya.. sapa nama kamu tadi &quot;?&lt;br /&gt;
  1308. Yang aku lanjutkan menyebutkan namaku sendiri &quot;Adietya.&quot;&lt;br /&gt;
  1309. Kemudian Cornelia melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi, &quot;Thanks ya diet atas lagunya, aku begitu bahagia malam ini, karena lagu yang kamu bawakan untukku tadi.&quot;&lt;br /&gt;
  1310. Aku hanya tersenyum kecil sembari berkata, &quot;Aku juga suka kok lagu itu Lia.. hey, bolehkan aku panggil kamu dengan sebutan itu?&quot; tanyaku kemudian.&lt;br /&gt;
  1311. Cornelia menganggukan kepalanya sambil berkata, &quot;Aku suka kok kamu memanggil aku dengan sebutan itu.&quot;&lt;br /&gt;
  1312. &lt;br /&gt;
  1313. Sekitar jam 23.00 pertunjukan live accoustic selesai, para pengunjung tinggal beberapa aja yang masih bertahan di meja masing-masing. Di meja sudut, Cornelia dan kedua temannya masih juga asyik dengan obrolannya. Setelah ngobrol sebentar dengan teman-teman musikku, kemudian aku berjalan ke arah meja Cornelia, sewaktu acara break tadi dia pesan kalo sudah usai pertunjukan aku diminta untuk datang ke mejanya.&lt;br /&gt;
  1314. &quot;Hey.. asyik banget obrolannya.. boleh gabung nggak?&quot; ujarku sambil duduk.&lt;br /&gt;
  1315. &quot;silahkan diet.. lagian aku khan yang minta kamu datang ke sini,&quot; ujar Cornelia.&lt;br /&gt;
  1316. Selama 20 menit di meja mereka, aku banyak diamnya, karena aku belum terbiasa dengan dikelilingi 3 cewek cantik-cantik.&lt;br /&gt;
  1317. &quot;Diet.. anterin dong kita pulang ke hotel, sekalian ada yang aku mau bicarakan berdua dengan kamu,&quot; ujar Cornelia memecah kesunyian.&lt;br /&gt;
  1318. &quot;Baiklah kalo begitu,&quot; ujarku kemudian sambil menenteng gitarku.&lt;br /&gt;
  1319. Setelah membayar makanan dan minuman, kita berjalan kaki menuju hotel mereka menginap yang ternyata tak jauh dari cafe itu. Sesampainya di hotel, kedua temannya langsung masuk ke dalam kamar, kecuali Cornelia yang masih berdiri di depan pintu kamar sembari mengatakan sesuatu kepada dua orang temannya yang kelihatan sudah mulai ngantuk.&lt;br /&gt;
  1320. &lt;br /&gt;
  1321. Setelah menutup pintu kamarnya kembali, Cornelia berjalan kearahku, yang aku lanjutkan dengan berkata, &quot;Kita ke pantai di depan hotel ini yuk.. kamu cerita disana aja nanti, lagian disini susananyakurang bagus dan takut mengganggu kedua teman kamu.&quot;&lt;br /&gt;
  1322. Cornelia hanya mengangguk kecil, &quot;Boleh deh, lagian kayaknya aku belum pernah duduk di pinggir pantai malam hari.&quot; lanjutnya kemudian.&lt;br /&gt;
  1323. &lt;br /&gt;
  1324. Dengan diterangi lampu taman hotel yang menjorok ke arah pantai yang cahanya sedikit terhalang oleh pepohohan yang cukup rindang, aku dan Cornelia duduk di hamparan pasir. Sambil duduk mendekap kedua lututnya mulailah Cornelia bercerita.&lt;br /&gt;
  1325. &quot;Diet.. makasih yah kamu sudah mau menyanyikan lagu &quot;Lady in Red&quot; tadi, kamu tahu nggak kalo aku sangat terhanyut oleh lirik lagu itu.&quot;&lt;br /&gt;
  1326. &quot;Aku nggak tau kenapa, ketika kamu nyanyi tadi perasaanku begitu terbawa sampai-sampai aku membayangkan kalo seandainya ada cowok yang begitu perhatian dan sayang kepadaku, betapa bahagianya diriku,&quot; lanjutnya.&lt;br /&gt;
  1327. &quot;Memangnya kamu belum punya cowok?&quot; tanyaku kemudian.&lt;br /&gt;
  1328. &quot;Aku pernah punya cowok.. tapi dia sudah meninggal dalam kecelakaan mobil 2 tahun yang lalu,&quot; ungkapnya dengan menahan nafas sesaat.&lt;br /&gt;
  1329. &quot;Dia juga seorang musisi seperti kamu, bahkan postur dan gaya berbicaranya mirip kamu, makanya saat aku duduk di cafe tadi jantungku sempat berdebar sesaat,&quot; Cornelia melanjutkan ceritanya.&lt;br /&gt;
  1330. &quot;Semakin berdebar saat kamu mulai menyanyikan lagu itu dilanjutkan dengan datang ke mejaku serta ngobrol dan bercanda dengan teman-temanku,&quot; ujarnya lagi.&lt;br /&gt;
  1331. &lt;br /&gt;
  1332. Disini kedua bola mata Cornelia mulai berkaca-kaca, kemudiankudengar dia mulai terisak-isak.&lt;br /&gt;
  1333. Dengan seketikakupeluk Cornelia untuk mengurangi kesedihannya dan memberikan kedamaian.&lt;br /&gt;
  1334. Ternyata Cornelia diam saja, sembari memandang ke wajahku dan memelukku semakin erat.&lt;br /&gt;
  1335. &lt;br /&gt;
  1336. Entah siapa yang memulai kedua bibir kamu sudah saling melumat, memilin dengan penuh nafsu.&lt;br /&gt;
  1337. tanganku mulai beraksi dengan mengelus permukaan dadanya yang tertutup gaum merah.&lt;br /&gt;
  1338. &quot;Ouchh.. Adiet..,&quot; desahnya.&lt;br /&gt;
  1339. Kemudian aku lanjutkan dengan menelusupkan tanganku yang satunya ke bagian bawah, dan langsung aku elus permukaan pahanya yang mulus. Tak lama berselang, aku melanjutkan dengan membuka bagian atas gaun merahnya dan tampaklah olehku kemulusankulit dadanya yang kontras terbalut bra warna hitam. Aku mencumbu permukaan dadanya yang mulus, sambil tanganku mengelus punggungnya, yang aku lanjutkan dengan membuka pengait branya yang ternyata berukuran 36c, aku melihat labelnya sekilas yang terpancar oleh cahaya lampu taman.&lt;br /&gt;
  1340. &lt;br /&gt;
  1341. Setelah membuka pengait bra Cornelia, lidahku tak tinggal diam dengan menjulurkan ujungnya selembut mungkin ke puting payudaranya yang berwarna pink.&lt;br /&gt;
  1342. &quot;Ssh.. ohh.. Diet,&quot; erangnya, ketika ujung lidahku menyentuh putingnya yang keliatan mulai mengeras. Ukuran payudara Cornelia cukup menggairahkan ditunjang dengan kekenyalannya, yang menurutku masih belum banyak tangan yang menjamahnya.&lt;br /&gt;
  1343. &lt;br /&gt;
  1344. Kemudian aku melanjutkan jilatan dengan menelusuri permukaan dadanya, terus berlanjut ke perutnya lidahku menelusuri setiap jengkalkulitnya. Dengan lembutkuteruskan dengan menurunkan gaun merahnya dan membukanya sekaligus.&lt;br /&gt;
  1345. &lt;br /&gt;
  1346. Dengan beralaskan gaun merahnya aku merebahkan Cornelia di atas hamparan pasir pantai. Kemudian aku rebahan di samping Cornelia dan membisikan kata-kata, &quot;Aku sayang kamu.&quot;&lt;br /&gt;
  1347. Sambil sesekali aku mengecup bibirnyakulanjutkan berkata, &quot;Lia.. aku juga merasa berdebar saat menyanyikan lagu tadi.&quot;&lt;br /&gt;
  1348. &quot;Kamu begitu cantik dan anggun saat duduk diantara teman-tamanmu,&quot; lanjutku kemudian.&lt;br /&gt;
  1349. Sejenak Cornelia memandangku dengan kedua bibirnya merekah merah. Takkusia-siakan moment ini dengan mengecup bibirnya lembut. Aku menghisap lidah Cornelia yang menjulur menyeruak rongga mulutku.&lt;br /&gt;
  1350. &quot;Mhh..,&quot; bibir Cornelia mendesah pelan.&lt;br /&gt;
  1351. &lt;br /&gt;
  1352. Tanganku juga mulai aktif dengan mengelus pahanya yang mulus, sementara lidahku beralih ke lehernya yang jenjang dengan menjilatinya yang berlanjut di belakang telinga sebelah kiri.&lt;br /&gt;
  1353. Kujulurkan lidahku ke lubang telinganya. Kembali Cornelia mendesah pelan, &quot;Oohh.. Diet..&quot;&lt;br /&gt;
  1354. Aku berdiri dengan pelan, kemudian menunduk ke arah jari-jari kakinya dan langsungkuhisap jemari kakinya satu persatu yang langsung membuat dia terhenyak seketika.&lt;br /&gt;
  1355. &quot;Ohh.. Diet..,&quot; teriaknya.&lt;br /&gt;
  1356. &quot;Aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini,&quot; lanjutnya.&lt;br /&gt;
  1357. Tanpa memperdulikan keluhannya, aku melanjutkan hisapanku ke telapak kakinya yang membuat dia terhenyak kedua kalinya.&lt;br /&gt;
  1358. &lt;br /&gt;
  1359. Lidahku sekarang berpindah menuju ke arah betisnya dan menjilati bagian itu dengan lembutnya, dan membuat Cornelia menggelinjang untuk kesekian kalinya.kuarahkan lidahku ke sela pahanya, setelah beberapa saat lamanya bermain di betisnya.kulihat Cornelia semakin menggelinjang, dankulanjutkan dengan menjilati pangkal pahanya yang berdekatan dengan vaginanya. Dengan pelan kembalikujulurkan lidahku ke tepian vagina Cornelia yang ternyata berbulu lebat hitam lebat.&lt;br /&gt;
  1360. Jilatankulanjutkan mengitari daerah antara anus dan vagina.&lt;br /&gt;
  1361. &quot;Slurp.. slurp..&quot; ujung lidahku bermain dari atas dan ke bawah.&lt;br /&gt;
  1362. &lt;br /&gt;
  1363. Kembali Cornelia mendesah, &quot;Ouch.. Diett.. nikmat sekali sayang..&quot;&lt;br /&gt;
  1364. &lt;br /&gt;
  1365. Sebenarnya aku juga sudah terangsang sekali, penisku sudah keras dan ingin berontak dari celana blue jeansku rasanya, tapi aku sengaja menahan nafsuku, tujuanku aku ingin membuat Cornelia mendapatkan kepuasan terlebih dahulu. Hal ini aku lakukan karena aku nggak mau terkesan egois yang mementingakan diri sendiri, karena aku cukup memahami kalo sebagai seorang laki-laki orgasmenya berbeda dengan perempuan yang bisa multi orgasme dalam satu kali permainan.&lt;br /&gt;
  1366. &lt;br /&gt;
  1367. Kembalikujulurkan lidahku yang tadinya sudah melewati daerah antara anus dan vagina, sekarang menjulur dengan liarnya di lubang anus Cornelia yang disambut dengan hentakan tubuhnya.&lt;br /&gt;
  1368. &quot;Ohh.. Diet.. nggakkuat,&quot; erangnya kemudian.&lt;br /&gt;
  1369. &lt;br /&gt;
  1370. Dengan perlahan aku hentikan sesaat foreplayku, yang dilanjut dengan reaksi Cornelia yang duduk dari rebahannya yang kemudian dengan sedikit tergesa-gesa dia mulai membuka kaosku yang di lanjut dengan mencumbu permukaan dadaku dan tangannya tak tinggal diam dengan memasukannya ke sela celana bluejeansku, tangannya mulai menemukan penisku yang sudah mulai mengeras karena nafsu yang tertahan. Tak lama berselang kemudian, Cornelia mulai membuka resliting celana blue jeansku dan langsung menariknya yang pada saat itu posisiku berdiri, sementara dia jongkok di depanku.&lt;br /&gt;
  1371. &lt;br /&gt;
  1372. Dengan lincahnya Cornelia menjulurkan lidahnya dan menjilati seluruh permukaan penisku yang berukuran lumayan besar dengan bulunya yang hitam lebat. Cornelia memajukan bibirnya dan menghisap ujung kepala penisku dengan lahapnya, serta memainkan lidahnya di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku yang dilanjutkan dengan menghisapkuat buah zakarku.&lt;br /&gt;
  1373. &quot;Ahh.. Lia.. sayang enak banget..,&quot; teriakku tertahan.&lt;br /&gt;
  1374. &lt;br /&gt;
  1375. Dengan tersenyum manis sambil tetap jongkok dibawahku wajahnya menengadah ke atas dan berkata kepadaku, &quot;Kamu suka diet&quot;?&lt;br /&gt;
  1376. Kujawab dengan suara parau, &quot;Suka banget sayang.&quot;&lt;br /&gt;
  1377. &quot;Aku juga sangat menyukai penis kamu yang lumayan besar ini,&quot; lanjutnya.&lt;br /&gt;
  1378. &lt;br /&gt;
  1379. Perlahan aku bimbing Cornelia untuk berpose merangkak beralaskan gaunnya, dengan sedikit membungkukkan badan aku mulai menjilati kembali permukaan pantatnya yang montok dan dilanjutkan dengan menjilati lubang anusnya dan pinggiran vaginanya.&lt;br /&gt;
  1380. &quot;Ohh.. Diet.. aku sudah nggak kuat nih.. sekarang yah sayang..,&quot; desahnya.&lt;br /&gt;
  1381. Dengan jongkok sedikit dan memegang kepala penisku yang keras, aku mulai dengan mengelus belahan pantatnya sampai ke belahan vaginanya yang sudah basah dengan lendirnya.&lt;br /&gt;
  1382. &lt;br /&gt;
  1383. Dengan lembut aku mulai memasukan penisku ke vagina Cornelia yang ternyata cukup sempit juga.&lt;br /&gt;
  1384. &quot;Srett.. bles..&quot; masuklah kepala penisku seperempatnya.&lt;br /&gt;
  1385. &quot;Ohh.. Diet.. enak sayang masukan semuanya dong..,&quot; desahnya.&lt;br /&gt;
  1386. Dengan perlahan, kembali aku memajukan penisku ke vagina Cornelia.&lt;br /&gt;
  1387. &quot;Sret.. srett.. bles.&quot; masuklah setengah bagian penisku. Dengan sekali tekan amblaslah semua penisku kedalam lobang vagina Cornelia yang cukup terasa remasannya.&lt;br /&gt;
  1388. &lt;br /&gt;
  1389. Kulanjutkan dengan memaju mundurkan pantatku perlahan yang menjadikan Cornelia semakin menggelinjang karena tekanan penisku di dalam lobang vaginanya. Dengan bertumpu di pinggulnya, aku kembali memaju mudurkan penisku.&lt;br /&gt;
  1390. &lt;br /&gt;
  1391. &quot;Srett.. srett.. bles.. bless&quot; suara yang dihasilkan dari pertemuan penis dan vagina kita berdua, tanganku juga tak tinggal diam dengan meremas kedua payudaranya dari belakang. Tak lama berselang badan Cornelia bergetar hebat, menandakan dia akan mencapai orgasme.&lt;br /&gt;
  1392. &quot;Diet.. aku mau sampai nih,&quot; teriaknya.&lt;br /&gt;
  1393. &quot;Sebentar sayang.. aku juga mau nyampai nih,&quot; ujarku juga.&lt;br /&gt;
  1394. Dengan cepat aku memompa penisku kedalam vagina Cornelia.&lt;br /&gt;
  1395. &quot;Sret.. srett..&quot; bunyi dari irama cinta kami.&lt;br /&gt;
  1396. Tak lama kemudian Cornelia mengejang tubuhnya.&lt;br /&gt;
  1397. &quot;Ahh.. Diett..,&quot; teriaknya.&lt;br /&gt;
  1398. &quot;Serr.. serr..&quot; ada desiran hangat dari dalam lobang vagina Cornelia. Ternyata dia sudah mencapai orgasme duluan. Aku semakin mempercepat kocokkanku di vagina Cornelia.&lt;br /&gt;
  1399. &quot;Srett.. srett.. srett.&quot;&lt;br /&gt;
  1400. &quot;Ahh.. crott..&quot; menyemburlah spermaku didalam vagina Cornelia yang cantik.&lt;br /&gt;
  1401. &lt;br /&gt;
  1402. Kukecup bibirnya sambil mengucapkan kata, &quot;Aku sayang kamu Lia&quot;&lt;br /&gt;
  1403. Dibalas kecupanku dengan, &quot;Aku juga sayang kamu diet,&quot; ujar Cornelia. Beruntunglah diriku bisa bercinta dengan Cornelia yang cantik, apalagi oral sexnya begitu dahsyat yang awalnya tidak pernah kubayangkan.&lt;br /&gt;
  1404. &lt;br /&gt;
  1405. E N D</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/67885581920750483/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/lady-in-red.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/67885581920750483'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/67885581920750483'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/lady-in-red.html' title='Lady In Red'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-7472410447018028630</id><published>2011-07-26T10:08:00.001-07:00</published><updated>2011-07-26T10:08:31.049-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 4</title><content type='html'>Dari Bagian 3&lt;br /&gt;
  1406. &lt;br /&gt;
  1407. &lt;br /&gt;
  1408. Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.&lt;br /&gt;
  1409. &lt;br /&gt;
  1410. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1411. &lt;br /&gt;
  1412. Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.&lt;br /&gt;
  1413. &lt;br /&gt;
  1414. Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.&lt;br /&gt;
  1415. &lt;br /&gt;
  1416. Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.&lt;br /&gt;
  1417. &lt;br /&gt;
  1418. Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.&lt;br /&gt;
  1419. &lt;br /&gt;
  1420. Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.&lt;br /&gt;
  1421. &lt;br /&gt;
  1422. Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras. Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah. Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.&lt;br /&gt;
  1423. &lt;br /&gt;
  1424. Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.&lt;br /&gt;
  1425. &lt;br /&gt;
  1426. Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.&lt;br /&gt;
  1427. &lt;br /&gt;
  1428. &quot;Aku membutuhkannya&quot; bisiknya.&lt;br /&gt;
  1429. &lt;br /&gt;
  1430. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum. Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.&lt;br /&gt;
  1431. &lt;br /&gt;
  1432. *****&lt;br /&gt;
  1433. &lt;br /&gt;
  1434. Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya. Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali ke dalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.&lt;br /&gt;
  1435. &lt;br /&gt;
  1436. Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata.. Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.&lt;br /&gt;
  1437. &lt;br /&gt;
  1438. Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.&lt;br /&gt;
  1439. &lt;br /&gt;
  1440. Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.&lt;br /&gt;
  1441. &lt;br /&gt;
  1442. Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.&lt;br /&gt;
  1443. &lt;br /&gt;
  1444. Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju puting Jodi. Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Jodi menyingkap kausnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.&lt;br /&gt;
  1445. &lt;br /&gt;
  1446. Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat. Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!&lt;br /&gt;
  1447. &lt;br /&gt;
  1448. Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.&lt;br /&gt;
  1449. &lt;br /&gt;
  1450. Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.&lt;br /&gt;
  1451. &lt;br /&gt;
  1452. Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, merasakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.&lt;br /&gt;
  1453. &lt;br /&gt;
  1454. Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah. Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.&lt;br /&gt;
  1455. &lt;br /&gt;
  1456. Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya di antara bibirnya. Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit di antara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.&lt;br /&gt;
  1457. &lt;br /&gt;
  1458. &quot;Oh Tuhan..&quot; bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat.&lt;br /&gt;
  1459. &lt;br /&gt;
  1460. Jari Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat. Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.&lt;br /&gt;
  1461. &lt;br /&gt;
  1462. Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.&lt;br /&gt;
  1463. &lt;br /&gt;
  1464. Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar. Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.&lt;br /&gt;
  1465. &lt;br /&gt;
  1466. Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia merasa terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.&lt;br /&gt;
  1467. &lt;br /&gt;
  1468. Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.&lt;br /&gt;
  1469. &lt;br /&gt;
  1470. Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun di belakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan. Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.&lt;br /&gt;
  1471. &lt;br /&gt;
  1472. Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya. Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyetubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.&lt;br /&gt;
  1473. &lt;br /&gt;
  1474. Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh di antara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.&lt;br /&gt;
  1475. &lt;br /&gt;
  1476. Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana. Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana. Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.&lt;br /&gt;
  1477. &lt;br /&gt;
  1478. Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.&lt;br /&gt;
  1479. &lt;br /&gt;
  1480. Lalu Roy turun tak lama berselang, bersiap untuk sarapan.&lt;br /&gt;
  1481. &lt;br /&gt;
  1482. &lt;br /&gt;
  1483. E N D</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/7472410447018028630/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-4.html#comment-form' title='3 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/7472410447018028630'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/7472410447018028630'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-4.html' title='Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 4'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>3</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-781921393625555292</id><published>2011-07-26T10:07:00.002-07:00</published><updated>2011-07-26T10:07:46.675-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 3</title><content type='html'>Dari Bagian 2&lt;br /&gt;
  1484. &lt;br /&gt;
  1485. &lt;br /&gt;
  1486. Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana. Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.&lt;br /&gt;
  1487. &lt;br /&gt;
  1488. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1489. &lt;br /&gt;
  1490. Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.&lt;br /&gt;
  1491. &lt;br /&gt;
  1492. Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.&lt;br /&gt;
  1493. &lt;br /&gt;
  1494. Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah seagresif ini! Tapi kehausannya akan penis itu mampu mengubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya..&lt;br /&gt;
  1495. &lt;br /&gt;
  1496. Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.&lt;br /&gt;
  1497. &lt;br /&gt;
  1498. Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.&lt;br /&gt;
  1499. &lt;br /&gt;
  1500. Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.&lt;br /&gt;
  1501. &lt;br /&gt;
  1502. Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.&lt;br /&gt;
  1503. &lt;br /&gt;
  1504. &quot;Jangan..&quot; desahan lirih keluar dari mulutnya.&lt;br /&gt;
  1505. &lt;br /&gt;
  1506. Dia tak tahu mengapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata &#39;ya&#39;. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!&lt;br /&gt;
  1507. &lt;br /&gt;
  1508. Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.&lt;br /&gt;
  1509. &lt;br /&gt;
  1510. Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.&lt;br /&gt;
  1511. &lt;br /&gt;
  1512. Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.&lt;br /&gt;
  1513. &lt;br /&gt;
  1514. Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.&lt;br /&gt;
  1515. &lt;br /&gt;
  1516. Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah.. Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.&lt;br /&gt;
  1517. &lt;br /&gt;
  1518. Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya. Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.&lt;br /&gt;
  1519. &lt;br /&gt;
  1520. Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.&lt;br /&gt;
  1521. &lt;br /&gt;
  1522. Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi ? istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!&lt;br /&gt;
  1523. &lt;br /&gt;
  1524. Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.&lt;br /&gt;
  1525. &lt;br /&gt;
  1526. Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.&lt;br /&gt;
  1527. &lt;br /&gt;
  1528. Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.&lt;br /&gt;
  1529. &lt;br /&gt;
  1530. Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya. Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.&lt;br /&gt;
  1531. &lt;br /&gt;
  1532. Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.&lt;br /&gt;
  1533. &lt;br /&gt;
  1534. Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya ? Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!&lt;br /&gt;
  1535. &lt;br /&gt;
  1536. Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan puting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.&lt;br /&gt;
  1537. &lt;br /&gt;
  1538. Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.&lt;br /&gt;
  1539. &lt;br /&gt;
  1540. Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.&lt;br /&gt;
  1541. &lt;br /&gt;
  1542. &lt;br /&gt;
  1543. Ke Bagian 4</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/781921393625555292/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-3.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/781921393625555292'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/781921393625555292'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-3.html' title='Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 3'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-3646803567211310010</id><published>2011-07-26T10:07:00.000-07:00</published><updated>2011-07-26T10:07:07.235-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 2</title><content type='html'>Dari Bagian 1&lt;br /&gt;
  1544. &lt;br /&gt;
  1545. &lt;br /&gt;
  1546. Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.&lt;br /&gt;
  1547. &lt;br /&gt;
  1548. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1549. &lt;br /&gt;
  1550. Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.&lt;br /&gt;
  1551. &lt;br /&gt;
  1552. Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri. Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.&lt;br /&gt;
  1553. &lt;br /&gt;
  1554. Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.&lt;br /&gt;
  1555. &lt;br /&gt;
  1556. Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai, Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jodi mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.&lt;br /&gt;
  1557. &lt;br /&gt;
  1558. Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum kembali meneruskan &#39;pekerjaan&#39; mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.&lt;br /&gt;
  1559. &lt;br /&gt;
  1560. Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.&lt;br /&gt;
  1561. &lt;br /&gt;
  1562. Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat.. Sangat dekat.. Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!&lt;br /&gt;
  1563. &lt;br /&gt;
  1564. Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi naik ke atas sofa, menempatkan dirinya di antara paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.&lt;br /&gt;
  1565. &lt;br /&gt;
  1566. Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidunya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.&lt;br /&gt;
  1567. &lt;br /&gt;
  1568. Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana. Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.&lt;br /&gt;
  1569. &lt;br /&gt;
  1570. Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghunjamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana. Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan lambat.&lt;br /&gt;
  1571. &lt;br /&gt;
  1572. Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.&lt;br /&gt;
  1573. &lt;br /&gt;
  1574. Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.&lt;br /&gt;
  1575. &lt;br /&gt;
  1576. Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.&lt;br /&gt;
  1577. &lt;br /&gt;
  1578. Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.&lt;br /&gt;
  1579. &lt;br /&gt;
  1580. Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.&lt;br /&gt;
  1581. &lt;br /&gt;
  1582. Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat. Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.&lt;br /&gt;
  1583. &lt;br /&gt;
  1584. Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa jeda. Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.&lt;br /&gt;
  1585. &lt;br /&gt;
  1586. Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.&lt;br /&gt;
  1587. &lt;br /&gt;
  1588. Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka menghentikan ciumannya. Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus berkata apa.&lt;br /&gt;
  1589. &lt;br /&gt;
  1590. *****&lt;br /&gt;
  1591. &lt;br /&gt;
  1592. Roy pulang 30 menit kemudian ? dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu itu.&lt;br /&gt;
  1593. &lt;br /&gt;
  1594. Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.&lt;br /&gt;
  1595. &lt;br /&gt;
  1596. Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan! Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi membayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.&lt;br /&gt;
  1597. &lt;br /&gt;
  1598. &quot;Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?&quot; tanyanya berbisik.&lt;br /&gt;
  1599. &quot;Ya.&quot; Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.&lt;br /&gt;
  1600. &quot;Apa kamu menginginkannya sekarang?&quot; dia bertanya memastikan. Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.&lt;br /&gt;
  1601. &lt;br /&gt;
  1602. Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.&lt;br /&gt;
  1603. &lt;br /&gt;
  1604. Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya. Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.&lt;br /&gt;
  1605. &lt;br /&gt;
  1606. Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya. Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.&lt;br /&gt;
  1607. &lt;br /&gt;
  1608. &lt;br /&gt;
  1609. Ke Bagian 3</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/3646803567211310010/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-2.html#comment-form' title='4 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3646803567211310010'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3646803567211310010'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-2.html' title='Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 2'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>4</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-3265417739067280146</id><published>2011-07-26T10:06:00.000-07:00</published><updated>2011-07-26T10:06:23.875-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 1</title><content type='html'>Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebahan di atas sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap di akhir pekan ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang nanti, Jodi.&lt;br /&gt;
  1610. &lt;br /&gt;
  1611. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1612. &lt;br /&gt;
  1613. Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.&lt;br /&gt;
  1614. &lt;br /&gt;
  1615. Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.&lt;br /&gt;
  1616. &lt;br /&gt;
  1617. Ana adalah seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya. Ah.. Seandainya saja dia mengenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!&lt;br /&gt;
  1618. &lt;br /&gt;
  1619. Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resluitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.&lt;br /&gt;
  1620. &lt;br /&gt;
  1621. Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Jodi juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.&lt;br /&gt;
  1622. &lt;br /&gt;
  1623. Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.&lt;br /&gt;
  1624. &lt;br /&gt;
  1625. Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.&lt;br /&gt;
  1626. &lt;br /&gt;
  1627. &quot;Ups! Maaf!&quot; terdengar sebuah suara.&lt;br /&gt;
  1628. &lt;br /&gt;
  1629. Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.&lt;br /&gt;
  1630. &lt;br /&gt;
  1631. &quot;Mafkan aku Ana, nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka..&quot;, kata Jodi.&lt;br /&gt;
  1632. &lt;br /&gt;
  1633. Dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.&lt;br /&gt;
  1634. &lt;br /&gt;
  1635. &quot;Nggak apa-apa, kamu boleh masuk sekarang..&quot;, jawab Ana dari ruang keluarga. Dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya.&lt;br /&gt;
  1636. &quot;Aku sangat malu.&quot; katanya kemudian.&lt;br /&gt;
  1637. &quot;Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!&quot; jawab Jodi.&lt;br /&gt;
  1638. &lt;br /&gt;
  1639. Dia berdiri tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa &#39;kerasnya&#39; dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya.&lt;br /&gt;
  1640. &lt;br /&gt;
  1641. &quot;Tetap saja memalukan!&quot; katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya.&lt;br /&gt;
  1642. &lt;br /&gt;
  1643. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.&lt;br /&gt;
  1644. &lt;br /&gt;
  1645. &quot;Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!&quot; katanya tenang. Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya.&lt;br /&gt;
  1646. &quot;Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu, sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.&quot; dia menjelaskan.&lt;br /&gt;
  1647. &lt;br /&gt;
  1648. Kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah. Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini &#39;tertarik&#39; akan perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.&lt;br /&gt;
  1649. &lt;br /&gt;
  1650. &quot;Lihat akibatnya padaku!&quot; katanya.&lt;br /&gt;
  1651. &lt;br /&gt;
  1652. Tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan &#39;wajar&#39;, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat &#39;noda&#39; basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas tersebut.&lt;br /&gt;
  1653. &lt;br /&gt;
  1654. Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah.&lt;br /&gt;
  1655. &lt;br /&gt;
  1656. Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata &#39;perbedaan&#39; itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.&lt;br /&gt;
  1657. &lt;br /&gt;
  1658. &quot;Suka apa yang kamu lihat?&quot; tanyanya pelan. Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya.&lt;br /&gt;
  1659. &quot;Sentuhlah!&quot;, pinta Jodi.&lt;br /&gt;
  1660. &lt;br /&gt;
  1661. Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.&lt;br /&gt;
  1662. &lt;br /&gt;
  1663. Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Ana.&lt;br /&gt;
  1664. &lt;br /&gt;
  1665. Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.&lt;br /&gt;
  1666. &lt;br /&gt;
  1667. Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.&lt;br /&gt;
  1668. &lt;br /&gt;
  1669. Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).&lt;br /&gt;
  1670. &lt;br /&gt;
  1671. Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.&lt;br /&gt;
  1672. &lt;br /&gt;
  1673. Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.&lt;br /&gt;
  1674. &lt;br /&gt;
  1675. Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja. Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asyik dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.&lt;br /&gt;
  1676. &lt;br /&gt;
  1677. Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya hingga hampir membuatnya tersedak.&lt;br /&gt;
  1678. &lt;br /&gt;
  1679. &lt;br /&gt;
  1680. Ke Bagian 2</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/3265417739067280146/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-1.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3265417739067280146'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/3265417739067280146'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kunjungan-seorang-sahabat-lama-1.html' title='Kunjungan Seorang Sahabat Lama - 1'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-6677598879076866831</id><published>2011-07-26T10:04:00.001-07:00</published><updated>2011-07-26T10:04:39.179-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kundalini 03</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 02&lt;br /&gt;
  1681. &lt;br /&gt;
  1682. Tangan kanan Prast kembali beraksi. Kini dengan memukuli pantatku yang terganjal bantal. Sakit tapi nikmatnya terasa sekali, sementara jempol dan jarinya bergantian memainkan klitorisku dan penisnya menyodok vaginaku. Semakin sakit aku merasa semakin nikmat. Namun kami bukan pasangan masochis. Kami hanya sekedar bereksperimen dengan gaya bercinta.&lt;br /&gt;
  1683. &lt;br /&gt;
  1684. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1685. &lt;br /&gt;
  1686. Aku kembali mengejang karena orgasme, sementara Prast kulihat masih tegar dan menikmati permainan ini. Dua kali sudah aku orgasme. Mungkin inilah yang disebut sebagai multi orgasme. Bahagia sekali rasanya memiliki pasangan yang mampu memuaskan nafsuku. Prast pun sangat menyukai hal ini. Aku yang dianggap sebagai gadis desa pendiam dan rendah diri oleh teman-temanku sekelas di kampus sebenarnya adalah maniak seks. Sementara orang melihat Prast sebagai pemuda yang kekanak-kanakan karena kesenangannya akan kartun dan video game. Tidak seorang pun yang menyadari bahwa sebenarnya kami adalah pasangan yang sangat panas dalam bercinta.&lt;br /&gt;
  1687. &lt;br /&gt;
  1688. Hampir dua jam sudah Prast meyetubuhiku dan belum tampak tanda-tanda ia akan orgasme juga. Kekuatan dan gaya bermain seksnya lah yang mungkin menjadikan aku makin cinta kepadanya. Aku turuti kemauannya untuk terus bersanggama sampai kapan pun.&lt;br /&gt;
  1689. &lt;br /&gt;
  1690. Dua puluh menit kemudian barulah Prast mulai tampak goyah. Pertahanannya tampaknya akan segera jebol. Aku mulai memompa semangat berusaha memuaskannya. Tetapi apa yang terjadi justru sebaliknya, dia bertambah kencang dan aku bertambah lemah. Tidak, aku tidak boleh kalah, pikirku. Akhirnya aku kembali mengalami orgasme, mengejang keras, menggeretakkan gigi-gigiku karena tangan dan kakiku terikat.&lt;br /&gt;
  1691. &lt;br /&gt;
  1692. Baru lima menit sesudahnya Prast mencabut penisnya dan bergegas naik ke atas tubuhku dan menjepitkannya di antara kedua belah payudaraku yang ditekannya dengan tangan sehingga mampu memberi kenikmatan laksana dinding vagina. Digesekkannya maju mundur sampai akhirnya spermanya dimuntahkannya di atas payudaraku dan dimintanya aku mengulumnya, setelah bersih tidak ada lagi sisa sperma yang menyembur.&lt;br /&gt;
  1693. &lt;br /&gt;
  1694. Perlahan kurasakan penisnya mengecil dalam mulutku sehingga dapat kukulum penuh dalam mulutku beserta buah pelirnya. Kami tersenyum puas tepat jam sebelas. Berarti kami bercinta kurang lebih selama tiga jam. Entahlah itu tergolong lama atau tidak, yang penting aku terpuaskan sampai tiga kali dan untungnya aku juga dapat memuaskan Prast, meskipun setelah itu kurasakan pergelangan kakiku terasa nyeri akibat ikatan yang terlalu kencang. Malam itu Prast akhirnya menginap di tempatku.&lt;br /&gt;
  1695. &lt;br /&gt;
  1696. Setelah membersihkan badan, kami rebahan di kasur lipat tipis milik temanku sambil nonton berita menjelang tengah malam salah satu TV swasta. Tubuh kami masih terbalut handuk saja. Namun karena agak dingin, aku mengambil selimut di kamar dan berpelukan agar lebih hangat. Handuk kami lempar ke tempat pakaian kotorku. Kami terbiasa tidur telanjang berdua di rumah Prast. Di bawah selimut, kami berdua berpelukan, telanjang, sambil nonton TV. Segar sekali rasanya mandi setelah bercinta. Pikiranku jadi lebih tenang dan lebih jernih. Entah karena apa aku tidak tahu.&lt;br /&gt;
  1697. &lt;br /&gt;
  1698. Kira-kira jam setengah dua dini hari, saat program TV sudah habis, Prast membopongku ke kamar. Aku kecapekan setengah mati setelah tiga kali orgasme malam itu. Prast selalu memilih sisi kanan ranjang. Itu tidak masalah, karena aku dapat tidur di sisi manapun. Namun ternyata, aku tidak dapat tidur pulas karena Prast selalu menggangguku dengan rabaan-rabaan nakal di pusarku dan bagian atas kemaluanku yang terasa sangat menggelitik. Kubalas dengan mencoba meraba penisnya, tetapi, astaga, ternyata penisnya sudah tegang mengacung dan aku tertawa karena selimut kami jadi mirip tenda pramuka. Digesek-gesekkannya penisnya ke perutku. Aku yang tadinya kegelian kini jadi terangsang.&lt;br /&gt;
  1699. &lt;br /&gt;
  1700. Tawaku berubah jadi sensasi aneh yang menjalari seluruh tubuhku. Aku pun mulai bereaksi dengan mencari tangan Prast dan membimbing tangannya untuk meraba dan meremas payudaraku. Aku memang terkadang gampang panas. Mungkin ini pulalah yang disukai Prast dariku. Sementara tangannya meremas payudaraku, tanganku bergerak ke bawah, mencoba menggapai batang penisnya. Aku selalu menikmati momen-momen seperti ini. Kugenggam batang penis Prast, kurasakan kehangatannya di telapakku dan kupejamkan mataku menikmati segenap sensasi yang muncul. Rasa hangat yang aneh, yang disertai berdirinya buluku seiring dengan sentuhan kulit tubuh telanjang kami berdua di bawah selimut.&lt;br /&gt;
  1701. &lt;br /&gt;
  1702. Tiba-tiba Prast beranjak turun dari ranjangku dan bergegas ke ruang tamu. Aku heran, kenapa dia berbuat begitu. Ternyata dia mengambil toples yang berisi kripik singkong. Aku memang suka menyimpan keripik singkong yang jadi kesukaannya. Apa lagi yang hendak dilakukannya. Gaya bercinta yang selalu baru membuatku terheran-heran atas fantasinya. Sekarang apa lagi yang akan terjadi, aku hanya dapat menebak-nebak.&lt;br /&gt;
  1703. &lt;br /&gt;
  1704. Diangkatnya selimut yang menutupi tubuhku, lalu ditariknya kakiku sehingga badanku terseret agak ke pinggir ranjang. Diremasnya keripik singkong itu kecil-kecil dan ditaburkannya di sekujur badanku. Kini aku sudah mulai dapat menebak jalan pikirannya. Setelah rata ditaburkannya keripik singkong itu di atas badanku, perlahan dia naik ke atas ranjang dan rebah di sampingku. Posisi tubuhnya miring sehingga memungkinkannya bersentuhan langsung dengan kulitku. Dia mulai dengan mencoba menjilati seluruh kripik yang ditaburkanya ke sekujur badanku.&lt;br /&gt;
  1705. &lt;br /&gt;
  1706. Kini aku dihinggapi sensasi aneh ketika ujung kripik singkong yang kasar tersebut meyentuh kulitku sewaktu akan dimakan Prast. Campuran antara kasarnya ujung singkong dan lembutnya ujung lidah Prast menciptakan fantasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ini sangat berbeda dengan rabaan atau ciuman mesra bibir Prast yang biasanya menghujani punggung dan dadaku.&lt;br /&gt;
  1707. &lt;br /&gt;
  1708. Tanganku memelintir puting payudaraku sendiri keenakan. Kutarik kencang-kencang agar rasa gatal akibat gesekan ujung kasar keripik itu kalah. Tetapi hal ini tidak terlau banyak menolong. Aku makin panas dan bertambah horny. Kubiarkan lidahnya menari-nari di atas tubuhku, menjilati bersih semua kripik singkong yang ia taburkan. Sementara aku mencoba menikmati segenap sensasi yang timbul dengan berdiam diri. Semakin aku berusaha menekan, semakin tersiksa aku, namun kenikmatan yang kudapat akibat siksaan itulah yang membuatku tetap bertahan untuk mencapai titik akhir yang paling nikmat.&lt;br /&gt;
  1709. &lt;br /&gt;
  1710. Terdengar gila memang, cewek seperti aku yang pendiam ternyata memiliki fantasi seksual yang aneh. Mungkin ini pula yang membuatku melayani Prast untuk main kasar tanpa harus menjadi seorang sadomasochis. Prast lah yang mengajari semua yang kutahu, termasuk semua istilah seksual yang tadinya adalah tabu bagiku. Karena Prast pulalah, fantasi seksualku makin menggila. Tampaknya aku memang berpotensi untuk memiliki fantasi seksual yang agak sakit.&lt;br /&gt;
  1711. &lt;br /&gt;
  1712. Tidak perlu kukatakan betapa nikmatnya waktu lidahnya berputar-putar di sekeliling putingku karena aku yakin pasti anda sudah tahu. Namun waktu lidahnya mulai menjilati pusarku, inilah bagian yang paling kusuka. Aku justru merasa sangat terangsang ketika jemari atau lidah Prast membelai bagian antara pusar dan lubang kelaminku. Tanpa diminta pun, Prast sudah tahu dan sedikit berlama-lama ketika mencapai bagian ini. Pria satu ini memang penuh pengertian dan jagoan bercinta.&lt;br /&gt;
  1713. &lt;br /&gt;
  1714. Setelah puas dengan sedikit foreplay, Prast berbisik lembut kepadaku untuk mengambil agar agak memiringkan badanku. Pasti ada posisi baru, bathinku. Aku turuti kemauannya, kumiringkan badanku ke kiri. Prast segera mengambil posisi di dekat selangkanganku dan menelentangkan badannya. Selangkangan kami bertemu. Aku mulai paham, poros bertemu poros. Kaki kanan Prast di dadaku, sedangkan yang kiri di punggungku. Begitu pula dengan kakiku yang ada di dada dan di bawah punggungnya yang sengaja diangkatnya sedikit.&lt;br /&gt;
  1715. &lt;br /&gt;
  1716. Perlahan Prast menusukkan penisnya ke lubangku. Napasku tertahan waktu Prast memintaku untuk beringsut mendekat. Seiring aku mendekat, penisnya makin terbenam ke lubangku dan gerakanku menciptakan sensasi aneh. Mungkin ini terjadi karena penis Prast secara tidak beraturan membentur dinding kemaluanku. Posisi gunting seperti ini sungguh memberi kami kenikmatan yang teramat sangat. Ini kurasakan karena dengan posisi begini, penis Prast dapat masuk seluruhnya ke dalam vaginaku. Bahkan kurasakan tulang kemaluannya keras membentur dinding luar lubang vaginaku.&lt;br /&gt;
  1717. &lt;br /&gt;
  1718. Untuk memudahkan gerakannya, Prast sedikit mengangkat tubuhnya dengan jalan bertumpu pada tangannya. Posenya seperti orang senam kuda-kuda pelana. Kakinya sedikit menekuk tepat di depan perutku. Dengan cara seperti ini, tubuhnya dapat bergerak seperti naik turun, tapi dalam kondisi miring. Dia memulainya dengan gerakan perlahan, namun secara pasti makin bertambah cepat. Tubuhku terhentak-hentak tidak keruan karena sodokannya dari bawah tersebut. Aku berusaha untuk turut bergerak, namun terasa agak sulit, dan terlebih lagi Prast memintaku untuk menikmati saja setiap tusukannya.&lt;br /&gt;
  1719. &lt;br /&gt;
  1720. Aku tidak tahan lagi. Ayo kundalini, tahan orgasmemu sebentar lagi, bisikku dalam hati. Terus terang sangat sulit bagiku untuk tidak langsung orgasme dengan posisi sanggama seperti ini. Aku berusaha menahan orgasme dengan menekan kenikmatan yang kurasakan. Secara psikologis aku memang agak tertekan kalau begini. Aku tahan semampuku, namun jebol juga pertahananku. Aku tidak kuat lagi untuk menahan segenap cairan yang sudah meluap-luap di dalam kemaluanku. Aku rengkuh betis Prast dan kutarik sekuatnya agar penisnya terbenan seluruhnya ketika aku orgasme.&lt;br /&gt;
  1721. &lt;br /&gt;
  1722. Aku tahan beberapa waktu dan Prast menurut saja. Kupikir dia tahu aku mencapai puncakku. Kurasakan hangat dan nikmat. Aku pasrah saja dan membiarkan Prast melanjutkan permainan kami. Lagian aku juga menikmati setiap tusukan Prast ketika kami bersanggama.&lt;br /&gt;
  1723. &lt;br /&gt;
  1724. Tidak lama kemudian kulihat lutut Prast sedikit bergetar. Pasti dia sudah hampir memuncak, pikirku. Dan benar saja. Gerakan Prast cepat dan bertambah cepat serta tidak teratur. Kini dia tidak saja menghunjamkan penisnya, namun juga menggoyangkannya. Mau tidak mau aku yang tadinya pasrah menikmati, akhirnya jadi tambah tinggi juga karena tusukan yang disertai goyangan ini.&lt;br /&gt;
  1725. &lt;br /&gt;
  1726. Ehhg, jeritku tertahan. Aku mencoba menahan diri ketika kurasakan Prast mencabut batang penisnya dan duduk mendekatiku. Secara refleks, langsung kukocok penisnya, sementara tangan Prast meraih vaginaku dan memainkan klitorisku dengan jari tengahnya (mungkin karena hal ini tanda jari tengah dianggap &#39;saru&#39;). Dengan gemasnya jari Prast menekan-nekan klitorisku, dan ini membuatku makin terangsang.&lt;br /&gt;
  1727. &lt;br /&gt;
  1728. Segera saja kumasukkan sebagian batang penisnya ke mulutku dan kuoral dia, keluar masuk mulutku sambil kumainkan lidahku di glan penisnya. Tidak tahan dengan hisapan dan jilatan lidahku, Prast akhirnya memuntahkan seluruh spermanya. Ditekannya kepalaku agar seluruh penisnya masuk ke mulut, dan benar-benar menyentuh anak tekakku. Kurasakan enam kali semburan keras diikuti beberapa kali semburan kecil. Semua spermanya tertelan olehku. Aku hampir muntah ketika penisnya menyentuh anak tekakku. Untung aku sudah agak terbiasa dengan batang penisnya yang, menurutku, lumayan panjang.&lt;br /&gt;
  1729. &lt;br /&gt;
  1730. Sebenarnya aku agak jijik kalau harus meminum spermanya. Tapi kali ini apa boleh buat, ini juga tidak terhindarkan dan langsung masuk ke tenggorokanku. Ketika itu aku pun tidak terlalu merasakan jijik karena sedang terbuai kenikmatan jari Prast yang dengan kerasnya menekan dan memutar-mutar di klitorisku serta meremas bibir kemaluanku dengan ganasnya. Perbuatannya memaksaku untuk mencapai orgasme kedua yang hanya berbeda beberapa saat dengan saat Prast mencapai puncaknya.&lt;br /&gt;
  1731. &lt;br /&gt;
  1732. Hari itu kami bangun agak telat, pada saat acara musik TV swasta yang ditayangkan setiap jam 08.30 pagi sudah hampir usai. Kami menikmati hari berdua saja dan hanya keluar rumah kost untuk membeli makanan.&lt;br /&gt;
  1733. &lt;br /&gt;
  1734. TAMAT</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/6677598879076866831/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-03.html#comment-form' title='0 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6677598879076866831'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6677598879076866831'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-03.html' title='Kundalini 03'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-6814666589902495966</id><published>2011-07-26T10:03:00.001-07:00</published><updated>2011-07-26T10:03:43.912-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kundalini 02</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 01&lt;br /&gt;
  1735. &lt;br /&gt;
  1736. Pengalaman pertama bersanggama inilah yang mungkin akhirnya mempengaruhiku menjadi cewek yang dapat dikatakan gila seks. Bayangkan, kami melakukan ini dua sampai tiga kali setiap malam (kecuali kalau aku lagi menstruasi, tentunya) dengan berbagai gaya yang berbeda. Prast memang pandai dalam membuatku jadi pecinta yang gila, dan yang aku herankan, aku pun yang pendiam ini terbawa permainannya. Lebih-lebih lagi, kata Prast, dia kadang-kadang sampai heran dan kewalahan mengatasi kemampuanku bertahan dalam bermain seks selama lebih dari satu atau dua jam.&lt;br /&gt;
  1737. &lt;br /&gt;
  1738. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1739. &lt;br /&gt;
  1740. Pernah pada suatu hari, ketika itu kami sedang KKN di desa yang memang terpencil, kebetulan kami ditempatkan di desa yang sama, kami minta ijin untuk pulang ke kota perguruan tinggi kami untuk mengurus proposal dana KKN. Kostku sepi karena KKN di universitasku memang dilaksanakan setiap musim liburan, akhirnya Prast memutuskan untuk menginap di tempatku. Kami bercinta seharian, baik di kamarku, ruang tamu, dapur ataupun kamar mandi. Selama tiga hari kami nikmati kebebasan itu dengan bercinta. Berbagai gaya kami coba karena gairah yang kami pendam hampir sebulan lebih di desa KKN tidak mampu melakukan percintaan.&lt;br /&gt;
  1741. &lt;br /&gt;
  1742. Siang itu sebelum besoknya kami berencana untuk kembali ke desa KKN, kami bercinta sampai petang menjelang. Prast dan aku rebahan di ruang tamu sambil nonton TV. Namun berakhir dengan bergumul dan saling mencium. Rangsangan yang dilakukannya sangatlah efektif. Kami yang waktu itu baru saja selesai mandi setelah bercinta, kini mulai terlibat melakukan foreplay lagi, yang tampaknya akan disusul dengan percintaan.&lt;br /&gt;
  1743. &lt;br /&gt;
  1744. Satu yang kucinta dari cowok ini adalah kepandaiannya melambungkan emosiku naik turun. Kadang dia bergerak cepat tanpa menghilangkan kemesraan, lalu menurunkan temponya begitu saja seolah tidak niat bercinta dan menungguku untuk aktif memulai percintaan.&lt;br /&gt;
  1745. &lt;br /&gt;
  1746. Begitu juga siang itu, setelah merangsangku habis-habisan, tiba-tiba dia berhenti diam mematung. Aku yang sadar akan hal itu segera bertindak aktif sebelum suasana menjadi dingin. Aku harus menciuminya dan melepas celananya tanpa menggunakan tangan. Fantasi kami memang cukup liar. Kugigit lepas kancing bajunya satu per satu. Kuciumi seluruh dada dan perutnya. Lidahku menari menyusuri sampai ke pusar dan kususul dengan kancing celananya. Agak sulit memang, karena tanganku kubiarkan saja diremas oleh Prast. Setelah kancing celana lepas, barulah celana itu kuturunkan dan baju Prast kulepas.&lt;br /&gt;
  1747. &lt;br /&gt;
  1748. Prast menyuruhku untuk mengambil bantal dari kamarku. Aku heran, gaya apa lagi yang akan kami pakai, namun kuturuti saja. Aku disuruhnya untuk rebah dan ternyata bantal itu dia pakai untuk mengganjal pantatku. Akibatnya, kemaluanku kurasakan mengembang dan terbuka lebar. Aku heran, tahu darimana dia tentang hal ini.&lt;br /&gt;
  1749. &lt;br /&gt;
  1750. Perlahan, diciuminya pusar dan daerah sekitar kiri and kanan kemaluanku. Rasanya sungguh menggelitik. Aku gemas dan meraih kepalanya lalu mengarahkannya ke kemaluanku. Setelah puas menciumi lalu dia mulai menjilati bagian dalam vaginaku. Dia menyuruhku untuk tidak memakai tanganku. Uuugh, rasanya ingin aku menempeleng dia akibat siksaan kenikmatan yang amat sangat. Aku tidak mampu berbuat apa-apa. Tanganku hanya mampu mengepal dan mengejang di samping tubuhku, sementara dia dengan bebasnya menjilati klitorisku dan vaginaku yang terbuka lebar. Dia tiup lubangku dengan mesranya, dingin. Kembali aku terbuai, karena tiupannya disusulnya dengan gigitan pada bibir kemaluanku yang kurasakan makin gatal dan panas.&lt;br /&gt;
  1751. &lt;br /&gt;
  1752. Akhirnya saat yang kunanti tiba juga. Dia mulai bangkit dan dengan mudahnya memasukkan penisnya ke lubangku yang terbuka lebar menganga. Tanganku mengangkat ke atas, sementara Prast bertumpu pada kedua tanganku. Teriknya siang itu jadi bertambah panas dengan percintaan kami berdua. Kami terdiam beberapa saat lamanya tepat setelah Prast melakukan penetrasi. Aku hapal dia, Prast sedang berusaha menikmati kehangatan bagian dalam kemaluanku. Memang, waktu kami berhenti dan diam, aku dapat merasakan denyutan penis Prast dalam lubangku. Sementara lubangku pun juga berdenyut-denyut memijit batang penisnya. Kediaman itu justru menambah kenikmatan.&lt;br /&gt;
  1753. &lt;br /&gt;
  1754. Prast memang pandai dalam bercinta. Dia pula lah yang mengajariku cara untuk menggerakkan otot kemaluanku, terutama bibir dan dinding kemaluanku, sehingga aku dapat memijit penisnya tanpa harus melakukan gerakan apapun. Inilah yang kami lakukan siang itu. Mencoba menikmati kediaman dengan merasakan denyutan penis Prast dan pijitan vaginaku.&lt;br /&gt;
  1755. &lt;br /&gt;
  1756. Setelah beberapa lama, Prast akhirnya bergerak juga naik turun menusukkan penisnya ke lubangku. Aku secara naluriah mengimbanginya dengan menggoyangkan pantatku. Ternyata bantal yang ditaruhnya di pantatku sangat menolong. Biasanya agak susah untuk mengoyangkan pantatku akibat tekanan Prast, namun kali ini gampang saja, karena relatif lebih licin. Hampir lebih dari satu jam kami melakukannya sebelum akhirnya Prast mengangkatku untuk berganti gaya.&lt;br /&gt;
  1757. &lt;br /&gt;
  1758. Tanpa melepas penisnya dari kemaluanku, Prast mengangkat tubuhku yang relatif kecil (beratku 41 kg). Agak susah memang, tapi dia memang pintar. Waktu dia mencoba mengangkat tubuhku, otomatis aku memeluknya erat dan ini membuat penisnya tenggelam lebih dalam ke lubangku. Sementara itu, waktu tubuhnya telah tegak dan aku menggelayut memeluk lehernya, tangannya mengangkat pahaku agar penisnya tidak lepas dari vaginaku. Betisku (sebenarnya tungkai) kulingkarkan ke lehernya untuk membantu dia agar aku tidak terjatuh.&lt;br /&gt;
  1759. &lt;br /&gt;
  1760. Dan waktu dia mencoba memperbaiki posisi berdirinya sambil memanggulku, inilah yang kurasakan sangat intens. Penisnya dengan kasar menyodok kelaminku karena memang tidak ada kontrol waktu tubuhku diangkatnya agar posisi kami lebih baik. Lalu dengan kasarnya tubuhku dilambung-lambungkan pelan. Hunjaman batang penisnya kurasakan sangat menyiksaku. Tetapi justru tusukan yang terasa kasar, dalam dan tidak terkontrol ini malah menambah intens ketegangan kemaluan kami berdua.&lt;br /&gt;
  1761. &lt;br /&gt;
  1762. Tetap dalam posisi yang sama, disandarkannya punggungku ke tembok. Waktu dia berjalan ke tembok, karena aku masih menggantung dan kemaluannya masih tetap tertancap di lubangku, maka sangat terasa hentakan ketika Prast melangkah dan ini membuatku makin gila. Setelah bersandar barulah aku agak tenang. Kami mencoba berhenti sebentar untuk menikmati momen ini. Kurasakan batang Prast berdenyut naik turun meskipun dia dalam posisi diam. Sementara kurasakan lendirku turun melumasi batang penis Prast. Kemaluanku pun terasa berdenyut-denyut. Aku lihat Prast merem melek menikmati remasan lubang vaginaku atas penisnya. Lembut aku diciumnya.&lt;br /&gt;
  1763. &lt;br /&gt;
  1764. Karena sulit untuk mendapatkan kenikmatan waktu bersandar di tembok, aku meminta Prast agar menggendongku keliling ruang tamu. Sebenarnya ini hanya alasanku saja, karena aku telah dibutakan oleh sensasi kenikmatan kasarnya sodokan penisnya yang tadi kurasakan waktu dia memanggulku. Prast mengiyakan dan langsung mengangkat kembali tubuhku dengan memperbaiki sanggaan atas pahaku dan membawaku berjalan keliling ruang tamu. Pelan saja, pintaku, yang dijawabnya dengan anggukan. Wajahnya tenggelam di antara kedua belah payudaraku yang tidak terlalu besar (dada 34B, lingkar pinggang 27).&lt;br /&gt;
  1765. &lt;br /&gt;
  1766. Aduuh, nikmatnya merasakan tusukan kasar dalam gerakan jalan lambat seperti ini, batinku. Makin lama, kurasakan jalan Prast bertambah cepat dan hentakan yang terasa pun makin kuat. Tempo permainan itu pun makin cepat. Tanganku makin erat melingkari lehernya. Aku tidak mau jatuh. Sedangkan aku juga tidak mau begitu saja Prast menanggung berat badanku dengan kedua lengannya. Hentakan penisnya makin lama makin hebat. Aku mengerang. Kutancapkan kukuku di punggungnya. Aku hampir orgasme. Inikah kenikmatan cinta?&lt;br /&gt;
  1767. &lt;br /&gt;
  1768. Setelah mengelilingi ruang tamu empat kali, aku akhirnya mencapai orgasme yang teramat sangat nikmat. Direbahkanya aku di meja dapur dan dibiarkannya aku menikmati puncak kenikmatan itu. Tusukannya dipercepat di atas meja itu. Kakiku yang sekarang terangkat di pundaknya mengejang. Sementara tanganku berpegangan erat pada kedua sisi meja dan tangan Prast bertumpu pada pundakku. Tiba-tiba dicabutnya batang penisnya dari lubang vaginaku dan dikocoknya di hadapanku. Rupanya ia pun hampir mencapai orgasme.&lt;br /&gt;
  1769. &lt;br /&gt;
  1770. Tidak lama kemudian, dimuncratkannya spermanya ke pusarku. Ada sekitar tujuh kali semburan dahsyat disertai beberapa kali muncratan sisa spermanya. Bahkan wajahku pun bersimbah sperma yang tidak sengaja muncrat, bercampur dengan keringat akibat teriknya siang itu dan sanggama kami. Puas rasanya siang itu.&lt;br /&gt;
  1771. &lt;br /&gt;
  1772. Satu hal lagi yang kusukai dari Prast adalah kekuatannya bersanggama. Meskipun telah beberapa kali bersanggama dan memuntahkan spermanya, ia masih kuat untuk melakukannya lagi ketika kami mandi berdua siang itu. Butuh waktu dua jam bagi kami untuk mandi dan bersanggama lagi setelah lebih dari satu jam bersanggama sebelumnya siang itu. Kami mandi di dua kamar mandi yang berseberangan tanpa menutup pintu sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi bersama dan bersetubuh lagi di kamar mandi.&lt;br /&gt;
  1773. &lt;br /&gt;
  1774. Pernah suatu kali kami mencoba main dengan gaya kasar. Kata Prast ini adalah &#39;bondage&#39; atau penyiksaan. Beberapa kali aku pernah melihatnya waktu kami nonton film blue Jepang. Apa salahnya ini kami praktekkan pula.&lt;br /&gt;
  1775. &lt;br /&gt;
  1776. Waktu itu dua hari setelah ulang tahunku ke duapuluh tiga di bulan september. Mahasiswa baru biasanya masuk sekitar bulan Agustus. Sementara mahasiswa lama baru mulai kuliah sekitar awal September. Itu pun masih banyak yang bolos hingga akhir September, bahkan lebih. Kostku memang masih sepi, karena mayoritas isinya mahasiswa senior. Sebenarnya bisa saja kami bercinta di rumah Prast, karena ia memang tinggal sendirian. Tetapi kami lebih suka melakukannya di kostku.&lt;br /&gt;
  1777. &lt;br /&gt;
  1778. Malam itu hari Rabu sekitar jam delapan lebih (karena layar emas di TV swasta sudah mulai), kami bercinta. Kali ini tanpa foreplay, Prast menyuruhku untuk mengambil sabuk. Aku turuti dan kuambil sabuk kimonoku. Ternyata sabuk kain itu ia gunakan untuk mengikat tanganku. Direbahkannya aku di tempat tidurku. Tanganku menghadap ke atas. Diciuminya aku dengan kasar. Seperti yang aku telah katakan, kami berdua memiliki fantasi seksual yang liar. Meskipun aku pendiam, namun urusan seks aku sangat berpikiran progresif. Kalau ada sesuatu yang baru, kenapa tidak dicoba untuk sekedar menyegarkan suasana.&lt;br /&gt;
  1779. &lt;br /&gt;
  1780. Prast masih duduk di atas tubuhku, ketika tiba-tiba dirobeknya bajuku dengan kasar. Aku menyukai gayanya. Bra-ku pun direnggutnya. Padahal biasanya dia menggigit hook bra-ku sampai lepas. Kali ini sangat berbeda. Setelah itu, giliran rokku yang ditariknya ke bawah hingga kancingnya pun lepas. Seperti telah kukatakan, aku lebih senang memakai rok tanpa celana dalam. Kini aku telah telanjang bulat di hadapannya.&lt;br /&gt;
  1781. &lt;br /&gt;
  1782. Dia lalu berdiri dan melepas kaus serta celananya satu persatu hingga bugil. Kulihat penisnya mengacung tinggi di atasku. Ooh, indahnya. Dia turun dari kasur dan tubuhku diseretnya hingga kakiku berjuntai di pinggir tempat tidur. Posisi pantatku yang berada di bibir tempat tidur membuat kemaluanku merekah lebar. Sementara tanganku masih terikat ke atas. Dengan kasarnya dipukulkannya batang penisnya ke vaginaku. Sakit sekali rasanya, tapi aku telah terbuai oleh kenikmatan yang akan kunikmati. Pelan-pelan dia naik ke ranjang dan ditamparkannya kembali batang penisnya ke pipi kanan dan kiriku berulang-ulang.&lt;br /&gt;
  1783. &lt;br /&gt;
  1784. Turun dari ranjangku, diambilnya ikat pinggangnya yang kubelikan untuk hadiah ulang tahunnya. Ujung ikat pinggang yang terbuat dari logam itu dipukulkannya ke perut dan kemaluanku. Nikmat sekali rasanya meskipun sakit. Aku mengaduh kesakitan, namun memintanya untuk terus menyakitiku. Tiba-tiba dimasukkanya dua jarinya ke dalam lubang kemaluanku dan dihunjam-hunjamkannya dengan kasar. Sementara tangan kanannya digunakannya untuk menjambak rambutku. Kini posisiku seperti udang goreng, melengkung. Satu karena jambakan Prast, dan yang satu lagi karena hunjaman jarinya atas kemaluanku.&lt;br /&gt;
  1785. &lt;br /&gt;
  1786. Tidak puas dengan dua jari, kini tiga jarinya dimasukkan ke lubangku. Jari telunjuk dan manis masuk ke lubang, sementara jari tengahnya menggosok-gosok klitorisku, terasa geli setengah mati. Nikmat bercampur geli, namun aku tidak dapat berbuat-apa-apa karena terikat. Tanganku yang terikat tidak memungkinkan aku bergerak bebas. Kakiku menendang ke sana kemari. Tiba-tiba Prast menghentikan hunjamannya. Diambilnya sabuk yang tadi dipergunakannya untuk mencambukiku. Diikatnya kakiku dengan sabuk itu. Satu ke kaki tempat tidur kiri dan kaki kananku diikatnya dengan tali tasnya ke kaki kanan ranjangku.&lt;br /&gt;
  1787. &lt;br /&gt;
  1788. Kini aku tergeletak mengangkang, terikat, telanjang dan tidak berdaya bagaikan wanita Jepang dalam film blue. Prast kulihat kembali mendekati diriku dan menciumi vaginaku yang terbuka lebar. Diambilnya bantal dan diganjalkannya ke bawah pantatku. Waktu diganjalkannya bantal itu, karena kakiku terikat, otomatis ikut tertarik dan pergelangan kakiku terasa sakit sekali. Kembali ia naik ranjangku dan disodorkannya penisnya ke wajahku. Posisinya yang berada di atas tubuhku persis tidak memungkinkanku untuk menghindar. Aku tahu, aku harus mengulumnya seperti layaknya permen saja.&lt;br /&gt;
  1789. &lt;br /&gt;
  1790. Dulu waktu pertama kali aku harus mengulum penis Prast, terus terang aku merasa jijik. Tetapi Prast memang mungkin telah mempersiapkan segalanya. Biasanya sebelum memintaku mengulum penisnya, dia ke kamar mandi dulu untuk mencuci barangnya hingga bersih. Sehingga waktu aku pertama mengulumnya tidak terlalu merasa jijik.&lt;br /&gt;
  1791. &lt;br /&gt;
  1792. Kini pun aku akan melakukannya lagi. Segera kujulurkan lidahku untuk menjilatinya. Aku merasa bagaikan anjing yang memohon pada tuannya untuk diberi makan. Kujilati ujung penisnya (glan). Prast merem melek kegelian karena nikmat. Ditariknya lagi penisnya dan dipukulkannya ke pipi dan mataku berulang kali. Aku mengaduh kesakitan, namun itu tidak akan menghentikannya, karena ia tahu aku menyukai dan menikmati rasa sakit yang kualami.&lt;br /&gt;
  1793. &lt;br /&gt;
  1794. Kusodorkan mulutku untuk mengulumnya, namun Prast kembali menyiksaku dengan jalan menaikkan posisi tubuhnya sehingga aku harus berusaha keras untuk dapat menggapai ujung penisnya. Tubuhku harus meregang, yang tentu saja kembali menyakitkan pergelangan kakiku meskipun kedua tanganku terikat bebas tidak ditalikan di kedua kepala ranjang.&lt;br /&gt;
  1795. &lt;br /&gt;
  1796. Tiba-tiba saat tubuhku meregang ke atas mencoba menggapai penisnya, Prast menurunkan tubuhnya, sehingga tak ayal lagi seluruh batang penisnya yang sepanjang 27 centimeter masuk memenuhi seluruh rongga mulutku dan menyentuh anak tekakku. Hampir aku muntah dibuatnya. Bagaimana tidak, kemaluannya yang kupikir cukup panjang itu masuk sampai ke tenggorokanku. Aku sampai tersedak dibuatnya. Segera kukatupkan bibirku ke dalam gigiku sehingga tidak akan melukai batang penisnya. Aku tahu ini karena pernah Prast marah karena gigiku menggores batang penisnya.&lt;br /&gt;
  1797. &lt;br /&gt;
  1798. Aku segera membasahi penisnya dengan ludahku, lalu kukulum keluar masuk dengan sangat tersiksa karena kakiku sakit terikat. Prast tidak tinggal diam, tubuhnya maju mundur (naik turun) memasukkan seluruh penisnya ke dalam mulutku. Aku tersentak-sentak karena tenggorokanku terisi penuh oleh kemaluannya.&lt;br /&gt;
  1799. &lt;br /&gt;
  1800. Ia tidak berhenti begitu saja. Tangannya terulur ke belakang dan ujung putingku ditariknya keras-keras. Akibatnya aku pun secara refleks dengan bibir terkatup ke gigi menggigit kemaluannya. Mungkin inilah yang menyebabkan dia merasa begitu menikmati permainan ini. Kusedot keras-keras batang kemaluannya, seiring dengan mengerasnya putingku ditarik. Dicubitinya putingku agar hisapanku tambah kencang. Aku tahu apa yang ia sukai dan ia tahu apa yang kubutuhkan. Kenikmatan kasar.&lt;br /&gt;
  1801. &lt;br /&gt;
  1802. Setelah beberapa lama, dicabutnya penisnya dari mulutku dan kini aku mulai menjilati buah pelirnya. Aku sruput buah pelir yang berbulu tipis itu. Pernah satu kali Prast menamparku karena aku menyedotnya terlalu kencang. Kini, kuberanikan lagi untuk menyedotnya kencang-kencang agar dia menamparku dan aku terpuaskan. Namun reaksinya berbeda. Bukan tamparan yang kuterima, tetapi tangannya meraih jauh ke vaginaku dan menepuknya keras-keras. Aku mengaduh kenikmatan.&lt;br /&gt;
  1803. &lt;br /&gt;
  1804. Sekarang dia berdiri di atasku. Kulihat kemaluannya naik turun pertanda nafsu yang memburu tidak keruan. Napasku pun tersengal-sengal karena ingin mendapatkan kenikmatan yang lebih dari sekedar mengulum penis. Aku tertawa terkikik. Prast tersenyum, paham maksudku. Dia turun dari ranjang dan kembali memukulkan batang penisnya ke kemaluanku.&lt;br /&gt;
  1805. &lt;br /&gt;
  1806. Penisnya yang basah oleh ludahku dengan mudah menerobos lubang senggamaku. Dihunjamkannya dengan keras sehingga tubuhku terangkat naik ke atas ranjangku. Kembali kakiku terasa sakit karena tertarik oleh hentakannya itu. Jempolnya tidak diam, namun turut menekan dan memainkan klitorisku. Aku semakin gila dan kepalaku terayun-ayun ke sana kemari. Kenikmatan yang kurasa sudah tak tertahankan lagi. Aku jebol dan mencapai orgasme yang teramat sangat tinggi. Baru kali ini aku merasa nikmat dan sakit dalam waktu yang bersamaan setelah lebih dari setengah jam bercinta. Pun itu tidak hanya satu kali saja. Karena Prast tidak menghentikan permainannya meskipun ia tahu aku sudah orgasme. Ia belum, itu yang ia pikirkan. Mau tidak mau aku harus tetap melayaninya.&lt;br /&gt;
  1807. &lt;br /&gt;
  1808. Hunjaman demi hunjaman yang disertai tekanan atas klitorisku kembali merangsangku dan membuatku mampu mengimbangi permainannya. Alat kelamin Prast tetap tegar menusuk lubangku dengan kasarnya. Berulang-ulang kulihat Prast membasahi jarinya dengan ludahnya dan menggunakannya untuk melumasi klitorisku. Nikmatnya kurasa sampai ke ubun-ubun. Vaginaku kembali berlendir setelah agak kering karena orgasme telah lewat. Perih yang kurasakan kini hilang kembali berganti kenikmatan tusukan Prast yang disertai goyangan memutar.&lt;br /&gt;
  1809. &lt;br /&gt;
  1810. Penisnya kurasakan bagai bor tumpul yang mendera dinding kelaminku. Ujung penisnya terasa menyodok-nyodok dinding rahimku. (Kalau batang penis anda cukup panjang, pasti inilah yang akan pasangan anda rasakan).&lt;br /&gt;
  1811. &lt;br /&gt;
  1812. Bersambung ke bagian 03</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/6814666589902495966/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-02.html#comment-form' title='5 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6814666589902495966'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6814666589902495966'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-02.html' title='Kundalini 02'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>5</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-8402424910161783413</id><published>2011-07-26T10:02:00.001-07:00</published><updated>2011-07-26T10:02:55.121-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kundalini 01</title><content type='html'>Namaku Kundalini. Sebenarnya aku malas menceritakan pengalamanku ini ke orang lain, apalagi aku harus mengetiknya terlebih dahulu. Tapi tak apa-apalah. Hitung-hitung ada teman cerita.&lt;br /&gt;
  1813. &lt;br /&gt;
  1814. Seperti tadi sudah kunyatakan, namaku Kundalini, cewek 25 tahun, 41 kg, 34B. Aku tinggal di kota kecil di Jawa Tengah, setelah menyelesaikan studiku di perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Aku tidak mau terlalu spesifik memperkenalkan diriku.&lt;br /&gt;
  1815. &lt;br /&gt;
  1816. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1817. &lt;br /&gt;
  1818. Aku termasuk orang yang dapat dibilang maniak dalam hubungan seksual. Aku pun mampu bertahan lama dalam menghadapi lawan jenisku. Untungnya aku tergolong pendiam, sehingga orang tetap mengenalku sebagai Kundalini yang pendiam. Dan memang, aku minder sehingga kurang banyak berteman.&lt;br /&gt;
  1819. &lt;br /&gt;
  1820. Selama ini aku menjalin hubungan dengan temanku yang bernama Prast. Prast tidak terlalu good looking, namun dapat dikatakan point tujuh, berkulit gelap, tinggi kurus. Bulu matanya kata teman-temanku indah seperti bulu mata cewek. Namun ada sesuatu yang lebih dari sekedar tampilan fisik. Setelah membaca ceritaku, mungkin anda akan paham apa yang dinamakan pria idaman, bagaimana definisinya. Mungkin ini pulalah yang membuat dia banyak mempunyai teman wanita, yang terus terang terkadang (meski jarang) aku agak sedikit cemburu.&lt;br /&gt;
  1821. &lt;br /&gt;
  1822. Menurut ceritanya, dia hanya berpacaran dengan beberapa cewek dulunya, namun kurasa pasti lebih dari puluhan. Dengan dia pula lah aku pertama kali mengenal hubungan seks, dan ternyata aku sangat menyukainya. Kami melakukannya hampir setiap malam. Peristiwa ini berawal 3 tahun yang lalu ketika aku masih kuliah.&lt;br /&gt;
  1823. &lt;br /&gt;
  1824. Waktu itu aku ke rumah Prast. Seperti biasa, kami nonton film di rumahnya. Kebetulan waktu itu Prast punya film bagus yang judulnya &#39;Powder&#39;. Kami rebahan sambil ngobrol, sementara Prast asyik merokok. Selama ini, hubunganku hanya sebatas snogging, necking atau petting saja, tidak pernah intercourse. Kalaupun ada yang harus disebutkan lagi, paling heavy petting saja.&lt;br /&gt;
  1825. &lt;br /&gt;
  1826. Namun siang itu terjadi sesuatu yang tidak kami perkirakan sebelumnya. Entah siapa yang memulai, aku atau Prast. Kami saling berpagutan, sementara tangan Prast masuk ke baju yang kukenakan dan meremas-remas payudaraku. Satu yang kusukai dari Prast adalah dia selalu membuka bra yang kukenakan tanpa menggunakan tangan, tetapi menggunakan gigi. Itupun tanpa perlu melepas baju yang kupakai. Dia biasanya menggigit hook bra-ku hingga lepas. Aku menyukainya ketika giginya terasa menyentuh punggungku.&lt;br /&gt;
  1827. &lt;br /&gt;
  1828. Tangan Prast sekarang tidak lagi hanya bermain di payudaraku, namun sudah mulai turun membelai pusarku. Bibirnya pun meniup-niup pusarku. Geli rasanya, namun sangat merangsang. Lidahnya menjilati bulu-bulu yang ada di atas kemaluanku. Bolak-balik dari pusar ke atas kemaluanku. Aku paling suka jika Prast melakukan hal ini. Terutama waktu lidahnya menari menjilati sisi atas, kiri dan kanan dekat kemaluanku. Nikmatnya tidak terkira.&lt;br /&gt;
  1829. &lt;br /&gt;
  1830. Aku pun mulai meremas-remas batang penis Prast. Dia sangat menyukainya. Tanganku merogoh masuk ke dalam jeans-nya. Tidak puas dengan hanya merogoh, kubuka dan kulepaskan celananya. Celana dalamnya kelihatan penuh dan ujung kemaluannya muncul dari celana dalamnya. Aku tertawa kecil melihatnya. Kusentuh dengan menggunakan ujung jariku, Prast menggeliat kegelian dan cekikian. Prast menindihku dan kami bergumul di atas karpet.&lt;br /&gt;
  1831. &lt;br /&gt;
  1832. Sejauh ini kami hanya bermain seperti hal di atas. Hanya menggesek-gesekkan kemaluan kami tanpa melakukan intercourse. Namun siang itu rupanya lain, aku meraih celana dalam Prast dan melepaskannya, dan Prast pun berbuat demikian padaku. Celana dalamku lepas sudah, sementara baju masih kupakai. Prast sendiri pun demikian. Praktis pusar ke bawah, kami bebas.&lt;br /&gt;
  1833. &lt;br /&gt;
  1834. Kembali Prast menindihku diikuti dengan ciuman-ciuman yang mesra. Badanku terasa panas bergelora. Kurasakan badan Prast hangat menindihku. Batang kemaluan Prast menggesek-gesek di belahan kemaluanku. Prast mencoba menusukkannya. Aku pun, jujur saja sudah ingin melakukan persetubuhan, namun aku takut hamil. Tetapi akhirnya Prast membujukku untuk sedikit menggesekkan kepala kemaluannya ke lubangku. Aku menurut saja.&lt;br /&gt;
  1835. &lt;br /&gt;
  1836. Kepala kemaluannya terasa hangat menyentuh klitorisku. Nikmat kurasakan kegelian yang memuncak ketika kepala kemaluan itu menyentuh lembut. Kami tidak tahan lagi akan sensasi yang tercipta oleh gesekan itu. Tanpa kusadari, gerakan tubuhku rupanya membuat kepala kemaluan Prast tidak saja menyentuh klitorisku, namun kini telah penetrasi lebih jauh masuk ke lubang vaginaku. Aku kaget, berusaha menolak. Namun, dorongan untuk mencoba lebih jauh akibat kenikmatan itu telah membutakanku. Aku pikir sebentar lagi saja, ah.. tanggung.&lt;br /&gt;
  1837. &lt;br /&gt;
  1838. Aku kaget setengah mati ketika kutarik kemaluan Prast terlihat darah di kepala kemaluannya. Aku pikir ini pasti darah keperawananku. Aku menangis, menyesal. Kenapa tidak berhenti waktu kemaluan Prast hanya menyentuh klitorisku. Kembali aku menangis dan menangis menyesalinya. Prast mencoba meredakan tangisku. Namun aku tetap merasa tidak tenang. Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja ke tempat kostku.&lt;br /&gt;
  1839. &lt;br /&gt;
  1840. Seminggu setelah kejadian itu, aku pikir aku sudah tidak perawan lagi. Kenapa juga waktu itu aku berhenti sebelum mengalami kenikmatan. Itu juga tidak akan mengubah keadaan. Menangis pun percuma karena kenyataan akan tetap sama. Akhirnya waktu malam itu Prast datang, aku berhubungan badan dengannya. Lagian aku ingin menikmatinya pula. Aku tidak mau membohongi diri sendiri. Kami melakukannya di kursi tamu di teras tempat kostku yang gelap.&lt;br /&gt;
  1841. &lt;br /&gt;
  1842. Aku memang lebih suka memakai rok dibanding dengan celana kalau di rumah. Karena itulah, mudah saja bagiku untuk bersanggama di teras. Terlebih lagi, kalau di tempat kostku, apalagi kalau sedang kencan dengan Prast, aku memang jarang memakai celana dalam. Aku lebih senang yang praktis seperti ini. Meskipun selama ini kami hanya heavy petting saja atau kubiarkan Prast meraba-raba kemaluanku. Namun malam ini aku memutuskan untuk melakukannya. Kalau kupikir, aku sudah tidak perawan, kenapa tidak kunikmati saja hal ini.&lt;br /&gt;
  1843. &lt;br /&gt;
  1844. Prast memang ahli dalam foreplay, pandai sekali dia merangsangku sebelum akhirnya kami bersanggama. Rambutku yang panjang sepinggang dinaikkannya, dan diciuminya punggung leherku. Turun sanpai ke hook bra-ku. Digigitnya pelan dan dilepaskannya dengan mulut. Bagian inilah yang paling kusuka. Gigitannya terasa sangat mesra di punggungku.. diangkatnya kaosku dan tangannya terasa mesra membelai punggungku. Aku benci dengan orang yang terburu-buru meremas payudara. Mereka tidak dapat menghargai keindahan seni bercinta.&lt;br /&gt;
  1845. &lt;br /&gt;
  1846. Aku duduk di atas Prast. Aku rasakan kemaluannya sudah mendesak tegang. Kuarahkan tanganku ke belakang dan menyusup masuk ke celananya. Aku sudah hapal ini. Agak susah memang, namun terasa asyik sekali ketika ujung jariku menyentuh kepala kemaluannya. Perlahan diangkatnya tubuhku. Secara refleks aku pun mengangkat rokku sedikit. Dalam posisiku agak sulit untuk mencopot kancing celana dan menurunkan resletingnya. Prast membantuku. Kemaluannya kini tegak tinggi.&lt;br /&gt;
  1847. &lt;br /&gt;
  1848. Pernah aku mencoba mengukur kemaluan Prast, panjangnya sekitar 27 cm. Entah itu besar atau hanya sedang-sedang saja. Tetapi indah. Ototnya tampak menggelembung di keremangan terasku yang terpisah tirai bambu dengan jalan raya yang ada di atas tempat kostku. Aku segera menurunkan tubuh sekaligus membimbing kemaluan Prast ke lubang kemaluanku. Aku turun perlahan, berusaha menikmati segala keindahan yang tercipta dari fantasi cinta kami. Kurasakan agak sakit ketika pertama kali kemaluannya menyeruak masik ke lubangku. Untungnya kemaluanku sudah basah akibat foreplay yang dilakukannya, sehingga tidak terlalu perih waktu penisnya penetrasi masuk ke vaginaku. Uuughh, nikmatnya selangit. Kurasakan tubuhku memanas dan semakin panas serta melambung tinggi.&lt;br /&gt;
  1849. &lt;br /&gt;
  1850. Pelan-pelan aku mulai menaik-turunkan tubuhku di atas Prast. Prast pun berusaha mengimbanginya dengan menusukkan batang kemaluannya dari bawah. Sodokan Prast terasa menyakitkan, tetapi juga nikmat. Aku mencoba menurunkan tubuhku secara penuh agar kemaluan Prast masuk semua ke dalam kemaluanku, namun Prast bilang itu menyakitkan biji pelirnya. Aku pikir benar juga. Akhirnya aku memintanya untuk menyodokkan kemaluannya keras-keras dan seluruhnya ke dalam vaginaku, karena kupikir dia lah yang memiliki ukuran apakah itu menyakitkan bijinya atau tidak.&lt;br /&gt;
  1851. &lt;br /&gt;
  1852. Ternyata kenikmatan yang tercipta akibat sodokan itu sangat hebat. Aku menggeliat-geliat, sementara Prast tetap mencoba menahan tubuhku agar tidak terlalu banyak bergerak dan jatuh ke tubuhnya. Aku merasakan seluruh tubuhku bergetar dengan hebat. Gejolak yang kurasa ketika kami hanya melakukan gesekan kemaluan kalah jauh bila dibandingkan dengan kenikmatan yang tercipta waktu batang Prast penetrasi ke lubangku. Kalau saja aku tahu kenikmatan yang tercipta sedahsyat ini, pasti aku sudah melakukannya dari dulu-dulu. Lagian, apa sih enaknya mempertahankan keperawanan.&lt;br /&gt;
  1853. &lt;br /&gt;
  1854. Kurasakan batang Prast menyodok-nyodok dengan kasar. Aku mencoba bergerak memutar, karena gatalnya kemaluanku akibat sodokannya. Tanpa kusadari, ternyata rotasi tubuhku semakin memperhebat kenikmatan yang kurasa. Selama kurang lebih 15 menit penis Prast serasa bagai poros yang mengaduk-aduk isi kemaluanku. Prast pun meracau tidak karuan. Aku semakin menggila akibat kenikmatan itu. Putaranku makin kupercepat, searah jarum dan berbalik melawan jarum jam bersamaan dengan gerakan sodokan Prast. Wow, nikmatnya, bung. Anda harus mencoba hal ini dengan pasangan anda.&lt;br /&gt;
  1855. &lt;br /&gt;
  1856. Prast memintaku untuk menghentikan sebentar permainan gilaku ini. Aku berpikir, aku memang baru sekali ini melakukannya, tetapi memang bercinta hal yang alamiah. Tanpa belajar pun aku rupanya dapat melakukannya. Sejenak kami terengah-engah dan terperangah oleh permainan kami sendiri. Aku baru tahu, permainan gaya inilah yang nantinya dikatakan Prast sebagai gaya anjing (doggy style). Hanya saja kami melakukannya tidak dengan posisi tubuhku bersandar ke tembok/kursi atau berdiri empat kaki seperti anjing dan ditusuk dari belakang. Kami melakukannya dengan dengan cara duduk, yang ternyata nantinya kuketahui memiliki kenikmatan yang sama namun tidak menyakitkan seperti jika dilakukan dengan posisi tubuh bersandar ke tembok/kursi atau apapun.&lt;br /&gt;
  1857. &lt;br /&gt;
  1858. Kami hampir tidak percaya kami dapat bercinta sehebat itu. Prast dan aku terdiam sejenak, mencoba mengatur napas dan menenangkan diri akibat sensasi yang begitu intens dari persanggamaan itu. Kalaupun kami mengetahuinya, kami hanya menontonnya dari film-film yang memang sering kami tonton. Namun mengalaminya sendiri adalah satu hal lain yang benar-benar berbeda. Tidak heran kalau banyak orang yang gemar kawin kalau memang kenikmatannya seperti ini. Tidak heran pula kalau banyak kasus seks pra nikah, karena memang enak.&lt;br /&gt;
  1859. &lt;br /&gt;
  1860. Setelah sekitar 5 menit menenangkan diri dan mengatur napas, Prast menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Kemudian dia menghadap ke arahku dan menusukkan kembali penisnya ke kemaluanku. Agak susah memang, karena teras kostku gelap. Kubimbing penisnya ke mulut vaginaku dan secara refleks Prast langsung menusukkan kemaluannya. Oooh.., nikmatnya waktu kurasakan kemaluan Prast menggaruk dinding dalam lubang kemaluanku.&lt;br /&gt;
  1861. &lt;br /&gt;
  1862. Kini aku berada di bawah, dengan posisi duduk mengangkang membuka kedua pahaku lebar-lebar. Prast kembali menusukkan dan menggoyang seperti yang kulakukan waktu aku berada di atasnya. Hunjaman itu terasa menggelitik dinding kemaluanku yang semakin gatal. Basah makin kurasakan vaginaku oleh cairanku yang keluar melumasi bagian dalam. Aku turut mencoba menggoyangkan pantatku, namun agak sulit, karena aku di posisi bawah. Akhirnya aku mencoba mengimbanginya dengan menggoyang ke kiri kanan saja.&lt;br /&gt;
  1863. &lt;br /&gt;
  1864. Tangan Prast yang tadinya bertumpu pada pegangan kursi panjang aku angkat agar meremas payudaraku. Aku sudah tidak tahan lagi. Sensasi ini sudah demikian menggila. Pundak Prast kugigit. Kepalaku terhentak ke kanan dan kiri. Kukibas-kibaskan rambut panjangku. Tidak puas, kujambak rambutku sendiri akibat kenikmatan yang kurasa.&lt;br /&gt;
  1865. &lt;br /&gt;
  1866. Sudah setengah jam lebih kami bersetubuh, namun belum tampak tanda-tanda Prast akan mengakhirinya. Sementara aku sudah gilanya menikmati setiap tusukan penisnya yang disertai goyangan memutar. Kurasakan bagai tombak yang menghunjam. Mengaduk-aduk seluruh syaraf nikmat yang ada dalam vaginaku. Kalau tidak takut ketahuan oleh teman sekost pun mungkin aku sudah berteriak-teriak, mengekspresikan segala kenikmatan yang kurasa.&lt;br /&gt;
  1867. &lt;br /&gt;
  1868. Tidak tahan lagi aku mencapai puncak setelah sekitar 45 menit bersanggama. Entahlah, apakah itu tergolong lama atau tidak, namun kenikmatan yang kurasa tidak mampu kutahan lagi. Dahsyat sekali waktu aku mencapai orgasme sanggama pertamaku ini (kalau orgasme akibat gesekan saja sih aku sudah sering mengalaminya, itu pun setelah satu jam atau lebih).&lt;br /&gt;
  1869. &lt;br /&gt;
  1870. Basah kurasakan sampai pahaku, mungkin akibat cairanku yang meluap-luap. Aku menjambak rambutku sendiri. Kedua pahaku kurapatkan, kakiku mencengkeram pinggangnya dan menariknya, memaksanya untuk memasukkan penisnya secara penuh ke kemaluanku. Nikmat sekali mencapai orgasme. Prast berbisik lembut agar aku menahan dan tetap bercinta. Anggukanku dibalasnya dengan tusukan tajam yang makin cepat. Kubiarkan saja dia mengobrak-abrik dinding kemaluanku. Pasrah, namun tetap berusaha mengimbangi dan menikmati sambil berharap semoga dia tidak langsung keluar.&lt;br /&gt;
  1871. &lt;br /&gt;
  1872. Benar saja, baru setelah dua puluh menit aku orgasme, Prast baru mencapai orgasmenya. Dia meracau tidak karuan dan menggenggam pundakku kencang-kencang. Sakit, tapi kucoba menahannya dengan mengatupkan gigiku karena aku tahu Prast memerlukannya. Segera dicabutnya penisnya dari kemaluanku dan langsung dikocoknya di depanku. Spermanya muncrat dan ditumpahkannya ke payudaraku. Ada sebagian yang mengenai wajahku dan tembok di belakangku.&lt;br /&gt;
  1873. &lt;br /&gt;
  1874. Ooh.., nikmatnya, waktu kurasakan hangat spermanya menyentuh kulit payudara dan wajahku. Langsung kuusap. Aku tidak mau begitu saja melewatkan kehangatan spermanya di atas puting payudaraku. Diciuminya aku. Kubalas dengan pagutan mesra. Nikmat dan mesra sekali kami malam itu. Meskipun pemula, kini aku tahu teknik untuk menghindari kehamilan dengan mengeluarkan penis dari lubangku dan mengocoknya untuk membantu Prast orgasme.&lt;br /&gt;
  1875. &lt;br /&gt;
  1876. Bersambung ke bagian 02</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/8402424910161783413/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-01.html#comment-form' title='0 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8402424910161783413'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/8402424910161783413'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kundalini-01.html' title='Kundalini 01'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>0</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-5445181151862071229</id><published>2011-07-24T07:52:00.001-07:00</published><updated>2011-07-24T07:52:31.496-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kucing Dikasih Daging 02</title><content type='html'>Sambungan dari bagian 01&lt;br /&gt;
  1877. &lt;br /&gt;
  1878. Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras. Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku. Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.&lt;br /&gt;
  1879. &quot;Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang.&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  1880. &lt;br /&gt;
  1881. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1882. &lt;br /&gt;
  1883. Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini. Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan penisku di depan vaginanya. Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan penisku pada vaginanya. Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan penisku semakin dalam ke dalam vaginanya, membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya.&lt;br /&gt;
  1884. &lt;br /&gt;
  1885. &quot;Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..&quot; erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.&lt;br /&gt;
  1886. &quot;Slepp..&quot; kutekan batang penisku sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku menempel di bibir vaginanya.&lt;br /&gt;
  1887. Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.&lt;br /&gt;
  1888. &quot;Ohh, Voon..!&quot; desahku sambil mulai menarik penisku keluar hingga setengah jalan, lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal penisku.&lt;br /&gt;
  1889. &quot;Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..&quot;&lt;br /&gt;
  1890. &lt;br /&gt;
  1891. Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku, sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya. Entah apa yang ia rasakan, mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.&lt;br /&gt;
  1892. &lt;br /&gt;
  1893. &quot;Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.., aku cinta kamu, Voon..&quot; kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya sementara tanganku meraba-raba putingnya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di vaginanya dengan penis besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.&lt;br /&gt;
  1894. &quot;Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.., aku cinta kamu Sayang..&quot;&lt;br /&gt;
  1895. Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya. Kadang turun ke buah dada dan putingnya. Kuhisap bibirnya dengan bernafsu. Hampir 10 menit kulakukan ini.&lt;br /&gt;
  1896. &lt;br /&gt;
  1897. Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.&lt;br /&gt;
  1898. &quot;Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..&quot; desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.&lt;br /&gt;
  1899. Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba puting dadaku dan punggungku.&lt;br /&gt;
  1900. &lt;br /&gt;
  1901. Saat mulutku kembali melahap bibirnya, tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi, dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.&lt;br /&gt;
  1902. &lt;br /&gt;
  1903. Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan genjotan penisku pada vaginanya yang semakin mengganas dan cepat, dimana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu, membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat. Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan menghisap putingnya, sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.&lt;br /&gt;
  1904. &lt;br /&gt;
  1905. 15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.&lt;br /&gt;
  1906. &quot;Aahh..! Aahh..! Diikii..!&quot; ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja, lalu &quot;Ahk..!&quot; kembali memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya pada vaginanya yang meledakkan lendir orgasme panas hingga meleleh keluar dari vaginanya.&lt;br /&gt;
  1907. &lt;br /&gt;
  1908. Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu, sementara penisku masih keras berdenyut-denyut di dalam vaginanya.&lt;br /&gt;
  1909. &quot;Aaah, Dikii capee..&quot; Ivone berkata lirih.&lt;br /&gt;
  1910. Aku masih berdiam di atas badannya dengan penisku masih menancap dalam vaginanya.&lt;br /&gt;
  1911. &quot;Aku masih belum juga nih, nanggung Sayang..&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  1912. &lt;br /&gt;
  1913. Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging. Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang, dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar. Lalu kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang memang sudah siap dimasuki itu.&lt;br /&gt;
  1914. &quot;Clep..&quot; kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.&lt;br /&gt;
  1915. &lt;br /&gt;
  1916. Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini, dan semakin lama semakin cepat. Penisku terasa diremas-remas oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia. Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.&lt;br /&gt;
  1917. &lt;br /&gt;
  1918. Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat sehingga terdengar &#39;keceplok&#39; perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang. Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.&lt;br /&gt;
  1919. &lt;br /&gt;
  1920. Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini, sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya sementara kedua tangannya mencengkeram kasur dan desahan dan erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil, dan tidak terkendali, semakin lama semakin keras.&lt;br /&gt;
  1921. &quot;Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..&quot;&lt;br /&gt;
  1922. &lt;br /&gt;
  1923. Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.&lt;br /&gt;
  1924. &quot;Voon.. nikhmaat.., Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..&quot;&lt;br /&gt;
  1925. &quot;Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!&quot;&lt;br /&gt;
  1926. Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu dan aku pun semakin keras menggenjotkan penisku di vaginanya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.&lt;br /&gt;
  1927. &lt;br /&gt;
  1928. Ivone mendorong pantatnya habis-habisan sehingga penisku menancap dalam vaginanya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari vaginanya. Kutekan penisku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya. Kembali ia ambruk lemas hingga penisku tercabut lepas dari vaginanya. Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya. Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.&lt;br /&gt;
  1929. &lt;br /&gt;
  1930. Begitu napasnya terdengar mulai tenang, kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi, namun ia menoleh dan memohon.&lt;br /&gt;
  1931. &quot;Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!&quot;&lt;br /&gt;
  1932. &quot;Aku belum keluar juga, nanggung nih..!&quot; kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.&lt;br /&gt;
  1933. Ia terdiam sementara aku pun menungging di belakangnya, lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.&lt;br /&gt;
  1934. &lt;br /&gt;
  1935. Vaginanya tidak lagi kusentuh, kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup. Ivone diam saja tidak bereaksi. Lalu aku bangkit dan mengarahkan penisku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya, lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya. Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur. Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan.&lt;br /&gt;
  1936. &quot;Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!&quot;&lt;br /&gt;
  1937. &lt;br /&gt;
  1938. Aku memeluknya dan membelai rambutnya, &quot;Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru.&quot;&lt;br /&gt;
  1939. Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, penisku semakin mengeras dan membesar. Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan penisku ke dalam lubang anusnya. Kepala penisku tertahan erat di ujung lubang anusnya.&lt;br /&gt;
  1940. &lt;br /&gt;
  1941. &quot;Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..&quot; erangnya.&lt;br /&gt;
  1942. Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin, lalu kupaksakan penisku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu. Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala penisku, terus hingga terasa lebih lancar. Tidak kuperdulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.&lt;br /&gt;
  1943. &lt;br /&gt;
  1944. Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku, sementara pantatku maju menyodokkan penisku lebih dalam ke lubang anusnya. Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.&lt;br /&gt;
  1945. &quot;Dikii, sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh..&quot;&lt;br /&gt;
  1946. Namun usahaku tidak sia-sia. Semakin lama penisku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya, dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat. Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay (bodi aduhay) ini.&lt;br /&gt;
  1947. &lt;br /&gt;
  1948. Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini. Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat, sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu. Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.&lt;br /&gt;
  1949. &quot;Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.., Sayang..!&quot;&lt;br /&gt;
  1950. &lt;br /&gt;
  1951. Aku menjerit keras dan, &quot;Crat.. Crat..&quot; berulang kali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.&lt;br /&gt;
  1952. Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk. Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu, terus hingga muncratan mani terakhirku dan penisku melemas seketika di dalam pantatnya.&lt;br /&gt;
  1953. &lt;br /&gt;
  1954. Aku ambruk menindih tubuh Ivone dan penisku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah. Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.&lt;br /&gt;
  1955. &quot;Kamu puas Sayang..?&quot; tanyanya sambil menatap wajahku.&lt;br /&gt;
  1956. Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal. Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.&lt;br /&gt;
  1957. &lt;br /&gt;
  1958. &quot;Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget..&quot;&lt;br /&gt;
  1959. Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.&lt;br /&gt;
  1960. &quot;Mandi yuk..?&quot; ajaknya.&lt;br /&gt;
  1961. &quot;Ayuk mandiin ya..?&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  1962. Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.&lt;br /&gt;
  1963. &lt;br /&gt;
  1964. Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan. Sambil berpelukan, aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil menghembuskan asap dengan penuh kenikmatan, membayangkan apa yang baru saja kami lakukan. Setelah beres berpakaian, kami langsung check out. Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi, dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.&lt;br /&gt;
  1965. &lt;br /&gt;
  1966. &quot;Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan,&quot; katanya sambil melepas pelukan.&lt;br /&gt;
  1967. &quot;Ya, Sayang.., met istirahat ya,&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  1968. Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya. Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..!&lt;br /&gt;
  1969. &lt;br /&gt;
  1970. TAMAT</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/5445181151862071229/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kucing-dikasih-daging-02.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5445181151862071229'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/5445181151862071229'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kucing-dikasih-daging-02.html' title='Kucing Dikasih Daging 02'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-6475303700878514894</id><published>2011-07-24T07:51:00.000-07:00</published><updated>2011-07-24T07:51:52.951-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Kucing Dikasih Daging 01</title><content type='html'>Namaku Diki, 28 tahun. Aku adalah seorang staf perusahaan perbankan pemerintah di Bandung. Di kantorku, ada seorang sekretaris kepala divisi Treasury bernama Ivone, berusia 34 tahun telah menikah namun belum juga dikarunia anak. Katanya sih.. Ivone dan suaminya sama-sama tidak masalah, tapi ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih juga kosong.&lt;br /&gt;
  1971. &lt;br /&gt;
  1972. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  1973. &lt;br /&gt;
  1974. Karena pekerjaanku banyak berhubungan dengan divisi dia, maka otomatis aku sering bekerjasama dengan staf-staf di divisinya, termasuk dengan Ivone. Keakraban ini semakin lama semakin erat sampai antara dia dan aku sering menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi. Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan affair, disamping posisi dia sebagai istri orang, secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.&lt;br /&gt;
  1975. &lt;br /&gt;
  1976. Suatu hari, aku menuju ruangan divisi treasury. Kutengok meja kerja sekretris Kadiv, ternyata Ivone keliatan lesu.&lt;br /&gt;
  1977. &quot;Sedih amat tampangnya hari ini?&quot; pikirku.&lt;br /&gt;
  1978. &quot;Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  1979. &quot;Eh, nggak. Nggak pa-pa kok,&quot; jawabnya sambil pura-pura menyibukkan diri.&lt;br /&gt;
  1980. &quot;Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa sekretaris tampangnya nggak seger ah..!&quot; kataku sedikit menggoda.&lt;br /&gt;
  1981. Dia tidak berkomentar, &quot;Ok, aku mo ke Pak Handi dulu ya..&quot; (Pak Handi adalah Kepala Bagian Treasury) kataku.&lt;br /&gt;
  1982. &lt;br /&gt;
  1983. Setelah selesai menghadap Pak Handi, mendadak vibra HP-ku bergetar, dan kulihat ada 1 SMS masuk dan kubaca.&lt;br /&gt;
  1984. Dik, aku mo minta tolong but secret ya.. dari No HP-nya Ivone.&lt;br /&gt;
  1985. Segera aku menghampiri meja kerjanya dan kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil pandangan matanya kemana.&lt;br /&gt;
  1986. &lt;br /&gt;
  1987. &quot;Kenapa..? Ada apa sih..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  1988. &quot;Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong tapi aku malu. Dan mending lewat SMS aja ya..!&quot; pintanya.&lt;br /&gt;
  1989. &quot;Lho.. kenapa musti lewat SMS..? mending sekarang aja..&quot; jawabku.&lt;br /&gt;
  1990. &quot;Nggak.., soalnya. Emhh.. gimana ya, eh mending nggak jadi aja deh..!&quot; kata dia.&lt;br /&gt;
  1991. &quot;Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?&quot; tanyaku penasaran.&lt;br /&gt;
  1992. &quot;Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja dulu,&quot; kata dia singkat.&lt;br /&gt;
  1993. &quot;Ya udah, aku tunggu..&quot; aku menjawab sambil kembali ke ruangan kerjaku.&lt;br /&gt;
  1994. &lt;br /&gt;
  1995. Sepuluh menit kemudian, ketika aku sedang membuat laporan, mendadak vibra HP-ku bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.&lt;br /&gt;
  1996. Dik, mau tolong aku nggak..?&lt;br /&gt;
  1997. Segera kubalas melalui SMS, Tlng apa sie? Pnj duit? (tolong apa sih? Pinjam duit?)&lt;br /&gt;
  1998. Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya.. (Jangan bercanda, serius! Tapi aku malu ngomongnya..)&lt;br /&gt;
  1999. ok, serius &amp;amp; jg ml, da apa? (Ok, serius dan jangan malu, ada apa?)&lt;br /&gt;
  2000. aku pgn pny anak.. (Aku pingin punya anak..)&lt;br /&gt;
  2001. &lt;br /&gt;
  2002. Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.&lt;br /&gt;
  2003. &quot;Ivone ingin punya anak..? Lho wajarkan..! Maksudnya apa ya?&quot; pikirku dalam hati.&lt;br /&gt;
  2004. aku gk ngerti, langsung kbalas lagi SMS-nya.&lt;br /&gt;
  2005. aku pgn pny anak, tlng bnt aku..&lt;br /&gt;
  2006. dgn cara apa?? Aku gak ngerti??&lt;br /&gt;
  2007. Lama kutunggu balasan SMS-nya.&lt;br /&gt;
  2008. &lt;br /&gt;
  2009. Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku bergetar.&lt;br /&gt;
  2010. ..ML W/U..&lt;br /&gt;
  2011. Apaa..! Tidak pernah terpikir olehku mendapat jawaban SMS seperti ini. Ivone, sekretaris Kadiv, tinggi 166 cm. Putih, bentuk tubuh proporsional, rambut sebahu, wajah manis, ingin agar aku memberikan benih sperma agar dia dapat memiliki anak. Bingung aku menjawab SMS-nya.&lt;br /&gt;
  2012. &lt;br /&gt;
  2013. 1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya? Easy come easy go aja deh. Yang penting kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai rasa, pakai nafsu saja. Ha.. haa.. haa.. tidak pernah terpikirkan olehku.&lt;br /&gt;
  2014. &lt;br /&gt;
  2015. Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat SMS dari Ivone.&lt;br /&gt;
  2016. sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td..&lt;br /&gt;
  2017. Woow.., rupanya dia ragu-ragu. Langsung kutelpon dia.&lt;br /&gt;
  2018. &quot;Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore ini pulang kantor..&quot; langsung aku berbicara tanpa basa-basi.&lt;br /&gt;
  2019. &quot;Mh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi pagi.&quot; terus dia diam.&lt;br /&gt;
  2020. &quot;Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku jemput kamu di Holland bakery merdeka jam 17.00 oke.&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  2021. &quot;Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti.&quot; katanya.&lt;br /&gt;
  2022. &lt;br /&gt;
  2023. Langsung aku berpikir, gila.. beneran ini peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus rapih.. dan aman.. jangan sampai diketahui orang kantor..&lt;br /&gt;
  2024. &lt;br /&gt;
  2025. Pukul 16.45, aku segera pulang dan menuju ke arah Jl. Merdeka. Kulihat Ivone telah menunggu di muka Holland bakery dan langsung dia menaiki corolla SE-ku.&lt;br /&gt;
  2026. &quot;Udah lama..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  2027. &quot;Nggak, paling baru lima menit,&quot; jawab dia tegang.&lt;br /&gt;
  2028. &quot;Hm.. kita ke atas aja ya..?&quot; memberi alternatif.&lt;br /&gt;
  2029. &quot;Terserah Diki deh..&quot; Ivone masih menjawab dengan tegang.&lt;br /&gt;
  2030. Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku juga tegang.&lt;br /&gt;
  2031. &lt;br /&gt;
  2032. Kurang lebih 30 menit kemudian aku memasukkan mobil ke hotel &#39;GS&#39; di jalan Setiabudhi, dan langsung memasukkan mobil di dalam ruang parkir kamar hotel, jadi posisinya benar-benar aman. Sesampainya di kamar Hotel &#39;GS&#39; di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV dan masih berpikir.&lt;br /&gt;
  2033. &quot;Apa ini mimpi, aku di kamar hotel bareng Ivone dan berencana melakukan sesuatu. Haah.., bodo amat, sing penting awalnya dia yang minta..&quot; ujarku dalam hati.&lt;br /&gt;
  2034. &lt;br /&gt;
  2035. Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar, &quot;Kamu sering ke sini Dik..?&quot; tanyanya.&lt;br /&gt;
  2036. &quot;Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. (padahal aku seringnya ke hotel &#39;PK&#39; yang masih satu jalur, hanya lebih di atas), kenapa emang..?&quot; aku balik bertanya.&lt;br /&gt;
  2037. &quot;Enggak, kali aja, kamu mungkin sering bawa pacar-pacar kamu check-in..?&quot; katanya.&lt;br /&gt;
  2038. &quot;Ha.. ha.. kan selama ini kamu tau siapa aku dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok,&quot; ujarku.&lt;br /&gt;
  2039. &quot;Iya ya, aku kok jadi bego gini.., padahalkan kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-pacar kamu,&quot; dia jadi geli sendiri.&lt;br /&gt;
  2040. &lt;br /&gt;
  2041. &quot;Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah deh, kita cancel aja?&quot; kata dia ragu.&lt;br /&gt;
  2042. &quot;Mh.. emang sie aku kaget, kenapa sie.. atas dasar apa..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  2043. &quot;Mo tau, pertama aku merasa jenuh banget ama kehidupan pernikahanku.. belum juga dikarunai anak, segala macam udah aku coba.. tau sendiri kan, lama-lama aku merasa bosan dengan pernikahanku Dik, dan mendadak terpikir keinginan seperti ini,&quot; kata Ivone.&lt;br /&gt;
  2044. &lt;br /&gt;
  2045. &quot;Hm.. it&#39;s okey for me.. kamu tau kan aku. Easy come easy go. Aku pikir selama nggak pake rasa, kenapa musti ditolak.. wong kucing disodorin daging, mana tahan. He.. he..&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  2046. &quot;Dasar.. Dikii.., itu yang jadi alasan kenapa aku minta tolong ama kamu.., soalnya kamu nggak terlalu ambil pusing ama suatu kondisi,&quot; kata Ivone sambil tersenyum.&lt;br /&gt;
  2047. &quot;So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih.. kita cuma dua manusia dewasa yang sama-sama mengerti apa itu making love, tapi tetep aja aku pengen kamu juga menikmatinya, dan aku perlakukan seperti seorang wanita,&quot; kataku sedikit ngegombal.&lt;br /&gt;
  2048. &lt;br /&gt;
  2049. Aku tidak memberikan kesempatan untuk Ivone berkata apa-apa lagi. Aku langsung memeluk dan melumat bibirnya. Ivone gelapan dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, aku membuka bra-nya yang berukuran 36B dan celana dalamnya. Ivone mulai terangsang dan menjadi beringas, bagaikan macan kelaparan. Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang kewanitaannya yang menebarkan harum yang khas.&lt;br /&gt;
  2050. &lt;br /&gt;
  2051. &quot;Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu.. jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..&quot; Ivone mengeliat sambil mengacak-acak rambutku dan lalu sedikit mendorong kepalaku.&lt;br /&gt;
  2052. &quot;Dikii Ivone belum pernah dicium bagian yang paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?&quot;&lt;br /&gt;
  2053. Wah, rupanya dia benar-benar seorang wanita yang belum pernah merasakan eksplorasi semua wilayah.&lt;br /&gt;
  2054. &quot;Emang Mas-mu nggak pernah..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  2055. &quot;Enggaak,&quot; jawabnya sambil menunduk dan menggigit bagian bawah bibirnya.&lt;br /&gt;
  2056. &quot;Von, sayang aku beri kamu sebuah pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan ya,&quot; ujarku sambil kembali menciumi vaginanya.&lt;br /&gt;
  2057. &lt;br /&gt;
  2058. Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan menjilat klitorisnya yang sebesar kacang kedelai.Ivone kemudian membuka kemeja dan celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget! Melihat &#39;barang&#39;-ku sudah keluar melewati celana dalamku. Kelihatan ujungnya memerah.&lt;br /&gt;
  2059. &quot;Aah.. Dikii Aku takut, apa muat..? Punyamu gede gitu..?&quot;&lt;br /&gt;
  2060. Aku tidak menghiraukan pertanyaannya.&lt;br /&gt;
  2061. &lt;br /&gt;
  2062. Satu jari kumasukkan ke dalam lubang kewanitaannya. Kukeluar-masukkan jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari kumasukkan lagi.&lt;br /&gt;
  2063. &quot;Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik.. aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar nih..!&quot;&lt;br /&gt;
  2064. Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.&lt;br /&gt;
  2065. &lt;br /&gt;
  2066. &quot;Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Von..!&quot; aku meminta kepadanya.&lt;br /&gt;
  2067. &quot;Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?&quot; jawabnya.&lt;br /&gt;
  2068. &quot;Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa.&quot;&lt;br /&gt;
  2069. &quot;Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang.&quot;&lt;br /&gt;
  2070. &lt;br /&gt;
  2071. Sekitar lima belas menit kemudian eranganku semakin menjadi-jadi.&lt;br /&gt;
  2072. &quot;Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..&quot;&lt;br /&gt;
  2073. Terasa Ivone menghisap semakin kuat, aku pun semakin keras erangannya. Tangangku bekerja lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering menjadi basah kembali. Mulut Ivone masih penuh kemaluanku dengan gerakan keluar masuk seperti seorang penyanyi.&lt;br /&gt;
  2074. &lt;br /&gt;
  2075. &quot;Ivone, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?&quot; pintaku.&lt;br /&gt;
  2076. Ivone hanya menganggukkan kepala saja, kedua kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku, sehingga posisinya mengangkang. Aku melihat dengan jelas kemaluan Ivone, wanita yang telah bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan berada di hadapanku dalam situasi seperti sekarang ini.&lt;br /&gt;
  2077. &lt;br /&gt;
  2078. Aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung kemaluanku pada bibir vaginanya.&lt;br /&gt;
  2079. &quot;Aaah Dikii..&quot; Ivone pun kegelian.&lt;br /&gt;
  2080. Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan kiriku, dan tangan kananku menuntun kemaluanku yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaannya. Kudorong perlahan, &quot;Sreett..,&quot; mulai kurasakan ujung kemaluanku masuk perlahan. Aku melihat Ivone meringis menahan sakit, aku berhenti dan bertanya.&lt;br /&gt;
  2081. &quot;Sakit ya..?&quot;&lt;br /&gt;
  2082. Ivone tidak menjawab, hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya.&lt;br /&gt;
  2083. &lt;br /&gt;
  2084. Aku menggoyang perlahan dan, &quot;Bleess..&quot; kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone menjerit, &quot;Aaauu.. Diikkii.. aahh..!&quot;&lt;br /&gt;
  2085. Kutahan pantatku untuk tidak bergerak. Rupanya kemaluannya agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluannya berdenyut, Ivone berusaha mengejang, sehingga kemaluanku merasa terpijit-pijit.&lt;br /&gt;
  2086. &lt;br /&gt;
  2087. Selang beberapa saat, kemaluannya rupanya sudah dapat menerima semua kemaluanku dan mulai berair, sehingga ini memudahkanku untuk bergerak. Aku merasa bahwa Ivone mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan aku menggerakkan pantatku ke belakang dan ke depan. Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia mengikutiku dengan ikut menggerakkan pantatnya berputar.&lt;br /&gt;
  2088. &lt;br /&gt;
  2089. &quot;Aduhh.., Ivonee..,&quot; erangku menahan laju gerakan pantatku.&lt;br /&gt;
  2090. Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli karena Ivone bergerak memutar-mutar pantatnya, dia semakin kuat memegangnya.&lt;br /&gt;
  2091. &lt;br /&gt;
  2092. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya dia mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Ivone menurunkan kakinya dan menggamit pinggangku, Ivone memegang batang kemaluanku yang keluar masuk liang kewanitaannya, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya. Ivone pun mengerang keasyikan.&lt;br /&gt;
  2093. &quot;Kecepek.., kecepek..,&quot; bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya.&lt;br /&gt;
  2094. Tampaknya Ivone kegelian hebat, &quot;Vonee.. aku mau keluar, Tahan ya..!&quot; pintaku.&lt;br /&gt;
  2095. &lt;br /&gt;
  2096. &quot;Sreet.., sreett.., sreett..,&quot; kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.&lt;br /&gt;
  2097. Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.&lt;br /&gt;
  2098. &quot;Ivone sayang.., jepitan kemaluan kamu benar-benar. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Vonee.&quot;&lt;br /&gt;
  2099. &quot;Aahh.. kamu bohong, cowok seperti kamu itu emang paling bisa muji cewe.&quot;&lt;br /&gt;
  2100. Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.&lt;br /&gt;
  2101. &lt;br /&gt;
  2102. &quot;Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?&quot; tanyaku.&lt;br /&gt;
  2103. &quot;Pasti..! Tapi ada syaratnya..,&quot; jawabnya.&lt;br /&gt;
  2104. &quot;Apa dong syaratnya..?&quot; tanyaku penasaran.&lt;br /&gt;
  2105. &quot;Gampang saja.., aku ingin punya anak, aku ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!&quot;&lt;br /&gt;
  2106. &quot;Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula. Ini kemauan kita berdua tidak ada paksaan dan itung-itung aku amal. He.. he..&quot;&lt;br /&gt;
  2107. &quot;Dasar..!&quot; Ivone mencubit pinggangku.&lt;br /&gt;
  2108. &lt;br /&gt;
  2109. Bersambung ke bagian 02</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/6475303700878514894/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kucing-dikasih-daging-01.html#comment-form' title='4 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6475303700878514894'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/6475303700878514894'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/kucing-dikasih-daging-01.html' title='Kucing Dikasih Daging 01'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>4</thr:total></entry><entry><id>tag:blogger.com,1999:blog-3657984703354741101.post-1953219892128110931</id><published>2011-07-24T07:50:00.000-07:00</published><updated>2011-07-24T07:50:27.894-07:00</updated><category scheme="http://www.blogger.com/atom/ns#" term="Umum"/><title type='text'>Korban Pelet 3: Sofie</title><content type='html'>Aku kenal Sofie ketika pulang dari rumah Oom Dhar. Perjalanan Jakarta - Semarang kami tempuh dengan naik pesawat. Tak ada yang istimewa dari perjalanan itu selain aku bisa berkenalan dengan salah seorang pramugarinya yang sexy. Namanya Sofie, tubuhnya sedikit kurus tapi buah dadanya montok banget. Sebenarnya kulit tubuhnya agak gelap, tapi tak apalah, kesannya kayak cewek latin. Aku berpura-pura pergi ke toilet, tapi sebenarnya menemui cewek pramugari itu. Langsung saja aku ajak cewek itu berkenalan dan sok ramah tamah memberikan nomor HP. Dari situah aku tahu bahwa Sofie yang berumur 28 tahun itu sudah menjanda tanpa anak. Dan akupun jadi tahu kalau Sofie hidup sendiri di sebuah rumah di daerah Bintaro.&lt;br /&gt;
  2110. &lt;br /&gt;
  2111. &lt;a name=&#39;more&#39;&gt;&lt;/a&gt;&lt;br /&gt;
  2112. &lt;br /&gt;
  2113. Ketika pesawatnya mendarat segera aku berpura-pura tidak bisa melepas sabuk pengamannya. Dengan senyum penuh pengertian Sofie datang membantu, tentu saja diiringi dengan ledekan keluargaku.&lt;br /&gt;
  2114. &quot;Mbak bisa bantu lepaskan sabuk pengaman saya.&quot; pintaku.&lt;br /&gt;
  2115. &quot;Oh iya, tentu saja. Penerbangan pertama yah?&quot; kata Sofie ramah.&lt;br /&gt;
  2116. &quot;Iya, begitulah.&quot; jawabku.&lt;br /&gt;
  2117. &quot;Yah.. begitulah..&quot; ledek Ingrid adikku yang kemudian segera aku pelototi.&lt;br /&gt;
  2118. Keluarga segera turun lebih dulu seakan memberikan kesempatan padaku. Itulah yang aku suka dari keluargaku, selalu pengertian. Sehingga akupun memiliki kesempatan ketiga,&lt;br /&gt;
  2119. &quot;Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine Dony Bara. Geni abang napsu abang, manjingo ing jabang bayine wanito ing netro. Geni abang napsu abang, lebur dadi siji ing lebur jiwo. Leburen jiwane manungal ing jabang bayine Dony Bara. Lebur.. lebur.. lebur..&quot;&lt;br /&gt;
  2120. &lt;br /&gt;
  2121. &quot;Mbak Sofie..&quot;&lt;br /&gt;
  2122. Sofie yang masih sibuk melepaskan sabuk pengamanku yang segaja aku belitkan sebelumnya. Dan fuuhh.. tepat ketika dia memandangku.&lt;br /&gt;
  2123. &quot;Apa kita bisa ketemuan habis ini?&quot; tanyaku kemudian.&lt;br /&gt;
  2124. &quot;Oh.. ah.. iya.&quot; jawabnya sedikit linglung.&lt;br /&gt;
  2125. &quot;Dimana?&quot; tanyaku lagi.&lt;br /&gt;
  2126. Dengan terburu-buru Sofie menyelipkan selembar kartu nama ke saku hemku dengan berbisik,&lt;br /&gt;
  2127. &quot;Jam tujuh.&quot;&lt;br /&gt;
  2128. Lalu segera berlalu dengan kerlingan matanya yang indah. Dan akupun segera berlalu menyusul keluargaku yang telah menunggu.&lt;br /&gt;
  2129. &lt;br /&gt;
  2130. Jam tujuh malam. Aku sudah berada di depan rumah mungil bercat hijau itu. Aku ketuk pintunya perlahan. Sofie membukakan pintunya dengan senyum merekah.&lt;br /&gt;
  2131. &quot;Hai Don, aku tak sabar menunggumu.&quot;&lt;br /&gt;
  2132. Aku segera masuk ke dalam ruang tamunya yang tak begitu luas tapi tertata apik. Tapi aku lebih tertarik pada Sofie yang sexy. Apalagi Sofie langsung saja menarikku ke dalam kamarnya yang hangat.&lt;br /&gt;
  2133. &quot;Aku sangat tersanjung dengan penyambutanmu, Sofie.&quot; kataku kemudian duduk di sofa dekat jendela kamar.&lt;br /&gt;
  2134. &quot;Bagaimana menurutmu dengan penampilanku, Don?&quot;&lt;br /&gt;
  2135. &quot;Lingerin itu sangat cantik kau kenakan. Aku bisa melihat tubuhmu yang indah.&quot; kataku memandangi Sofie yang membelai setiap lekuk tubuhnya dari wajah sampai pahanya yang terbalut lingerin merah menyala yang super tipis.&lt;br /&gt;
  2136. &quot;Laluu..?&quot; desahnya menggugah birahiku.&lt;br /&gt;
  2137. &quot;Aku bisa memandangi dadamu yang kencang dan montok itu hingga menjadi gila.&quot; kataku memandangi Sofie yang meremas-remas kedua buah dadanya yang bersembunyi di balik lingerin yang membuat Sofie nampak semakin sexy itu.&lt;br /&gt;
  2138. &quot;Ooohh.. laluu..&quot; desahnya memacu libidoku.&lt;br /&gt;
  2139. &quot;Aku bissa memandangi perutmu yang langsing hingga aku makin bergairah padamu..&quot; kataku sambil memandangi Sofie yang membelai perutnya yang langsing terbuka tanpa terbalut kain apapun hingga membuat jantungku berdetak keras.&lt;br /&gt;
  2140. &quot;Laluu.. Doonn..&quot; desahnya membuat nafasku tersengal.&lt;br /&gt;
  2141. &quot;Aku bisa memandangi pahamu yang sekal sampai aku merasa ingin selalu membelainyaa..&quot; kataku sambil memandangi Sofie yang mengelus pahanya yang terbalut stoking tipis di atas kursi.&lt;br /&gt;
  2142. &quot;Lalu.. apalagi Donn..&quot; desahnya semakin panjang.&lt;br /&gt;
  2143. &quot;Aku.. bisa memandangi bokongmu yang padat dan kenyal sampai.. membuat air liurku bagai menetes.&quot; kataku sambil memandangi Sofie yang meremas kedua bokongnya yang sengaja menungging memancing gairahku yang semakin membakar.&lt;br /&gt;
  2144. &quot;Teruss.. apalagi Doonnyy..&quot; erang Sofie.&lt;br /&gt;
  2145. &quot;Aku bisa..&quot;&lt;br /&gt;
  2146. &quot;Bissa apaa.. sayaanng..&quot; desah Sofie sambil membuka resleting lingerinnya yang melingkar menutupi bagian kemaluannya.&lt;br /&gt;
  2147. &quot;Aku.. bisa.. memandangi pussymu.. yang ingin aku korek dengan nagakuu.. manis..&quot; kataku sambil melucuti kaos dan celana jeansku.&lt;br /&gt;
  2148. &lt;br /&gt;
  2149. Segara saja aku menyergapnya, dan kami bercumbu dengan penuh gairah. Kami berciuman, beradu lidah dan bergantian mengisapnya. Kuciumi semua permukaan wajahnya dan kujilati semua lekuk wajahnya. Hingga lidah Sofie menjulur menjilat lidahku lalu menghisapnya kuat-kuat.&lt;br /&gt;
  2150. &quot;Aaacchh.. Soff.. ummhh..&quot; desahku dengan nafas tersendat-sendat menahan gemuruhnya kawah birahi yang seakan ingin meluap.&lt;br /&gt;
  2151. &lt;br /&gt;
  2152. Tanganku tak diam. Membelai kelangsingan perutnya, punggungnya, dan meremas-remas bokong Sofie yang padat. Kemudian tanganku membelai vaginanya yang menyembul dari lingerinnya yang melekat ketat di tubuhnya. Jari manis dan telunjukku merenggangkan pinggiran vagina Sofie. Lalu jari tengahku menekan-nekan klitorisnya dengan penuh sampai membuatnya mendengus manja.&lt;br /&gt;
  2153. &quot;Oooh.. sshh.. terus.. say.. iya.. enak disitu.. uuhh..!&quot;&lt;br /&gt;
  2154. &lt;br /&gt;
  2155. Lendir kenikmatan Sofie membasah di jari-jariku. Gerakannya menggila meremas-remas rambut dikepalaku yang serasa mau rontok saja. Lalu jemari Sofie menurun membelai-belai punggungku dan cumbuannya beralih pada dadaku yang berbulu kemudian menciumi kedua puting susuku yang kecil dan dihisapnya penuh perasaan.&lt;br /&gt;
  2156. &quot;Aaahh..&quot; pekikku penuh dengan perasaan yang sebelumnya tak pernah ada.&lt;br /&gt;
  2157. Baru kali ini puting susuku dihisap oleh cewek dan rasanya.. geli dan nikmat banget. Sekali kesempatan aku buka resleting lingerinnya dan Sofiepun menarik perlahan lingerin itu seiring cumbuannya pada daerah sekitar perutku. Darahku bagai berhenti mengalir ketika Sofie menghisap pusarku lalu menjilati lubangnya dengan lidahnya.&lt;br /&gt;
  2158. &quot;Aachh.. Soff.. kamu pintar sayang..&quot; mulutku menceracau tak karuan.&lt;br /&gt;
  2159. &quot;Ssst.. tenanglah say.. aku akan menikmatkanmu..&quot; ujarnya sambil merosot CDku. Dan dengan sigap disepongnya penisku yang sudah penuh dengan tegangan tinggi itu.&lt;br /&gt;
  2160. &quot;Ssooff.. ahh.. enak say.. sambil mainkan buahnya say.. aduh nikmatnya.. ohh..&quot; erangku penuh emosi birahi.&lt;br /&gt;
  2161. &lt;br /&gt;
  2162. Saking tak tahannya aku terduduk kembali di sofa dan Sofie mengikuti dengan berjongkok dengan tubuhnya yang sudah bugil itu. Seluruh persendiaku terasa mau pecah oleh permainan lidah Sofie yang menjilat-jilat ujung penisku yang merah membara dan permainan bibirnya ketika tangan Sofie membimbing penisku masuk keluar rongga mulutnya. Reflek kutarik dan kumasukkan kembali penisku ke arah mulutnya berulang kali. Sedangkan tanganku mulai sibuk mencari-cari payudara Sofie yang menggelantung di dadanya. Ah.. eh.. desah Sofie di sela-sela penisku merasakan setiap cubitan-cubitan kecil di puting susunya. Ketika aku meremas-remasnya, terasa begitu kenyal daging yang tumbuh tak proporsional dengan badan Sofie itu.&lt;br /&gt;
  2163. &lt;br /&gt;
  2164. Permainan lidah Sofie semakin menjadi-jadi hingga membuat nafasku seakan tak bisa mengimbangi semangatnya. Sofie terus mengenyot-ngenyot penisku dan menekan-nekannya sambil mempermainkan buah zakarku. Mendadak saja aku merasakan bahwa magmaku ingin menyembur keluar.&lt;br /&gt;
  2165. &quot;Aduh.. sayy.. aku hampir nyampe.. aku tekan yaa..&quot;&lt;br /&gt;
  2166. Sofie mengeluarkan batang penisku dari mulutnya dan aku segera menekannya lalu croot.. croot.. air maniku keluar banyak banget dan menyembur ke wajah Sofie, seluruhnya. Cairan putih kental itu nampak menjijikkan. Tapi Sofie dengan nikmat menjilatinya. Aku mengelap mukanya dengan lingerinnya. Sofie kembali melumat 1/2 bagian penisku lalu menghisapnya hingga air maniku habis keluar.&lt;br /&gt;
  2167. &quot;Mmmhh.. ahh.. spermamu enak say..&quot; katanya sambil mengocok ngocok penisku di dalam mulutnya. Penisku kembali bangun dan menyodok-nyodok rongga mulut Sofie. Makin lama muka Sofie nampak memerah nafasnya berat dan mendesah-desah.&lt;br /&gt;
  2168. &quot;Shh.. aahh.. ahh.. Doonn aku hampir sampai nih..&quot; katanya sambil mendongak kearahku.&lt;br /&gt;
  2169. &quot;Kamu nungging dong sayang..&quot; kataku. Sofie segera menunging membelakangiku. Tanganku berpegangan pada payudara Sofie yang menggantung bebas sedangkan Sofie menjadikan pahaku sebagai pegangan. Setelah siap segera aku mengambil ancang-ancang menyodokkan penisku kearah lubang vaginanya yang licin dan basah.&lt;br /&gt;
  2170. &lt;br /&gt;
  2171. Sleepp.. bless.. aku langsung memasukkan batang penisku terburu-buru. Kepala penisku dengan mudah menembus lorong kawin Sofie yang tak perawan lagi itu.&lt;br /&gt;
  2172. &quot;Aachh.. uhh..&quot; pekiknya membakar gairahku. Kutekan penisku agar menghunjam lebih dalam lagi. Dan akupun segera menggoyangnya dari belakang.&lt;br /&gt;
  2173. &quot;Aduh Donn.. enak terus.. yang cepat say.. shh.. ahh.. oohh..!&quot;&lt;br /&gt;
  2174. Ssuurr.. lendir kenikmatan Sofie menghangat di sekujut penisku. Segera kutarik dan kumasukkan kembali batang penisku kearah vaginanya. Sofie semakin menceracau ketika aku kembali menggoyangnya dan diapun menggoyangkan bokongnya. Tangannya menuntunku meremas-remas payudaranya yang semakin besar dan kencang karena bengkak.&lt;br /&gt;
  2175. &quot;Iya.. gitu yang.. remas terus..&quot;&lt;br /&gt;
  2176. &lt;br /&gt;
  2177. &quot;Kita kekasur yuk say..&quot; kataku.&lt;br /&gt;
  2178. Sofiepun menurut dan segera menghempaskan tubuhnya terlentang di kasur. Aku segera berjongkok di atas perutnya dan mencumbui sekwildanya sedangkan naga kecilku ikut-ikutan menusuk-nusuk susu Sofie. Aku remas-remas payudara Sofie itu dengan sedikit kasar tapi menggairahkan buktinya Sofie menggeliat-geliat merasakan amukan badai cinta. Aku remas terus kedua buah dada yang mengeras itu sambil sekali-kali menekan-nekan putingnya. Sofie mendesis-desis,&lt;br /&gt;
  2179. &quot;Sayang.. kamu hot banget..&quot;&lt;br /&gt;
  2180. Aku membalas ucapan Sofie dengan ciuman di bibirnya. Mau tak mau tubuh kami mendekat hingga naga kecilku menempel diulu hatinya. Kemudian Sofie menangkapnya lalu membelainya dengan mesra. Birahiku kembali meluap.&lt;br /&gt;
  2181. &quot;Sofie.. sayang.. payudara kamu kok gede banget sih say..&quot; kataku kemudian.&lt;br /&gt;
  2182. &quot;Penny kamu juga gede Don.. aku suka..&quot; jawab Sofie menggelitiki ujung kepala penisku.&lt;br /&gt;
  2183. &quot;Aachh.. kamu nakal. Aku makan nih ehmm..&quot;&lt;br /&gt;
  2184. Langsung saja aku kulum puting payudara Sofie. Cewek itu melenguh menggenggam-genggam penisku. Aku segera membalasnya dengan menghisap payudaranya kuat-kuat.&lt;br /&gt;
  2185. &quot;Ohh Donny.. kamu panas banget.. ohh..&quot; desah Sofie sambil meremas penisku sampai rasanya ingin remuk. Aku serang payudaranya semakin garang. Aku terdengar detak jantungnya yang memburu berpacu dengan naluri bercinta kami. Tangan kiriku segera bekerja menyusuri goa kemaluan Sofie yang semakin becek aku telusuri lorong-lorong sempitnya, aku pelintir juga clitorisnya yang berdenyut-denyut. Tiba-tiba Sofie mengerang,&lt;br /&gt;
  2186. &quot;Achh.. uuhh.. Donny.. entotin aku lagi say..&quot; pinta Sofie.&lt;br /&gt;
  2187. &lt;br /&gt;
  2188. Tapi aku belum puas bermain-main. Segera kuangkat tubuh Sofie, lalu kuletakkan bantal dibawah pantatnya. Nampak paha mulus Sofie masih terbalut stocking tipis. Terlihat pula goa kenikmatan Sofie yang berbulu tipis licin mengkilap. Penisku makin menegang. Sofie mengerang saat jari telunjukku menguak kedua dindingnya yang merah. Otot pahanya meregang saat kujilati bagian dalamnya dan menusuk-nusuknya.&lt;br /&gt;
  2189. &quot;Aaahh.. sstt.. oohh..!&quot; rintih Sofie tiada aku perdulikan aku segera menghisap clitorisnya.&lt;br /&gt;
  2190. &quot;Ouuwww.. ooh.. sshh.. say.. cepet masukin!&quot; rintihan kenikmatannya kali ini terdengar nyaris seperti jeritan.&lt;br /&gt;
  2191. &lt;br /&gt;
  2192. Tiada tega aku mendengarnya maka segera saja aku tekan penisku memasuki lubang kawinnya yang menganga. Bless.. masuk! Segera saja aku pompa masuk keluar masuk keluar lalu berputar.&lt;br /&gt;
  2193. &quot;Ogghh.. terus sayang.. nikmat sayang.. terus sayangg..&quot;&lt;br /&gt;
  2194. Aku terus memompa sampai rasanya lubang kawin Sofie berdenyut-denyut. Dan tak lama kemudian kami merasa akan mencapai oragasme lagi.&lt;br /&gt;
  2195. &quot;Ssshhtt.. aahh..&quot; rintih Sofie.&lt;br /&gt;
  2196. &quot;Hoohh.. aahh..&quot; erangku bagai teriakan.&lt;br /&gt;
  2197. &lt;br /&gt;
  2198. Aku cabut penisku dari vagina Sofie. Lalu kami terlentang diatas kasur empuk itu. Bau keringat kami berbaur, demikianpun bau lendir-lendir kenikmatan kami. Nafas kami berangsur normal kembali.&lt;br /&gt;
  2199. &quot;Don, makasih ya kamu mau main denganku malam ini.&quot;&lt;br /&gt;
  2200. &quot;Makasih juga sama pussymu yang memuaskanku malam ini, Sof.&quot;&lt;br /&gt;
  2201. &lt;br /&gt;
  2202. Malam itulah kali pertama aku main sex sama cewek yang bukan perawan. Rasanya lain banget, tapi sofie istimewa hingga kemudian aku merasa belum saatnya menghapus lebur jiwo dari diri Sofie. Aku ingin mengulanginya lain hari.&lt;br /&gt;
  2203. &lt;br /&gt;
  2204. E N D</content><link rel='replies' type='application/atom+xml' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/1953219892128110931/comments/default' title='Post Comments'/><link rel='replies' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/korban-pelet-3-sofie.html#comment-form' title='2 Comments'/><link rel='edit' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/1953219892128110931'/><link rel='self' type='application/atom+xml' href='http://www.blogger.com/feeds/3657984703354741101/posts/default/1953219892128110931'/><link rel='alternate' type='text/html' href='http://pusatceritadewasaku.blogspot.com/2011/07/korban-pelet-3-sofie.html' title='Korban Pelet 3: Sofie'/><author><name>Unknown</name><email>noreply@blogger.com</email><gd:image rel='http://schemas.google.com/g/2005#thumbnail' width='16' height='16' src='https://img1.blogblog.com/img/b16-rounded.gif'/></author><thr:total>2</thr:total></entry></feed>

If you would like to create a banner that links to this page (i.e. this validation result), do the following:

  1. Download the "valid Atom 1.0" banner.

  2. Upload the image to your own server. (This step is important. Please do not link directly to the image on this server.)

  3. Add this HTML to your page (change the image src attribute if necessary):

If you would like to create a text link instead, here is the URL you can use:

http://www.feedvalidator.org/check.cgi?url=http%3A//pusatceritadewasaku.blogspot.com/feeds/posts/default

Copyright © 2002-9 Sam Ruby, Mark Pilgrim, Joseph Walton, and Phil Ringnalda